Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senyawa kompleks terdiri dari molekul atau ion pusat yang terikat dengan

satu atau lebih ligan. Senyawa kompleks sering kali melibatkan ion logam sebagai

atom pusat, seperti besi, tembaga, atau platina. Atom pusat ini memiliki orbital d

yang tersedia untuk membentuk ikatan dengan ligan melalui ikatan koordinasi.

Ligan termasuk molekul atau ion yang berperan sebagai donor pasangan elektron

untuk membentuk ikatan dengan atom pusat. Ikatan ini biasanya bersifat

koordinatif yang mana ligan menyumbangkan pasangan elektron tak terikatnya ke

orbital kosong pada atom pusat (Fajri, 2017: 8).

Atom pusat dan ligan termasuk dua komponen utama dalam senyawa

kompleks. Ion logam yang berperan sebagai titik pusat dalam senyawa kompleks.

Atom pusat ini memiliki orbital d atau f yang tersedia untuk membentuk ikatan

dengan ligan. Contoh atom pusat yang umum seperti ion logam transisi besi (Fe),

tembaga (Cu), dan platina (Pt). Atom pusat ini memiliki sifat elektronik yang

khas, seperti jumlah valensi elektron yang berbeda-beda, yang mempengaruhi

ikatan dan sifat kimia senyawa kompleks. Atom pusat mempengaruhi reaktivitas

senyawa kompleks, stabilitas, dan sifat magnetiknya, sementara ligan berperan

dalam menentukan sifat ikatan dan pengaruh pada struktur molekul.

Sifat-sifat atom pusat dan pengaruh ligan dapat berdampak pada kekuatan medan

ligan (Duwila, dkk., 2023: 23).

Kekuatan medan ligan merujuk pada kemampuan ligan untuk

memengaruhi sifat-sifat senyawa kompleks dengan mengubah medan elektrostatik

di sekitar atom pusat. Kekuatan medan ligan dipengaruhi oleh sejumlah faktor,

1
2

termasuk jenis ligan, sifat elektronik ligan, dan jarak ligan dari atom pusat. Jenis

ligan memainkan peran penting dalam menentukan kekuatan medan yang

dihasilkan. Ligan dengan sifat donor elektron yang tinggi, seperti amonia (NH3)

atau fosfina (PH3), cenderung menghasilkan medan ligan yang kuat. Hal ini

disebabkan oleh kemampuan ligan untuk menyumbangkan pasangan elektron

kepada atom pusat dengan kuat, sehingga memengaruhi konfigurasi elektron pada

atom pusat (La kilo, dkk., 2019: 9). Berdasarkan latar belakang di atas maka

dilakukan percobaan kekuatan medan ligan dengan tujuan untuk mengetahui

perbedaan kekuatan medan ligan antar amonia (NH3) dengan ligan air (H2O).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perbedaan kekuatan medan ligan antar amonia (NH 3) dengan

ligan air (H2O)?

2. Berapa nilai harga 10 Dq antara ketiga perbandingan pengujian?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perbedaan kekuatan medan ligan antar amonia (NH3) dengan

ligan air (H2O)?

2. Mengetahui nilai harga 10 Dq antara ketiga perbandingan pengujian?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa kimia yang terbentuk dari ikatan

antara atom pusat logam dengan ligan. Atom pusat dalam senyawa kompleks

biasanya berupa ion logam transisi, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), atau platina

(Pt). Atom pusat ini memiliki orbital d atau f yang tersedia untuk membentuk

ikatan dengan ligan melalui ikatan koordinasi. Ligan, di sisi lain, adalah molekul

atau ion yang terikat pada atom pusat dan berperan sebagai donor pasangan

elektron. Ligan dapat berupa molekul sederhana seperti air (H 2O) atau amonia

(NH3), atau senyawa kompleks organik seperti etilenediamina (en) atau asam

sitrat. Senyawa kompleks menampilkan beragam struktur dan sifat, tergantung

pada atom pusat, ligan, dan geometri molekul yang terbentuk (Lestari, dkk., 2014:

2).

Interaksi antara atom pusat dan ligan dalam senyawa kompleks

memainkan peran penting dalam menentukan sifat-sifat senyawa tersebut. Atom

pusat dapat mempengaruhi stabilitas, reaktivitas, dan sifat fisik senyawa

kompleks. Karakteristik atom pusat seperti jumlah valensi elektron, konfigurasi d-

orbital, dan keadaan oksidasi sehingga dapat mempengaruhi ikatan dan

kompleksitas senyawa kompleks. Sementara itu, ligan berinteraksi dengan atom

pusat melalui pasangan elektron tak terikat atau orbital terisi yang ada pada ligan

tersebut. Jenis dan sifat elektronik ligan, serta jarak ligan dari atom pusat, juga

memengaruhi kekuatan medan ligan yang dihasilkan. Keberagaman ikatan antara

atom pusat dan ligan menghasilkan berbagai struktur geometri molekul, seperti

tetrahedral, oktahedral, atau linear, yang memberikan senyawa kompleks dengan

sifat dan reaktivitas yang berbeda-beda (Duwila, dkk., 2023: 24).

3
4

Senyawa kompleks memiliki banyak aplikasi dalam berbagai bidang,

termasuk katalisis, kimia koordinasi, ilmu material, dan bidang biologi. Katalisis

ini sering digunakan senyawa kompleks sebagai katalis dalam reaksi kimia,

karena keberagaman struktur dan sifatnya yang memungkinkan reaksi

berlangsung secara efisien dan selektif. Senyawa kompleks juga digunakan

sebagai pigmen pewarna, seperti dalam industri pewarnaan tekstil dan cat. Bidang

ilmu material, senyawa kompleks dapat digunakan dalam sintesis bahan yang

memiliki sifat magnetik, optik, atau konduktif yang unik. Bidang biologi senyawa

kompleks memainkan peran penting sebagai kofaktor dalam enzim atau sebagai

obat-obatan dalam terapi medis (Saria, dkk., 2012: 115).

B. Kekuatan Medan Ligan

Kekuatan medan ligan dalam senyawa kompleks adalah parameter penting

yang mempengaruhi sifat-sifat kimia dan fisik dari kompleks tersebut. Kekuatan

medan ligan merujuk pada kemampuan ligan untuk memengaruhi medan

elektrostatik di sekitar atom pusat dalam kompleks. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kekuatan medan ligan meliputi jenis ligan, sifat elektronik ligan,

dan jarak antara ligan dengan atom pusat. Ligan dengan sifat donor elektron yang

tinggi dan elektronegativitas yang besar cenderung menghasilkan medan ligan

yang kuat. Medan ligan yang kuat dapat memengaruhi struktur molekul kompleks,

stabilitas kompleks, dan sifat-sifat fisik (Puspaningtyas, 2013: 32).

Kekuatan medan ligan dalam senyawa kompleks merujuk pada

kemampuan ligan untuk mempengaruhi medan elektrostatik di sekitar atom pusat.

Jenis ligan juga memengaruhi kekuatan medan. Ligan dengan kemampuan donor

pasangan elektron yang tinggi, seperti amonia (NH 3) atau fosfina (PH3), biasanya

menghasilkan medan ligan yang lebih kuat daripada ligan dengan kemampuan

donor yang lebih rendah. Jarak antara ligan dan atom pusat juga memainkan peran
5

penting dalam kekuatan medan ligan. Semakin dekat jarak ligan dengan atom

pusat, semakin kuat medan ligan yang dihasilkan karena pasangan elektron ligan

lebih dekat dengan orbital kosong pada atom pusat (Rahmawati dan Santoso,

2012: 47).

Perubahan lingkungan sekitar senyawa kompleks juga dapat

mempengaruhi kekuatan medan ligan. Kelarutan senyawa kompleks dalam pelarut

tertentu atau keasaman larutan dapat memengaruhi interaksi antara atom pusat dan

ligan. Lingkungan polar atau nonpolar dapat mempengaruhi kelarutan ligan dan

kemampuan ligan untuk berinteraksi dengan atom pusat. Keberadaan ion-ion lain

dalam larutan juga dapat mempengaruhi kekuatan medan ligan dengan bersaing

dalam membentuk ikatan dengan atom pusat. Faktor lingkungan juga perlu

dipertimbangkan dalam memahami dan memprediksi kekuatan medan ligan dalam

senyawa kompleks (Wahab, 2019: 14).

C. Integrasi Ayat

Allah SWT. juga telah menjelaskan akan adanya garam sebagai salah satu

ciptaan-Nya yang dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari,

sebagaimana yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Jasiyah/ 45:12 yang berbunyi:
َ‫م تَ ْش ُكرُوْ ۚن‬Iْ ‫ك فِ ْي ِه بِا َ ْم ِر ٖه َولِتَ ْبتَ ُغوْ ا ِم ْن فَضْ لِ ٖه َولَ َعلَّ ُك‬
ُ ‫ي ْالفُ ْل‬ ‫هّٰللَا‬
َ ‫۞ ُ الَّ ِذيْ َس َّخ َر لَ ُك ُم ْالبَحْ َر لِتَجْ ِر‬

Terjemahanya:
“Allahlah yang telah menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat
berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, agar kamu dapat mencari
sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur”.
Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa (Allahlah yang menundukkan lautan

untuk kalian supaya bahtera-bahtera dapat berlayar) yaitu perahu-perahu (padanya

dengan perintah-Nya) dengan seizin-Nya (dan supaya kalian dapat mencari)

melalui berdagang (sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kalian bersyukur)

(Al-Mahali, 2015). Berdasarkan tafsir tersebut, laut merupakan ciptaan Allah

SWT. dimuka bumi. Adanya garam didalam laut terjadi akibat hujan yang
6

mencuci ion mineral dari daratan menjadi air. Asam karbonat di udara laut ke

dalam air hujan sehingga membuatnya sedikit asam.

D. Ligan

Ligan dalam senyawa kompleks adalah molekul atau ion yang berperan

sebagai donor pasangan elektron dan membentuk ikatan dengan atom pusat. Ligan

dapat menjadi komponen yang sangat penting dalam menentukan sifat-sifat

senyawa kompleks. Terdapat berbagai jenis ligan yang digunakan dalam senyawa

kompleks, mulai dari molekul sederhana seperti air (H2O) dan amonia (NH3)

hingga senyawa kompleks organik yang kompleks seperti etilenediamina (en) atau

asam sitrat. Ligan dapat memiliki orbital terisi yang dapat berinteraksi dengan

orbital kosong pada atom pusat atau pasangan elektron yang dapat disumbangkan

kepada atom pusat. Berdasarkan sifat elektroniknya ligan dapat berfungsi sebagai

ligan donor elektron, ligan akseptor elektron atau keduanya (Sembiring, dkk.,

2021: 181).

Sifat elektronik ligan berperan penting dalam menentukan kekuatan medan

ligan dan interaksi dengan atom pusat dalam senyawa kompleks. Ligan dengan

kemampuan donor elektron yang tinggi cenderung membentuk medan ligan yang

kuat. Ligan dapat menyumbangkan pasangan elektron kepada atom pusat dengan

kuat, menghasilkan interaksi elektrostatik yang signifikan antara ligan dan atom

pusat. Sifat elektronik ligan seperti elektronegativitas, polarisabilitas, dan

stabilitas orbital juga mempengaruhi interaksi ligan-atom pusat. Ligan dengan

sifat elektronik yang cocok dengan atom pusat dapat membentuk ikatan yang

lebih kuat dan stabil dalam senyawa kompleks (Pratiwi, dkk., 2022: 67).

Ligan juga dapat mempengaruhi struktur geometri molekul dalam senyawa

kompleks. Jenis ligan dan jumlah ligan yang terikat pada atom pusat

memengaruhi geometri molekul yang terbentuk. Apabila atom pusat terikat


7

dengan ligan yang memiliki pasangan elektron tak terikat di sekitarnya, maka

geometri molekul kompleks akan cenderung membentuk struktur trigonal planar

atau tetrahedral. Sebaliknya, apabila atom pusat terikat dengan ligan yang tidak

memiliki pasangan elektron tak terikat, seperti molekul karbonil (CO), geometri

molekul kompleks dapat membentuk struktur linear. Ligan tidak hanya berperan

dalam membentuk ikatan dengan atom pusat, tetapi juga mempengaruhi tata ruang

molekul kompleks yang terbentuk (Mulyati, 2019: 2).

E. Atom Pusat

Atom pusat dalam senyawa kompleks merupakan komponen penting yang

memainkan peran sentral dalam membentuk ikatan dengan ligan-ligan. Atom

pusat sering kali berupa ion logam atau logam transisi dalam senyawa kompleks.

Atom pusat ini memiliki orbital d yang terdiri dari orbital terisi dan orbital kosong

yang berperan dalam berinteraksi dengan ligan-ligan. Orbital kosong pada atom

pusat dapat menerima pasangan elektron dari ligan-ligan yang bertindak sebagai

ligan donor. Melalui interaksi ini, atom pusat membentuk ikatan koordinasi

dengan

ligan-ligan yang mengelilinginya agar dapat membentuk senyawa kompleks yang

stabil (Lestari, dkk., 2014: 2).

Sifat-sifat atom pusat, seperti muatan dan ukuran, berpengaruh signifikan

terhadap sifat-sifat senyawa kompleks. Muatan atom pusat dapat mempengaruhi

kekuatan ikatan dengan ligan dan stabilitas senyawa kompleks. Atom pusat

dengan muatan positif yang lebih tinggi, seperti ion logam divalen atau trivalen,

memiliki daya tarik yang kuat terhadap pasangan elektron dari ligan. Selain itu,

ukuran atom pusat juga mempengaruhi geometri dan kestabilan senyawa

kompleks. Atom pusat yang lebih besar cenderung membentuk kompleks dengan
8

ligan-ligan yang lebih besar atau dengan jumlah ligan yang lebih banyak

(Sumarno, 2022: 68).

Konfigurasi elektronik atom pusat juga memainkan peran penting dalam

menentukan sifat-sifat senyawa kompleks. Konfigurasi elektronik atom pusat

mempengaruhi jumlah orbital terisi dan orbital kosong yang tersedia untuk

berinteraksi dengan ligan-ligan. Atom pusat dengan konfigurasi elektronik yang

menghasilkan orbital kosong yang stabil, seperti konfigurasi d9 atau d10 pada ion

logam, cenderung membentuk senyawa kompleks yang stabil. Ini karena adanya

orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron dari ligan dengan lebih

efisien sehingga dapat membentuk ikatan yang lebih kuat dan kompleks yang

lebih stabil (Wulandari dan Kasmui, 2021: 180).

F. Tembaga Sulfat (CuSO4)

Menurut Fitrony, dkk (2013: 121), kristal CuSO 4.5H2O berupa padatan

kristal biru ini dapat dibuat dengan mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan

asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan hingga terbentuk kristal. Kristal

CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk

sponge yang diperoleh dari larutan CuCl2. Tembaga banyak digunakan pada

berbagai barang elektronik, misalnya kabel, kumparan, dan lain-lain. Logam

tembaga terhadap barang-barang tersebut mengandung kadar tembaga yang cukup

tinggi.

Bekas tembaga dari barang-barang tersebut diolah kembali menjadi logam

tembaga baru dapat digunakan pada barang elektronik lagi. Hal itu memunculkan

ide pengolahan limbah tembaga untuk diolah menjadi bentuk yang lain dalam

rangka peningkatan nilai guna. Salah satunya sebagai bahan baku pembuatan

kristal CuSO4.5H2O. Pemanfaatannya sangat luas dan dapat meningkatkan nilai

kegunaan dari tembaga bekas kumparan, maka perlu dilakukan penelitian


9

pembuatan kristal tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari tembaga bekas

kumparan dengan reaksi menggunakan H2SO4 dan pelarut HNO3 (Yunus, dkk.,

2022: 339).

G. Akuades (H2O)

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air

tersebut harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia

dan makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus

dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi

sekarang dan generasi mendatang. Salah satu sumber air yang banyak

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup

lainnya yaitu sungai. Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi

manusia. Sungai juga menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan

seperti pertanian, industri maupun domestik (Siahaan dkk., 2011 : 265).

Akuades merupakan cairan yang tak berwarna, tidak berbau dan tidak

berasa. Akuades memiliki rumus molekul H2O dengan bersifat polar sehingga

merupakan pelarut yang baik pada macam-macam zat. Molekul air terikat oleh

ikatan hidrogen, pada kondisi standar yaitu pada tekanan 100 kPa dan mempunyai

titik beku 273,15°K setara 0°C dan titik didih 273,15°K atau setara dengan 100°C.

Bentuk ion molekul akuades dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen

(H+) yang berkaitan dengan ion hidroksida (OH-) (Ritonga, 2011: 269-270).

H. Ammonia (NH3)

Amonia merupakan senyawa kimia dengan rumus NH3. Senyawa ini dapat

ditemukan berwujud gas dengan memiliki bau tajam yang khas. Larutan ini

biasanya terdapat dalam bentuk larutan amonium hidroksida yang merupakan

senyawa kaustik dengan berdampak buruk bagi kesehatan. Amonia memiliki


10

massa jenis 0,6942 g/L, larut dalam air, memiliki titik lebur sebesar -77,73 ℃ ,

serta titik didih sebesar -33,34℃ (Fahmiati,2012: 5).

Amonia (NH3) adalah senyawa kimia yang terdiri dari satu atom nitrogen

(N) dan tiga atom hidrogen (H). Secara molekuler, amonia membentuk struktur

piramida trigonal dengan atom nitrogen sebagai pusatnya dan tiga ligan hidrogen

yang terikat pada atom nitrogen. Amonia merupakan senyawa yang sangat penting

dalam berbagai bidang, termasuk industri, pertanian, dan kimia. Bidang industri,

amonia digunakan sebagai bahan baku dalam produksi pupuk nitrogen, bahan

pembuatan plastik, dan bahan pendingin dalam sistem pendingin. Amonia juga

digunakan sebagai agen penghilang noda dalam produk pembersih rumah tangga.

Bidang pertanian, amonia digunakan sebagai pupuk untuk memberikan sumber

nitrogen kepada tanaman. Secara kimia, amonia juga berperan sebagai ligan

dalam senyawa kompleks, membentuk ikatan dengan logam atau ion logam dalam

senyawa kompleks logam (Kurniawan, dkk., 2022:78).


BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini telah dilaksanakan pada hari Senin, 12 Juni 2023 pukul

07.00-10.00 WITA bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik dan

Laboratorium Riset Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu spektrofotometer

UV-Vis (Varian 50 Conc), labu ukur 10 mL, gelas kimia 10 mL, pipet gondok

10 mL, pipet volume 5 mL, botol semprot dan bulp.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu akuades (H2O),

ammonia (NH3), tembaga sulfat (CuSO4) dan tissu.

C. Prosedur Kerja
Menyiapkan 3 buah labu ukur 10 mL kemudian memipet tembaga

sulfat (CuSO4) 0,1 M sebanyak 2 mL dan dihimpitkan dengan akuades

(H2O) hingga tanda batas pada labu ukur pertama. Selanjutnya memipet

tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M sebanyak 2 mL, menambahkan ammonia

(NH3) 1 M sebanyak 5 mL dan dihimpitkan dengan akuades (H2O) hingga

tanda batas pada labu ukur kedua. Setelah itu, memipet tembaga sulfat

(CuSO4) 0,1 M sebanyak 2 mL, menambahkan ammonia (NH 3) 1 M

sebanyak 2,5 mL dan dihimpitkan dengan akuades (H2O) hingga tanda

batas pada labu ukur ketiga. Kemudian mengamati ketiga serapan labu

ukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan akuades (H2O)

11
12

sebagai blankonya pada panjang gelombang 510-700 nm dengan interval

10 nm.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

NO. Perlakuan Hasil Gambar


Warna = Bening

1. Cu+H2O λ max=¿ 700 nm

absorbansi = 0,085

10 Dq = 40,845 kkal/mol

Warna = Biru

2. [Cu(H2O)6]2+ + 2NH3 λ max=¿ 640 nm

absorbansi = 0,866

10 Dq = 44, 674 kkal/mol

Warna = Biru

3. [Cu(H2O)6]2+ + 3NH3 λ max=¿ 630 nm


absorbansi = 0,800

10 Dq = 45, 454 kkal/mol

2. Reaksi

1. Larutan Uji I

Cu2+ + 6H2O → [Cu(H2O)6]2+

2. Larutan Uji II

[Cu(H2O)6]2+ + 2NH3 → [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ + H2O

3. Larutan Uji III

[Cu(H2O)6]2+ + 3NH3 → [Cu(H2O)3(NH3)3]2+

13
14

3. Analisis Data
a. Uji I
Dik:
λ maks = 700 x 10-7
Dit:
10Dq =……..?
Penyelesaian
1 1 kkal/mol
10Dq = x
λ maks 349,75 cm -1
1 1 kkal/mol
= −7
x -1
700 x 10 349,75 cm
= 40,845 kkal/mol
b. Uji II
Dik:
λ maks = 640 x 10-7
Dit:
10Dq =……..?
1 1 kkal/mol
10Dq = x
λ maks 349,75 cm -1
1 1 kkal/mol
= −7
x -1
640 x 10 349,75 cm
= 44, 674 kkal/mol

c. Uji III
Dik:
λ maks = 630 x 10-7
Dit:
10Dq =……..?
1 1 kkal/mol
10Dq = x
λ maks 349,75 cm -1
1 1 kkal/mol
= −7
x
630 x 10 349,75 cm -1
15

= 45, 454 kkal/mol

4. Grafik
1
0.9 f(x) = 0.3575 x − 0.131333333333333
R² = 0.681305095678349
0.8
0.7
0.6
Absorbansi

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Sampel

B. Pembahasan
Sifat elektronik ligan berperan penting dalam menentukan kekuatan medan

ligan dan interaksi dengan atom pusat dalam senyawa kompleks. Ligan dengan

kemampuan donor elektron yang tinggi cenderung membentuk medan ligan yang

kuat. Ligan dapat menyumbangkan pasangan elektron kepada atom pusat dengan

kuat, menghasilkan interaksi elektrostatik yang signifikan antara ligan dan atom

pusat. Sifat elektronik ligan seperti elektronegativitas, polarisabilitas, dan

stabilitas orbital juga mempengaruhi interaksi ligan-atom pusat. Ligan dengan

sifat elektronik yang cocok dengan atom pusat dapat membentuk ikatan yang

lebih kuat dan stabil dalam senyawa kompleks (Pratiwi, dkk., 2022: 67).

Percobaan ini menggunakan akuades dengan amonia sebagai ligan yang

akan berinteraksi dengan logam Cu untuk membentuk senyawa kompleks.

Terdapat dua produk yang didapatkan dari interaksi logam dengan ligan yaitu

[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ ion triaminatriakuotembaga (II) dan [Cu(H2O)4(NH3)2]2+

diaminatetraakuotembaga (II). Penambahan akuades berfungsi untuk


16

menghidrolisis reagent yang dilarutkan dengan logam Cu agar dapat membentuk

senyawa kompleks. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis yang bertujuan untuk mengukur absorbansi yang

terdapat pada sampel.

Nilai Dq yang diperoleh dari larutan uji pertama rendah, hal ini ka

rena hanya ada substitusi ligan H2O saja, yang merupakan bentuk

akuokompleks. Perbandingan energi Dq larutan uji pertama dan kedua,

energi Dq larutan uji kedua lebih besar karena adanya substitusi ligan NH 3

sehingga menyebabkan energi Dq bertambah besar, dimana pada larutan

uji pertama hanya ada substitusi ligan H2O. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa kekuatan medan ligan NH3 lebih besar dari H2O karena

menimbulkan energi Dq yang besar. Ligan NH3 dapat menggantikan ligan

yang lebih lemah yaitu H2O.

Hasil yang didapatkan untuk uji I memiliki Dq 40,485 kkal/mol, uji II

memiliki 44,674 kkal/mol dan uji III menghasilkan Dq 45,545 kkal/mol dengan

masing masing absorbansi 0.085, 0.866 dan 0.800. Ketiga sampel ini memiliki

absorbansi yang dapat diukur di panjang gelombang 630-700 nm. Kekuatan

medan ligan NH3 lebih besar daripada H2O. Hasil yang diperoleh tersebut sesuai

dengan teori Rahmawati (2020: 90) yang menyatakan bahwa nilai 10 Dq atau

energi berfungsi untuk menyatakan kekuatan medan ligan tersebut yang mana

semakin besar energi yang dihasilkan maka semakin besar kekuatan medan

ligannya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Ligan amonia (NH3) memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan

dengan ligan aquo (H2O), hal ini dapat diamati dengan mengetahui absorbansi

yang dihasilkan baik setelah penambahan amonia dan sebelumnya. Sebagaimana

hasil yang didapatkan untuk uji I itu sebesar 0.085 dengan panjang gelombang

700 nm, uji II itu sebesar 0.866 dengan panjang gelombang 640 nm dan uji III itu

sebesar 0.800 dengan panjang gelombang 630 nm.

2. Hasil yang didapatkan untuk uji I memiliki Dq 40,485 kkal/mol, uji II

memiliki 44,674 kkal/mol dan uji III menghasilkan Dq 45,545 kkal/mol

B. Saran

Saran percobaan untuk selanjutnya menggunakan larutan etilendiamin dan

piridin agar dapat diketahui perbandingan kekuatan ligannya dalam

mempengaruhi atom pusat.


DAFTAR PUSTAKA

Aziz, D. F., Suhartana, Sriyanti. “Aplikasi Ligan NH 3 dan Fenantrolin pada


Pembentukan Kompleks Kobalt sebagai Atom Pusat: Alternatif
Dekonsentrasi Kobalt dalam Air Limbah”. Greensphere, 1 no.2 (2021):
h.56-61.
Duwila, N. S., Muliadi, Amin, M., “Density Functional Theory Senyawa
Kompleks Ni 2+, Zn2+ dan Pt2+ Pirolidin-Ditiokarbamat”. J.Chem, 8 no.1
(2023):
h.23-31.
Fitriani, Djulia, O., Irma, M., “Kompleks Besi(II) dengan Ligan 3-BPP : Review
Iron(II) Complex with 3-BPP Ligand : Review”. Kartika Kimia, 4 no,1
(2021): h.21-27.
Hermawati, E. S., Suhartana, Taslimah. “Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Kompleks Zn(II)-8-Hidroksikuinolin”. Kimia Sains dan Apklikasi, 19 no.3
(2016): h.94-98.
Kurniawan, I., Agus, S., Mariadi, P. D., “Pemeriksaan Amonia dalam Air
menggunakan Metode Fenat dengan Variasi Suhu dan Waktu Inkubasi”.
Djati,
Lestari, I., Afrida, Aulia, S., “Sintensis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks
Logam Kadmium (Ii) dengan Ligan Kufperon”. Penelitian, 16 no.1
(2014): h. 1-8.
Pratiwi, S. W., Anni, A., Husein, H. B., “Karakterisasi Hasil Reaksi Ion
Gadolinium (III) dengan Ligan Dibutilditiokarbamat menggunakan
Metode Mekanika Molekular (MM2)”. Chimica et Natura Acta, 10 no.2
(2022):h.66-71.
Rahmawati, Ani. “Kemampuan Troubleshooting Mahasiswa pada Praktikum
Kekuatan Medan Ligan di UIN Walisongo Semarang”. Skripsi. Semarang:
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo, 2020.
Salamat, F., Muliadi, Topan, S., Amin, M., “Studi Komputasi Kompleks 1,10-
Fenantrolin dengan Logam Fe, Cu, Co, Ni dan Zn menggunakan Metode
Density Functional Theory (DFT)”. Pendidikan Kimia Unkhair 2, no.1
(2022): h. 24-29.
Sumarno. “Pemanfaatan Komposit Fe(HTRZ)3(BF4)2 – Nata De Coco sebagai
Media Pembelajaran Praktis Pada Senyawa Kompleks”. Teaching, 2 no.1
(2022): h.67-71.
Wulandari, H., Kasmui. “Effect of Hidoxyl Substitution on Cobalt Phthalocyanine
as Catalyst for Oxygen Reduction Reaction Using DFT Method”. J.chem,
10 no.3 (2021): h179-187.
Yunus, Y., Febri, K., Pandu, D. C., “Pembuatan Generator Ozon sebagai Agen
Oksidator Tembaga pada Produksi Tembaga Sulfat”. Prosiding Nasional,
17 no.1 (2022): h.338-344.
19
LAMPIRAN III
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai