PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam yang sangat penting dan menjadi kebutuhan bagi aktivitas
yaitu air. Air termasuk salah satu senyawa kimia yang paling berlimpah di alam,
namun dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air pun
meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang cukup mahal. Di
kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih karena air banyak
tersedot oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang
produksinya. Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun air
mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga mengalami
perubahan bentuk. Persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur kalsium
(Ca2+) dan magnesium (Mg2+)dalam air yang keberadaannya biasa disebut kesadahan
pembentukan batuan. Umumnya air sadah berasal dari daerah di mana lapisan tanah
atas tebal, dan adanya pembentukan kapur. Kesadahan dalam air sangat tidak cocok
untuk dipergunakan dalam rumah tangga maupun dalam industri karena dapat
memberikan dampak yang buruk. Kesadahan total disebabkan oleh adanya ion
sementara dapat dihilangkan melalui proses pemanasan sehingga kadar kalsium (Ca)
dan magnesium (Mg) hilang. Kesadahan dapat diketahui melalui titrasi
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya. Jenis titrasi
dimana titran dan titrat yang saling mengompleks dan membentuk senyawa
biasanya digunakan untuk mengetahui tingkat mutu air. Titrasi kompleksometri atau
pengkelat yang membentuk kompleks logam senyawa pengkelat (Yusuf, 2019: 140).
(Ca) dan magnesium (Mg) yang bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu berapa kadar kalsium (Ca) dan
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini percobaan ini adalah mengetahui cara menentukan
kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) pada sampel air sumur bor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
Air merupakan bahan alam yang berharga, tidak saja diperlukan untuk
kehidupan manusia, hewan dan tanaman tetapi juga merupakan media pengangkutan,
sumber energi, dan berbagai keperluan lainnya. Berbagai aktifitas manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, permukiman, dan
kualitas air sungai (Agustiningsih, 2012: 60). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa kebutuhan air rata-rata secara wajar
Air memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di
Bumi dan memberikan manfaat besar bagi kelangsungan hidup semua makhluk
hidup di Bumi, baik manusia, hewan atau tumbuhan. Air berperan dalam proses
metabolisme tubuh. Air dapat membawa manfaat kesehatan bagi manusia, karena
(Sutrisno, 2002). Air diperlukan manusia untuk keperluan sehari-hari seperti masak,
menjadi penyebab timbulnya konflik di masyarakat karena kurangnya air bersih yang
yang baik adalah yang tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung
mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum
dan dapat langsung diminum, syarat kesehatan yang dimaksud adalah mikrobiologi,
kimia, fisika, dan radio aktif. Semakin bertambahnya penduduk dan semakin
rendahnya kualitas air yang dipasok oleh pemerintah melalui kran- kran di rumah-
rumah, konsumen sering tidak memiliki pilihan lain, selain memilih air minum dalam
1. Air Tanah, terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah
dangkal, terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Air tanah dangkal ini pada kedalaman 15 m 2 sebagai sumur air minum,
air dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agar baik, segi kuantitas kurang
2. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai
digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang
sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat
NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi
syarat untuk diminum. atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak,
4. Air limbah adalah limbah yang dihasilkan pada setiap tahap produksi
yang berupa air sisa, air bekas proses produksi atau air bekas pencucian
2014: 23).
B. Kesadahan
Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation)
logam valensi dua yang mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak air.
Definisi dari kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion
Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. Dampak yang ditimbuakan air sadah bagi
diijinkan untuk air minum dan air bersih adalah 500 mg per liter (PERMENKES).
mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi. Hal ini terjadi, karena air tanah
mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada dilapisan tanah yang dilalui air
beberapa hal, di antaranya dapat menimbulkan korosi pada alat-alat yang terbuat dari
pengolahan. Oleh karena itu, air yang akan digunakan untuk industri seharusnya sifat
Kesadahan semetara adalah kesadahan yang disebabkan oleh ion kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg) yang berikatan dengan ion karbonat dan bikarbonat. Oleh karena
itu kesadahan sementara sering disebut kesadahan karbonat. Air yang mengandung
kesadahan sementara yakni garam kalsium bikarbonat [Ca(HCO 3)2] dan magnesium
(MgCO3) mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam air panas, namun semakin
dari magnesium karbonat (MgCO3), sehingga pada air panas sebagian kalsium
karbonat (CaCO3) mengendap dan pada air yang telah dingin pengendapannya lebih
banyak lagi. Terjadinya endapan ini memungkinkan tingkat kesadahan menjadi lebih
mengandung anion bukan bikarbonat, sehingga disebut juga dengan air sadah non-
bikarbonat. Anion yang terikat berupa klor (Cl -), nitrat (NO3 -) atau sulfat (SO4 2-). Air
yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap karena proses
penghilangan kesadahan nya tidak dapat dilakukan hanya dengan pemanasan tetapi
harus melalui reaksi kimia. dengan terbentuknya endapan kalsium karbonat (CaCO 3)
atau magnesium karbonat (MgCO3) berarti air tersebut terbebas dari ion kalsium
(Ca2+) atau ion magnesium (Mg2+), dengan kata lain air tersebut bebas dari kesadahan
C. Titrasi kompleksiometri
senyawa pengkelat. Metode pengkelat sama dengan proses metode adsorben, namun
yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Proses pengkelatan berlagsung
karena adanya penggunaan elektron secara bersama (sharing electron) antara ion
senyawa pengkelat. Metode pengkelat sama dengan proses metode adsorben, namun
senyawa adsorben diganti dengan senyawa pengkelat. Proses pengikatan logam
yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Proses pengkelatan berlagsung
karena adanya penggunaan elektron secara bersama (sharing electron) antara ion
satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus nukleofilik
lain. Gugus-gugus yang terikat pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat dengan baik
diklasifikasikan atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. ion-ion
sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul air (H 2O) atau nitrat (NH3)
adalah monodentat yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh
penyumbang dan dua atom oksigen penyumbang dalam molekul, dapat merupakan
heksadentat. Senyawa pengkelat yang biasanya digunakan antara lain EDTA, EBT,
D. Bahan
EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal.
EDTA merupakan chelating agent yang paling sering digunakan. EDTA mengandung
4 gugus asam asetat yang terikat dengan etilendiamin. EDTA akan membentuk
senyawa kompleks yang stabil dengan banyak kation pengganggu pembentuk kerak
dan deposit endapan. EDTA akan membentuk senyawa kompleks stabil dengan
berbagai kation pengganggu yang dapat membentuk kerak. Bila dalam larutan
terdapat beberapa kation dan konsentrasi molar dari agen melebihi nilai total
konsentrasi molar ion-ion logam maka sampel akan membentuk kompleks dengan
ion logam yang memiliki afinitas yang kuat (Nasution, 2016: 41).
Gambar 2.1 Struktur EDTA
Gugus kromofor dan struktur aromatik mengakibatkan pewarna azo sebagian besar
sulit terdegradasi, tahan terhadap zat pengoksidasi dan cahaya, dan saat kondisi
anaerobik, senyawa mudah tereduksi menjadi amina aromatik yang dapat berpotensi
menyebabkan kanker (Ikmalia, 2020: 8). Eriochrome Black-T (EBT) yang tergolong
dalam zat warna azo yang digunakan pada pencelupan sutra, wol, nilon dan
mengetahui konsentasi seng (Zn2+), magnesium (Mg2+) dan kalsium (Ca2+). Zat warna
EBT termasuk kedalam zat warna yang berbahaya karena merupakan lanjutan dari
gangguan kesehatan seperti kerusakan ginjal, kanker dan gangguan hati (Kurniawati,
2020: 16).
amonium, adalah garam amonium dari asam purpura. Mureksid dapat dibuat dengan
memanaskan alloxantin dalam gas amonia sampai 100°C, atau dengan uramil
kering. Mureksid berbentuk serbuk dengan warna ungu kemerahan, sedikit larut
dalam air, dalam larutan, akan berwarna kuning dalam larutan asam kuat dan
METODE PERCOBAAN
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu erlenmenyer, buret, gelas
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air sumur, buffer pH 10,
C. Prosedur Kerja
(EDTA) 0,01 M sampai larutan tepat berwarna ungu. Kemudian mencatat volume
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Menambahkan indikator
2. Ungu
EBT
Menambahkan indicator
2. Merah Muda
mureksid
2. Reaksi
a. Penentuan Kesadahan Total
1) Reaksi Mg dengan Indikator EBT
EBT Mg-EBT
Mureksid Ca-Mureksid
2) Reaksi (Ca + Mureksid) dengan EDTA
Ca-Mureksid
EDTA Mureksid Ca-EDTA
(Mera muda)
3. Analisis Data
a. Kesadahan Total
Diketahui:
V EDTA = 3,75 mL
[EDTA] = 0,01 M
Volume Sampel = 25 mL
Ditanyakan:
Penyelesaian:
V EDTA x [ EDTA ] x Mr CaCO3 x 1000
[CaCO3] = V Air sumur
¿
mol gr mg
0,9 mL x 0,01 x 92 x 1000
L mol gr
=
25 mL ¿
= 33,12 mg/L ¿
Diketahui:
V EDTA = 0,6 mL
M EDTA = 0,01 M
V Air Sumur = 25 mL
Ar Ca = 40 gr/mol
Ditanyakan:
Kadar Ca =…….?
Diketahui:
= 0,9 – 0,6
= 0,3 mL
Ar Mg = 24 gr/mol
Ditanyakan:
Kadar Mg =…….?
B. Pembahasan
senyawa pengkelat. Metode pengkelat sama dengan proses metode adsorben, namun
yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Proses pengkelatan berlagsung
karena adanya penggunaan elektron secara bersama (sharing electron) antara ion
Percobaan pertama yaitu penentuan kesadahan total pada sampel air sumur
bor. Menambahkan larutan buffer pH 10 pada sampel air sumur bor bertujuan untuk
menjaga pH agar tetap dalam suasana basa sehingga dihasilkan titik akhir titrasi yang
sesuai dengan indikator EBT. EBT akan mencapai titik ekuivalen pada pH 10.
Indikator EBT ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung suatu ion Ca 2+
dan Mg2+ akan membentuk warna merah anggur, EBT berfungsi untuk
mempermudah mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna.
Titrasi menggunakan larutan EDTA 0,01 M sebagai titran EDTA berfungsi sebagai
pengompleks ion Ca2+ dan Mg2+ akan terikat sebagai kompleks. Titik akhir titrasi
yaitu bila seluruh ion sudah terikat oleh EDTA larutan yang berwarna merah anggur
berubah menjadi warna biru sebagai titik akhir titrasi. Terjadinya perubahan warna
dari merah ke ungu karena adanya EDTA yang mengikat logam pada sampel air
rebus sumur bor dan akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna dari ungu
menjadi biru yang menunjukkan bahwa dalam sampel terdapat kandungan ion
kalsium (Ca2+). Perubahan warna yang terjadi karena telah terbentuk ion kompleks
dengan adanya penambahan ion kalsium (Ca2+) maupun magnesium (Mg2+). Proses
titrasi dilakukan secara duplo agar diperoleh nilai yang lebih akurat dan agar
diperoleh nilai rata-ratanya. Volume yang digunanakan yaitu 3,75 mL dengan kadar
Penentuan kadar kalsium (Ca) dengan menggunakan sampel air sumur bor
indikator warna yang menunjukkan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi dengan
perubahan warna yang terjadi dari merah muda menghasilkan warna ungu. Proses
totalnya sebesar 9,6 mg/L. Kadar magnesium (Mg) diperoleh dari pengurangan
volume kesadahan total dengan volume kalsium (Ca) dan diperoleh hasil sebesar
minum dan air bersih adalah 500 mg/L (PERMENKES). Tingkat kesadahan di
berbagai tempat perairan berbeda-beda, umumnya air tanah mempunyai tingkat
kesadahan yang tinggi. Hal ini terjadi, karena air tanah mengalami kontak dengan
batuan kapur yang ada dilapisan tanah yang dilalui air, sehingga air rebus sumur bor
layak untuk dikonsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas tingkat kesadahan
air.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu kadar kalsium (Ca) yang diperoleh
sebesar 9,6 mg/L dan kadar magnesium (Mg) yang diperoleh sebesar 2,88 mg/L
B. Saran
menggunakan sampel lain seperti air yang berasal dari sungai atau pegunungan agar
Amalia, Bunga I., dan Agung, Sugiri. “Ketersediaan Air Bersih dan Perubahan Iklim:
Studi Krisis Air Di Kedungkarang Kabupaten Demak”. Teknik PWK. 3, no. 2
(2014): h. 295-302.
Astuti, D., Fatimah dan Anie S., ”Analisis Kadar Kesadahan Total pada Air Sumur
Di Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul Yogyakarta”. Analytical and
Environmental Chemistry 1, no. 1 (2016): h. 69-73.
Friyani, Dwi F., “Analisis Kesadahan Total Air Bersih dengan Metode
Kompleksometri dari Kecamatan Simanindo”. Skripsi, Medan: Program Studi
Diploma Iii Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, 2016.
Herlambang, Arie. “Pencemaran Air dan Strategi Penggulangannya”. JAI 2, no.1
(2006): h. 16-29.
Huda, Syaiful. Meraup Uang Dari Cupang. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama,
2009.
Ikmalia, Labibatul. “Modifikasi Karbon Aktif dari Kulit Salak dengan Sodium
Dodecyl Sulfate (SDS) untuk Adsorpsi Eriochrome Black T (EBT)”.
Yogyakarta: Program Studi Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia, 2020.
Kurniawati, Lodia. “Modifikasi Karbon Aktif dari Kulit Salak dengan Surfaktan
Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) untuk Adsorpsi Zat Warna
Eriochrome Black–T (Ebt)”. Yogyakarta: Program Studi Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia, 2020.
Lubis, Mustafa R., “Penetapan Kadar Kalsium pada Susu Bubuk Bermerek “H”
secara Titrasi Kompleksometri”. Kohesi 2, no. 4 (2018): h. 35-45.
Musiam S., Darmiani S. dan Maulana P., “Analisis Kuantitatif Kesadahan Total Air
Minum Isi Ulang yang Dijual Di Wilayah Kayu Tangi Kota Banjarmasin”.
Ilmiah Manuntung 1, no. 2 (2015): h. 145-148.Nadila, Ulfa dan Harmin
Sulistyaning. “Kajian Penambahan EDTA Pada Fitoremediasi Logam Berat
Timba”. Teknik ITS 9, no. 2 (2020): h. 117-122.
Nasution, Abdillah Imron. Jaringa Keras Gigi Aspek Mikrostruktur dan Aplikasi
Riset. Aceh: Syiah Kuala University Press, 2016.
Ningsih, Mulyana S., “Reduksi Logam Besi (Fe) dalam Minyak Nilam (Patchouli
Oil) dengan Metode Kompleksometri menggunakan Etilen Diamin Tetra
Asetat (EDTA)”. Skripsi, Makassar: Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2020.
Putro, B., Tanzil M. dan Hadi S., “Prediksi Jumlah Kebutuhan Pemakaian Air
Menggunakan Metode Exponential Smoothing”. Pengembangan Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer 2, no. 11 (2018): h. 4679-4686.
Rahayu,Susi A., Hidayat, dan Gumilar M., “Uji Cemaran Air Minum Masyarakat
Sekitar Margahayu Raya Bandung dengan Identifikasi Bakteri Escherichia
Coli”. IJPST 4, no.2 (2017): h. 50-56.
Rahman dan Kalma, “Pengaruh Lama Pemanasan terhadap Nilai Kesadahan Kalsium
pada Air Sumur Gali Asal Desa Banti Murung Kabupaten Maros”. Media
Analis Kesehatan 10, no.1 (2019): h. 79-85.
Rahmayeti, Leni. “Penetapan Kadar Kalsium beberapa Suplemen Tablet Effervescent
yang Beredar Dipasaran dengan Metoda Spektrofotometri UV-Visible (UV-
Vis)” Skripsi, Padang: Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Farmasi
Indonesia Perintis Padang, 2019.
Rumondor, P., John P. dan Olivia W., “Identifikasi Bakteri pada Depot Air Minum
Isi Ulang Di Kota Manado”. Biomedik 2 no. 2 (2014): h. 1-4.
Sulistyani, Sunarto, dan Annisa Fillaeli. "Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah Sekitar
Pantai Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah." Sains Dasar 1 no. 1
(2012): h. 33-38.
Sumiok, Damajanty dan Merry., “Gambaran Kadar Fluor Air Sumur dengan Karies
Gigi Anak Didesa Boyongpante Dua”. Ilmiah Farmasi 4, no. 4 (2015): h.
119-126.
Susana, Tjutju. “Air sebagai Sumber Kehidupan”. Oseana 28, no. 3 (2003): h.
17-25. Yusuf, Yusnidar. Belajar Mudah Kimia Analisis. Jakarta: Edu
Center Indonesia, 2019.
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA
Hasil
indikator mureksid
Hasil
3. Penentuan Kadar Magnesium (Mg)
Air Sumur
Hasil
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PRAKTIKUM