Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang turut aktif dalam menandatangani
kesepakatan internasional tahun 1972 di Stockholm Swedia terkait dengan penerapan konsep
pembangunan berkelanjutan, yaitu integrasi aspek lingkungan ke dalam proses pembangunan.
Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dirumuskan sebagai suatu upaya
mengelola sumberdaya alam dan lingkungan secara arif dan bijaksana untuk memenuhi
kebutuhan generasi saat ini dan generasi yang akan datang dengan tanpa merusak dan
menurunkan kualitas lingkungan.
Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi negara terus meningkat dan fungsi lingkungan
tetap lestari, serta kondisi sosial masyarakat tetap stabil, harmonis, dan sejahtera. Pemanfaatan
sumberdaya alam harus diusahakan secara cermat dan bijaksana agar tidak merusak kelestarian
fungsi lingkungan hidup. Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting
untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang
dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik
dampak negatif maupun yang berdampak positif.
Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat kegiatan usaha atau
proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian di masa akan datang.
Dampak lingkungan yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan
dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik kimia, biologi, atau sosial. Perubahan lingkungan ini
jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora
maupun manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan, maka sebaliknya dilakukan
terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang bakal
timbul, baik dampak yang bakal timbul juga mencari jalan keluar untuk mengatasi dampak
tersebut. Studi inilah yang kita kenal dengan nama Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL).
Pengutamaan telaah AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak lingkungan
disekitarnya, baik di dalam maupun di luar suatu usaha atau proyek, yang akan dijalankan. Arti
keberadaan suatu usaha atau proyek akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berada di
sekitar rencana lokasi, baik dampak rencana usaha dan atau kegiatan terhadap kegiatan yang
sudah ada. Dewasa ini penelitian terhadap AMDAL suatu usaha sebelum dijalankan
sangat penting.
Masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang sehat, baik terhadap manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pada akhirnya jika aspek lingkungan dinyatakan tidak layak untuk
dijalankan, maka sebaiknya dibatalkan karena akan memperoleh kerugian lebih besar daripada
manfaatnya. Bahkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian
kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan kegiatan yang harus dijalankan.
Pada era yang serba modern ini banyak sekali kegiatan-kegiatan yang memiliki dampak
yang merugikan bagi lingkungan sekitar kegiatan tersebut dilaksanakan. Bahkan kegiatan
tersebut tidaklah didasarkan pemikiran tentang rona lingkungan yang terdapat dalam lingkungan
tersebut. Hal inilah yang mendasari pentingnya pemahaman akan ronalingkungan. Rona
lingkungan merupakan kondisi lingkungan pada saat ini yaitu kondisi alam atau komponen
komponen lingkungan awal sebelum perencanaan dan pembangunan fisik dimulai.
Rona lingkungan memuat berbagai aspek kegiatan manusia. Rona lingkungan dapat
dianggap merupakan unsur yang penting. Dalam Makalah ini pula akan dijelaskan mengenai
berbagai dampak dan jenis rona lingkungan yang diharapkan dapat menimbulkan pemahaman
yang benar akan pemahaman terhadap rona lingkungan.

1.2 Tujuan
Permasalah yang akan dibahas pada makalah ini meliputi:
1. Apa pengertian rona lingkungan?
2. Bagaiamana cara pendekatan rona lingkungan bagi suatu proyek atau kegiatan?
3. Apa saja komponen pada rona lingkungan?
4. Apa manfaat rona lingkungan untuk kehidupan?

1.3 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari makalah ini, antara lain:
1. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai rona lingkungan.
2. Memberikan wawasan kepasa pembaca mengenai cara pendekatan rona lingkungan bagi
suatu proyek atau kegiatan.
3. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai komponen pada rona lingkungan.
4. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai manfaat rona lingkungan untuk
kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkungan Studi


2.1.1 Area Studi
Penetapan area studi biasanya ditetapkan berdasarkan empat pendekatan, antara lain:
pendekatan teknis, pendekatan proyek, pendekatan ekologis, dan pendekatan administrasi. Pada
umumnya luas area dengan pendekatan proyek lebih sempit daripada dengan pendekatan
ekologis dan administrasi. Pendekatan proyek merupakan tapak proyekarea kegiatan
pembangunan itu dilaksanakan.
Area studi berdasarkan pendekatan proyek lebih mudah ditentukan sebab berhubungan
dengan batas pagar proyek itu dibangun. Area ini akan menjadi luas bila dihubungkan dengan
lokasi pengambilan material bangunan (quarry), pengangkutan material, dan pengambilan bahan
mentah setelah pabrik beroperasi. Sering kali area studi yang ditentukan berdasarkan pada tapak
proyek atau area kegiatan proyek disebut “On Site” atau area sumber dampak.
Pendekatan ekologis pada umunya ditentukan atas dasar fisiografi dan biasanya ditentukan
studi atas dasar bentuk lahan (Land Form) atau atas ekosistem alami yang ada. Penentuan area
studi dapat ditentukan dengan pendekatan administrasi untuk mengamati parameter sosial
ekonomibudaya dan kesehatan masyarakat. Penentuan area studi atas dasar teknis biasanya
ditentukan berdasarkan ketersediaan sumberdaya, yaitu tenaga, biaya dan waktu yang tersedia.

2.1.2 Parameter Lingkungan


Di dalam istilah AMDAL, maka lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
komponen lingkungan, yaitu komponen abiotik (geofisik kimia) yang disingkat A, komponen
biotis (biotik) yang disingkat B, dan culture (sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat)
yang disingkat C. Leopold dalam Munn (1979) membagi lingkungan menjadi 88 komponen
lingkungan.
Sementara Battelle dan Columbus dalam Canter (1982) mengelompokkan lingkungan
dalam kelompok kategori sebanyak empat buah, Sub Kategori atau komponen sebanyak 17 buah
dan faktor atau parameter lingkungan menjadi 78 buah. Sehingga dalam studi AMDAL akan
disebutkan dua klasifikasi, yaitu komponen lingkungan dan parameter lingkungan. Menurut
Canter dan Hill (1979) di dalam AMDAL struktur lingkungan dibagi menjadi empat kategori,
lima belas sub kategori, dan 63 variabel.

2.2 Metodologi Pengumpulan Data


2.2.1 Metode Pengumpulan Data Komponen Geofisik Kimia
2.2.1.1 Komponen Iklim
Komponen iklim yang diteliti terdiri dari berbagai parameter, yaitu tipe iklim, suhu,
kelembaban, curah huja, jumlah hujan hari hujan, kekuatan arah angin. Disamping itu terdapat
pula data iklim yang lain, yaitu angin kencang, topan dan periodisitasnya. Data parameter iklim
ini dikumpulkan dari data sekunder.

2.2.1.2 Komponen Hidrologi


Parameter dan komponen hidrologi, antar lain: debit permukaan air dan air tanah, sedimen,
kualitas air permukaan dan air tanah, drainase limpasan (run off), infiltrasi, perkolasi dan
evapotranspirasi. Pengumpulan data komponen hidrologi dilakukan dengan pengumpulan data
primer di lapangan dan data sekunder. Parameter kualitas air (fisika, kimia, biologi) diamati di
laboratorium. Air tanah diambil dari sumur dangkal dan sumur dalam (bor).
Analisis air di laboratorium pada dasarnya menggunakan gravimetri, volumetri, colorimetri
dan electroda ion selective. Kedua cara tersebut menggunakan Standard Method for The
Examination of Water And Wastewater (APHA, 1975). Untuk mendapatkan data primer titik
pengamatan ditentukan sesuai rancangan penelitian. Pada pengamatan terhadap limbah cair harus
dilakukan pengamatan pada titik outfall dan pada aliran sungai.

2.2.1.3 Komponen Udara


Parameter dari komponen udara yang harus dikumpulkan adalah arah dan kecepatan angin,
cuaca, tekanan udara, penguapan dan kualitas udara. Secara umum rincian kualitas udara, antara
lain: kebisingan, getaran (vibrasi), partikel debu, karbon monoksida (CO), hidrocarbon (HC),
nitrogen oksida (Nox), oksidan fotokimia, sulfur dioksida (SO2), Timbal (Pb), dan hidrogen
sulfida (H2S). Adapun areal atau lahan yang diamati atau titik pengamatan tergantung pada
rancangan penelitian. Pengamatan udara yang penting adalah pada titik sumber pencemar (emisi)
dan udara bebas (ambien).
Tabel Metode Pengamatan Udara, Analisis dan Peralatan yang Dipergunakan
No. Peremeter Peralatan yang Waktu Metode Analisis
Lingkungan dipergunakan Pengukuran
1. Gas SOx Gas Sampler 24 jam Pararosanilin
2. Gas NOx Gas Sampler 24 jam Salt man
3. Gas H2S Gas Sampler 24 jam Mercurythiocyanate
4. Gas CO NDIR Analyzer Sesaat NDIR
5. Debu High Volume 24 jam Gravimetric
Sampler
6. Pb High Volume 24 jam Gravimetric
Sampler
7. Bising Sound Level Sesaat -
Meter

2.2.1.4 Komponen Tanah


Parameter ini biasa diamati adalah erodibilitas tanah, kedalaman tanah, profil tanah, sifat
kimia, sifat fisik, dan bakteriologis dari tanah. Data primer digunakan untuk mengetahui tingkat
keharaan dan pencemaran. Data primer didapatkan dari pengambilan cuplikan tanah yang
dilakukan dengan “land auger” dan melalui singkapan yang ada. Untuk cuplikan tanah diambil
pada lapisan olah (25 cm) bila hanya untuk mengetahui tingkat keharaan dan untuk mengetahui
tingkat pencemaran dilakukan pengambilan lebih dalam.
Kurang lebih 2 kg untuk pengambilan sampel pada masing-masing lokasi pengambilan.
Cuplikan tanah yang biasa digunakan adalah lumpur yang akan dianalisis di laboratorium untuk
dianalisis sifat kimia dan fisika, meliputi: kadar air, tekstur, pH, kadar bahan organik, daya
hantar listrik (DHL), kapasitas pertukaran kation (KPK), salinitas, kadar besi ( Fe2O3), Mangaan
(Mn2O), dan kandungan logam berat (Cu, Cr, Cd, Zn, Sn, Pb, dan Hg). Data tanah biasa berupa
data sekunder atau dari peta tanah.

2.2.1.5 Fisiografi, Geomorfologi, dan Lahan


Pengamatan fisiografi dititik beratkan pada evaluasi bentuk penggunaan lahan dan proses-
proses terjadinya, antara lain: erosi, gerak massa batuan (Mass Wasting), dan proses sedimentasi.
Untuk kepentingan ini biasanya dilakukan pengamatan observasi dan data sekunder dari peta
fisiografi, peta tanah, dan peta penggunaan lahan.
Geomorfologi merupakan suatu komponen lingkungan yang dapat dirinci parameternya,
antara lain: bentuk topografi, sudut lereng, dan proses-proses geomorfik seperti longsoran lahan
dan bekas bencana banjir. Untuk mendapatkan komponen geomorfologi dapat dilakukan dengan
observasi sebagai checking dari data sekunder. Komponen geologi yang biasa diamati adalah
jenis dan komposisi mineral, sifat fisik batuan, ketebalan, penyebaran, struktur geologi dan
stabilitas batuan.
Cara pengamatan dilapangan dilakukan dengan mengamati singkapan batuan, di alur-alur
sungai, tebing, jalan, bekas galian, dan pengukuran kedudukan lapisan batuan yang disingkap.
Untuk mengamati jenis batuan dan komposisi mineral perlu dilakukan analisis laboratorium.
Khususnya untuk proyek yang memerlukan penggalian (quarry), pengamatan perlu dilakukan
terhadap topografi, jenis batuan dan sifat fisikanya, penyebaran batuan, metode penambangan,
volume penggalian, cara pengangkutan dan daerah bekas timbunan mineral yang tidak terpakai.
Pengamatan terhadap jenis batuan dan mineral juga harus dilakukan pada setiap bagian pola
penggunaan lahan. Hasil pengambilan contoh geologi dari lapangan segera dianalisis di
laboratorium.

2.2.1.6 Hidrooceanografi
Menurut Simoen (1988) hidrooceanografi merupakan ilmu yang menyangkut dua ilmu
yang cakupannya sangat luas, yaitu hidrologi dan oceanografi. Pada dasarnya hidrologi dibagi
menjadi empat cabang ilmu berikut, yaitu:
 Potamologi merupakan hidrologi yang mempelajari air di permukaan tanah yang berupa
aliran-aliran permukaan.
 Limnologi merupakan hidrologi yang mempelajari air di danau termasuk rawa.
 Geohidrologi merupakan hidrologi yang mempelajari air di bawah permukaan tanah.
 Kriologi merupakan hidrologi yang mempelajari salju dan es.
Sementara itu di dalam oceanografi terdapat empat macam aspek sebagai berikut:
 Fisika Oceanografi mempelajari sifat-sifat air laut dalam hubungannya dengan gerak air.
 Kimia Oceanografi adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam air laut dan di dasar
laut, serta analisis sifat-sifat air laut itu sendiri.
 Biologi Oceanografi mempelajari kehidupan di dalam laut.
 Geologi Oceanografi mempelajari struktur dasar lautan dan proses yang terjadi disana
termasuk terbentunya lautan.
Sementara itu data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer. Pengamatan
parameter hidroocanografi dilakukan pada area dan lokasi yang telah ditentukan dalam
rancangan penelitian.

2.2.2 Metode Pengumpulan Data Komponen Biotis


2.2.2.1 Flora
a. Pengertian
Dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan dikenal adanya formasi tumbuhan dan bagian dari
formasi ini dikenal dengan asosiasi. Dalam asosiasi ditemukan populasi tumbuh-tumbuhan atau
tanaman (barbour, burk, dan Pitts, 1980). Populasi adalah sekumpulan tanaman yang terdiri dari
jenis yang sama menempati suatu habitat tertentu yang tidak terlalu luas dan memungkinkan
terjadinya interbreeding antar sesamanya.
Semua tumbuhan baik sejenis maupun tidak (flora) yang tumbuh di suatu wilayah dan
bagaimana distribusi dari masing-masing jenisnya disebut dengan vegetasi. Vegetasi dapat
tumbuh di daratan (terrestris) maupun di perairan dan ada pula yang tumbuh diantara keduanya.
Didalam formasi tumbuhan ini terdapat komunitas tanaman yang merupakan kesatuan atau
kelompok tanaman yang didalamnya terdapat interaksi (hubungan) dengan sesamanya dan
dengan lingkungan (Colinvoux, 1986).
Struktur dari komunitas yang dipelajari antara lain jenis, kerapatan, dominansi, frekuensi
dan nilai penting. Untuk mempelajari komunitas tanaman telah dikembangkan beberapa metode
pembuatan (penarikan cuplikan). Pembuatan cuplikan untuk mempelajari kondisi dan sifat
komunitas dan populasi dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang umum dilakukan adalah
denagn membuat petak-petak ukur sebagai suatu unti cuplikan. Pada saat ini banyak
dikembangkan oleh para ahli dan cara membuat cuplikan untuk pengamatan komunitas tanama.

b. Dasar- Dasar Pengambilan Cuplikan (Sampel)


Tujuan diambilnya cuplikan adalah untuk mendapatkan informasi atau data dari suatu
populasi. Untuk mendapatkan informasi dari seluruh populasi dibutuhkan biaya, tenaga, dan
waktu yang sangat banyak. Oleh karena itu, dikembangkan cara-cara memperoleh informasi
tentang suatu populasi tetapi dengan hanya mengambil suatu cuplikan (sampel). Unit cuplikan
(sampel) dapat ditentukan atas dasar individu (pohon, ekor), luas (petakan ukur, ubinan), atau
bagian dari tanah, air, dan udara.
Terdapat beberapa cara untuk menentukan cuplikan atau menentukan unit cuplikan.
Menurut Pasaribu (1975) cara-cara pengambilan cuplikan (sampel) adalah menurut aturan tetap
yang ditentukan dan tergantung pada jalannya penarikan cuplikan. Secara rinci disebutkan ada
beberapa cara sebagai berikut:
 Cuplikan Tetap
Cuplikan ini dibuat dengan engikuti aturan tertentu dan cuplikan ini diambil serta dibiarkan
terus selama masa waktu pengamatan. Ada beberapa cara pengambilan cuplikan tetap.
 Cuplikan Tak Terbatas (Unrestricted Random Sample)
Cuplikan ini dibuat tanpa memperhatikan terlebih dahulu perbedaan kelompok yang ada.
Cara pembuatan cuplikan tetap ini dapat dipergunakan untuk mengamati hubungan timbal
balik antara suatu komunitas dengan lingkungannya. Biasanya pembuatan cuplikan tak
terbatas ini masih dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Cara sederhana merupakan cara dengan menomori setiap tanaman yang diamati dan
penentuan cuplikan menggunakan nomor acak (random number).
b) Cara sistematis merupakan cuplikan (sampel) ditarik dengan membuat daftar
kemudian secara sistematis cupilkan ditentukan dengan menentukan pada nomor urut
tertentu. Cara yang sama dilakukan terhadap unit cuplikan untuk menentuka petak-
petak ukur.
 Cuplikan Terbatas (Restricted Sample)
Cuplikan dibentuk dengan membagi populasi atau daerah penelitian atas bagian-
bagiannya. Dari kelompok bagian ini dipilih beberapa buah unit cuplikan yang
ditentukan secara random. Cuplikan terbatas ini masih dapat dibagi menjadi empat buah,
yaitu:
a) Cuplikan bertingkat banyak (Multistage Sample) dapat digunakan sebagai
penentuannya dilakukan secara bertingkat.
b) Cuplikan bersrata (Stratified Sample) dibuat dengan membagi populasi atau daerah
atas kelas-kelas (stratam).
c) Cluster Sample ini ditarik dengan cara memilih secara random beberapa strata dan
seluruh anggota dari strata terpilih dimasukkan sebagai cuplikan untuk diamati.
Secara random ditentukan tataguna lahan yang terpilih.
d) Stratified Cluster Sample ini merupakan gabungan antara cara b dan c.

 Sequantial Sample
Dalam penarikan cuplikan itu sendiri ditentukan secara random dan berukuran kecil ditarik
dahulu dan dianalisis. Sesudah cuplikan ini dianalisis dan ditentukan adanya penarikan cuplikan
yang lebih besar. Cara ini dibagi menjadi dua lagi, yaitu:
a) Cuplikan ditarik secara bertingkat
b) Dengan mengamati satu per satu anggota papulasi

c. Persyaratan Dalam Membuat Cuplikan Vegetasi


 Langkah-langkah dalam membuat cuplikan (sampel)
Ada beberapa langkah untuk membuat cuplikan sampel (Dombois dan Ellenberg),
yaitu:
1. Membuat sub komunitas dari satu kesatuan komunitas yang ada agar diperoleh
kesatuan terkecil yang lebih seragam.
2. Memilih cara-cara cuplikan yang tepat pada masing-masing bagian.
3. Membuat ukuran dan bentuk cuplikan (sampel plot) yang akan dibuat.
4. Menentukan parameter apa saja yang akan diukur dalam cuplikan plot tersebut.
Disamping itu juga komunitas apa saja yang dihadapi untuk mendapat jaminan kebenaran
dalam membuat cuplikan. Camm dan Cactro dalam Dombois dan Ellenberg (1974)
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan orientasi seluruh komunitas dan melakukan survai “reconnaisance”.
2. Melakukan survai yang tidak intensif.
3. Melakukan survai intensif.
Pada survai “reconnaisance” dan survai tidak intensif diperoleh data bersifat kualitatif dan
survai intensif diperoleh data kuantitatif.
Kemudian Whittaker dalam Dombois dan Ellenberg (1974) menyebutkan bahwa untuk
mempermudah pencuplikan, maka dilakukan pembagian komunitas yang lebih sempit, lebih
seragam atas dasar pohon-pohon yang dominan. Dengan cara ini pembagian menjadi sub-sub
komunitas lebih mudah ditentukan dan pencuplikan akan mudah ditentukan pula. Kerajina
(1969), Daubenmire (1968), dan Marr (1967) dalam Dombois dan Muller (1974) lebih
menganjurkan agar komunitas jangan dipandang dari pohon yang dominan tetapi dari seluruh
asosiasi termasuk dari jenis-jenis pohon penyusun kanopi bawah. Dengan cara ini, maka sub
komunitas akan dapat terbentuk lebih sempit tetapi lebih homogen.
 Persyaratan Pencuplikan
Untuk memperoleh cuplikan yang lebih baik dan benar, maka beberapa syarat harus
dilakukan antara lain:
1. Pencuplikan harus seluas mungkin agar semua spesies yang dimiliki oleh
komunitas itu dapat diketemukan.
2. Habitat tempat tumbuh seseragam mungkin sehingga dengan hanya membuat satu
unit cuplikan akan dapat diperoleh informasi yang cukup representatif.
3. Tanaman penutupannya sehomogen mungkin.
Dengan membuat sub komunitas seragam ini, maka jaminan secara statistik dapat tercapai.
 Luas Minimal Unit Cuplikan
Untuk mengadakan pengamatan suatu komunitas perlu ditentukan luas minimal cuplikan.
Hal ini perlu dilakukan agar semua spesies tanaman dapat dicakup. Minimal area satu
unti cuplikan sangat bervariasi. Untuk vegetasi di daerah sedang ditentukan luas unit
cuplikan sebagai berikut:
No. Jenis Unit Cuplikan Luas Unit Cuplikan
1. Hutan yang memiliki lebih dari tiga lapisan tajuk 200m2 – 500m2
yang diamati tiga lapisan bagian bawah saja
2. Hutan yang hanya pohon-pohon dengan tajuk di 50m2 – 200m2
lapisan bawah saja yang diamati
3. Padang Rumput 50m2 – 100m2
4. Semak Perdu Kecil 10m2 – 25m2
5. Lahan Pertanian (sawah) 25m2 – 100m2
6. Rumput Untuk Peternakan (pupuk) 5m2 – 10m2
7. Komunitas Herbal 1m2 – 4m2
8. Komunitas Lumut 0,1m2 – 1m2
Penentuan ukuran plot dapat dilakukan dengan cara pertama-tama membuat cuplikan yang
kecil ukurannya kemudian membuat cuplikan yang diperluas ukurannya. Dengan
memperluas ukuran akan ditemukan lebih banyak jenis. Penambahan luas plot ini
dilakukan terus menerus, sehingga tidak diketemukan lagi jenis yang baru meskipun
ukurannya ditambah. Contoh pembuatan plot ukuran:
No. Ukuran Plot Jumlah Jenis
1. 0,5 m x 0,5 m dua
2. 1mx1m tiga
3. 2mx2m empat
4. 4mx4m empat

d. Parameter Yang Diamati


 Kondisi Vegetasi Suatu Komunitas (Struktur Vegetasi)
Struktur vegetasi dapat diketahui dengan menghitung beberapa variabel (Colinvoux,
1986) sebagai berikut:
a. Kerapatan total ialah jumlah seluruh individu dalam suatu area tertentu.
b. Kerapatan nisbi atau kerapatan relatif sama dengan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑢𝑑𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
c. Keanekaragaman jenis
d. Dominansi total
e. Dominansi nisbi (dominansi relatif)
f. Kekerapan (frekuensi)
g. Kekerapan nisbi
h. Importance Value
𝑥 = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 + 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 + 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥
i. Summed Domminance Ratio
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 + 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
𝑆𝐷𝑅 =
2
Prinsip kerjanya adalah denganmengukur jarak terdekat dari pohon ke suatu titik yang
diambil secara acak. Urutan kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Buat garis utama dengan arah utara dan selatan pada komunitas yang telah diketahui
luasanya.
b. Pada garis utama dibuat garis-garis transek tegak lurus, berselang-seling dengan jarak
tertentu.
c. Pada garis transek ditentukan titik-titik pengamatan dan amati jenis x dan amati jenis dan
pertumbuhannya.
Batas tingkatan anak pohon hingga dewasa adalah sebagai berikut:
a. Tinggi < 1,5 cm yaitu tingkat bibit, semai atau anakan (apabila terdapat di alam).
b. Tinggi > 1,5 cm hingga 3 meter dan diameter 2,5-10 cm, yaitu tingkat sapling atau sapihan.
c. Diameter antara 10-20 cm yaitu tingkat poles atau tiang.
d. Diameter > 20 cm yaitu tingkat pohon.
Contoh perhitungan keanekaragaman menurut rumus Simpson sebagai berikut:
Keanekaragaman (Diversitas)
𝑁 (𝑁 − 1)
𝐷=
𝑛𝑖 𝑛𝑖 − 1)

Keterangan:
D = diversitas
N = jumlah individu dari seluruh jenis yang ada
ni = jumlah individu dari jenis (spesies) tertentu

 Potensi Volume (Produktivitas)


Hasil dari pertumbuhan tanaman biasanya berupa biomasa. Untuk mengukur volume dan
produktivitas (biomasa) dengan cara:
a. Volume
b. Produktivitas
c. Biomasa
 Semua Tanaman yang ada di Petak Ukur
Parameter untuk faktor ini disebut “coverage” merupakan persentase penutupan jenis atau
penutupan tajuk seluruh pohon atau seluruh tanaman pada suatu area tertentu.
 Pertumbuhan
Parameter pertumbuhan dapat diukur dari:
1. Kondisi morfologi
2. Anatomis
3. Fisiologi

e. Cara-cara Pembuatan Petak Ukur


1. Cara Kuadrat
2. Point Quarter Sampling
3. Cara Cuplikan berupa jalur
Cara ini terdapat dua buah yaitu:
a. Line Intercept (Barner, 1943 dalam Dombois dan Ellenberg, 1974) adalah untuk
mengetahui persentase penutupan suatu tanaman dalam suatu komunitas.
b. Belt Transect (Strip Transect atau Line Stricp Method) (Lindsey, 1955 dalam Dombois
dan Ellenberg, 1974)
Cara ini dapat dipergunakan untuk mengetahui besar % penutupan dan kerapatan
tanaman.
4. Bisect atau Profil
Cara ini dilakukan dengan menggambarkan seluruh vegetasi dalam suatu komunitas dan
cara penggambarannya adalah dengan menggambarkan seluruh vegetasi pada bidang vertikal
dan penggambaran harus pada skala tertentu.
5. Distance (Plotless) Method
Metode ini merupakan suatu metode cuplikan yang tidak menggunakan cara- cara petakan
ukur hanya jarak antara pohon saja yang diukur. Pada metode ini terdapat empat cara, yaitu:
a. Nearest individual method
b. Point centered quarter method
c. Nearest neighbor method
d. Random pairs method
Cuplikan dengan cara Distance (Plotless) tersebut dapat dipergunakan untuk melakukan
analisis kerapatan dan kerapatan relatif. Caranya adalah sebagai berikut:
10.000
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 =
(𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)²
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝐴
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = x kerapatan untuk seluruh pohon
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠

f. Pedoman Pengambilan Sampel Tanaman Untuk Analisis Laboratorium


 Dasar-dasar
 Kekurangan Lawan Kelebihan Sesuatu Unsur
 Beberapa Faktor Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Mengambil Sampel Tanaman Atau
Bagian Tubuh Tanaman
a. Waktu Pengambilan Sampel Tanaman
b. Pemilihan Lokasi
c. Sampel Tanaman
 Tanaman Pangan (Musiman) dan Rumput
1. Sitem Jalur
2. Sistem Jalur Bergantian
 Tanaman Berupa Pohon
 Pencucian
 Pengamatan Struktur Jaringan Secara Anatomis
 Pengeringan

2.2.2.2 Fauna
a. Fauna Daratan
 Metode IPA
 Frekuensi
 Dominansi
𝑵𝒊
𝑫𝒊 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
−𝑵
Keterangan:
Di = nilai dominansi suatu jenis hewan tertentu
Ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu dari seluruh jenis
Makin tinggi dominansi suatu jenis hewan tertentu menunjukkan hewan itu makin
dominansi. Komposisi populasi itu bisa dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a. Jenis hewan yang dominan memiliki nilai dominansi lebih dari 5%.
b. Jenis hewan sub dominan dengan nilai dominansi 2 - 5 %.
c. Jenis burung (hewan) tidak dominan dengan nilai dominansi kurang dari 2%.
 Indeks Kesamaan Jenis
Indeks kesamaan jenis adalah perbandingan antara nilai jenis-jenis burung
tertentu dibandingkan dengan pada habitat lain. Rumus indeks kesamaan jenis yang
digunakan menurut Sorensen yaitu:
2𝐶
𝐼𝑆 =
𝐴+𝐵
Keterangan:
IS = indeks kesamaan Sorensen
A = jumlah jenis yang ada di luar tapak proyek (habitat pertama)
B = jumlah jenis yang ada di derah tapak proyek (habitat kedua)
C = jumlah jenis yang ada di kedua daerah yang berpasangan (di luar dan di
daerah tapak proyek)
 Metode Wawancara
 Metode Inventarisasi
 Metode Pengamatan Jejak dan atau Bekas Kotoran Hewan

b. Fauna Perairan
b.1 Jenis Benthos
Benthos merupakan makhluk hidup di perairan yang terdapat:
1. Di permukaan dasar laut atau di dasar perairan sungai, danau, dan waduk. Benthos yang
hidup di permukaan dasar perairan disebut Epibenthos atau Epifauna.
2. Sementara itu ada pula benthos yang hidup di dalam sedimen atau lumpur. Bentos yang
demikian disebut Infauna.

b.2 Pengamatan Terhadap Benthos


a. Metode Pengamatan
Pengamatan terhadap benthos dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Hard Substrate
a. Destructive Sampling
 Scraped Sampling Cuplikan Kuadrat
 Scraped Sampling Cuplikan Transek
b. Non Destructive Sampling
 Perhitungan langsung sepanjang transek
 Perhitungan langsung dengan cuplikan kuadrat secara acak
 Pemotretan organisme dalam cuplikan kuadrat yang dibuat permanen
 Pemotretan organisme dalam cuplikan kuadrat dibuat secara acak
c. Penentuan Persen Penutupan
 Planimeter dengan dot pattern
 Soft substrate (dalam lumpur)
Menggali lapisan lumpur
Menangkap (populasi/m2 atau per m3)

2. Metode Cuplikan
Pada dasarnya metode pencuplikan ada dua macam, yaitu:
a. Metode Transek (Transect Sampling)
1. Sejajar garis pantai
2. Tegak lurus garis pantai
b. Metode Kuadrat (Quadrat Sampling)
1. Bujur sangkar teratur
2. Trapesium teratur
3. Bujur sangkar letak tak teratur

b.3 Pengamatan Plankton


Pengamatan plankton dilakukan terhadap zooplankton dan phytoplankton. Kedua
organisme perairan ini hampir sama dan perbedaannya dapat diidentifikasi oleh Vallee 1972
dalam Tandjung (1989) sebagai berikut:
No. Aspek Tumbuhan Hewan
1. Struktur Sel Memiliki dinding sel selulosa Tidak memiliki dinding
sel selulosa sehingga
dapat berubah bentuk
2. Pertumbuhan Dapat terus tumbuh secara Periode pertumbuhan
indefinit dan oleh karena itu bersifat definit dan
beberapa sel tertentu tetap berakhir setelah hewan
dalam keadaan tumbuh aktif mencapai ukuran tubuh
sepanjang hidupnya yang maksimal
3. Pergerakan Umumnya menetap di tempat Kebanyakan dapat
dan mengirimkan akar- berpindah tempat untuk
akarnya ke dalam tanah untuk mendapatkan makanan
memperoleh air dan garam,
serta mendapatkan energi dari
matahari dengan mengekspan
permukaan datar yang luas
4. Pola Nutrisi Membuat sendiri Memperoleh makanan
(perbedaan makanannya “self dari organisme lain di
terpenting) nourishing” bersifat autotrof dalam lingkungannya
(heterotrof)

2.2.3 Metode Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat

Secara garis besar penelitian sosial ekonomi menurut Whitte (1977) dalam Huffsmidt dkk
(1986) dapat dilihat pada tabel berikut:
Metode Pengamatan Data Sosial Ekonomi
Metode Kuantitatif
Data Sekunder 1. Data Demografi Metode Kualitatif
2. Data Ekonomi
Data Primer 1. Menggunakan Kuesioner 1. Test Individu
2. Interview 2. Interview Tak Berstruktur
3. Penskalaan Perilaku
Partisipasi observasi Survei perilaku sendiri
Pengamatan observasi 1. Observasi Tidak Langsung Observasi tak berstruktur
individu ke kelompok 2. Observasi Langsung Berstruktur

Cara Pengumpulan Data Komponen (Parameter) Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan
Masyarakat
Sumber Data Metode Analisis
Komponen Paremeter
No Data Data Kuantitatif Kualitatif
Lingkungan Lingkungan
Primer Sekunder
Keadaan Observasi Monografi Mencoba
pusat dan kecamatan menggambarkan
perekonomia dan aliran barang atau
n, infra kelurahan uang masuk dan
struktur mata keluar dari suatu
pencaharian kawasan dan
dan menemukenali potensi
pendapatan. desa
Sosial
1.
Ekonomi
Sistem Deep Monografi Tabulasi
penguasaan Interview desa silang
tanah dan
pertanian,
peternakan,
perikanan,
dan
sebagainya.
Struktur Observasi Monografi Tabulasi Menggambarkan
kependuduka desa dan silang, potensi dan masalah
n: jumlah, kecamatan kecenderun demografi yang ada
2. Demografi
kepadatan, gan
pola memusat,
kependuduka mean (X)
n, struktur dsb
umum, jenis
kelamin,
pendidikan,
persebaran
penduduk,
dan mobilitas
Perikehidupa Observasi, Kecenderun Menggambarka pola
n sehari-hari: Deep gan kehidupan dan adat
adat istiadat, Interview, memusat, istiadat yang ada serta
tata cara, Questionn tabulasi sistem kepercayaan
interaksi intra aire silang
dan antar
kelompok
masyarakat,
sistem
kepercayaan,
tata nilai, dan
Sosial norma yang
3.
Budaya berlaku
Sikap, nilai Observasi, Tabulasi Mengidentifikasi
dan persepsi Deep silang, sikap oposisi,
berbagai Interview, kecenderun dukungan, dan
kelompok Questionn gan menentang yang
masyarakat aire memusat diinginkan dari proyek
terhadap oleh masyarakat
rencana
proyek
Stratifikasi Deep Kecenderun Menggambarkan
sosial dan Interview, gan stratifikasi sosial yang
distribusi Questionn memusat, ada dan mobilitas
kekuasaan, aire mean (X) kependudukan
mobilitas
vertikal dan
horizontal
Integrasi dan Deep Kecenderun Menggambarkan
kohesi sosial Interview, gan keeratan hubungan
yang ada Questionn memusat, sosial yang ada
aire sociogram
Kondisi tata Deep Mean (X), Menggambarkan
pranata sosial Interview, deskriptif struktur dan fungsi
yang ada Questionn statistik pranata sosial yang
serta fungsi aire ada
masing-
masing
pranata
Orbitasi Observasi, Menggambarkan
kawasan dan Interview interaksi antar daerah
interaksinya
dengan
kawasan lain
Tingkat Deep Mendeskripsikan
pengalaman Interview, dampak sosial budaya
masyarakat Questionn yang akan terjadi
dengan aire dengan keberadaan
perubahan proyek
dan interaksi
dengan
budaya lain
dan cara
adaptasi yang
dilakukan
Fasilitas dan Monografi Menggambarkan pola
sarana sosial desa dan dan tingkat ehidupan
dan budaya kecamatan yang ada
yang ada
Peningkatan Deep Monografi Memitigasi dampak
sejarah Interview desa dan negatif proyek
budaya yang pada key kecamatan terhadap adat dan
ada informan budaya setempat
Masalah Deep Menemukenali cara
sosial yang Interview masyarakat setempat
ada dan cara memecahkan masalah.
penanggulan
gan
4. Kesehatan Keadaan dan Questionn Monografi Mean (X) Identifikasi jenis pola
Masyarakat sistem aire Puskesmas penyakit dan sistem
kesehatan pengobatan dan
yang ada, kesehatan masyarakat
predator,
sanitasi
lingkungan,
fasilitas
medis,
pelayanan
medis,
endemi,
pandemi, dan
epidemi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa rona lingkungan merupakan kondisi lingkungan
pada saat ini yaitu kondisi alam atau komponen komponen lingkungan awalsebelum perencanaan
dan pembangunan fisik dimulai. Hal-hal yang termuat di dalam ronalingkunan yaitu biogeofisik
kimia, sosial budaya, dan ekonomi.Cara pendekatan rona lingkungan hidup bagi suatu proyek
yaitu dengan cara menyusun dan menggunakan daftar komponen lingkungan. Komponen rona
Lingkungan meliputi Geo Fisik Kimia (Iklim, kualitas udara, dan kebisingan, Fisiografis,
Hidrologi, Hidrooceanografi, Ruang, Lahan dan Tanah), Biologi (Flora dan Fauna); Sosial
(Demografi, Ekonomi, Budaya), dan Kesehatan Masyarakat(Sanitasi lingkungan, dan Tingkat
kesehatanmasyarakat).
Metode pengumpulan data rona lingkungan berbeda-beda tergantung dari jenis komponen
yang ada. Manfaat rona lingkungan hidup bagi kehidupan adalah
untuk pendugaan keadaan lingkungan tanpa proyek dan keadaan lingkungan dengan
proyek danuntuk menjaga keadaan lingkungan di masa yang akan datang tanpa proyek.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1975. Plant Sampling Instruction for Cereals And Pasterus. Fertility Sciences
(CSBP).

Barbour, M.G., Burk, J.H., And Pitts, W.D. 1980. Terrestial Plant Ecology The
Benyamin/Cummings Publishing Company, Inc. Menlot Park California.
Massachusetts.

Chapman, D.H., And Pratt, F.P. 1961. Methods of Analysis for Soil, Plant and Water.
Division of Agricultural Sciences Univercity of California.

Canter, L.W., and Hill, l.g. 1979. Handbook of Variables for Environmental Impact
Assesment. Ann Arbor Sciences Publisher Inc. Michigan.

Canter, L.W. 1982. Enviromental Impact Assesment. Mc Graw Hill Book Company. New York.

Colinvaux, P. 1986. Ecology. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Dombois, D.M. dan Ellenberg, E.H. 1974. Aims And Methods of Vegetation Ecology. John
Wiley and Sons Publisher, International Edition. New York.

Huffsmidt, M.M., James, D.E., Meister, A.D., Bower, B.T., and Dixon, J.A. 1986.
Benefit-Cost Analysis of Natural System and Environmental Quality Aspect of
Development. East West Environmental And Policy Institute East West Center. Honolulu.

Munn, R.E. 1979. Environmental Impact Assesment Principles And Procedurel. John Wiley
And Sons. Chischester.

Pasaribu, A. 1975. Pengantar Statistika Edisi Revisi. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Sugiman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara Jakarta. Terjemahan Dari Buku
Karangan Buchman H.O. dan Brady N.C. (1969). The Nature and Properties of Soil. The
Macmillan Company. New York. 1959.

Simon, S. 1988. Metoda Pengumpulan Data Hidrooceanografi Kursus Penyusun Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan. Kerjasama KLH dan PPLH UGM: Yogyakarta.

Tanjung, S.D. 1989. Pengamatan Terhadap Flora dan Fauna Kursus Lanjutan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan. Kerjasama Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
PPLH UGM: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai