Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UAS

KIMIA DASAR II

DOSEN PENGAMPU:
NENY FIDAYANTI., ST., M.Si
Dra. RULI MEILIAWATI, M.Pd
NENY SUKMAWATIE., S.HUT., MP.

DISUSUN OLEH :
NAMA : ANDINU WAHYU SAPUTRA
NIM : 193030504056

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2020
BAB I
UNSUR TRANSISI

1.1 PENGERTIAN LOGAM TRANSISI


Logam transisi adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 3 sampai
12 (IB sampai VIIIB pada sistem lama). Kelompok ini terdiri dari 38 unsur.
Semua logam transisi adalah unsur blok-d yang berarti bahwa elektronnya terisi
sampai orbit d. Dalam ilmu kimia, logam transisi mempunyai dua pengertian:

 Definisi dari IUPAC mendefinisikan logam transisi sebagai "sebuah unsur


yang mempunyai subkulit d yang tidak terisi penuh atau dapat membentuk kation
dengan subkulit d yang tidak terisi penuh"
 Sebagian besar ilmuwan mendefinisikan "logam transisi" sebagai semua
elemen yang berada pada blok-“d” pada tabel periodik (semuanya adalah logam)
yang memasukkan golongan 3 hingga 12 pada tabel periodik. Dalam kenyataan,
barisan blok-f lantanida dan aktinida juga sering dianggap sebagai logam transisi
dan disebut "logam transisi dalam".
Jensen meninjau ulang asal usul penamaan "logam transisi" atau blok-d.
Kata transisi pertama kali digunakan untuk mendeskripsikan unsur-unsur yang
sekarang dikenal sebagai unsur blok-d oleh kimiawan asal Inggris bernama Charles
Bury pada tahun 1921, yang merujuk pada peralihan/transisi pada perubahan
subkulit elektron (contohnya pada n=3 pada baris ke-4 tabel periodik) dari subkulit
dengan 8 ke 18, atau 18 ke 32.

1.2 PENGGOLONGAN
Bentuk konfigurasi elektron pada atom logam transisi dapat ditulis sebagai []ns2(n-
1)dm di mana subkulit d mempunyai energi yang lebih besar daripada subkulit
valensi s. Pada ion dengan dua dan tiga elektron valensi, yang terjadi adalah
sebaliknya dengan subkulit s mempunyai tingkat energi yang lebih besar.
Dampaknya, ion seperti Fe2+ tidak mempunyai elektron pada subkulit s: ion tersebut
memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d6 dibandingkan dengan elektron konfigurasi pada
atom Fe, yaitu [Ar]4s23d6. Unsur pada golongan 3 hingga 12 sekarang secara umum
dikenal sebagai unsur logam transisi, meskipun unsur-unsur dari La-Lu, Ac-Lr, dan
golongan 12 (dahulu disebut IIB) mempunyai definisi yang berbeda pada penulis
yang berbeda.

1. Banyak buku teks kimia dan tabel periodik yang mencantumkan La dan Ac
sebagai unsur golongan 3 dan termasuk golongan logam transisi,
dikarenakan atom-atom tersebut mempunyai konfigurasi elektron terluar
s2d1 seperti Sc dan Y. Elemen dari Ce-Lu dimasukkan ke dalam
baris lantanida ( atau "lanthanoid" menurut IUPAC dan Th-Lr dalam
baris aktinida. Kedua baris tersebut bersama-sama digolongkan dalam unsur
blok-f atau (pada buku-buku lama) sebagai "unsur transisi dalam".
2. Beberapa buku teks kimia memasukkan La ke dalam lantanida dan Ac ke
dalam aktinida. Klasifikasi ini didasarkan pada kemiripan sifat-sifat kimia, dan
mendefinisikan kelima belas elemen pada masing-masing baris ke dalam
blok-f meskipun mereka mengakui bahwa blok-f hanya dapat diisi oleh 14
unsur saja.
3. Klasifikasi ketiga mendefinisikan bahwa unsur-unsur blok-f terdiri atas La-Yb
dan Ac-No dan meletakkan Lu dan Lr pada golongan 3. Hal ini didasarkan
pada aturan Aufbau (atau aturan Madelung) dalam pengisian subkulit
elektron, di mana 4f diisi sebelum 5d (atau 5f sebelum 6d), sehingga
subkulit f sudah terisi penuh pada unsur Yb (dan No) sedangkan Lu (dan Lr)
mempunyai konfigurasi []s2f14d1. Meskipun demikian, La dan Ac adalah
pengecualian pada aturan Aufbau dengan konfigurasi elektron []s 2d1 (bukan
[]s2f1 seperti prediksi aturan aufbau) sehingga tidaklah pasti dari konfigurasi
elektronnya apakah La atau Lu (Ac atau Lr) yang seharusnya diklasifikasikan
dalam logam transisi.

1.3 CIRI DAN SIFAT


Ada beberapa ciri yang dimiliki bersama oleh unsur transisi yang tidak dimiliki unsur-unsur lain,
yang disebabkan oleh terisinya sebagian dari subkulit d. Di antaranya adalah:

1. pembentukan senyawa yang warnanya disebabkan oleh transisi elektron d-d


2. pembentukan senyawa dengan banyak bilangan oksidasi, dikarenakan kereaktifan yang
relatif rendah pada elektron subkulit d yang tidak berpasangan
3. pembentukan beberapa senyawa paramagnetik disebabkan oleh adanya elektron
subkulit d yang tidak berpasangan. Beberapa senyawa dari unsur golongan utama juga
merupakan paramagnetik (seperti nitro oksida dan oksigen).
BAB II

ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

1.1 PENGERTIAN

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik,


sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan
listrik. Larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah.
Elektrolit kuat mempunyai daya hantar yang relatif tinggi walaupun konsentrasinya relatif
kecil, sedangkan elektrolit lemah mempunya daya hantar yang relatif rendah walaupun
konsentrasinya relatif besar.
Menurut teori ionisasi Arrhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik
karena terdapat ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan. Ion-ion tersebut yang
berperan dalam menghantarkan arus listrik melalui larutan. Sebagai contoh, larutan
NaCl merupakan larutan elektrolit. Zat terlarut NaCl di dalam pelarut air akan terdisosiasi
(terurai) menjadi ion Na+ dan ion Cl−. Dalam eksperimen hantaran listrik larutan elektrolit
dengan menggunakan sumber arus listrik searah, lampu, dan dua elektroda, ion-ion
bermuatan positif akan bergerak ke arah elektroda yang terhubung ke kutub negatif
(katoda) sedangkan ion-ion bermuatan negatif akan bergerak ke arah elektroda yang
terhubung ke kutub positif (anoda).
Pada larutan non elektrolit, zat non elektrolit yang terlarut tidak dapat terurai menjadi
ion-ion, sehingga tidak terdapat ion-ion bebas yang dapat menghantarkan arus listrik.
Sebagai contoh, larutan gula sukrosa (C 12H22O11) merupakan larutan non elektrolit. Zat
terlarut sukrosa di dalam pelarut air tidak dapat terurai menjadi ion, sehingga tidak
terdapat ion bebas yang dapat menghantarkan listrik.

1. Senyawa ionik
Senyawa ionik adalah senyawa yang terdiri dari ion-ion positif dan negatif yang
bergabung oleh karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis. Contoh senyawa ionik
antara lain NaCl, KBr, CuCl2, Ca(NO3)2, (NH4)2S, NaOH, BaSO4, dan AgCl. Dalam
bentuk padat (kristal), ion-ion tersebut berada dalam posisi tetap pada kisi kristalnya
sehingga tidak dapat bergerak bebas. Oleh karena itu, padatan senyawa ionik tidak
dapat menghantarkan listrik. Jika padatan tersebut dilelehkan atau dilarutkan dalam air,
maka ion-ion tersebut dapat terurai dari kisinya dan bergerak bebas sehingga dapat
menghantarkan arus listrik. Ketika senyawa ionik dilarutkan dalam air, ion-ion positif dan
ion-ion negatif akan dikelilingi oleh molekul-molekul air sehingga terjadi stabilisasi
muatan oleh proses pelarutan (solvasi) oleh air. Berikut beberapa contoh persamaan
reaksi yang dapat dituliskan dari proses pelarutan beberapa senyawa ionik oleh air.
Ilustrasi pelarutan padatan senyawa ionik (kiri) dalam air: ion positif dan ion negatif dari
senyawa ionik tersebut dikelilingi oleh molekul-molekul air (kanan)
(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (11th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)

Pada umumnya semua senyawa ionik yang mudah larut dalam air, seperti NaCl, KBr,
CuCl2, Ca(NO3)2, (NH4)2S, dan NaOH adalah elektrolit kuat. Namun, untuk senyawa ionik
yang cenderung sukar larut dalam air seperti CaC2O4, SrCO3, BaSO4 dan AgCl, daya
hantarannya akan cenderung lebih lemah.
2. Senyawa kovalen
Senyawa kovalen adalah senyawa yang terdiri dari satuan-satuan diskrit yang disebut
molekul-molekul, yang terdiri dari beberapa atom nonlogam yang berikatan kovalen.
Senyawa kovalen ada yang bersifat polar dan adapula yang nonpolar. Senyawa kovalen
polar ada yang dapat mengalami ionisasi bila dilarutkan dalam air, sehingga membentuk
ion-ion bebas yang dapat menghantarkan listrik misalnya HCl, H 2SO4, H2C2O4,
CH3COOH, dan NH3. Senyawa-senyawa tersebut merupakan zat elektrolit. Berikut
beberapa contoh persamaan reaksi yang dapat dituliskan dari proses pelarutan
beberapa senyawa kovalen polar terionisasi oleh air.
Larutan Elektrolit Kuat dan Larutan Elektrolit Lemah
Perbedaan utama larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah adalah daya hantarnya
ketika konsentrasi kedua jenis elektrolit sama. Pada elektrolit kuat, elektrolit dapat
terurai sempurna atau hampir sempurna menjadi ion-ion dalam pelarutnya. Contoh
larutan elektrolit kuat yaitu senyawa-senyawa garam mudah larut dalam air, basa kuat,
dan asam kuat, seperti NaCl, KBr, CuCl2, Ca(NO3)2, (NH4)2S, NaOH, Ba(OH)2, HCl, dan
H2SO4. Sedangkan, pada elektrolit lemah, elektrolit hanya dapat terurai sebagian kecil
menjadi ion-ion dalam pelarutnya. Contoh larutan elektrolit lemah yaitu senyawa-
senyawa asam lemah dan basa lemah, seperti H2C2O4, CH3COOH, N2H4, dan NH3.
Secara kuantitatif, kuat lemahnya elektrolit dapat dinyatakan sebagai derajat ionisasi /
derajat disosiasi, α.

Pada larutan elektrolit kuat yang terionisasi/terdisosiasi sempurna, nilai α = 1,


sedangkan yang terionisasi hampir sempurna, nilai α mendekati 1. Pada larutan non
elektrolit, nilai α = 0. Jadi, batas nilai α untuk larutan elektrolit lemah adalah 0 < α < 1.
BAB III
LAJU REAKSI

1.1 PENGERTIAN
Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang
berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang
dihasilkan tiap detik reaksi.

1.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI


 LUAS PERMUKAAN SENTUH
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting, sehingga menyebabkan
laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang
sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi
pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu
semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;
sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk bereaksi.
 SUHU
Suhu  juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu
reaksi yang berlangsung dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak,
sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin
besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga
laju reaksi semakin kecil.
 Katalis
Katalis  adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam
reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat
perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan
dengan aktivitas energi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan
untuk berlangsungnya reaksi.
 MOLARITAS
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya
dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin
cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu
reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi.
 KONSENTRASI
Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrasi reaktan maka
dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi
konsentrasi, maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia, dengan demikian
kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi
meningkat. Jadi semakin tinggi konsentrasi, semakin cepat pula laju reaksinya.

Anda mungkin juga menyukai