Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya alam yang sangat penting dan menjadi kebutuhan bagi aktivitas

dan kelangsungan mahluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan

yaitu air. Air termasuk salah satu senyawa kimia yang paling berlimpah di alam,

namun dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air pun

meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang cukup mahal. Di

kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih karena air banyak

tersedot oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang

produksinya. Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun air

mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga mengalami

perubahan bentuk. Persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur kalsium

(Ca2+) dan magnesium (Mg2+)dalam air yang keberadaannya biasa disebut kesadahan

air (Susana, 2003: 17).


Kesadahan dalam air sebagian besar berasal dari kontaknya dengan tanah dan

pembentukan batuan. Umumnya air sadah berasal dari daerah di mana lapisan tanah

atas tebal, dan adanya pembentukan kapur. Kesadahan dalam air sangat tidak cocok

untuk dipergunakan dalam rumah tangga maupun dalam industri karena dapat

memberikan dampak yang buruk. Kesadahan total disebabkan oleh adanya ion

kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) secara bersama-sama. Kesadahan dapat

menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif, sedangkan kesadahan

sementara dapat dihilangkan melalui proses pemanasan sehingga kadar kalsium (Ca)
dan magnesium (Mg) hilang. Kesadahan dapat diketahui melalui titrasi

kompleksometeri (Astuti, dkk., 2016: 70).

Titrasi kompleksometri termasuk dalam salah satu metode kuantitatif dengan

memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya. Jenis titrasi

dimana titran dan titrat yang saling mengompleks dan membentuk senyawa

kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks terdapat banyak penerapannya.

Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks atau


pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Titrasi kompleksometri

biasanya digunakan untuk mengetahui tingkat mutu air. Titrasi kompleksometri atau

pengkelatan merupakan cara pengikat logam dengan menambahkan senyawa

pengkelat yang membentuk kompleks logam senyawa pengkelat (Yusuf, 2019: 140).

Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukan percobaan penentuan kadar kalsium

(Ca) dan magnesium (Mg) yang bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium (Ca) dan

magnesium (Mg).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu berapa kadar kalsium (Ca) dan

magnesium (Mg) pada sampel air sumur bor?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini percobaan ini adalah mengetahui cara menentukan

kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) pada sampel air sumur bor.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air

Air merupakan bahan alam yang berharga, tidak saja diperlukan untuk

kehidupan manusia, hewan dan tanaman tetapi juga merupakan media pengangkutan,
sumber energi, dan berbagai keperluan lainnya. Berbagai aktifitas manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, permukiman, dan

pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan

kualitas air sungai (Agustiningsih, 2012: 60). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa kebutuhan air rata-rata secara wajar

adalah 60 L/orang/hari untuk segala keperluannya dalam kehidupan sahri-hari

(Sasongko, 2014: 72).

Air memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di

Bumi dan memberikan manfaat besar bagi kelangsungan hidup semua makhluk

hidup di Bumi, baik manusia, hewan atau tumbuhan. Air berperan dalam proses
metabolisme tubuh. Air dapat membawa manfaat kesehatan bagi manusia, karena

bagian dari kandungan air mengandung zat-zat yang meningkatkan kesehatan

(Sutrisno, 2002). Air diperlukan manusia untuk keperluan sehari-hari seperti masak,

minum, mencuci, menyiram tanaman, untuk keperluan industri dan sebagainya,

sehingga terkadang keterbatasan persediaan air untuk pemenuhan kebutuhan hidup

menjadi penyebab timbulnya konflik di masyarakat karena kurangnya air bersih yang

sesuai standar (Sulistyorini, dkk., 2016: 65).


Menurut PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum

yang baik adalah yang tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung

mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum

yang berkualitas adalah air yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum, syarat kesehatan yang dimaksud adalah mikrobiologi,

kimia, fisika, dan radio aktif. Semakin bertambahnya penduduk dan semakin

rendahnya kualitas air yang dipasok oleh pemerintah melalui kran- kran di rumah-
rumah, konsumen sering tidak memiliki pilihan lain, selain memilih air minum dalam

kemasan (AMDK) yang pada saat ini membanjiri pasar

(Aryani, 2017: 46-47).

Menurut Wulan (2005: 8-10), macam-macam sumber air yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber air minum sebagai berikut:

1. Air Tanah, terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah

dangkal, terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan

tanah. Air tanah dangkal ini pada kedalaman 15 m 2 sebagai sumur air minum,

air dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agar baik, segi kuantitas kurang

cukup dan tergantung pada musim.

2. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai
digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang

sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat

pengotoran yang tinggi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh

adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna

kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada

kedalaman tertentu di tengah-tengah.


3. Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam

NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi

syarat untuk diminum. atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak,

sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

4. Air limbah adalah limbah yang dihasilkan pada setiap tahap produksi

yang berupa air sisa, air bekas proses produksi atau air bekas pencucian

peralatan industri. Sesuai dengan undang-undang lingkungan hidup,


air limbah industri harus dipantau pada waktu tertentu. Data yang diperoleh

dari lokasi pemantauan dan titik pengambilan harus dapat menggambarkan

kualitas air limbah yang akan disalurkan ke perairan penerima (Irwandi,

2014: 23).

B. Kesadahan

Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation)

logam valensi dua yang mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak air.

Definisi dari kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion

Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. Dampak yang ditimbuakan air sadah bagi

kesehatan antara lain dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung,

batu ginjal, dan hyperparatiroidsm (Musiam, dkk., 2015: 146). Menurut


PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimal kesadahan yang

diijinkan untuk air minum dan air bersih adalah 500 mg per liter (PERMENKES).

Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda, umumnya air tanah

mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi. Hal ini terjadi, karena air tanah

mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada dilapisan tanah yang dilalui air

(Musiam, dkk., 2015: 146).


Air dengan tingkat kesadahan yang terlalu tinggi sangat merugikan karena

beberapa hal, di antaranya dapat menimbulkan korosi pada alat-alat yang terbuat dari

besi, menyebabkan sabun kurang berbusa sehingga meningkatkan konsumsi akan

sabun, dan dapat menimbulkan endapan atau kerak di dalam wadah-wadah

pengolahan. Oleh karena itu, air yang akan digunakan untuk industri seharusnya sifat

kesadahannya harus dihilangkan terlebih dahulu (Friyani, 2016: 24). Kesadahan

dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu:


1. Kesadahan Sementara (Kesadahan Tidak Tetap, Kesadahan Tidak Tetap)

Kesadahan semetara adalah kesadahan yang disebabkan oleh ion kalsium (Ca) dan

magnesium (Mg) yang berikatan dengan ion karbonat dan bikarbonat. Oleh karena

itu kesadahan sementara sering disebut kesadahan karbonat. Air yang mengandung

kesadahan sementara yakni garam kalsium bikarbonat [Ca(HCO 3)2] dan magnesium

bikarbonat [Mg(HCO3)2] jika dipanaskan maka akan membentuk senyawa kalsium

karbonat (CaCO3) dan magnesium karbonat (MgCO3). Garam magnesium karbonat

(MgCO3) mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam air panas, namun semakin

rendah temperaturnya kelarutannya semakin kecil bahkan kelarutannya lebih kecil

dari magnesium karbonat (MgCO3), sehingga pada air panas sebagian kalsium

karbonat (CaCO3) mengendap dan pada air yang telah dingin pengendapannya lebih
banyak lagi. Terjadinya endapan ini memungkinkan tingkat kesadahan menjadi lebih

rendah (Rahman dan Kalman: 2019: 80).

2. Kesadahan Tetap (Kesadahan Permanen) Air bersifat kesadahan tetap jika

mengandung anion bukan bikarbonat, sehingga disebut juga dengan air sadah non-

bikarbonat. Anion yang terikat berupa klor (Cl -), nitrat (NO3 -) atau sulfat (SO4 2-). Air

yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap karena proses

penghilangan kesadahan nya tidak dapat dilakukan hanya dengan pemanasan tetapi
harus melalui reaksi kimia. dengan terbentuknya endapan kalsium karbonat (CaCO 3)

atau magnesium karbonat (MgCO3) berarti air tersebut terbebas dari ion kalsium

(Ca2+) atau ion magnesium (Mg2+), dengan kata lain air tersebut bebas dari kesadahan

(Huda, 2009: 11).

C. Titrasi kompleksiometri

Titrasi kompleksometri atau pengkelatan merupakan cara pengikat logam


dengan menambahkan senyawa pengkelat yang membentuk kompleks logam

senyawa pengkelat. Metode pengkelat sama dengan proses metode adsorben, namun

senyawa adsorben diganti dengan senyawa pengkelat. Proses pengikatan logam

merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa

pengkelat. Pengkelatan merupakan proses penarikan logam dalam suatu senyawa

yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Proses pengkelatan berlagsung

karena adanya penggunaan elektron secara bersama (sharing electron) antara ion

logam dan ion senyawa pengkelat (Ningsih, 2020: 37)

Titrasi kompleksometri atau pengkelatan merupakan cara pengikat logam

dengan menambahkan senyawa pengkelat yang membentuk kompleks logam

senyawa pengkelat. Metode pengkelat sama dengan proses metode adsorben, namun
senyawa adsorben diganti dengan senyawa pengkelat. Proses pengikatan logam

merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa

pengkelat. Pengkelatan merupakan proses penarikan logam dalam suatu senyawa

yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Proses pengkelatan berlagsung

karena adanya penggunaan elektron secara bersama (sharing electron) antara ion

logam dan ion senyawa pengkelat (Ningsih, 2020: 37).


Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian

satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus nukleofilik

lain. Gugus-gugus yang terikat pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat dengan baik

diklasifikasikan atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. ion-ion

sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul air (H 2O) atau nitrat (NH3)

adalah monodentat yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh

penyumbangan satu pasangan elektron menyendiri kepada logam. Ligan multidentat


mengandung lebih dari dua atau tiga atom-koordinasi per molekul, misalnya asam

1,2-diaminoetanatetraasetat (asam EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen

penyumbang dan dua atom oksigen penyumbang dalam molekul, dapat merupakan

heksadentat. Senyawa pengkelat yang biasanya digunakan antara lain EDTA, EBT,

dan Mureksid (Lubis, 2018: 6).

D. Bahan

1. Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal.

EDTA merupakan chelating agent yang paling sering digunakan. EDTA mengandung

4 gugus asam asetat yang terikat dengan etilendiamin. EDTA akan membentuk

senyawa kompleks yang stabil dengan banyak kation pengganggu pembentuk kerak
dan deposit endapan. EDTA akan membentuk senyawa kompleks stabil dengan

berbagai kation pengganggu yang dapat membentuk kerak. Bila dalam larutan

terdapat beberapa kation dan konsentrasi molar dari agen melebihi nilai total

konsentrasi molar ion-ion logam maka sampel akan membentuk kompleks dengan

ion logam yang memiliki afinitas yang kuat (Nasution, 2016: 41).
Gambar 2.1 Struktur EDTA

(Sumber: Nadhila dan Harmin, 2020: 119)

2. Eriochrome Black T (EBT)

Eriochrome Black T (EBT) merupakan kelompok pewarna azo yang berarti


mengandung satu atau lebih gugus azo yang bertindak sebagai gugus kromofor.

Gugus kromofor dan struktur aromatik mengakibatkan pewarna azo sebagian besar

sulit terdegradasi, tahan terhadap zat pengoksidasi dan cahaya, dan saat kondisi

anaerobik, senyawa mudah tereduksi menjadi amina aromatik yang dapat berpotensi

menyebabkan kanker (Ikmalia, 2020: 8). Eriochrome Black-T (EBT) yang tergolong

dalam zat warna azo yang digunakan pada pencelupan sutra, wol, nilon dan

digunakan dilaboratorium sebagai indikator dalam titrasi kompleksometri untuk

mengetahui konsentasi seng (Zn2+), magnesium (Mg2+) dan kalsium (Ca2+). Zat warna

EBT termasuk kedalam zat warna yang berbahaya karena merupakan lanjutan dari

produk naphthaquinone yang bersifat lebih karsinogenik yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan seperti kerusakan ginjal, kanker dan gangguan hati (Kurniawati,
2020: 16).

Gambar 2.2 Struktur EBT


(Sumber: Kurniawati, 2020: 16)
3. Indikator Mureksid (NH4C8H4N5O6)

Mureksid (NH4C8H4N5O6 atau C8H5N5O6.NH3) disebut pula purpurate

amonium, adalah garam amonium dari asam purpura. Mureksid dapat dibuat dengan
memanaskan alloxantin dalam gas amonia sampai 100°C, atau dengan uramil

mendidih (5-aminobarbituric acid) dengan oksida merkuri mureksid dalam keadaan

kering. Mureksid berbentuk serbuk dengan warna ungu kemerahan, sedikit larut

dalam air, dalam larutan, akan berwarna kuning dalam larutan asam kuat dan

berwarna ungu kemerahan dalam larutan asam lemah, berwarna biru-ungu

(Rahmayeti, 2019: 33).

Gambar 2.3 Struktur Mureksid

(Sumber: Rahmayeti, 2019: 34)


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini telah dilaksanakan pada Selasa 13 Juni 2023

pukul 07.00-10:00 Wita bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu erlenmenyer, buret, gelas

kimia, pipet tetes statif dan klem.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air sumur, buffer pH 10,

buffer pH 12, ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), indikator EBT, indikator

mureskid dan tissu.

C. Prosedur Kerja

1. Penentuan Kesadahan Total

Memipet 24 mL sampel air sumr kedalam erlenmeyer. Kemudian

ditambahkan larutan buffer pH 10, ditambahkan seujung sendok spatula indikator

Eriochrome Black T (EBT), selanjutnya dititrasi menggunakan larutan

ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) 0,01 M sampai larutan tepat berwarna biru,

kemudian mencatat volume titran yang digunakan.

2. Penentuan Kadar Kalsium (Ca)


Memipet 25 mL air sumur kedalam erlenmeyer. Kemudian menambahkan

larutan buffer pH 12, selanjutnya ditambahkan seujung sendok spatula indikator

mureskid. Kemudian menitrasi dengan larutan ethylenediaminetetraacetic acid

(EDTA) 0,01 M sampai larutan tepat berwarna ungu. Kemudian mencatat volume

titran yang digunakan.

3. Penentuan Kadar Magnesium (Mg)

Mengurangkan nilai rata-rata yang diperoleh setelah penentuan kesadahan


total dengan volume rata-rata kalsium (Ca) maka diperoleh kadar dari magnesium

(Mg) dalam sampel air sumur.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

a. Penentuan kesadahan total pada air sumur bor

Tabel 4.1 Pengamatan Kesadahan Total pada Air Sumur Bor


No. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

Sampel air sumur bor +


1. Bening
buffer pH 10

Menambahkan indikator
2. Ungu
EBT

Menitrasi dengan etilen


3. Biru
diamin tetra asetat (EDTA)

b. Penentuan Kadar Kalsium (Ca) pada Air Rebus Sumur Bor


Tabel 4.2 Pengamatan Kadar Kalsium (Ca) pada Air Sumur Bor
No. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

Sampel air sumur bor +


1. Bening
buffer pH 12

Menambahkan indicator
2. Merah Muda
mureksid

Menitrasi dengan etilen


3. Ungu
diamin tetra asetat (EDTA)

2. Reaksi
a. Penentuan Kesadahan Total
1) Reaksi Mg dengan Indikator EBT

EBT Mg-EBT

2) Reaksi (Mg + EBT) dengan EDTA

Mg-EBT EDTA EBT Mg-EDTA


(Biru)
b. Penentuan Kesadahan Ca
1) Reaksi Ca dengan Indikator Mureksid

Mureksid Ca-Mureksid
2) Reaksi (Ca + Mureksid) dengan EDTA

Ca-Mureksid
EDTA Mureksid Ca-EDTA
(Mera muda)

3. Analisis Data

a. Kesadahan Total

Diketahui:

V EDTA = 3,75 mL

[EDTA] = 0,01 M

Mr CaCO3 = 100 g/mol

Volume Sampel = 25 mL

Ditanyakan:

Kesadahan total =.....?

Penyelesaian:
V EDTA x [ EDTA ] x Mr CaCO3 x 1000
[CaCO3] = V Air sumur
¿
mol gr mg
0,9 mL x 0,01 x 92 x 1000
L mol gr
=
25 mL ¿
= 33,12 mg/L ¿

2. Penentuan kadar kalsium (Ca)

Diketahui:

V EDTA = 0,6 mL

M EDTA = 0,01 M
V Air Sumur = 25 mL

Ar Ca = 40 gr/mol

Ditanyakan:

Kadar Ca =…….?

V EDTA x [ EDTA ] x Ar Ca x 1000


[Ca] = V Air sumur ¿
¿
mol gr mg
0,6 mL x 0,01 x 40 x 1000
= L mol gr
25 mL ¿
¿
= 9,6 mg/L

3. Penentuan Kadar Magnesium (Mg)

Diketahui:

V EDTA = V EDTA Kesadahan Total – V EDTA Ca

= 0,9 – 0,6

= 0,3 mL

M EDTA = 0,01 mol/L

Volume Air sumur = 25 mL

Ar Mg = 24 gr/mol

Ditanyakan:

Kadar Mg =…….?

V EDTA x [ EDTA ] x Ar Mg x 1000


[Mg] = V Air sumur ¿
¿
mol gr mg
0,3 mL x 0,01 x 24 x 1000
L mol gr
=
25 mL ¿
¿
= 2,88 mg/L

B. Pembahasan

Titrasi kompleksometri atau pengkelatan merupakan cara pengikat logam

dengan menambahkan senyawa pengkelat yang membentuk kompleks logam

senyawa pengkelat. Metode pengkelat sama dengan proses metode adsorben, namun

senyawa adsorben diganti dengan senyawa pengkelat. Proses pengikatan logam

merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa


pengkelat. Pengkelatan merupakan proses penarikan logam dalam suatu senyawa

yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Proses pengkelatan berlagsung

karena adanya penggunaan elektron secara bersama (sharing electron) antara ion

logam dan ion senyawa pengkelat (Ningsih, 2020: 37).

Percobaan pertama yaitu penentuan kesadahan total pada sampel air sumur

bor. Menambahkan larutan buffer pH 10 pada sampel air sumur bor bertujuan untuk

menjaga pH agar tetap dalam suasana basa sehingga dihasilkan titik akhir titrasi yang

sesuai dengan indikator EBT. EBT akan mencapai titik ekuivalen pada pH 10.

Indikator EBT ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung suatu ion Ca 2+

dan Mg2+ akan membentuk warna merah anggur, EBT berfungsi untuk

mempermudah mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna.
Titrasi menggunakan larutan EDTA 0,01 M sebagai titran EDTA berfungsi sebagai

pengompleks ion Ca2+ dan Mg2+ akan terikat sebagai kompleks. Titik akhir titrasi

yaitu bila seluruh ion sudah terikat oleh EDTA larutan yang berwarna merah anggur

berubah menjadi warna biru sebagai titik akhir titrasi. Terjadinya perubahan warna

dari merah ke ungu karena adanya EDTA yang mengikat logam pada sampel air

rebus sumur bor dan akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna dari ungu

menjadi biru yang menunjukkan bahwa dalam sampel terdapat kandungan ion
kalsium (Ca2+). Perubahan warna yang terjadi karena telah terbentuk ion kompleks

dengan adanya penambahan ion kalsium (Ca2+) maupun magnesium (Mg2+). Proses

titrasi dilakukan secara duplo agar diperoleh nilai yang lebih akurat dan agar

diperoleh nilai rata-ratanya. Volume yang digunanakan yaitu 3,75 mL dengan kadar

kesadahan totalnya sebesar 33,12 mg/L.

Penentuan kadar kalsium (Ca) dengan menggunakan sampel air sumur bor

dengan penambahan larutan natrium hidroksida pH 12 bertujuan untuk menjaga pH


agar tetap dalam suasana basa sehingga dihasilkan titik akhir titrasi yang sesuai

dengan indikator mureksid. Penambahan larutan mureksid berfungsi sebagai

indikator warna yang menunjukkan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi dengan

perubahan warna yang terjadi dari merah muda menghasilkan warna ungu. Proses

titrasi dilakukan secara duplo agar diperoleh perbandingan dan nilai

rata-ratanya. Volume yang digunanakan yaitu 0,3 mL dengan kadar kesadahan

totalnya sebesar 9,6 mg/L. Kadar magnesium (Mg) diperoleh dari pengurangan

volume kesadahan total dengan volume kalsium (Ca) dan diperoleh hasil sebesar

2,88 mg/L. Hal ini sesuai dengan PERMENKES Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimal kesadahan yang diijinkan untuk air

minum dan air bersih adalah 500 mg/L (PERMENKES). Tingkat kesadahan di
berbagai tempat perairan berbeda-beda, umumnya air tanah mempunyai tingkat

kesadahan yang tinggi. Hal ini terjadi, karena air tanah mengalami kontak dengan

batuan kapur yang ada dilapisan tanah yang dilalui air, sehingga air rebus sumur bor

layak untuk dikonsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas tingkat kesadahan

air.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu kadar kalsium (Ca) yang diperoleh

sebesar 9,6 mg/L dan kadar magnesium (Mg) yang diperoleh sebesar 2,88 mg/L

pada sampel air sumur bor

B. Saran

Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya untuk percobaan selanjutnya

menggunakan sampel lain seperti air yang berasal dari sungai atau pegunungan agar

diperoleh perbandingan tingkat kesadahannya.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Bunga I., dan Agung, Sugiri. “Ketersediaan Air Bersih dan Perubahan Iklim:
Studi Krisis Air Di Kedungkarang Kabupaten Demak”. Teknik PWK. 3, no. 2
(2014): h. 295-302.
Astuti, D., Fatimah dan Anie S., ”Analisis Kadar Kesadahan Total pada Air Sumur
Di Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul Yogyakarta”. Analytical and
Environmental Chemistry 1, no. 1 (2016): h. 69-73.
Friyani, Dwi F., “Analisis Kesadahan Total Air Bersih dengan Metode
Kompleksometri dari Kecamatan Simanindo”. Skripsi, Medan: Program Studi
Diploma Iii Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, 2016.
Herlambang, Arie. “Pencemaran Air dan Strategi Penggulangannya”. JAI 2, no.1
(2006): h. 16-29.
Huda, Syaiful. Meraup Uang Dari Cupang. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama,
2009.
Ikmalia, Labibatul. “Modifikasi Karbon Aktif dari Kulit Salak dengan Sodium
Dodecyl Sulfate (SDS) untuk Adsorpsi Eriochrome Black T (EBT)”.
Yogyakarta: Program Studi Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia, 2020.
Kurniawati, Lodia. “Modifikasi Karbon Aktif dari Kulit Salak dengan Surfaktan
Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) untuk Adsorpsi Zat Warna
Eriochrome Black–T (Ebt)”. Yogyakarta: Program Studi Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia, 2020.
Lubis, Mustafa R., “Penetapan Kadar Kalsium pada Susu Bubuk Bermerek “H”
secara Titrasi Kompleksometri”. Kohesi 2, no. 4 (2018): h. 35-45.
Musiam S., Darmiani S. dan Maulana P., “Analisis Kuantitatif Kesadahan Total Air
Minum Isi Ulang yang Dijual Di Wilayah Kayu Tangi Kota Banjarmasin”.
Ilmiah Manuntung 1, no. 2 (2015): h. 145-148.Nadila, Ulfa dan Harmin
Sulistyaning. “Kajian Penambahan EDTA Pada Fitoremediasi Logam Berat
Timba”. Teknik ITS 9, no. 2 (2020): h. 117-122.
Nasution, Abdillah Imron. Jaringa Keras Gigi Aspek Mikrostruktur dan Aplikasi
Riset. Aceh: Syiah Kuala University Press, 2016.
Ningsih, Mulyana S., “Reduksi Logam Besi (Fe) dalam Minyak Nilam (Patchouli
Oil) dengan Metode Kompleksometri menggunakan Etilen Diamin Tetra
Asetat (EDTA)”. Skripsi, Makassar: Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2020.
Putro, B., Tanzil M. dan Hadi S., “Prediksi Jumlah Kebutuhan Pemakaian Air
Menggunakan Metode Exponential Smoothing”. Pengembangan Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer 2, no. 11 (2018): h. 4679-4686.
Rahayu,Susi A., Hidayat, dan Gumilar M., “Uji Cemaran Air Minum Masyarakat
Sekitar Margahayu Raya Bandung dengan Identifikasi Bakteri Escherichia
Coli”. IJPST 4, no.2 (2017): h. 50-56.
Rahman dan Kalma, “Pengaruh Lama Pemanasan terhadap Nilai Kesadahan Kalsium
pada Air Sumur Gali Asal Desa Banti Murung Kabupaten Maros”. Media
Analis Kesehatan 10, no.1 (2019): h. 79-85.
Rahmayeti, Leni. “Penetapan Kadar Kalsium beberapa Suplemen Tablet Effervescent
yang Beredar Dipasaran dengan Metoda Spektrofotometri UV-Visible (UV-
Vis)” Skripsi, Padang: Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Farmasi
Indonesia Perintis Padang, 2019.
Rumondor, P., John P. dan Olivia W., “Identifikasi Bakteri pada Depot Air Minum
Isi Ulang Di Kota Manado”. Biomedik 2 no. 2 (2014): h. 1-4.
Sulistyani, Sunarto, dan Annisa Fillaeli. "Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah Sekitar
Pantai Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah." Sains Dasar 1 no. 1
(2012): h. 33-38.
Sumiok, Damajanty dan Merry., “Gambaran Kadar Fluor Air Sumur dengan Karies
Gigi Anak Didesa Boyongpante Dua”. Ilmiah Farmasi 4, no. 4 (2015): h.
119-126.
Susana, Tjutju. “Air sebagai Sumber Kehidupan”. Oseana 28, no. 3 (2003): h.
17-25. Yusuf, Yusnidar. Belajar Mudah Kimia Analisis. Jakarta: Edu
Center Indonesia, 2019.
LAMPIRAN I

SKEMA KERJA

1. Penentuan Kesadahan Total


Air Sumur

- Dipipet 25 mL sampel air sumur kedalam Erlenmeyer

- Ditambahkan larutan buffer pH 10 dan ditambahkan seujung sendok spatula

indikator Eriochrome Black T (EBT)

- Dititrasi larutan menggunakan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) 0,01

M sampai larutan tepat berwarna biru

- Dicatat volume titran yang digunakan

Hasil

2. Penentuan Kadar Kalsium (Ca)


Air Sumur

- Dipipet 25 mL sampel air sumur kedalam Erlenmeyer

- Ditambahkan larutan buffer pH 12 dan ditambahkan seujung sendok spatula

indikator mureksid

- Dititrasi larutan menggunakan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) 0,01


M sampai larutan tepat berwarna ungu

- Dicatat volume titran yang digunakan

Hasil
3. Penentuan Kadar Magnesium (Mg)
Air Sumur

- Dikurangkan nilai rata-rata yang diperoleh setelah penentuan kesadahan total

dengan volume rata-rata kalsium (Ca) maka diperoleh kadar dari

magnesium (Mg) dalam sampel air sumur.

Hasil
LAMPIRAN III

DOKUMENTASI PRAKTIKUM

1. Penentuan kesadahan total

Dipipet 25 mL air sumur bor Ditambahkan buffer pH 10 Ditambahkan seujung


ke dalam Erlenmeyer 50 mL sendok spatula indikator
EBT

Dititrasi dengan larutan EDTA Dilakukan secara duplo


0,01 M sampai larutan tepat
berwarna biru dan dicatat
volume titran yang digunakan

2. Penentuan kesadahan total

Dipipet 25 mL air sumur bor Ditambahkan buffer pH 12 Ditambahkan seujung


ke dalam Erlenmeyer 50 mL sendok spatula indikator
murexid

Dititrasi dengan larutan EDTA Dilakukan secara duplo


0,01 M sampai larutan tepat
berwarna ungu dan dicatat
volume titran yang digunakan
LAMPIRAN REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai