Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kegiatan Penambangan

Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk


memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya. (UU No.4
Tahun 2009 Pasal 1). Kegiatan utama kegiatan penambangan (exploitation)
adalah meliputi :
a. Pembongkaran
Metode yang biasa digunakan untuk memberai batuan antara
lain adalah penggalian secara langsung (free digging), penggaruan
(ripping), dan pemboran-peledakan (drilling-blasting). Menurut
Bell (2004), free digging dapat dilakukan bila nilai Uniaxial
Compressive Strength (UCS) material tersebut kurang dari 1,7
MPa. Metode ripping dapat dilakukan bila nilai UCS materialnya
berkisar antara 1,7 MPa (easy ripping) dan 20 MPa (very hard
ripping), sedangkan metode pemberaian secara drilling-blasting
dilakukan bila nilai UCS material tersebut lebih dari 20 MPa.
b. Gali - Muat
Gali – Muat adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengambil material yang sudah dibongkar (digging), untuk
kemudian dimuat (loading) ke alat angkut.
c. Angkut
Angkut adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut
dan memindahkan material. Dari loading point-nya menuju ke
dumping area nya. Material di angkut sesuai dengan jenisnya,
karena dumping area untuk waste dan ore memiliki perbedaan

6
7

2.2 Pola Pemuatan Tambang Terbuka

Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka


pola pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar
alat. Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan,
operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa
setiap alat angkut yang datang , mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah terisi
penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar
dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu
tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya. Pola pemuatan dapat
dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukan alat gali-muat dan alat angkut,
yaitu :

1. Berdasarkan jumlah penempatan posisi truk untuk dimuati


terhadap posisi alat muat.

a. Single Back Up
Truk memposisikan untuk dimuati pada satu tempat
b. Double Back Up
Truk memposisikan untuk dimuati pada dua tempat
c. Triple Back Up
Truk memposisikan untuk dimuati pada tiga tempat.

Gambar 2.1. Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Truck(Sumber


Buku PTMK, Ir. Yanto Indonesianto,M.Sc, 2007)
8

2. Berdasarkan kedudukan truk untuk dimuati bahan galian oleh alat


muat.

Cara pemuatan material oleh alat muat ke dalam alat angkut


ditentukan oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat
angkut, apakah kedudukan alat muat tersebut berada lebih tinggi
atau kedudukan kedua-duanya sama tinggi. Cara pemuatan dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu :

a. Top Loading
Kedudukan alat muat lebih tinggi dari bak truk jungkit
(alat muat berada diatas tumpukan material atau berada di atas
jenjang). Cara ini hanya di pakai pada alat muat Back Hoe.
Selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan
menempatkan material.
b. Bottom loading
Ketinggian atau kedudukan alat angkut dan truk jungkit
adalah sama. Cara ini hanya di pakai pada alat muat Back Hoe
dan Wheel loader.

Gambar 2.2. Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Truck (Sumber


Open Pit Mine Planning and Design Volume 1 Fundamental,
Hustrulid,1995)
9

3. Berdasarkan cara manuvernya


Pola pemuatannya dibedakan menjadi :
a. Frontal Cut
Back hoe berhadapan dengan muka jenjang atau front
penggalian. Pada pola ini alat muat memuat pertama kali pada
truk sebelah kiri sampai penuh, kemuadian dilanjutkan
pemuatan pada truk sebelah kanan. Sudut putar back hoe antara
10 – 110 derajat.

b. Parallel Cut With Drive By


Back hoe bergerak melintang dan sejajar dengan front
penggalian. Pola ini diterapkan apabila lokasi pemuatan
memiliki 2 (dua) akses dan berdekatan dengan lokasi
penimbunan. Memiliki efisiensi tinggi untuk alat muat dan
angkutnya walaupun rata-rata sudut putar alat muat lebih besar
dibandingkan frontal cut.

Gambar 2.3. Pola Pemuatan Berdasarkan Cara Manuvernya


(Sumber : buku PTMK, Ir. Yanto Indonesianto,M.Sc, 2007)
10

2.3 Produktivitas alat gali muat


2.3.1 Jenis-Jenis Alat Gali-Muat
1. Backhoe (pull shovel)

Backhoe sering juga disebut pull shovel, adalah alat dari


golongan shovel yang khusus dibuat untuk menggali material di
bawah permukaan tanah atau di bawah tempat kedudukan alatnya.
Galian di bawah permukaan ini misalnya parit, lubang untuk pondasi
bangunan, lubang galian pipa dan sebagainya. Keuntungan backhoe
ini jika dibandingkan dragline dan clamshell ialah karena backhoe
dapat menggali sambil mengatur dalamnya galian yang lebih baik.
Karena jangkauan konstruksinya, backhoe ini lebih menguntungkan
untuk penggalian dengan jarak dekat dan memuat hasil galian ke
truk. Tipe backhoe dibedakan dalam beberapa hal antara lain dari
alat kendali dan under carriage nya.
Menurut alat kendali:
 Dengan kendali kabel (cable controlled)
 Dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled)

Menurut jenis ban peggeraknya:


 Roda rantai (crawler mounted)
 Roda karet (wheel mounted)

Gambar 2.4 Roda karet whell mounted (Sumber : alat gali muat
dalam www.google.com/search)
11

Gambar 2.5 Roda rantai crawler mounted (Sumber : alat gali muat
dalam www.google.com/search)

2. Power Shovel
Dengan memberikan shovel attachment pada excavator,
maka didapatkan alat yang disebut dengan power shovel. Alat
ini baik untuk pekerjaan menggali tanah tanpa bantuan alat lain,
dan sekaligus memuatkan ke dalam truk atau alat angkut lainnya.
Alat ini juga dapat untuk membuat timbunan bahan persediaan
(stock pilling). Pada umumnya power shovel ini dipasang di atas
crawler mounted, karena diperoleh keuntungan yang besar
antara lain stabilitas dan kemampuan floatingnya. Power shovel
di lapangan digunakan terutama untuk menggali tebing yang
letaknya lebih tinggi dari tempat kedudukan alat. Macam shovel
dibedakan dalam dua hal, ialah shovel dengan kendali kabel
(cable controlled), dan shovel dengan kendali hidrolis
(hydraulic controlled).

Gambar 2.6 Power Shovel (alat gali muat www.google.com)


12

3. Dragline
Dragline adalah alat untuk menggali tanah dan
memuatkan pada alat-alat angkut. misalnya truk atau ke tempat
penimbunan yang dekat dengan tempat galian. Pada umumnya
power shovel sampai dengan kapasitas 2.5 cu-yd dapat diubah
menjadi dragline, dengan melepas boom shovel diganti boom
dan bucket dragline. Untuk beberapa proyek. power shovel atau
dragline digunakan untuk menggali, tetapi dalam beberapa hal,
dragline mempunyai keuntungan yang umumnya disebabkan
oleh keadaan medan dan bahan yang perlu digali. Dragline
biasanya tidak perlu masuk ke dalam tempat galian untuk
melaksanakan pekerjaannya, dragline dapat bekerja dengan
ditempatkan pada lantai kerja yang baik, kemudian menggali
pada tempat yang penuh air atau berlumpur Jika hasil galian
terus dimuat ke dalam truk, maka truk tidak perlu masuk ke
dalam lubang galian yang kotor dan berlumpur yang
menyebabkan terjebaknya truk tersebut. Dragline sangat baik
untuk penggalian pada parit-parit, sungai yang tebingnya curam,
sehingga kendaraan angkut tidak periu masuk ke lokasi
penggalian. Satu kerugian dalam menggunakan dragline untuk
menggali ialah produksinya yang rendah, antara 70% – 80%
dibandingkan dengan power shovel untuk ukuran yang sama.
Macam dragline ada tiga tipe ialah crawler mounted, wheel
mounted dan truck mounted. Crawler mounted digunakan pada
tanah-tanah yang mempunyai daya dukung kecil sehingga
floating-nya besar, tetapi kecepatan geraknya rendah dan
biasanya diperlukan bantuan alat angkut untuk membawa alat
sampai ke lokasi pekerjaan.
13

Gambar 2.7 Dragline (Sumber : alat gali muat dalam


www.google.com/search)
4. Clamshell
Clamshell adalah alat gali yang mirip dengan dragline
yang hanya tinggal mengganti bucketnya saja. Clamshell
terutama digunakan untuk mengerjakan bahan-bahan lepas,
seperti pasir, kerikil, lumpur dan lain-lainnya. Batu pecah dan
batubara dapat juga diangkut secara massa oleh clamshell.
Clamshell bekerja dengan mengisi bucket, mengangkat secara
vertikal ke atas, kemudian gerakan swing dan mengangkutnya
ke tempat yang dikehendaki di sekelilingnya untuk kemudian
ditumpahkan ke dalam truk, atau alat-alat angkut lain, atau hanya
menimbun saja. Karena cara mengangkat dan membuang
muatan vertikal, maka clamshell cocok untuk pekerjaan
pengisian pada hopper yang lebih tinggi letaknya.
14

Gambar 2.8 Clamshell (Sumber : alat


gali muat (www.google.com/search)

5. Excavator
Excavator adalah alat yang bekerjanya berputar bagian
atasnya pada sumbu vertikal di antara sistem roda-rodanya,
sehingga excavator yang beroda ban (truck mounted), pada
kedudukan arah kerja attachment tidak searah dengan sumbu
memanjang sistem roda-roda, sering terjadi proyeksi pusat berat
alat yang dimuati berada di luar pusat berat dari sistem
kendaraan, sehingga dapat menyebabkan alat berat tergulung.
Untuk mengurangi kemungkinan terguling ini diberikan alat
yang disebut out-triggers.
15

Gambar 2.9 Excavator (Sumber : alat gali muat dalam


www.google.com/search)

2.3.2 Spesifikasi alat gali-muat excavator backhoe


a. Komatsu Pc 1250 SP
Tabel 2.1 Spesifikasi Pc 1250 berdasarkan komatsu handbook
16

b. Komatsu Pc 750

Tabel 2.2 Spesifikasi Pc 750 berdasarkan komatsu handbook

c. Komatsu Pc 400

Tabel 2.3 Spesifikasi Pc 4000 berdasarkan komatsu handbook


17

d. Komatsu PC300
Tabel 2.4 Spesifikasi Pc 300 berdasarkan komatsu handbook

2.3.3 Teori Perhitungan Produktivitas Alat Gali-Muat

Perhitungan Produktivitas alat Gali-Muat menurut Partanto, dalam


buku Pemindahan Tanah Mekanis adalah :
3600 detik/jam
Produktivitas (Q) = q x ( ) x Eff x BFF x SF
CTrata−rata

Dengan,
 Q = Produktivitas (BCM/Jam)
 q = Kapasitas Bucket Sesuai Handbook (BCM)
 3600 = Jumlah Detik dalam 1 Jam (Detik/Jam)
 CT = Waktu Siklus (detik)
Dengan,
CT = (Waktu Digging + Waktu Swing Load + Waktu
Dumping + Waktu Swing Empty)
18

 Eff = Effisiensi Kerja (%)


Dengan,
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎− 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
Eff = ( 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
𝑥 100%)

 BFF = Bucket Fill Factor (%)


Dengan,
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑒𝑎𝑙 𝐵𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡
BFF = ( 𝑥 100%)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻𝑎𝑛𝑑𝑏𝑜𝑜𝑘 𝐵𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 1 𝐴𝐷𝑇


Volume Bucket Real = ( 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑖𝑠𝑖𝑎𝑛 1 𝐴𝐷𝑇 )

 SF = Sweal Factor
Sweal Factor adalah faktor pengembangan material setelah
dibongkar. Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan
Sweal Factor berdasarkan Teori dalam buku Nabar, 1998, sebagai
berikut :

Tabel 2.5. Tabel Sweal Factor Nabar, 1998

Sumber : Nabar,1998 dalam Modul Kuliah Pemindahan Tanah


Mekanis dan Alat Berat, Hal. 62
19

2.4 Produktivitas Alat Angkut


2.4.1 Jenis-Jenis Alat Angkut
Dalam bidang pertambangan alat angkut adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengangkut material-material tambang baik itu
material yang bernilai ekonomis ataupun tidak dari satu tempat ke
tempat yang lain (tempat penimbunan atau pengolahan). Adapun jenis-
jenis alat angkut tersebut yaitu:
1. Dump truck Scania
Alat angkut yang paling umum digunakan di tambang
terbuka adalah dump truck. Dump Truck dirancang khusus untuk
kondisi jalan tambang (bukan aspal). Pertama kali Dump Truck
dibuat dan diperkenalkan pada tahun 1930-an dengan kapasitas
± 15 ton. Pada tahun 1950-an kapasitasnya menaik hingga ± 30
ton dan meningkat lagi hingga ± 350 ton pada tahun 1970-an.

Gambar 2.10. Dump Truck Scania (Sumber : Dump Truck


Scania dalam www.google.com/search)
2. Articulated Dump Truck

Articulated Dump Truck disingkat ADT, digunakan untuk


memindahkan dan membuang material dengan kapasitas
terbatas dan kondisi jalan berlumpur.
20

Gambar 2.11. Articulated Dump Truck (Sumber : Articulated


Dump Truck dalam www.google/search)
3. Off Highway Truck
Sama halnya dengan ADT, Off Highway Truckjuga
digunakan untuk memindahkan material dengan kapasitas yang
besar mulai 40T sampai 360T.

Gambar 2.12. Off Highway Truck (Sumber : Off Highway


Truck dalam www.google.com/search)
4. Power screpar
Alat ini mampu melakukan tiga tugas sekaligus: memuat,
mengangkut, dan membongkar muatan. Bentuk scraper mirip
dengan truk biasa. Yang membedakan, bak bawah scraper dapat
diturunkan dengan ujungnya berbentuk seperti bilah. Saat
scraper bergerak maju, bilah akan menggaruk tanah mirip cara
kerja sekop. Tanah garukan ini langsung ditampung dalam bak.
Setelah bak penuh bilah kemudian diangkat, dan melajulah
scraper ke tempat pembongkaran muatan. Alat ini cocok
digunakan di lapisan yang tidak terlalu keras. Begitu pula, tanah
21

dengan banyak bongkah batu juga tidak cocok untuk scraper.


Scraper efektif digunakan jika jarak angkut tidak terlalu jauh.
Artinya, tempat pemuatan dan pembongkaran mesti berdekatan.
Memiliki mobilisasi cepat karena dalam sekali putaran dapat
melakukan penggalian, mengangkut, mengosongkan dan
berbalik kembali lagi ketempat penggalian dan berputar,
produksinya tinggi serta ongkos operasinya relatif rendah

2.4.2 Spesifikasi Alat Angkut


a. Off-Highway Truck Komatsu HD 785

Tabel 2.6 Spesifikasi Off-Highway Truck Komatsu HD 785


22

b. Off-Highway Truck Komatsu HD 465

Tabel 2.7 Spesifikasi Off-Highway Truck Komatsu HD 465

c. Hino 500 Fm 260 JD

Tabel 2.8 Spesifikasi Hino 500 Fm 260 JD


23

2.4.3 Teori Perhitungan Produktivitas alat Angkut


Produktivitas Alat angkut berdasarkan Partanto, dalam buku
Pemindahan Tanah Mekanis adalah sebagai berikut :
3600
Produktivitas (Q) = q x (𝐶𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎) x Eff x SF

Dengan,

 Q = Produktivitas (BCM/Jam)
 q = Kapasitas Bak ADT (BCM)
 3600 = Jumlah Detik dalam 1 Jam (Detik/Jam)
 CT = Waktu Siklus (detik)
Dengan,
CT = (Waktu Manuver Loading + Waktu Loading + Waktu
Hauling Load +Waktu Manuver Dumping + Waktu
Dumping + Waktu Hauling Empty )
 Eff = Effisiensi Kerja (%)
Dengan,
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎− 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
Eff = ( 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
𝑥 100%)

 SF = Sweal Factor

Sweal Factor adalah faktor pengembangan material setelah


dibongkar. Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan
Sweal Factor berdasarkan Teori dalam buku Nabar, 1998

2.5 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat


Secara teoritis sebuah peralatan mempunyai produktivitas yang
relatif besar, tetapi dalam praktek sebenarnya produktivitas alat tersebut
cenderung lebih kecil. Menurunnya produktivitas atau kapasitas produksi
alat ini disebabkan adanya faktor-faktor yang membatasi kelancaran
pengoperasian peralatan. kelancaran pengoperasian alat akan berpengaruh
langsung terhadap kapasitas produksi alat itu sendiri.
24

Ada tiga faktor dasar yang sangat mempengaruhi kelancaran pengoperasian


dari suatu alat berat, yaitu:
1. Waktu.
2. Material.
3. Efisiensi.

Gambar 2.13 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi produktivitas alat berat


(sumber http://4.bp.blogspot.com /faktor yang mempengaruhi produktivitas
Alat berat)
1. Waktu
Masalah ini yang biasa dihadapi oleh juru taksir waktu, untuk
menyiapkan tawaran suatu pekerjaan. Dalam hal tersebut yang penting
adalah untuk mendapatkan waktu siklus. Waktu siklus adalah jangka
waktu yang diperlukan alat-alat berat untuk menyelesaikan satu
lingkaran operasi.
Waktu ini dibedakan menjadi:

 Waktu tetap : Waktu tetap adalah waktu tetap yang digunakan


untuk, memuat, membuang dan pengaturan posisi alat.
 Waktu variabel : Waktu variabel adalah waktu yang diperlukan
untuk mengangkut dan kembali ke tempat pemuatan dalam siklus
tersebut. jangka Waktu ini dapat berubah sesuai jarak dan kondisi
jalan antara daerah pemuatan dengan daerah pembuangan.
25

2. Material.
Dalam proses pemindahan bahan atau material, volume material
ditentukan berdasarkan keadaan material itu didalam proses
pemindahannya. misalkan saja pada suatu pekerjaan tanah atau agregat,
Ada tiga macam satuan ukuran volume material dalam pekerjaan
tersebut :

 m3 asli : meter kubik asli yang diukur pada keadaan alam


sebelum diganggu oleh peralatan
 m3 lepas : meter kubik lepas yang diukur pada keadaan lepas,
keadaan setelah dibongkar dalam proses pemindahan.
 m3 padat : meter kubik padat yang diukur pada keadaan telah
dipadatkan setelah proses pemadatan.

3. Faktor Efisiensi Kerja


Faktor Efisiensi Kerja dibagi menjadi faktor efisiensi kerja alat
dan Faktor Koreksi.

 Faktor Efisiensi Kerja Alat

Faktor effisiensi kerja alat adalah menit kerja rata-rata dalam


satu jam dibagi enam puluh menit. Adapun hal-hal yang
mempengaruhi faktor kerja adalah kondisi pekerjaan dan kondisi
pemeliharaan alat.

 Faktor Koreksi

Digunakan untuk mengubah atau mengoreksi tafsiran


produksi sesuai dengan pekerjaan tertentu serta kondisi tempat
pekerjaan tersebut dilakukan. Faktor ini berbeda untuk tiap jenis
alat berat dan kondisi kerja.
26

2.6 Teori Perhitungan Keserasian Alat


Keserasian kerja (Match Faktor) merupakan suatu faktor penting
yang digunakan dalam penentuan jumlah alat angkut atau alat gali muat,
agar terjadi sinkronisasi alat. Apabila jumlah antara alat gali muat sesuai
dengan alat angkut, akan tercapai efektivitas kerja yang optimal. Untuk
mendapatkan faktor keserasian antara alat gali muat dengan alat angkut
dapat digunakan rumus sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐸𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝑀𝑢𝑎𝑡 𝑥 𝑛


Match Factor (MF) = ( )
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝑀𝑢𝑎𝑡 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐸𝑑𝑎𝑟 𝐴𝐿𝑎𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡

Dengan,
 MF < 1, Maka Alat Muat Bekerja Penuh, sedangkan Alat
Angkut Memiliki Waktu Tunggu
 MF = 1, Maka Alat Muat dan Alat Angkut bekerja penuh
secara maksimal, tanpa waktu tunggu
 MF > 1, Maka Alat Muat Memiliki Waktu Tinggi,
sedangkan Alat Angkut Bekerja Penuh

Anda mungkin juga menyukai