KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN II
KUAT MEDAN ANTARA LIGAN AMIN-AIR
PENDAHULUAN
mempunyai kulit-kulit d dan f yang terisi sebagian. Unsur transisi semuanya adalah
logam, kebanyakan berupa logam keras yang menghantarkan panas dan listrik yang
senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong
yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul
Pada senyawa kompleks, atom pusat terikat langsung dengan suatu senyawa
yang disebut ligan. Ligan adalah senyawa atau ion yang terikat pada atom pusat
yang memberi pasangan elektron. Ligan tersebut memiliki peran yang sangat penting
dalam suatu senyawaan kompleks yang mana semakin kuat suatu ligan berikatan
dengan suatu senyawa kompleks maka kompleks tersebut akan semakin stabil.
Sifat magnetik dari ion kompleks yang mengandung ligan tergantung dari
kuat lemahnya ligan yang terdapat dalam ion kompleks tersebut. Kuat lemahnya [
kuat medan ligan antara amin dan air, serta menentukan panjang gelombang
Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui kekuatan medan antara ligan
1. Menentukan panjang gelombang maksimum dari larutan ion logam Cu2+ 0,02
M dalam pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 M, dan campuran
2. Membandingkan kuat medan antara ligan amin dengan air dari ketiga larutan
Penentuan panjang gelombang maksimum dari larutan ion logam Cu2+ 0,02 M
dalam pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 M, dan campuran 3:1 antara
rentang panjang gelombang 480-540 nm pada campuran 1:1 antara air dan
NH4OH 1 M dan rentang panjang gelombang 460-530 pada campuran 3:1 antara air
TINJAUAN PUSTAKA
dalam katalisis homogen logam transisi kompleks yang mengandung donor nitrogen
pengkelat ligan. Dari literatur, korelasi antara logam transisi dan sifat ligan
umumnya berikatan dengan logam transisi awal, sedangkan ligan donor non-karbon
dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Fenomena yang paling umum yang
muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan.
Fenomena lain yang sering terlihat bila kompleks terbentuk adalah kenaikan
dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom (ion) pusat
itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak
mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di
dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan
koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan yang dapat
membentuk kompleks yang stabil dengan dengan atom pusat (Svehla, 1985).
senyawaan-senyawaan logam transisi, dan teori valensi lainnya yang tersisa. Yang
pertama yaitu kulit-kulit d dan f yang tersisa sebagian. Hal ini menuju kepada tidak
mungkinnya pengamatan eksperimen dalam kebanyakan kasus lain: keparamagnetan,
spektra serapan tampak, dan tampaknya ada keragaman tidak teratur dalam sifat-sifat
termodinamika serta struktur. Yang kedua ialah adanya pendekatan kasar namun
efektif yang disebut teori medan kristal, yang menyediakan metode pemahaman yang
ampuh namun sederhana, dan mengaitkan sekalian sifat yang timbul, terutama dari
bagaimana energi dari orbital-orbital ion logam akan dipengaruhi oleh set atom atau
ligan sekelilingnya. Teori itu bekerja baik bila simetri tinggi tetapi dengan usaha
Reaksi dimana kompleks terbentuk dapat dianggap sebagai suatu reaksi asam
basa Lewis dengan ligan bertindak sebagai basa, dengan menyumbangkan sepasang
elektronnya kepada kation yang merupakan asamnya. Ikatan yang terbentuk antara
atom logam pusat dan ligan sering bersifat kovalen, namun dalam beberapa kasus
antaraksi itu dapat berupa tarik menarik Coulomb. Beberapa kompleks mengalami
reaksi subtitusi dengan sangat cepat dan kompleks itu dikatakan labil (tidak mantap),
Kompleks dibentuk oleh reaksi suatu ion logam, suatu kation, dengan suatu
anion atau molekul netral. Ion logam dalam kompleks itu disebut atom pusat
dan gugus yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan yang
dibentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi logam itu
atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masingnya
dapat dihuni satu ligan (monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah
simetris. Jadi, suatu kompleks dengan satu atom pusat dengan bilangan koordinasi 6,
terdiri dari ion pusat, dipusat suatu oktahedron, sedang keenam ligannya menempati
susunan yang datar atau hampir datar, dimana ion pusat berada dipusat suatu
(Svehla, 1985).
Ligan monodentate adalah salah satu yang melekat ke atom logam oleh ikatan
dari hanya satu atom (donor atom) ligan. Ligan seperti F-, Cl-, O2-, PR3, H2O, CH3-,
sebagai jembatan antara dua atau lebih atom-atom logam. Contohnya kompleks
Fe2(CO)2, Au2Cl6, dan Cr2(OH)2(H2O)84+ yang melibatkan jembatan ligan CO, Cl-,
Dalam teori medan kristal, senyawa kompleks dipandang sebagai satu molekul
logam pusat, khususnya yang beredar dalam orbital d yang belum terisi penuh,
disekitarnya. Meskipun penerapan teori medan kristal dapat dikenakan pada senyawa
kehadirannya dalam salah satu dari lima orbital d dimana saja, karena semuanya
dalam daerah ruang lebih dekat ke ion-ion negatif daripada yang lain, dan elektron
jelas akan lebih menyukai berada dalam orbital, dimana elektron berada sejauh
Elektron d dari ion logam jelas akan lebih suka untuk menempati kumpulan
orbital t2g daripada kumpulan eg. Itu karena tingkat energi eg terletak di atas tingkat
energi t2g. Susunan oktahedral dari ligan negatif di sekitar ion logam sebidang
dengan energi orbital d dari atom logam sebagai fungsi dari distribusi enam serangan
Kekurangan teori medan kristal pada dasarnya adalah karena teori ini tidak
menyinggung efek ikatan kovalen. Dengan begitu kita bisa memodifikasi tanpa harus
yang biasanya digunakan untuk memodifikasi teori medan kristal agar mampu
menjelaskan paling tidak sebagian efek tumpang-tindih orbital adalah dengan jalan
dimiliki oleh ion logam bebas. Jika orbital betul-betul mengalami tumpang-tindih
maka pastilah elektron-elektron atom pusat tidak hanya dipengaruhi oleh medan
elektrostatik dari muatan atau dwikutub ligan (Day dan Selbin, 1993).
BAB III
METODE PERCOBAAN
CuSO4 0,1 M, larutan NH4OH 1 M, akuades, kertas label, sabun cair, dan tissue roll.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu gelas kimia 100 mL, gelas
kimia 250 mL, spektronik 20D+, labu ukur 50 mL, pipet skala 10 mL, sikat tabung,
pipet volume 10 mL, bulb, labu semprot, batang pengaduk, sendok tanduk, dan kuvet.
3.3.1 Pembuatan Larutan Ion Logam Cu2+ 0,02 M Dalam Pelarut Air
dibilas dengan akuades. Selanjutnya bulb dipasang pada pipet skala 10 mL. Pipet
skala dibilas terlebih dahulu dengan larutan ion logam Cu2+ sebelum dipakai. Setelah
itu, larutan ion logam Cu2+ 0,1 M dipipet sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur
3.3.2 Pembuatan Larutan Ion Logam Cu2+ 0,02 M Dalam Campuran 1 : 1 Air
dan NH4OH 1 M
dibilas dengan akuades. Selanjutnya bulb dipasang pada pipet skala 10 mL. Pipet
skala dibilas terlebih dahulu dengan larutan ion logam Cu2+ sebelum dipakai. Setelah
itu, larutan ion logam Cu2+ 0,1 M dipindahkan sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur
3.3.3 Pembuatan Larutan Ion Logam Cu2+ 0,02 M Dalam Campuran 3 : 1 Air
Dan NH4OH 1 M
dibilas dengan akuades. Selanjutnya bulb dipasang pada pipet skala 10 mL. Pipet
skala dibilas terlebih dahulu dengan larutan ion logam Cu2+ sebelum dipakai. Setelah
itu, larutan ion logam Cu2+ 0,1 M dipindahkan sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur
akuades sampai tanda batas dan dihomogenkan. Diamati absorbansi (A) dengan
640 0,965
absorbansi (A) :
0
440 460 480 500 520 540
-0.01
Absorban
-0.02
-0.03
-0.04
-0.05
Panjang Gelombang (λ) nm
1.05
1
Absorban
0.95
0.9
0.85
540 560 580 600 620 640 660
Panjang Gelombang (λ) nm
4.3 Grafik hubungan panjang gelombang (λ) dan absorbansi (A) larutan
ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1 : 1 air dan NH4OH 1 M
1
0.8
Absorban
0.6
0.4
0.2
0
540 560 580 600 620 640 660
Panjang Gelombang (λ) nm
4.4 Grafik hubungan panjang gelombang (λ) dan absorbansi (A) larutan
ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3 : 1 air dan NH4OH 1 M
Pengukuran larutan ion logam Cu2+ dalam pelarut air, panjang gelombang
maksimum yang diperoleh yaitu pada 480 nm, yang memperoleh absorbansi -0,032.
[
gelombang 500 nm, memperoleh absorbansi -0,044, serta pada panjang gelombang
Pengukuran larutan ion logam Cu2+ dalam campuran 1:1 antara air dan
NH4OH 0,1 M, panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu pada 600 nm [
yang memperoleh absobansi 1,010. Pada panjang gelombang 560 nm, memperoleh
absorbansi 0,860, pada panjang gelombang 580 nm, memperoleh absorbansi 0,965,
[
pada panjang gelombang 620 nm, memperoleh absorbansi 1,005, serta pada panjang
Pengukuran larutan ion logam Cu2+ dalam campuran 3:1 antara air dan
NH4OH 0,1 M, panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu pada 600 nm,
yang memperoleh absobansi 0,920. Pada panjang gelombang 560 nm, memperoleh
absorbansi 0,766, pada panjang gelombang 580 nm, memperoleh absorbansi 0,875,
maksimum dari larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam pelarut air, campuran 1:1
antara air dan NH4OH 1 M, dan campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1 M dengan
ligan amin dengan air dari ketiga larutan yang telah dibuat dengan melihat panjang
pada persamaan E = h.λ.c atau E = h.v, dimana E adalah energi, h adalah tetapan
Semakin pendek panjang gelombang maksimum yang diperoleh, makin kecil energi
yang diserap, yang berarti bahwa makin besar kuat medan ligan pada ion pusat.
Berdasarkan teori, panjang gelombang larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam
pelarut air lebih kecil dibandingkan dengan larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1
antara air dengan NH4OH 1 M dan larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran
3:1 antara air dengan NH4OH 1 M, dapat dilihat dari nilai absorbansi yang
nilai absorbansi sampai pada titik maksimum, setelah itu nilai absorbansi akan
ion logam Cu2+ 0,02 M dalam pelarut air menunjukkan nilai negatif pada absorbansi,
absorbansi mungkin disebabkan oleh dua faktor. Pertama, kesalahan pada saat
pengerjaan, seperti pemipetan yang kurang akurat sehingga kadar total ion logam
Cu2+ dalam pelarut air yang rendah terbaca. Kedua, penyimpangan instrumental
(karena polikromatis dan radiasi baur). Lampu baur adalah hasil dari hamburan dan
refleksi dari permukaan kisi, lensa cermin bijih, filter, dan jendela. Lampu ini sering
memiliki panjang gelombang yang berbeda dari radiasi utama untuk absorbansi dan
dalam pelarut air adalah 460-520 nm, larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam
campuran 1:1 antara air dengan NH4OH 1 M adalah 560-640 nm dan larutan ion
logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dengan NH4OH 1 M adalah
yang dapat dideteksi dari ketiga larutan pada suatu panjang gelombang,
Menurut teori menyatakan bahwa medan ligan amin lebih kuat dibandingkan
dengan kuat medan ligan air. Karena semakin tinggi panjang gelombang maksimum
maka semakin kecil kekuatan medan ligan tersebut. Pengecilan panjang gelombang
ini disebabkan oleh tarikan elektrostatik antara ion logam bermuatan positif dan
muatan negatif dari ligan. Apabila ligan adalah suatu molekul netral, maka ujung
Dari percobaan yang dilakukan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa ligan
yang paling rendah kuat medannya, yaitu yang panjang gelombang maksimumnya
paling tinggi, ialah pada larutan ion logam Cu2+ pelarut campuran dengan
ion logam Cu2+ pada pelarut campuran air dan amin dengan perbandingan 1:1 dengan
ion kompleks berupa [Cu(NH3)2(H2O)2]2+ dan yang paling kuat medannya ialah pada
larutan ion logam Cu2+ pelarut air, dengan ion kompleks [Cu(H2O)4]2+.
Data ini tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa dengan
penambahan ligan amin, panjang gelombangnya semakin kecil, maka energi yang
diserap semakin besar, berarti kuat medan ligannya semakin besar. Rumus yang
gelombang maksimum yang diperoleh, makin kecil energi yang diserap, berarti
makin besar kuat medan ligan pada ion pusat. Oleh karena itu, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kuat medan ligan amin lebih besar dari ligan air. Hal ini berbeda
5.1 Kesimpulan
1. Panjang gelombang maksimum larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam pelarut
air adalah 480 nm, larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1
antara air dan NH4OH 1 M adalah 600 nm, serta larutan ion logam Cu2+ 0,02
M dalam campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1 M adalah 600 nm.
2. Kuat medan ligan amin lebih kecil daripada kuat medan ligan air. Hal ini
5.2 Saran
Sebaiknya tidak hanya ligan amin dan air yang digunakan, tetapi juga ligan
Cotton, F.A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Day, M.C., dan Selbin, J., 1993, Kimia Anorganik Teori, diterjemahkan oleh Drs.
Wisnu Susetyo, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Day, R.A., dan Underwood, A.L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima,
diterjemahkan oleh Alyosius Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Hussain, R.A., Badshah, A., dan Asma, M., 2010, Synthesis, Chemical
Characterization and Catalytic Activity of Transition Metal Complexes Having
Imine Based Nitrogen Donor Ligand, Journal of the Korean Chemical Society,
54(1), 23-26, (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source
=web&cd=1&ved=0CC0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.kcsnet.or.kr%
2Fmain%2Fj_search%2Fj_download.htm%3Fcode%3DK100103&ei=d8cVU8
HTLovI0AGz2IGQDA&usg=AFQjCNE9_7y5eqJN-w2p_ilSM6H6FXMfkQ&
sig2=H-VXw7m6FNozGcMMoNE4AA&bvm=bv.62286460,d.dmQ, diakses
pada tanggal 5 Maret 2014 pukul 07.30 WITA).
Jolly, W.L., 1991, Modern Inorganic Chemistry Second Edition, McGraw-Hill, Inc,
California.
Svehla, G., 1985, Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Makro dan Semimikro,
diterjemahkan oleh Setiono, L., dan Pudjaatmaka, H.A., 1990, PT. Kalman
Media Pustaka, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Praktikan
Bagan Kerja
Cu2+ 0,1M
Dihomogenkan
Hasil
2. Pembuatan larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air
dan NH4OH 1M
Cu2+ 0,1M
Ditambahkan 25 mL NH4OH 1M
Dihomogenkan
Hasil
3. Pembuatan larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air
dan NH4OH 1M
Cu2+ 0,1M
Dihomogenkan
Hasil
Lampiran II
Gambar 1. Dari kiri ke kanan, hasil pengenceran larutan ion logam Cu2+ 0,1
M dengan pelarut air, hasil pengenceran larutan Cu2+ + NH4OH 1M dengan
air yang perbandingannya 1:1 antara air dan NH4OH 0,1M, hasil
pengenceran larutan Cu2+ + NH4OH 1M dengan air yang perbandingannya
3:1 antara air dan NH4OH 0,1M