Anda di halaman 1dari 12

Program Studi

: Kimia

Nama Mata Kuliah

: Kimia Pestisida

Jumlah SKS

: 2 SKS

Pengajar

: Prof. Dr. H. Abd. Wahid Wahab, M.Sc.


Dra. Hj. Adiba Arief, MP.

1. Pendahuluan
1.1 Cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran
Bahan ajar ini akan dibahas mengenai definisi pestisida herbisida,
golongan

herbisida

asam

2,4-Diklorofenoksiasetat,

pemanfaatan,

efek/gangguan serta mekanisme keracunan dari pestisida.


1.2 Sasaran pembelajaran (dari GBRP)
Menjelaskan tentang definisi pestisida herbisida, golongan pestisida 2,4Diklorofenoksiasetat, pemanfaatan, gangguan serta cara kerja pestisida
2,4-Diklorofenoksiasetat.
1.3 Perilaku awal mahasiswa
Mahasiswa memiliki pengetahuan dasar akan kimia pestisida 2,4Diklorofenoksiasetat
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis senyawa dalam golongan
pestisida 2,4-Diklorofenoksiasetat serta menjelaskan mekanisme kerja dan
efek dari pestisida 2,4-Diklorofenoksiasetat.
I.5 Urutan pembelajaran
I. Pengertian Pestisida Herbisida
II. Pestisida Golongan 2,4-Diklorofenoksiasetat
III. Cara kerja pestisida 2,4-Diklorofenoksiasetat
IV.
V.
VI.

Toksisitas 2,4-Diklorofenoksiasetat
Efek pestisida 2,4-Diklorofenoksiasetat
Pencegahan efek pestisida 2,4-Diklorofenoksiasetat

1.6 Petunjuk belajar

Mahasiswa diharapkan selain mempelajari materi pada bahan ajar ini juga
diharapkan memperhatikan secara seksama penjelasan dari dosen sehingga
mampu memahami dan membahasakan kembali tentang kimia pestisida
2,4-Diklorofenoksiasetat.
2

Penyajian
2.1 Pengertian Pestisida Herbisida
Herbisida

merupakan

senyawa

kimia

yang

digunakan

untuk

mengendalikan, mematikan, atau menghambat pertumbuhan gulma tanpa


mengganggu tanaman pokok. Menurut Riadi, herbisida

merupakan suatu

bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan


atau mematikan tumbuhan.
Herbisida ini dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti
pada proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil,
fotosintesis, respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya)
yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Di samping itu herbisida bersifat racun terhadap gulma atau
tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan
dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian dari jenis tumbuhan. Pada
dosis yang

lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak

merusak tumbuhan yang lainnya

2.2 Pestisida Golongan Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat

Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) adalah senyawa kimia yang


banyak digunakan sebagai herbisida (pembunuh tanaman pengganggu atau
gulma) yang masuk pada golongan chlorophenoxy. Herbisida berbahan 2,4-D
pertama kali digunakan pada tahun 1940 di Amerika Serikat. 2,4-D merupakan
jenis herbisida yang telah lama dan sampai saat ini paling banyak digunakan
dalam budidaya tanaman di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dipicu oleh
semakin langkanya tenaga kerja dan tersedianya herbisida yang relatif mudah
dan murah, peningkatan penggunaan pestisida di Indonesia, khususnya
herbisida, semakin terlihat nyata pada 20 tahun terakhir. Saat ini,
ketergantungan perkebunan, baik skala besar maupun kecil, perkebunan rakyat,
perkebunan milik negara, maupun perkebunan swasta, pada herbisida sebagai
alat pengendali gulma semakin tinggi karena alasan keefektifan, ekonomi dan
kelangkaan tenaga kerja.
2,4-D merupakan senyawa berbentuk kristal putih dan tidak berbau
dengan titik leburnya 140, 50C dan mendidih pada suhu 1600C. 2,4-D sukar
larut dalam air, dengan mereaksikan 2,4-D dengan garam dapat dibuat menjadi
sangat larut, bersifat cepat larut dan menyebar merata di dalam air tanpa
memerlukan pengadukan terus-menerus. 2,4-D merupakan golongan fenoksi,
memiliki rantai yang mempunyai gugus karboksil dipisahkan oleh karbon atau
karbon dan oksigen sehingga memberikan aktivitas yang optimal. 2,4-D datang
dalam berbagai bentuk kimia, termasuk garam, ester, dan bentuk asam. Nama
bahan aktifnya antara lain : asam 2,4-D butil sihalofop; 2,4-D amina; 2,4-D

butil ester; 2,4-D dimeti amina; 2,4-D IBE; 2,4-D iso propil amina dan 2,4-D
natrium.

Gambar 1. Struktur Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat

Asam 2,4-D adalah salah satu auksin (hormon tumbuhan) yang berperan
dalam pertumbuhan kalus dari eksplan dan menghambat regenerasi pucuk
tanaman. 2,4-D adalah sintesis auksin dan karena itu sering digunakan dalam
laboratorium untuk penelitian tanaman dan sebagai suplemen di pabrik kultur
sel media seperti media MS. 2,4-D pernah dipakai sebagai campuran bagi
pembuatan 2,4,5-T (asam 2,4,5-trichlorophenoxyacetic) yang dikenal sebagai
orange agent. Formula ini pernah dipakai tentara Inggris di Malaysia serta
tentara Amerika di vietnam untuk penggundulan hutan dalam rangka
penumpasan pemberontakan. Dampaknya terhadap kesehatan manusia
diketahui hingga beberapa tahun kemudian. Penyebab kanker, kesehatan
reproduksi, mutasi gen, kerusakan mata dan kerusakan kulit. Akan tetapi dalam
konsentrasi rendah 2,4-D dapat berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh yang
mampu merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman dan
digunakan untuk menghambat perkecambahan benih dalam penyimpanan.

bias

2.3 Cara kerja Pestisida 2,4-Diklorofenoksiasetat


Pada tanaman sendiri, 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid meregulasi
pertumbuhan tanaman dengan bekerja sintetik sebagai auksin, suatu hormon
pertumbuhan yang dimiliki untuk bertumbuh dan berkembang, sehingga
menyebabkan pertumbuhan yang sangat cepat dan akhirnya mengganggu
transpor nutrisi dan menyebabkan kerusakan atau kematian pada tanaman itu
sendiri.
Secara in vivo, komposisi chlorophenoxy berhubungan dengan kecepatan
hidrolisa, oleh karena itu masing-masing komposisi bergantung pada bentuk
asam dari pestisida. Herbisida berikatan kuat dengan serum albumin
menambah panjang rantai asam dan meningkatkan pergantian ikatan asam
aromatik. Mekanisme toksisitas dari herbisida chlorophenoxy belum dapat
dijelaskan secara utuh. Tetapi melalui studi eksperimental mengindikasikan
keterlibatan beberapa komponen sel yaitu dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan kerusakan membran plasma.
b. Hambatan pada jalur metabolisme seluler melibatkan asetilkoenzim A
(asetil-CoA).
c. Terganggunya proses fosforilasi oksidase dikuti dengan kerusakan membran
intraseluler.
d. Gangguan proses fosforilase oksidatif merupakan komponen yang penting
yang dapat menyebabkan kematian pada pasien yang mendapat paparan
lama dari herbisida chlorophenoxy. Herbisida chlorophenoxy sendiri
menyebabkan tidak berlangsungnya proses fosforilasi in vitro dengan

mekanisme yang belum jelas. Proses dimana kebutuhan oksigen dan


produksi energi meningkat diluar proporsi dari pembentukan ATP. Mungkin
hal itu disebabkan karena faktor ekstrinsik seperti bahan-bahan kimia atau
obat-obat yang bisa merusak fungsi mitokondria. Pada awalnya, hal ini
menyebabkan peningkatan respirasi mitokondria sampai pada menurunnya
jumlah ATP yang dibutuhkan untuk fungsi sel termasuk transport pompa
aktif seperti Na-K ATPase. Yang kemudian menghilangkan ion sel dan
mengganggu regulasi volume, dimana jika ATP tidak disediakan dengan
cukup akan menyebabkan terjadinya kematian sel yang ireversibel.
e. Pada konsentrasi chlorophenoxy yang tinggi, dapat menyebabkan kerusakan
membran sel eritrosit dimana pada pemeriksaan mikroskop electron
memperlihatkan perubahan bentuk sel eritrosit menjadi bentuk bundel
(echinocyte) dengan konfigurasi beberapa spinula di sekitarnya.
f. Kelainan pada sistem saraf pusat akibat adanya gangguan pada sawar darah
otak dimana dibuktikan dengan ditemukannya serum albumin dan IgG pada
otak) yang disebabkan karena akumulasi herbisida pada sistem saraf pusat.
g. Herbisida chlorophenoxy juga mengganggu mekanisme pemindahan sel
membran, salah satunya pemindahan anion organic pada pleksus koroideus
dari otak ke pembuluh darah. Ditandai dengan ditemukannnya akumulasi
neurotransmiter dopamin dan serotonin.
h. 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid menyebabkan hambatan pada ion channel
yaitu gangguan transport Ca2+ sehingga terjadi aktivasi terus menerus dan
ireversibel sistem aktin miosin dan degenerasi miofibril.

i. Akibat peningkatan konsentrasi ion kalsium intraseluler pada hati disertai


dengan pengurangan jumlah sel protektif hati seperti glutation dan protein
thiol, terjadi gangguan peroksidae lipid di hati.
j. Chlorophenoxy beserta analognya juga dapat menghambat agregasi platelet
dan produksi tromboksan, dimana mekanisme ini menjelaskan tentang
bagaimana terjadinya koagulopati pembuluh darah.

2.4 Toksisitas 2,4-Diklorofenoksiasetat


a. Paparan secara akut
Gejala klinik pada sistem gastrointestinal apabila ditelan seperti mual,
nyeri perut, hipermotilitas saluran gastrointestinal dan diare (kadang-kadang
disertai darah). Senyawa ini mempunyai efek iritasi terhadap membran
mukosa. Peningkatan enzim hepatic bisa terjadi seperti dehidrogenasi lactase
dan aspartat aminotransferase (AST). Pada dosis yang tinggi dapat
menimbulkan gangguan musculoskeletal dan neurologic. Gejala klinik pada
sistem musculoskeletal seperti kaku pada kaki, kedutan dan spasme otot,
fibrilasi otot bahkan rabdomiolisis. Pada sistem saraf pusat dapat terjadi
depresi sistem saraf pusat, ataksia, miosis dan paralisis yang dapat berujung
pada koma. Pada sistem kardiovaskular dapat ditemukan takikardi dan
disritmia jantung. Pada studi kasus pasien yang mengalami overdosis, 7 dari 27
orang mengalami hipotensi. Pada paru-paru ditemukan hiperventilasi dan
edema paru-paru.

Pada ginjal apabila terdapat kerusakan glomerulus atau tubulus ginjal


dapat menyebabkan albuminuria dan hemoglobinuria. Asidosis metabolic juga
dilaporkan pada beberapa kasus. Kematian biasa dihubungan dengan adanya
kolaps pembuluh darah perifer. Target organ adalah sistem saraf pusat dan
kardiovaskuler. Pada pemeriksaan elektrokardiografi, didapatkan gambaran
yang abnormal, dimana ditemukan gelombang T yang datar.
b. Paparan secara kronik
Gejala yang dapat ditimbulkan akibat paparan kronik herbisida
chlorophenoxy adalah disfungsi hati dan neurotoksisitas. Dimana kelainan
pada fungsi hati yang dapat ditemukan seperti porfiria yang pernah dilaporkan
pada kasus paparan kronik saat bekerja. Selain itu herbisida chlorophenoxy
bersifat karsinogen akibat adanya perubahan atau mutasi pada sel-sel tubuh.

2.5 Efek pestisida 2,4-Diklorofenoksiasetat


2,4-D murni, rendah toksisitas jika dimakan, dihirup, atau jika kontak
kulit, dan beberapa bentuk rendah toksisitas pada mata. Namun, bentuk asam
dan garam 2,4-D dapat menyebabkan iritasi mata parah. Orang yang minum
produk yang mengandung 2,4-D akan mengalami muntah, diare, sakit kepala,
bingung dan agresif. Beberapa orang juga mengalami gagal ginjal dan
kerusakan otot rangka. Orang-orang yang kena tumpahan 2,4-D pada kulit
mereka, mengalami
iritasi kulit. Untuk Pernafasan, uap 2,4-D dapat menyebabkan batuk, rasa
terbakar di jalan nafas, dan pusing.

Pada lingkungan, 2,4-D akan mengalami perubahan tergantung pada


bentuk lingkungan dan dampak apa yang mungkin, terutama pada ikan. Salah
satu bentuk dari 2,4-D adalah Ester butoksietil dapat sangat beracun bagi ikan
dan kehidupan akuatik lainnya. Bentuk garam mungkin hanya sedikit beracun
untuk hewan air. Hewan air lebih sensitive terhadap 2,4-D. Dalam sedimen air
2,4-D dipecah oleh bakteri air dan memiliki waktu paruh yang lebih lama yaitu
186 hari. Sedang di dalam tanah sebagian besar 2,4-D rusak, sehingga setengah
dari jumlah aslinya hilang dalam 1-14 hari. 2,4-D ditemukan dalam air tanah
dangkal dan sungai di daerah pedesaan maupun perkotaan pada tingkat yang
rendah.
Pada manusia dan mamalia 2,4-D terserap lewat kulit dan paru-paru.
Setelah terserap 2,4-D menyebar ke seluruh tubuh manusia tetapi tidak
berkembang di setiap jaringan dan hampir seluruhnya kembali dikeluarkan
lewat urine. Lebih dari 75% 2,4-D yang terserap akan meninggalkan tubuh
dalam 4 hari pertama setelah terpapar. Akan tetapi dari berbagai penelitian
dilaporkan bahwa para pekerja pertanian yang sering menggunakan herbisida
ini di lahannya akan mengalami kerusakan mata serta iritasi kulit.
WHO menggolongkan herbisida 2,4-D sebagai pestisida golongan dua,
moderat pestisida berbahaya sekelas endosulfan, lindane, paraquat dan
toxaphene. Walaupun telah lama hampir beberapa dekade digunakan, masih
ada keraguan negatif penggunaannya terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan. Pada tahun 2004, EPA memutuskan bahwa 2,4-D tidak dapat
diklasifikasikan berkaitan dengan kemampuannya untuk menyebabkan kanker

karena tidak ada data yang cukup. Para ilmuwan belum menemukan hubungan
yang jelas antara 2,4-D dan kanker pada manusia. Karena 2,4-D sering
dicampur dengan herbisida lain, sulit untuk mengetahui apakah 2,4-D atau
salah satu herbisida lainnya mungkin terkait dengan kanker.
Manusia akan terpapar 2,4-D jika menggunakan herbisida ini dan
mengenai kulit atau terhidup, kemudian makan atau tanpa mencuci tangan
terlebih dahulu. Penggunaan sunscreen, penolak serangga, dan minum alkohol
dapat meningkatkan 2,4-D yang diserap melalui kulit. Untuk mengurangi
terpaparnya produk yang mengandung 2,4-D dapat dilakukan dengan
mengikuti label dan berhati-hati jika menggunakannya.

2.6 Pencegahan efek pestisida 2,4-Diklorofenoksiasetat


a. Proteksi pernapasan. Jika ada gejala penyakit yang terjadi selama
menghirup dari semprotan, segera hindari korban dari bahan kontak
minimal 2 3 hari.
b. Dekontaminasi kulit dan mata. Jika terkena percikan bahan kimia, segera
bersihkan dengan air bersih yang mengalir selama 10 15 menit. Jika
iritasi berlangsung lama segera berobat ke dokter.
c. Dekontaminasi gastrointestinal. Jika sejumlah senyawa chlorophenoxy
ditelan, segera mungkin dimuntahkan atau dilakukan bilas lambung.
d. Pemberian cairan intravena. Pemberian cairan intravena adalah untuk
mengeluarkan senyawa chlorophenoxy dan membatasi konsentrasinya di

ginjal. Dimana kecepatan keluarnya urin adalah 4 -6 ml/menit. Pemberian


saline/dekstrose IV cukup untuk menyelamatkan pasien yang koma yang
meminum 2,4-D beberapa jam sebelum masuk rumah sakit. Peringatan :
Tetap menjaga protein urin dan sel, BUN, kreatinin serum, elektrolit dan
asupan cairan secara hati hati untuk menjaga fungsi ginjal dan mencegah
kelebihan cairan.
e. Diuresis. Diuresis alkaline dilakukan segera dalam 26 jam setelah pasien
menelan chlorophenoxy untuk mencegah kerusakan ginjal. pH urin harus
dijaga antara 7,6 8,8. Sangat penting memonitor jumlah elektroli
terutama natrium dan kalsium.

3 Penutup
3.1 Rangkuman
Informasi tentang pestisida dan kegunaannya yang dibahas dalam modul ini,
membuat

mahasiswa

mengerti

mengenai

golongan

pestisida

2,4-

Diklorofenoksiasetat, terutama senyawa-senyawa yang masuk dalam golongan


pestisida tersebut. Pembahasan pestisida dalam modul ini juga dapat memberikan

pemahaman yang sangat mendalam tentang proses atau mekanisme atau cara kerja
pestisida 2,4-Diklorofenoksiasetat.
Berdasarkan uraian dari modul ini, maka mahasiswa telah memiliki gambaran
tentang kimia pestisida golongan 2,4-Diklorofenoksiasetat sehingga mahasiswa
telah bisa membahas hal-hal yang akan dipelajari pada modul selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai