Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat serta kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sistem Penyaliran Tambang”. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu
Meiry Frid Dwi Yansi,ST.,MT.selaku Dosen mata kuliah Sistem Penyaliran
Tambang (Drainase Tambang) yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak


membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa
mengetahui sistem penyaliran tambang.

Akhir kata, penulis berharap makalah yang telah dibuat ini dapat
bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pembaca, serta menambah wawasan
dan pengetahuan kita.

Palangka Raya, Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................3
1.3. Tujuan Permasalahan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................4
2.1. Dasar Teori........................................................................................................4
2.1.1. Sistem Penyaliran.....................................................................................4
2.1.2. Air Bawah Permukaan.............................................................................5
2.1.3. Daur Hidrologi..........................................................................................8
2.1.4. Curah Hujan...........................................................................................10
2.1.5. Pompa dan Pemipaan.............................................................................14
2.2. Metode Penyaliran Tambang.........................................................................16
2.3. Penyaliran pada Tambang Terbuka..............................................................17
2.4. Tahapan Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang....................................25
2.4.1. Analisis Perencanaan Sump...................................................................25
2.4.2. Analisis Perencanaan Pompa dan Pipa.................................................25
2.4.3. Analisis Perencanaan Saluran...............................................................27
2.4.4. Analisis Perencanaan Kolam Pengendapan.........................................27
BAB III...........................................................................................................................28
PENUTUP.......................................................................................................................28
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................28
3.2. Saran...............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dipengaruhi oleh

musim kemarau dan musim hujan dimana curah hujan cukup tinggi. Pada industri

pertambangan, curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan operasional

penambangan, baik dari segi peningkatan produksi maupun dari segi peralatan

cepat rusak karena aus. Curah hujan yang tinggi juga dapat mempercepat laju

erosi dan sedimentasi pada lahan yang rusak akibat kegiatan penambangan. Untuk

itu pengendalian air limpasan permukaan yang juga merupakan bagian dalam

penambangan harus diperhitungkan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah djabarkan, maka dapat disimpulkan
rumusan masalah:

 Bagaimana metode yang digunakan dalam sistem penyaliran tambang?


 Bagaimana analisis perencanaan sistem penyaliran tambang?

1.3. Tujuan Permasalahan


Melalui perumusan masalah diharapkan bertembahnya pengetahuan mengenai:

 metode yang digunakan dalam sistem penyaliran tambang


 analisis perencanaan sistem penyaliran tambang

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dasar Teori


Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada
daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air
yang masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah
terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang
berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini
juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan
kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada daerah
tersebut mempunyai umur yang lama.
2.1.1. Sistem Penyaliran
Pengertian penyaliran adalah suatu usaha untuk mencegah, mengeringkan
dan mengeluarkan air yang menggenangi suatu daerah tertentu. Penirisan tambang
adalah penirisan yang diterapkan didaerah penambangan yang bertujuan untuk
mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk menggenangi
daerah penambangan yang dapat mengganggu aktivitas penambangan. Sistem
penyaliran yang ada dilokasi tambang bawah tanah (Underground Mining)
dilaksanakan karena akumulasi air di dalam tambang yang harus dikeluarkan.
Tujuan penyaliran tambang adalah :

 Mencegah terjadinya korosi pada peralatan tambang.


 Mencegah terjadinya akumulasi (genangan) air di dalam tambang.
 Menciptakan kondisi kerja yang aman dan nyaman di dalam tambang.
Secara hidrologi air dibawah permukaan tanah dapat dibedakan menjadi air
pada daerah tak jenuh dan air pada daerah jenuh. Daerah tidak jenuh air umumnya
terdapat pada bagian teratas dari lapisan tanah dan dicirikan oleh gabungan tiga
fasa, yaitu :
 Fase padat (material atau butiran padatan).
 Fase cair ( air adsorbsi, air kapiler dan air infiltrasi).

4
 Fase gas.
Daerah ini dipisahkan dari daerah jenuh air oleh jaringan kapiler.Daerah
jenuh merupakan bagian dibawah zona tak jenuh.Air yang terdapat pada zona atau
daerah jenuh inilah yang disebut “Ground Water”.

2.1.2. Air Bawah Permukaan


2.1.2.1 Air Tanah dalam Batuan
Akumulasi air dan kapasitas transport dari suatu formasi ditentukan oleh
porositas. Porositas adalah sebagai perbandingan volume pori-pori terhadap
volume total. Ada dua jenis porositas yaitu :
 Porositas primer, yaitu porositas yang telah ada pada waktu
pembentukan dan konsolidasi batuan.
 Porositas sekunder, yaitu porositas yang dihasilkan dari tekanan
tektonik yang menyebabkan retakan dan saluran-saluran karena
pelarutan yang membentuk jalur-jalur aliran.
Porositas menentukan kapasitas memuat atau mengantarkan air (permeable)
dari suatu formasi batuan.Batuan vulkanik mempunyai porositas primer yang
sangat rendah, tetapi rekahan-rekahan dan joint serta bidang-bidang perlapisan
adalah saluran utama dari gerakan air pada zona ini. Permeabilitas akan sangat
ditentukan dan tergantung pada tingkat keretakannya
2.1.2.2. Kualitas Air
Dinyatakan dalam istilah kuantitas dan jenis-jenis garam yang larut
didalamnya. Pentingnya faktor-faktor tersebut karena alasan sebagai berikut :
 Kerusakan pada peralatan penyaliran karena korosi.
 Efek yang merugikan pada peralatan tambang.
 Kerusakan pada sistem penyangga dalam tambang.
 Dari aspek lingkungan dengan memompakan sejumlah besar air ke
sistem penyaliran umum daerah tersebut.
Pada umumnya korosi bertambah dengan berkurangnya nilai pH dan bila pH
turun < 6,5 sebaiknya dilakukan penyelidikan.

5
2.1.2.3. Sumber Air Tanah
Hampir semua air tanah adalah dibentuk dari presipitasi. Air yang terdapat
dalam batuan selama pembentukannya dan terjebak didalamnya sering berkadar
garam tinggi. Presipitasi air menjadi air tanah dengan infiltrasi dan perkolasi dan
mengisi kembali air tanah yang ada didaerah dimana muka air tanahnya tinggi.
Tanah yang permeabilitasnya tinggi dan batuan kartstik cenderung mempunyai
laju pengisian kembali yang tinggi. Di daerah dimana muka air tanah sangat
dalam (puluhan meter), sedikit atau tak ada pengisian yang dapat diharapkan
dengan cara perkolasi secara langsung. Didaerah seperti ini rembesan dari danau-
danau dan sungai-sungai adalah satu-satunya sumber pengisian kembali air.
Daerah-daerah oleh aliran bawah tanah melalui akifer-akifer yang sangat poros.
Air tanah Lebih dari 98 % dari semua air di atas bumi tersembunyi di bawah
permukaan dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua persen sisanya
adalah apa yang kita lihat di danau, sungai dan reservoir). Jumlah air tanah yang
besar memerankan peranan penting dalam sirkulasi air alami. Asal-muasal air
tanah juga dipergunakan sebagai konsep dalam mengggolongkan air tanah ke
dalam 4 macam yang jelas, yaitu:
a. Air meteorik
Air ini berasal dari atmosfer dan mencapai mintakat kejenuhan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan :
 Secara langsung oleh infiltrasi pada permukaan tanah
 Secara tidak langsung oleh perembesan influen (dimana kemiringan
muka air tanah menyusup di bawah aras air permukaan kebalikan dari
efluen) dari danau, sungai, saluran buatan dan lautan.
 Secara langsung dengan cara kondensasi uap air (dapat diabaikan)
b. Air Juvenil
Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada mintakat
kejenuhan dari kerak bumi yang dalam. Selanjutnya air ini dibagi lagi
menurut sumber spesifiknya ke dalam :
 air magmatik.
 air gunung api dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor).
c. Air Diremajakan (rejuvenated).

6
Air yang untuk sementara waktu telah dikeluarkan dari daur
hidrologi oleh pelapukan, namun ke daur lagi dengan proses-proses
metamorfisme, pemadatan atau prosesproses yang serupa.
d. Air Konat
Air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung pada
saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat termineralisasi dan
mempunyai salinitas yang lebih tinggi dari pada air laut.
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang
dikenal dengan akifer (juga disebut reservoir air tanah, formasi pengikat air, dasar-
dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan
jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan
yang biasa. Air tanah juga ditemukan pada akiklud (atau dasar semi permeabel)
yang mengandung air tetapi tidak mampu memindahkan jumlah air yang nyata
(seperti tanah liat).
Kondisi alami dan distribusi akifer, akiklud dan akuitard dikendalikan oleh
lithologi, stratigraphi dan struktur dari materi simpanan geologi dan formasi.
Lithologi merupakan susunan phisik dari simpanan geologi. Susunan ini termasuk
komponen mineral, ukuran butir, dan kumpulan butir (grain packing) yang
terbentuk dari sedimentasi atau batuan yang menampilkan sistem geologi.
Stratigrafi menjelaskan hubungan geometris dan umur antara macam-macam
lensa, dasar dan formasi dalam geologi sistem dari asal terjadinya sedimentasi.
Bentuk struktur seperti pecahan, retakan, lipatan dan patahan merupakan sifat-
sifat geometrik dari sistem geologi yang dihasilkan oleh perubahan bentuk
(deformasi) akibat proses penyimpanan (deposisi) dan proses kristalisasi dari
batuan.
Pada simpanan yang belum terkonsolidasi (unconsolidated deposits)
lithologi dan stratigraphi merupakan pengendali yang paling penting. Ada tiga tipe
akifer utama :
a. Akifer tidak tertekan
Akifer ini (disebut juga bebas, freatik atau non-artesis) batas-batas
atasnya adalah muka air tanah. Kelengkungan dan kedalaman muka air

7
tanah beragam tergantung pada kondisi-kondisi permukaa, luas pengisian
kembali, debit, pemompaan dari sumur, permeabilitas, dan lain-lain.

b. Akifer Tertekan
Akifer ini disebut juga akifer artesis atau akifer tekanan dimana air
tanah tertutup antara dua strata yang relatif kedap air. Airnya ada di bawah
tekanan dan bagian atasnya dibatasi oleh permukaan piezometrik. Jika
suatu sumur dimasukan dalam akifer ini, arus air akan naik sampai aras
piezometrik dan akan membentuk suatu sumur yang mengalir.
c. Akifer Melayang
Akifer ini merupakan kasus khusus dari akifer terbatas yang terjadi
dimana tubuh utama air tanah oleh stratum yang relatif terdapat air dengan
luas yang kecil.
d. Akifer Semi Tertekan
Akifer ini merupakan kasus khusus akifer bertekanan yang dibatasi
oleh lapisan-lapisan semi-permeabel.
Beberapa parameter akifer :
 Koefesien simpanan
Koefesien simpanan diberi batas sebagai volume air yang akan
dilepaskan (atau diambil) oleh akifer ke dalam simpanan persatuan
luas permukaan akifer dan per satuan perubahan tinggi.
 Permeabilitas
Permabilitas merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui
suatu media porous. Permeabilitas selain ditentukan oleh karakteristik
mineral yang membentuk akifer juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti temperatur, udara, komposisi ion dalam air. Disamping
parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu
parameter yang perlu diperhitungkan. Secara umum permeabilitas
dapat diartikan sebagai kemampuan suatu fluida bergerak melalui
rongga pori massa batuan.

8
2.1.3. Daur Hidrologi
Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km3 air: 97,5%
adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air
sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap di
udara. air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi – penguapan, presipitasi
dan pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan
laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh
sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba di
permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba di
permukaan bumi.
Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai
permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dimana
sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-
dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba di permukaan tanah akan masuk ke dalam
tanah (infiltrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-
lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk
ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut.
Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke laut. Dalam perjalan ke
laut sebagian akan menguap, dan kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke
dalam tanah keluar kembali segera ke sungaisungai (disebut aliran intra =
interflow). Tetapi sebagian akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater) yang
akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan
tanah d daerah-daerah yang rendah (groundwater runoff = limpasan air tanah).
Jadi sungai itu mengumpulkan 3 jenis air limpasan, yakni limpasan
permukaan (surface runoff), aliran intra (interflow) dan limpasan air tanah
(groundwater runoff) yang akhirnya akan mengalir ke laut. Singkatnya ialah : uap
dari laut dihembus ke atas daratan (kecuali bagian yang telah jatuh sebagai
presipitasi ke laut), jatuh ke daratan sebagai presipitasi (sebagian jatuh langsung
ke sungai-sungai dan mengalir langsung ke laut).
Sebagian dari hujan atau salju yang jatuh di daratan menguap dan
meningkatkan kadar uap di atas daratan. Bagian yang lain mengalir ke sungai dan

9
akhirnya ke laut. Besarnya komponen-komponen daur hidrologi sangat berbeda-
beda dari satu ke lain daerah. Beberapa daerah mempunyai curah hujan yang kecil
tetapi mudah menimbulkan banjir pada permukaan, menaikkan tingkat
kelembaban dan mudah merembes ke massa tanah yang lebih dalam. Bagian daur
hidrologi yang berhubungan dengan presipitasi pada massa tanah pada dasarnya
mempuyai 3 komponen utama :
1. Infiltrasi ke dalam tanah dan perkolasi ke tingkat yang lebih dalam di
dalam tanah yang menghasilkan penyimpanan air tanah.
2 . Limpasan air permukaan dan aliran bawah permukaan tanah ke sungai-
sungai.
3 Penguapan dari tanah dan oleh tanaman.

Gambar. Siklus hidrologi (www.uwsp.edu)


2.1.4. Curah Hujan
Pada sistem tambang bawah tanah, pemilihan suatu sistem penyaliran
sedikit dipengaruhi oleh curah hujan, berbeda bila dibandingkan dengan sistem
tambang terbuka yang lebih dipengaruhi oleh besar kecilnya curah hujan.
Sebagian uap air yang terkondensasi dan jatuh ke bumi atau yang disebut
presipitasi (berbentuk hujan, salju ,es dan embun) akan meresap masuk ke dalam
tanah. Sedangkan sebagian mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah kemudian
mengalir ke daerah yang rendah. Air hujan yang mempengaruhi secara langsung
sistem penyaliran adalah air hujan yang mengalir pada permukaan tanah ditambah
dengan sejumlah air yang keluar dari proses infiltrasi.

10
Dalam menentukan jumlah rata-rata presipitasi pada beberapa bagian
permukaan bumi maka faktor-faktor berikut ini, disamping sirkulasi uap air,
adalah penting dalam mengendalikan keragaman ruang presipitasi:
a. Garis lintang.
b. Ketinggian tempat.
c. Jarak dari sumber-sumber air.
d. Posisi di dalam dan ukuran massa tanah.
e. Hubungan dengan deretan gunung.
Untuk banyak tujuan 4 unsur berikut ini mencirikan presipitasi yang jatuh
pada suatu titik :
a. Intensitas : jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu (mm/mnt,
cm/jam).
b. Lama hujan : periode presipitasi jatuh (mnt, jam, dll).
c. Frekuensi : ini mengacu pada harapan bahwa suatu presipitasi tertentu
akan jatuh pada suatu saat tertentu.
d. Luas areal : luas areal dengan suatu curah hujan yang dapat dianggap
sama.
Data curah hujan yang akan dianalisa adalah besar curah hujan harian
maksimum dalam satu tahun selama 10 – 20 tahun. Angka tersebut merupakan
data kadar (data mentah yang tidak dapat digunakan langsung untuk perhitungan).
Data curah hujan harus data lengkap dalam arti tidak boleh hilang dan data harus
homogen dan konsisten. Pengolahan dilakukan dengan metode Gumbels yang
didasarkan atas distribusi normal. Beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel
hidrologi tidak terbatas, maka harus digunakan harga-harga terbesar (harga
maksimum).
2.1.4.1. Periode Ulang Hujan(PUH)
Periode Ulang Hujan (PUH) adalah periode yang menyatakan
kemungkinan terjadi tinggi hujan yang sama dengan intensitas yang sama
dalam satu kali periode ulang yang ditetapkan. Penentuan PUH berhubungan
dengan faktor resiko dalam perencanaan tambang.Setelah PUH ditetapkan
maka dapat dibaca nilai extreme dari hujan harian berdasarkan garis regresi
yang telah dibuat.Selanjutnya dapat digunakan untuk rancangan intensitas

11
curah hujan. Jika angka tersebut dikorelasikan dengan durasi maka dapat
dihitung intensitas.
2.1.4.2. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses merembesnya air ke dalam tanah. Kapasitas
infiltrasi air hujan dari permukaan ke dalam tanah sangat bervariasi yang
tergantung pada kondisi tanah pada saat ini. Disamping itu infiltrasi dapat
berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan. Kecepatan infiltrasi
semacam ini disebut laju infiltrasi. Sedangkan laju infiltrasi maksimum yang
terjadi pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi infiltrasi antara lain ialah :
 dalamnya genangan diatas permukaan tanah dan tebal lapisan jenuh,
kelembaban tanah,
 penyumbatan ruang antara padatan didalam tanah oleh bahan yang
halus,
 pemampatan oleh manusia atau hewan, struktur tanah, vegetasi dan
udara yang terdapat di dalam tanah.
2.1.4.3. Limpasan
Limpasan adalah bagian presipitasi (juga kontribusi air permukaan dan
bawah permukaan) yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan nampak pada
saluran permukaan dari bentuk permanen maupun terputus-putus. Macam-
macam limpasan:
a. Limpasan permukaan : bagian limpasan yang melintang di atas permukaan
tanah menuju saluran sungai.
b. Limpasan bawah permukaan : limpasan ini merupakan sebagian dari
limpasan permukaan yang disebabkan oleh bagian presipitasi yang
berinfiltrasi ke tanah permukaan dan bergerak secara lateral melalui
horizon-horizon tanah bagian atas ke dalam tanah.
Penggambaran hubungan antara presipitasi (P), penguapan (E), limpasan
(R), dan perubahan penyimpangan (dS) adalah sebagai berikut
P = E + R . dS
Besarnya air limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi dengan
besarnya penyimpangan dan penguapan. Besarnya air limpasan tergantung

12
pada banyak faktor antara lain jenis presipitasi yaitu air hujan atau air salju,
intensitas curah hujan, lamanya hujan, distribusi curah hujan dalam daerah
penyaliran, arah pergerakan curah hujan. Faktor yang paling berpengaruh
adalah kondisi penggunaan lahan dan kemiringan atau perbedaan ketinggian
daerah hulu dan hilirnya. Penentuan besarnya air limpasan maksimum
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Q = 0,278 . C . I . A
Keterangan :
Q = debit air, m3/dt
C = koefesien limpasan
I = intensitas curah hujan, mm/jam
A = luas penangkap hujan, km2
Koefesien limpasan (C) adalah bilangan yang menunjukan perbandingan
antara besar air limpasan terhadap besarnya curah hujan. Adapun cara
menentukan koefesien limpasan
adalah:
a. Tentukan curah hujan rata-rata dalam suatu daerah
b. Ubah nilai curah hujan dalam satuan mm/tahun.
c. Hitung jumlah air yang mengalir pada tahun t, dengan cara mencatat rata-
rata debit bulanan.
Hitung volume total curah hujan dalam tangkapan hujan dengan cara
mengalikan luas area yaitu :

Keterangan :
P = Jumlah curah hujan, mm/tahun.
A = Luas area, m2.
Sehingga koefesien limpasan (C) adalah:

Keterangan :
C = koefesien limpasan.
Q = debit air per bulan , m3/detik.

13
P = curah hujan rata-rata selama 1 tahun.
A = luas area, m2.
Waktu terkumpulnya air dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich :
tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,382
Keterangan :
tc = waktu terkumpulnya air, menit.
L = jarak titik terjauh sampai tempat berkumpulnya air, m.
S = beda ketinggian.
Faktor yang mempengaruhi limpasan dapat dibagi dalam 2 (dua)
kelompok yaitu Faktor Meteorologi dan faktor fisik daerah pengaliran.Yang
termasuk dalam faktor Meteorologi adalah : jenis presipitasi, intensitas curah
hujan, lama hujan, distribusi curah hujan, kelembaban tanah suhu dan angin.
Sedangkan yang termasuk faktor fisik daerah pengaliran adalah : luas daerah,
tata guna lahan, keadaan topografi, jenis tanah dan saluran penirisan
2.1.5. Pompa dan Pemipaan
Untuk mengalirkan cairan atau fluida dari suatu tempat ke tempat lain,
maka pompa harus mengatasi sejumlah head. Head total pompa yang harus
disediakan untuk mengalirkan cairan atau fluida seperti yang direncanakan
dapat ditentukan dari kondisi instalasi pipa yang akan dilayani oleh pompa.
Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air dalam tambang. Sesuai dengan
prisnsipnya, pompa di bedakan atas :
a. Reciprocating Pump
Bekerja berdasarkan torak maju mundur secara horizontal di dalam
selinder. Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan
umumnya dapat mengatasi kebutuhan energi (julang) yang
tinggi.Kerugiannya adalah beban yang berat serta perlu perawatan yang
teliti. Pompa jenis ini kurang sesuai untuk air berlumpur karena katup
pompa akan cepat rusak. Oleh karena itu jenis pompa ini kurang sesuai
digunakan untuk tambang.
b. Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa.
Air yang masuk akan di putar oleh impiller, akibat gaya sentrifugal yang

14
terjadi air akan di lemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran
pompa. Pompa jenis ini banyak digunakan di tambang, karena dapat
melayani air yang berlumpur, kapasitasnya besar, dan perawatannya lebih
mudah.

c. Axial Pump
Pada pompa axial, zat cair mengalir pada arah axial (sejajar poros)
melalui kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling-baling
kapal.Pompa ini digunakan untuk julang yang rendah.
Dalam pemompaan di kenal istilah julang (head), yaitu energi yang
diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin
besar debit air yang dipompa, maka head juga akan semakin besar. Head total
pompa untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang di rencanakan dapat di
tentukan dari kondisi instilasi yang akan di layani oleh pompa tersebut. Hs
(Static Head) adalah energi yang diakibatkan karena adanya perbedaan tinggi
antara permukaan fluida dengan pusat pompa.Static head terdiri dari 2 jenis
yaitu: 1.Static Suction Lift (SL) Adalah jarak pusat pompa dengan permukaan
fluida yang akan dihisap,dimana posisi pompa lebih tinggi daripada
permukaan fluida. 2. Static Suction Head (SH) Adalah jarak pusat Pompa
dengan permukaan fluida yang akan dialirkan, dimana posisi pompa lebih
rendah daripada permukaan fluida. Sehingga julang total pompa dapat
dituliskan sebagai berikut :

Keterangan :
h = head total pompa (m)
hs = head statis pompa (m)
hp = beda head tekanan pada head kedua permukaan air (m)
hf = head untuk mengatasi berbagai hambatan pada pompa dan pipa (m),
meliputi head gesekan pipa , serta head belokan dll.
V²/2g = head kecepatan m

15
Perhitungan bebagai julang pada pemompaan :
a) Head statis (hs)
hs = h2- h1
Keterangan : h1 = elevasi sisi isap (m)
h2 = elevasi sisi keluar (m)
b) Head tekanan (hp)
hp = h p2 - h p1
Keterangan :
hp1 = julang tekanan pada sisi isap
hp2 = julang tekanan pada sisi keluaran
c) Head gesekan (hf)

keterangan :
f = koefisien gesekan ( tanpa satuan )
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
g = kecepatan gravitasi bumi ( m/detik)
atau dapat juga menggukan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :
H T = Head total pompa (m)
H ST = Head statis total (m)
H O = Merupakan perbedaan tinggi antara muka air disisi keluar dengan di
sisi isap. Tanda (+) dipakai apabila muka air disisi keluar lebih tinggi dari
pada sisi isap (m)
H DV = Head dinamis, merupakan penjumlahan dari berbagai head kerugian.

2.2. Metode Penyaliran Tambang


Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada
tambang terbuka dapat dibedakan menjadi beberapa metode, salah satunya

16
yaitu mengeluarkan air tambang (Mine Dewatering), yang merupakan upaya
untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke lokasi penambangan. Beberapa
metode penyaliran tambang (mine dewatering) adalah sebagai berikut :
1. Membuat sump di dalam front tambang (Pit)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi
kerja. Air tambang dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian
dipompa keluar. Pemasangan jumlah pompa tergantung pada kedalaman
penggalian, dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang
masuk ke dalam lokasi penambangan. 
2. Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang
terbuka open cast atau kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air
atau air limpasan menuju kolam penampungan, langsung ke
sungai  atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan
dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu. Apabila parit harus
dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang gorong-gorong
yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan
volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan
memperhitungkan kemiringan lereng.

2.3. Penyaliran pada Tambang Terbuka


Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu : 
a. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah
penambangan. Hal ini  umumnya dilakukan untuk penanganan air
tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan. Beberapa
metode penyaliran mine drainage :
1) Metode Siemens : Pada tiap jenjang dari kegiatan
penambangan dibuat lubang bor, kemudian ke dalam lubang
bor dimasukkan pipa dan di setiap bawah pipa tersebut diberi
lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan

17
akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan
selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah
penambangan. 

Gambar 1.
Metode Siemens

2) Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump) : Metode ini


digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas
rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor
kemudian dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa
akan bekerja secara otomatis jika  tercelup air. Kedalaman
lubang bor 50 meter sampai 60 meter.

Gambar 2.
Metode Deep Well Pump

18
3) Metode Elektro Osmosis : Pada metode ini digunakan batang
anoda serta katoda. Bilamana elemen-elemen dialiri arus
listrik, maka air akan terurai, H+ pada katoda (di sumur besar)
dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap
dengan pompa. 

Gambar 3.
Metode Elektro Osmosis

4) Small Pipe with Vacuum Pump : Cara ini diterapkan pada


lapisan batuan yang inpermiabel (jumlah air sedikit) dengan
membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang  ujung
bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan
dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi
sebagai penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih besar
dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang
bor disumbat agar saat ada isapan pompa, rongga antara pipa
lubang bor kedap udara, sehingga air akan terserap ke dalam
lubang bor.

19
Gambar 4.
Metode Small Pipe with Vacuum Pump

b. Mine Dewatering
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk
ke daerah penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air
yang berasal dari air hujan. Beberapa metode penyaliran mine
dewatering adalah sebagai berikut :
1) Sistem Kolam Terbuka : Sistem ini diterapkan untuk
membuang air yang telah masuk ke daerah penambangan. Air
dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian dipompa keluar
dan pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman
penggalian. 
2) Cara Paritan : Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan
cara yang paling mudah, yaitu dengan pembuatan paritan
(saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit ini
bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi
penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluran-saluran
yang kemudian dialirkan ke suatu kolam penampung atau
dibuang langsung ke tempat pembuangan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. 
3) Sistem Adit : Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan
air pada tambang terbuka yang mempunyai banyak jenjang.
Saluran horizontal yang dibuat dari tempat kerja menembus ke
shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang

20
masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini
biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran
horizontal tersebut dan shaft.

Gambar 5.
Sistem Adit

1. Penyaliran pada Tambang Bawah Tanah


Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Dengan Tunnel (Terowongan)
Penyaliran dengan cara ini adalah dengan membuat tunnel
atau “adit” bila topografi daerahnya memungkinkan, dimana
terowongan ini dibuat sebagai level pengeringan tersendiri untuk
mengeluarkan air tambang bawah tanah. Cara ini relatif murah dan
ekonomis bila dibandingkan dengan sistem penyaliran 
menggunakan cara pemompaan air ke luar tambang. 

b. Dengan Pemompaan
Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem
pemompaan adalah untuk mengeluarkan air yang terkumpul pada
dasar shaft atau sumuran bawah tanah yang sengaja dibuat untuk
menampung air dari permukaan maupun air rembesan air bawah
tanah.

21
2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
a. Permeabilitas
Di samping parameter-parameter lain, permeabilitas
merupakan salah satu yang perlu diperhitungkan. Secara umum
permeabilitas dapat diartikan sebagai kemapuan suatu fluida
bergerak melalui rongga pori massa batuan.
b. Rencana Kemajuan Tambang
Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi
pola alir saluran yang akan dibuat, sehingga saluran tersebut
menjadi efektif dan tidak menghambat sistem kerja yang ada.
c. Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan
adalah air hujan, sehingga besar kecilnya curah hujan yang terjadi
di sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi banyak
sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data curah hujan
biasanya disajikan dalam data curah hujan harian, bulanan, dan
tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel. Analisa curah hujan
dilakukan dengan menggunakan “Metode Gumbel” yang dilakukan
dengan mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian
ambil curah hujan maksimum setiap bulannya dari data tersebut,
untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya sebanyak data.
Dengan menggunakan “Distribusi Gumbel”, curah hujan
rencana untuk periode ulang tertentu dapat ditentukan. Periode
ulang merupakan suatu kurun waktu dimana curah hujan rencana
tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Untuk itu data curah
hujan harus diolah terlebih dahulu menggunakan kaidah statistik
mengingat kumpulan data adalah kumpulan yang tidak tergantung
satu sama lain.
Xr = X + (σxσn ) . (Yr – Yn)
Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X  = Curah hujan rata-rata

22
σx  = Standar deviasi curah hujan
σn  = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya
data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 1.)

Tabel 1.
Periode Ulang Hujan untuk Sarana Penyaliran

Keterangan Periode Ulang Hujan (Tahun)


Daerah terbuka 0–5
Sarana tambang 2- 5
Lereng-lereng tambang dan penimbunan 5- 10
Sumuran utama 10 -25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100

Untuk menentukan reduced variate digunakan rumus di bawah ini :


Yt = (-ln⁡(-ln(T-1))T
Keterangan :
Yt = Reduced variate (koreksi variasi)
T   = Periode ulang (tahun)
Untuk menentukan koreksi rata-rata digunakan rumus :
Yn = ln(-ln⁡(n+1-m))n+1
Rata-rata Yn, YN = ΣYnN
Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation)
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Sn = Σ(Yn-YN)2(n-1)
Keterangan :
Yn       = Koreksi rata-rata
YN      = Nilai rata-rata Yn
n          = Jumlah data
Untuk menentukan curah hujan rencana digunakan rumus :
CHR = X + SSn(Yt-YN)
Dari hasil perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam
satuan mm/hari, yang kemudian debit ini bisa dibagi dalam

23
perencanaan penyaliran. Selain itu juga harus diperhatikan risiko
hidrologi (PR) yang mungkin terjadi, risiko hidrologi merupakan
angka dimana kemungkinan hujan dengan debit yang sama besar
angka tersebut, misalnya 0,4 maka kemungkinan hujan dengan
debit yang sama atau melampaui adalah sebesar 40%. Risiko
hidrologi dapat dicari dengan menggunakan rumus :
PR = 1-(1-1TR) TL
Keterangan :
PR = Risiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan
Besarnya intensitas  hujan yang kemungkinan terjadi dalam kurun
waktu tertentu dihitung berdasarkan “Persamaan Mononobe”, yaitu
:
I = R2424 (24t) 2/3
Keterangan :
R24 = Curah hujan rencana per hari (24jam)
I    = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t    = Waktu konsentrasi (jam)
Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan
dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.
Hubungan Derajat dan Intensitass Curah Hujan

Derajat Hujan Intensitas Curah               Kondisi

24
Hujan
(mm/menit)
Hujan lemah 0.02 – 0.05 Tanah basah semua
Hujan normal 0.05 – 0.25 Bunyi hujan terdengar
Hujan deras 0.25 – 1.00 Air tergenang di seluruh
permukaan dan terdengar
bunyi dari genangan
Hujan sangat >1.00 Hujan seperti ditumpahkan,
deras saluran pengairan meluap

2.4. Tahapan Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang


Rencana sistem penyaliran tambang ini dititikberatkan pada metode atau
teknik penanggulangan air pada tambang terbuka.

2.4.1. Analisis Perencanaan Sump


Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum dipompa keluar
tambang. Dimensi sump tergantung dari jumlah air yang masuk serta keluar dari
sump. Sump yang dibuat disesuaikan dengan keadaan kemajuan medan kerja
(front) penambangan. Optimalisasi antara input (masukan) dan output (keluaran),
maka dapat ditentukan volume dari sump.

Sump ditempatkan pada elevasi terendah atau floor penambangan, jauh


dari aktifitas penggalian batubara sehingga tidak akan menggangu produksi
batubara.

2.4.2. Analisis Perencanaan Pompa dan Pipa


Analisis pemompaan dan pemipaan dilakukan untuk mengetahui jumlah
pompa dan pipa yang akan digunakan.

a. Head (julang) pemompaan dan pemipaan


Head (julang) adalah energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah
air pada kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang dipompa, maka

25
head pompa juga akan semakin besar. Head total pompa ditentukan dari
kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa tersebut.

Dimana:
h1 = Elevasi sisi isap (m)
h2 = Elevasi sisi keluar (m)
Q = Debit air limpasan (m3/detik)
V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
f = Koefisien kekasaran pipa
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
k = koefisien kerugian pada belokan
V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
R = jari-jari lengkung belokan (m)
Θ = sudut belokan pipa
b. Durasi pemompaan
Durasi pemompaan maksimal yang digunakan adalah 21 jam/hari, dengan
pertimbangan akan disediakan 3 jam sebagai waktu maintenance terhadap
pompa.
c. Jumlah pompa dan pipa
Jumlah pompa disesuaikan dengan debit yang akan masuk ke dalam sump.
Jenis pompa yang digunakan adalah MF 390 dengan menggunakan pipa
polyethylene berdiameter 10 inch dengan panjang 1 unit pipa adalah 6
meter.

26
2.4.3. Analisis Perencanaan Saluran
Analisis perencanaan dimensi saluran dilakukan dengan menggunakan
rumus manning. Saluran yang direncanakan adalah saluran terbuka berbentuk
trapesium, karena lebih mudah dalam pembuatannya.

Dimana:

Q = debit (m3/detik)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan saluran (%)
A = Luas penampang basah (m2)
n = koefisien kekasaran manning

2.4.4. Analisis Perencanaan Kolam Pengendapan


Kolam pengendapan yang akan dibuat harus memiliki dimensi tertentu
agar mampu mengendapkan material sedimen dengan baik. Penentuan dimensi
kolam pengendapan digunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana :

V = Volume air (m3)


A = Luas kolam pengendapan (m2)
P = Panjang kolam pengendapan (m)
L = Lebar kolam pengendapan (m)
d = Kedalaman kolam (m)
l = lebar tiap zona (m)

27
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan
pada daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau
mengeluarkan air yang masuk ke daerah penambangan.
 Hal yang mempengaruhi sistem penyaliran tambang di antaranya
adalah permeabilitas, curah hujan, rencana kemajuan tambang
 Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu Mine Drainage dan Mine
Dewatering.
3.2. Saran
Dalam melakukan aktivitas penambangan, sebaiknya terlebih dahulu
memperhatikan sistem penyaliran tambang dan juga faktor yang
mempengaruhi penyaliran tambang seperi morfologi, curah hujan, dan
lain-lain. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi dalam proses kegiatan
penambangan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Anton Yudi Umsini dan Ariyanto. “Kajian Teknis Optimalisasi Pompa pada
Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah”. Magister Teknik Pertambangan UPN
Yogyakarta

Endriantho, Muhammad dan Ramli, Muhammad. (2013). “Perencanaan Sistem


Penyaliran Tambang Terbuka Batubara”. Jurnal Geosains. 09 (01 2013), 29-39

29

Anda mungkin juga menyukai