KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN V
SINTESIS SENYAWA KOMPLEKS
TEMBAGA(II) HIDROKSIKUINOLIN
Cu[(C9H5ON)2]
NAMA
: ZULKARNAIM
(H311 11 261)
SEPTARIA YOLAN KL (H311 12 253)
MARYA ULFA
(H311 13 010)
KELOMPOK/REGU
: III (TIGA)/3 (TIGA)
HARI/TANGGAL PERCOBAAN : RABU/3 DESEMBER 2014
ASISTEN
: MUH. NISWAR YUNUS
BAB I
PENDAHULUAN
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara sintesis seyawa
kompleks Cu[(C9H5ON)2].
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mensintesis senyawa kompleks Cu[(C9H5ON)2]
2.
Menentukan berat rendamen dari senyawa kompleks yang dihasilkan
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah pembuatan senyawa kompleks Cu[(C 9H5ON)2]
disintesis dengan mereaksikan larutan A (CuSO4.5H2O) yang direaksikan dengan
metanol dan larutan B (8-hidroksikuinolin) yang direaksikan dengan metanol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ligan adalah zat beratom banyak, ligan yang beratom satu bermuatan
negatif, sedangkan ligan yang beratom banyak bisa pula tak bermuatan tetapi zarrah
yang berkutub, misalnya halida (F-, Cl-, Br-, dan I-) merupakn ligan yang beratom
satu dan bermuatan negatif, yang membentuk senyawa kompleks dengan beberapa
ion logam. Contoh ligan yang beratom banyak yang bermuatan adalah CN -, SCN-,
dan OH-, sedangkan ligan yang tak bermuatan selalu berupa ligan yang beratom
banyak sehingga merupakan molekul, yaitu NH3, H2O, dan amina alifatik. Sifat
umum semua ligan ditentukan oleh adanya pasangan elektron bebas, karen liganligan yang disebutkan di atas hanya dapat memberikan satu elektron maka ligan-ligan
itudisebut ligan bergigi satu, yang membentuk satu ikatan koordinasi dengan ion
logam pusat (Rivai,1995).
Beberapa ligam beratom banyak memiliki lebih dari satu pasangan
elektron yang dapat diberikannya, etilendiamina misalnya merupakan ligam bergigi
dua karena senyawa ini dapat memberikan dua pasangan elektron sekaligus, sehingga
dapat membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam pusat (Rivai,1995).
Unsur transisi dalam sistem periodik terletak antara golongan II A dan
golongan III A, yaitu dimulai dari golongan III B dan berakhir pada golongan II B,
konfigurasi elektron unsur transisi, elektron-elektron terakhir menempati pada orbital
3d sehingga unsur-unsur ini termasuk blok d, dalam blok d inilah terdapat unsurunsur transisi yang semula dikira mempunyai sifat-sifat peralihan dari logam ke
bukan logam, ternyata sekarang tidak demikian, sehingga nama transisi hanya
menunjukkan tempaynya saja dalam sistem periodik.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian unsur transisi
a. Unsur transisi adalah unsur blok d sistem periodik yang terletak antara
golongan alkali tanah dan golongan boron-aluminium.
b. Unsur transisi ialah uinsur yang sekurang-kurangnya salah satu ionnnya
mempunyai orbital d yang belum penuh (Soemantri dkk,1991).
Menurut teori medan kristal ikatan antara atom pusat dengan dengan
ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa
gaya elektrostatik. Ion kompleks tersusun dari ion pusat yang dikelilingi ion-ion
lawan atau molekul-molekul yang mempunyai momen dipole permanen (Sukardjo,
1985).
Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligand-ligand
sekelilingnya, sedang medan gabungan dari ligand-ligand akan mempengaruhi
electron-elektron dari ion pusat. Peranan ligand ini terutama mengenai electron d dari
ion pusat dan seperti kita ketahui electron d ini memegang peranan penting pada
pembentukan ion kompleks dari logam-logam transisi. Pengaruh ligand tergantung
dari jenisnya, terutama pada kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri ligandligand dalam kompleks (Svehla, 1985).
Di dalam ion bebas kelima orbital d bersifat degerate artinya mempunyai
energy yang sam dan electron dari orbital iniselalu memenuhi hokum multipliciply
yang maksimun. Teori medan kristal terutama membicarakan pengaruh dari ligand
yang tersusun secara berbeda-beda di sekitar ion pusat terhadap energy dari orbital d.
Pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu orbital eg atau dj dan orbital t 2g atau
de mempunyai arti penting dalam hal pengaruh ligand terhadap orbital-orbital
tersebut. Dengan adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak laigi degenerate,
orbital d ini terbagi menjadi beberapa orbital dengan energy berbeda. Dikatakan juga
orbital d ini mengalami splitting (Sukardjo, 1985).
Pada medan ligand yang lemah atau weak ligand field, electron-elektron
akan mengisi kelima orbital d tanpa berpasangan lebih dahulu. Hal ini disebabkan
karena perbedaan energy orbital t2g dan eg sangat kecil. Memang electron keempat
dapat mengisi orbital eg yang energinya lebih tinggi atau dapat berpasangan dengan
electron di orbital t2g (Svehla, 1985)
Akibat adanya splitting pada orbital d oleh adanya medan ligand,
memungkinkan terjadinya transisi elektronik di dalam kompleks. Dengan penyerapan
tenaga radiasi, electron pada orbital dengan energy rendah akan pindah ke orbital
yang tenaganya lebih tinggi. Sinar yang diserap untuk ini terda[pat pada daerah
Nampak atau visible, hingga banyak senyawa-senyawa kompleks yang berwarna
(Sukardjo, 1985).
menyumbangkan pasangan elektron. Ion logam transisi disebut ion pusat atau ion
sentral. Molekul atau ion yang menyumbangkan pasangan elektron disebut ligan,
banyaknya ligan yang diikat ion pusat dinyatakan oleh bilangan koordinasi
(Liliasari,1995).
Pereaksi-pereaksi untuk gravimetri adalah pereaksi-pereaksi organik
yang membentuk endapan dengan ion-ion logam. Senyawa kompleks yang terbentuk
biasanya berupa senyawa kompleks kelat dengan muatan pada ion logam dinetralkan
oleh muatan pada ligan yang melepaskan proton. Selain itu, bilamngan koordinasinya
terisi penuh secara bersamaan sehingga terbentuk garam kompleks dalam (Rivai,
1995).
Salah satu contoh pereaksi itu adalah dimetil glioksima yang membentuk
garam kompleks dalam dengan ion nikel(II). Kedua muatan positif pada ion nikel(II)
diimbangi oleh dua proton yang dilepaskan oleh ligan. Sedangkan atom-atom
oksigen yang bermuatan negatif membentuk ikatan hidrogen antar molekul dengan
gugus OH yang berdekatan. Pada satu pihak, senyawa komplek ini netral secara
kelistrikan pada pihak lain tidak kemungkinan terbentuknya ikatan hidrogen lebih
lanjut. Lagipula, adakan ikatan d-d yang lemah antar ion-ion logam pada molekulmolekul yang berdekatan. Itulah sebabnya endapan nikel(II) dimetilglioksima yang
berwarna merah sukar larut dalam air. Endapan ini mudah disaring dan dicuci,
HO
CH3
OH
BAB III
METODE PERCOBAAN
Pengamatan
0,549 g CuSO4.5H2O
Kristal biru
Ditambahkan 10 mL metanol
Larutan biru
Kristal putih
Ditambahkan 10 mL metanol
Larutan putih
Endapan disaring
4.2 Reaksi
Cu2+ + 2C9H7ON
Cu(C9H5ON)2+ 2H+
Cu2+ +
+ 2 H+
Cu
..N
OH
4.3 Perhitungan
Berat CuSO4.5H2O
= 0,549 gram
Berat 8-hidroksikuinolin
= 0,58 gram
= 0,82 gram
Berat Kristal
= 1,21 gram
Mol CuSO4.5H2O
Cu(C9H5ON)2
+ 2H+
0,002
0,004
0,002
0,004
0,002
0,004
0,002
0,004
berat praktek
x 100%
berat teori
x 100 %
= 417,24 %
4.4 Pembahasan
Pada percobaan ini, alat dibilas dan dibersihkan terlebih dahulu agar zat
pengotor yang terdapat dalam setiap alat hilang dan tidak mempengaruhi hasil reaksi.
Selanjutnya,
pembuatan
senyawa
kompleks
tembaga(II)
hidroksikuinolin
besi,
seng,
tembaga,
zirkonium
dan
sebagainya.
Ligan
1 jam untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
2.
Berat
rendamen
dari
senyawa
kompleks
tembaga(II)
hidroksikuinolin
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikan
SEPTARIA YOLAN KL
NIM. H311 12 253
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikan
ZULKARNAIM
NIM. H311 11 261
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikan
MARYA ULFA
NIM. H311 13 010
Lampiran I
Bagan Kerja
0,549 gram
CuSO4.5H2O
0,58 gram
8-hidroksikuinolin
- Ditambahkan 10 mL metanol
-Ditambahkan 10 mL metanol
Endapan
kristal
Lampiran II
Foto Percobaan