Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PENGARUH LIGAN TERHADAP WARNA ION KOMPLEKS

Oleh

Munawaroh 1622230031

Dosen Pembimbing

Luthfia Ulva Irmita, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
I. Judul Percobaan
Pengaruh Ligan Terhadap Warna Ion Kompleks Melalui Percobaan
II. Tujuan
Mempelajari pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks melalui percobaan
III. Dasar Teori
Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau
entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Dulunya, sebuah
kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion melalui ikatan kimia
yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa kompleks logam
terbentuk secara irreversibel, dan banyak diantara mereka yang memiliki ikatan yang
cukup kuat (Nuryono, 2003).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis.
Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui
atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik
(tetapi bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-, molekul
sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci , 1987)

Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan
kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
a. kekuatan basa dari ligan itu,
b. sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
c. efek-efek sterik (ruang)

Dari sudut pandangan aplikasi kompleks secara analisis, efek penyepitan


mempunyai arti yang teramat penting, maka hendaklah diperhatikan secara khusus.
Istilah ‘efek sepit’ mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit, yaitu kompleks
yang dibentuk oleh suatu ligan bedentat atua multidentat, adalah lebiih stabil
disbanding kompleks padanannya denga ligan-ligan monodentat: semakin banyak titik
lekat ligan itu kepada ion logam,semakin besar kestabilan kompleks. Efek sepit ini
sering dapat disebabkan oleh kenaikan entropi yang menyertai penyempitan; dalam
hubungan ini, penggantian molekul-molekul air dari ion terhidrasi haruslah diingat-
ingat. Efek sterik yang paling umum adalah efek yang menghambat pembentukan
kompleks yang disebabkan oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat pada atau
berada berdekatan dengan atom penyumbang (Wahyuni , 2007).
Teori medan kristal tentang senyawa koordinasi menjelaskan bahwa dalam
pembentukan kompleks terjadi interaksi elektrostatik antara ion logam (atom pusat)
dengan ligan. Jika ada enam ligan yang berasal dari arah yang berbeda, berinteraksi
dengan atom/ion logam pusat, langsung dengan ligan akan mendapatkan pengaruh
medan ligan lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya. Akibatnya, orbital
tersebut akan mengalami peningkatan energi dan kelima sub orbital d-nya akan
terpecah (splitting) menjadi dua kelompok tingkat energi. Kedua kelompok tersebut
adalah :
1) Dua sub orbital (dx2-dy2, dan dz2) yang disebut dy atau eg dengan tingkat energi
yang lebih tinggi, dan
2) Tiga su orbital (dxz, dxy, dan dyz) yang disebut de atau t2g dengan tingkat energi
yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi ini menunjukkan bahwa teori medan
kristal dapat menerangkan terjadinya perbedaan warna kompleks (Hala, 2008).
Ion unsur transisi dapat mengikat ion-ion atau molekul netral yang memiliki
pasangan elektron bebas (ligan) dengan ikatan kovalen koordinasi yang membentuk ion
kompleks. Ion kompleks adalah gabungan ion (atom pusat) dengan ion lain (ligan)
membentuk ion baru atau gabungan ion dengan molekul netral membentuk ion baru.
Berdasarkan ligan yang diikat oleh atom pusat dalam ion kompleks, maka ada 2
macam ion kompleks :
1. Ion kompleks positif
Terbentuk apabila ion logam transisi (atom pusat) berikatan dengan aligan yang
merupakan molekul netral seperti 𝐻2 𝑂 atau 𝑁𝐻3 sehingga ion kompleks yang
terbentuk bermuatan positif.

2. Ion kompleks negatif


Terbentuk apabila ion atom pusat berikatan dengan ligan yang merupakan ion
negatif (Sukarti, 1989).

Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruang yang terbuka sekitar atom atau ion
pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi yang masing-masing dapat dihuni satu
ligan (monidendrat). Pembentukan kompleks dalam analisis organik kualitatif sering
terlihat dipakai untuk pemisahan atau isentifikasi. Salah satu fenomena yang paling
umu yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan
(Vogel, 1979).
Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antara atom pusat
dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya yang ada hanya berupa gaya
elektrostatik. Ion kompleks tersusun dari ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan
atau molekul-molekul yang mempunyai momen dipol permanen. Medan listrik dari ion
pusat akan mempengaruhi ligan-ligan sekelilingnya, sedang medan gabungan dari
ligan-ligan akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat. Pengaruh ligan ini
terutama mengenai elektron d dari ion pusat dan ion kompleks dari logam- logam
transisi. Pengaruh ligan tergantung dari jenisnya, terutama pada kekuatan medan listrik
dan kedudukan geometri ligan-ligan dalam kompleks (Effendy, 2007)
Teori medan kristal yang dikemukakan oleh beberapa ahli fisika pada tahun 1930
baru berkembang dan diterapkan dalam bidang kimia sekitar tahun 1950. Teori ini
dikembangkan karena teori ikatan valensi yang dikemukakan oleh Linus Pauling tidak
dapat menjelaskan berbagai sifat ion kompleks, misalnya:
1. Warna senyawa kompleks/ ion kompleks.
2. Adanya ion seperti Ni2+, Td2+, Au3+ yang dapat membentuk ion kompleks planar segi
empat dan juga membentuk ion kompleks tetrahedral.
3. Terjadinya spektra elektronik.
4. Pengecualian yang ditemukan pada ion [Cu(NH3)4]2+ yang mempunyai geometri
planar segi empat.
5. Sifat ionik pada ion [FeF6]3- ( Syarifuddin, 1994).

Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui


ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat dengan ligan
(gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit dipahami pada
awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan ikatan kovalen
(terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana pasangan elektron yang
digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada
kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat merupakan ion/atom bagian dari
senyawa koordinasi yang berada di (bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron
sehingga dapat di sebut sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-
logam transisi). Sedangkan ligan atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari
senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron
sehingga dapat disebut sebagai basa Lewis (Chang, 2004).
Jika cahaya yang diserap adalah cahaya merah maka yang tampak oleh
mata adalah warna komplementer dari warna merah yaitu warna hijau. Jika
yang diserap adalah warna kuning maka yang tampak oleh pengamat adalah
warna violet .
Lalu bagaimana dapat menjelaskan fenomena pada suatu ion dengan atom
pusat yang sama, mengapa pada ion kompleks tersebut berbeda-beda seperti
ilustrasi gambar beberapa ion dalam air di atas? Hal ini tidak dapat dijelaskan
dengan menggunakan dasar alasan ada-tidaknya elektron tidak berpasangan
pada orbital d saja. Pengaruh ligan dan atau bentuk geometri akan memberikan
argumen. Ligan yang bagaimanakah yang dapat menyebabkan warna pada
berbeda-beda tersebut?
Ligan yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda pada energi dari
orbital d ion pusat. Beberapa ligan memiliki medan listrik yang kuat yang
menyebabkan pembelahan (splitting) energi yang besar ketika d orbital dibagi
menjadi dua kelompok, seperti pada ilustri di bawah. Ligan yang lainnya memiliki
energi jauh lebih lemah untuk membuat pembelahan energi yang jauh lebih kecil.
Ingat bahwa ukuran pembelahan menentukan panjang-pendek gelombang cahaya
akan diserap. Berikut ini adalah daftar beberapa ligan umum, yang di atas
menghasilkan pembelahan relatif kecil (ligan medan lemah) sedangkan yang di
bawah pembelahan energi terbesar (ligan medan kuat).
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan, yaitu:
a. Gelas ukur 50 ml 1 buah
b. Gelas ukur 10 ml 1 buah
c. Gelas kimiaa 100 ml 1 buah
d. Spatula 1 buah
e. Tabung reaksi besar 6 buah
f. Rak tabung reaksi 1 buah
g. Pipet tetes 3 buah
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan, yaitu:
a. FeCl3 (aq) 1 M 3 gram
b. Amonia (aq) 1 M 1 ml
c. KSCN (aq) 1 M 1 ml
d. KCN (aq) 1 M 1 ml
e. CuSO4 (aq) 1 M 1 ml
f. NaCl (aq) 1 M 1
V. Prosedur Percobaan
Larutan FeCl3

- Dimasukkan ke dalam

Tabung
Tabung Tabung Tabung
Reaksi 1
Reaksi 2 Reaksi 3 Reaksi 4

- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan

Larutan CuSO4
Larutan KSCN Aquades Larutan NaCl

- Amati

Perubahan
Warnanya
VI. Hasil Percobaan
a. Reaksi
1. Reaksi FeCl3 + CuSO4, sebagai berikut:
Fe3+ (aq) + 3SO42- (aq) → [Fe2(SO4)3]3- (aq) = Ion Triosulfato Ferrat (III)

2. Reaksi FeCl3 + KSCN sebagai berikut:


Fe3+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Fe(SCN)6]3- (aq) = Ion Heksatisiano Ferrat (III)

3. Reaksi FeCl3 + H2O sebagai berikut:


Fe3+(aq) + 6H2O(aq) → [Fe(H2O)6]3+(aq) = Ion Heksaaquo Ferrum (III)

4. Reaksi FeCl3 + NaCl sebagai berikut:


Fe3+(aq) + 6Cl-(aq) → [Fe(Cl)6]3-(aq) = Ion Heksakloro Ferrat (III)

b. Hasil

No Semyawa Larutan Ligan Warna


1. FeCl3 FeCl3 + CuSO4 Berubah jadi memudar dari warna
awal
2. FeCl3 FeCl3 + KSCN Berubah jadi warna merah
kehitaman seharusnya warnanya
berubah menjadi merah
bata/orange, jadi merah kehitaman
karena FeCl3 kadawarsa
3. FeCl3 FeCl3 + H2O Warna lebih jernih dikarenakan
pengenceran biasa
4. FeCl3 FeCl3 + NaCl Tidak ada perubahan karena garam
netral

VII. Pembahasan
Ligan merupakan basa lewis yang dapat terkoordinasi pada ion logam atau
sebagai asam lewis membentuk senyawa kompleks. Ligan dapat berupa anion atau
molekul netral. Jika suatu logam transisi berikatan secara kovalen koordinasi dengan
satu atau lebih ligan maka akan membentuk suatu senyawa kompleks, dimana logam
transisi tersebut berfungsi sebagai atom pusat.Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan
kovalen yang mana pemakaian bersama elektron didonorkan dari salah satu atom
pembentuknya yakni ligan (basa lewis) ke atom pusat (asam lewis).
Pada percobaan kali ini mengenai pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks
digunakan larutan FeCl3, CuSO4, KSCN, H2O, dan NaCl. Warna larutan FeCl3
awalnya bewarna orange, seperti berikut:

Pada percobaan ini larutan FeCl3 ditambahkan dimasing-masing keempat tabung


reaksinya. Warna larutan FeCl3 awalnya bewarna orange. Pada tabung pertama
dimasukkan CuSO4. Ketika direaksikan keduanya larutan tersebut berubah warna
menjadi lebih memudar dari warna awal dari larutan FeCl3. Berikut warna dari larutan
CuSO4 sebagai berikut:

Hasil dari tabung pertama FeCl3 (orange) + CuSO4 (Biru) yang menghasilkan
warnanya lebih memudar, seperti berikut:
Fe3+ (aq) + SO42- (aq) → [Fe(SO4)3]3- (aq)

Seharusnya bewarna hijau hal ini dimungkinkan dari antara kedua larutan FeCl3 +
CuSO4 ada yang kadawarsa sehingga hasil warna dari percobaan ini tidak sesuai.
Pada tabung kedua dimasukkan KSCN. Ketika direaksikan keduanya larutan
tersebut berubah warna menjadi Berubah jadi warna merah kehitaman seharusnya
warnanya berubah menjadi merah bata/orange, jadi merah kehitaman karena FeCl3
kadawarsa. Berikut warna dari larutan KSCN sebagai berikut:

Hasil tabung kedua reaksi antara FeCl3 (Orange) + KSCN (bening) berubah
warnanya menjadi merah kehitaman seharusnya warnanya berubah menjadi merah
bata/orange. Berikut hasil percobaan yang kami dapatkan:
Fe3+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Fe2(SCN)6]3- (aq)

Pada tabung ketiga dimasukkan Aquades (H2O) bewarna bening ketika direaksikan
keduanya larutan tersebut berubah warna menjadi menjadi lebih jernih dari warna awal
dari FeCl3 dikarenakan pengenceran biasa. Berikut warna dari larutan Aquades sebagai
berikut:
Hasil tabung ketiga reaksi antara FeCl3 (orange) + H2O (bening) berubah warnanya
lebih jernih dari warna awal dari FeCl3. Berikut hasil percobaan yang kami dapatkan:
Fe3+(aq) + 6H2O(aq) → [Fe(H2O)6]3+(aq)

Pada tabung keempat dimasukkan NaCl (bewarna bening) ketika direaksikan


keduanya larutan tersebut berubah Tidak ada perubahan karena garam netral. Berikut
warna dari larutan NaCl sebagai berikut:

Hasil tabung ketiga reaksi antara FeCl3 (orange)+ NaCl (bening) tidak adanya
perubahan warna lebih dari warna awal dari FeCl3. Berikut hasil percobaan yang kami
dapatkan:
Fe3+(aq) + 6Cl-(aq) → [Fe(Cl)6]3-(aq)
Setelah itu mengurutkan warna dari yang pudar sampai ke yang lebih pekat. Di
dapat urutannya yaitu FeCl3 + NaCl, FeCl3 + H2O, FeCl3 + CuSO4, FeCl3 + KSCN.
Pada percobaan ini perlu diketahui beberapa istilah yaitu atom pusat, ligan,
bilangan koordinasi, ligan monodental, ligan bidental, danm ligan polidental. atom
pusat adalah atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang didonorkan. Biasanya
berupa ion logam, terutama logam golongan transisi. Sedangkan ligan adalah molekul
atau ion yang mengelilingi logam dalam ion kompleks. Interaksi antara atom logam
dengan ligan dapat dibayangkan bagaikan reaksi asam basa Lewis. Sebagaimana kita
tahu bahwa basa Lewis adalah zat yang mampu memberikan satu atau lebih pasangan
elektron. Setiap ligan memiliki setidaknya satu pasang elektron valensi bebas.
bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat langsung pada atom
pusat. Ligan monodentat: menyumbang satu atom donor. Cth: H2O, NH3. Ligan
bidentat yang menyumbang dua atom donor dan ligan polidentat yang menyumbang
lebih dari dua atom donor.
Jika kita lihat hasil reaksi senyawa kompleks masing-masing percobaan dapat
kita tentukan ligan, atom pusat, bilangan koordinasinya, dan lainnya. Berikut uraianya:
1. [Fe(SO4)3]3-
a. Ligan: SO4
b. bilangan koordinasi: 3
c. atom pusat: Fe
d. Anion: [Fe(SO4)3]3-
2. [Fe2(SCN)6]3-
a. Ligan: SCN
b. bilangan koordinasi: 6
c. atom pusat: Fe2
d. Anion: [Fe2(SCN)6]3-
3. [Fe(Cl)6]3-
a. Ligan: Cl
b. bilangan koordinasi: 6
c. atom pusat: Fe
d. Anion: [Fe(Cl)6]3-
4. [Fe(H2O)6]3+
a. Ligan: H2O
b. bilangan koordinasi: 6
c. atom pusat: Fe
d. Kation: [Fe(H2O)6]3+
Dalam suatu senyawa kompleks ligan mempunyai peranan penting dalam
penentuan struktur dari senyawa kompleks dan sifat-sifat yang terjadi pada senyawa
kompleks tersebut. Ligan terbagi atas dua yaitu ligan kuat dan ligan lemah. Ligan kuat
dapat mendorong elektron pada orbital d atom pusat untuk berpasangan sedangkan
ligan lemah tidak bisa.
Dalam ion kompleks ligan terikat pada atom logam melalui ikatan kovalen
koordinasi. Ikatan kovalen dapat terjadi karena hasi overlap dua orbital atom. Pada
ikatan kompleks, overlap orbital ligan yang mempunyai elektron bebas dengan orbital
kation logam yang kosong. Berdasarkan pada kekuatan medan yang ditimbulkan, ligan
dapat dibedakan atas:
1. Yang medannya kuat : CO > CN- > NO2 > NH3 > SCN.
2. Yang medannya lemah: H2O > C2O42- > -OH > F- > Cl- > Br- > I-
5. Pengaruh ligan yang medannya kuat yaitu kation yang elektronnya tidak
berpasangan berubah menjadi bebrpasangan. Dari percobaan yang dilakukan dapat
kita urutkan ligan lemah ke ligan yang paling kuat dalam ion kompleks yang
didapatkan, yaitu [Fe2(SCN)6]3-, [Fe(H2O)6]3+, [Fe(Cl)6]3- , [Fe(SO4)3]3-.
VIII. Kesimpulan
1. Urutan warna dari yang pudar sampai ke yang lebih pekat hasil percobaan ini. Di
dapat urutannya yaitu FeCl3 + NaCl, FeCl3 + H2O, FeCl3 + CuSO4, FeCl3 + KSCN.
2. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat langsung pada atom pusat.
3. Atom pusat adalah atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang didonorkan.
4. Ligan monodentat: menyumbang satu atom donor. Cth: H2O, NH3.
5. Ligan bidentat yang menyumbang dua atom donor dan
6. Ligan polidentat yang menyumbang lebih dari dua atom donor.
7. Aquades (H2O) bewarna bening ketika direaksikan dengan FeCl3 larutan tersebut
berubah warna menjadi menjadi lebih jernih dari warna awal dari FeCl3 dikarenakan
pengenceran biasa.
8. KSCN. Ketika direaksikan dengan FeCl3 larutan tersebut berubah warna menjadi
Berubah jadi warna merah kehitaman seharusnya warnanya berubah menjadi merah
bata/orange, jadi merah kehitaman karena FeCl3 kadawarsa.

IX. Daftar Pustaka

Syarifuddin, N. (1994). Ikatan Kimia. Yogyakarta: UGM-Press..

Chang, R. (2004). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Effendy. (2007). Kimia Koordinasi Jilid 1. Malang: UNM-Press.

Hala, H. (2008). Kimia Dasar Universitas. Jakarta: Balai Pustaka.

Petrucci , R. H. (1987). Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Sukarti. (1989). Kimia 3. Klaten: PT. Intan Pariwara.

Syarifuddin, N. (1994). Ikatan Kimia. Yogyakarta: UGM-Press..

Vogel. (1979). Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta:
PT.Kalman Mdia Pustaka.

Wahyuni , E. T. (2007). Handout Analisis Instrumental I, “Spectrophotometer UV-


Vis. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN GAMBAR
No Gambar Keterangan
1
Larutan KSCN

2
Larutan FeCl3

3
Larutan NaCl

4
Larutan CuSO4

5
Aquades
6
FeCl3 + CuSO4

7
FeCl3 + KSCN
8
FeCl3 + NaCl

9
FeCl3 + Aquades

Anda mungkin juga menyukai