Anda di halaman 1dari 10

Latar belakang

Seperti di era sekarang ini listrik sudah menjadi bagian vital dalam menunjang
keberlangsungan hidup manusia. Hal tersebut tidak lepas dari hantaran elektrolit yang mana
menjadi contoh sederhana untuk menjelaskan proses aliran arus listrik. Dalam kehidupan
sehari-hari tentu ada beberapa fenomena yang menjadi perhatian kita sebagai mahasiswa
seperti fenomena tersengat listrik yang kemudian menjadi masalah yang serius dan
memerlukan cara untuk mencegahnya.

Rumusan masalah

1. Apa pengertian, contoh, dan ciri-ciri dari larutan elektrolit?


2. Bagaimana mekanisme hantaran elektrolit?
3. Bagaimana konsep daya hantar?
4. Mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik?
5. Bagaimana hubungan elektrokimia dengan hantaran elektrolit?
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN, CONTOH, DAN CIRI-CIRI DARI LARUTAN ELEKTROLIT
a. Pengertian Elektrolit
Larutan elektrolit adalah suatu zat yang larut ke dalam bentuk ion-ion, ketika zat
yang dilarutkan kedalam air akan berubah menjadi ion dan ion tersebut dapat
menghantarkan arus listrik.
b. Senyawa pembentuk larutan elektrolit
Senyawa pada larutannya bisa menghantarkan arus listrik dari senyawa ion dan
senyawa kovalen polar, karena pada senyawa-senyawa tersebut bisa terionisasi ketika
dilarutkan kedalam air.
1) Senyawa ion
Senyawa ion disusun pada ion-ion yang memiliki bentuk padat dan kering.
Ion-ion yang tersusun pada senyawa ion ketika pelarutannya akan bergerak bebas,
oleh karena itu larutan ion bisa menghantarkan arus listrik. Tetapi senyawa ion yang
memiliki sebuah bentuk kristal, ion-ion berbentuk kristal tidak dapat bergerak bebas
sehingga tidak akan bisa menghantarkan arus listrik. Contohnya pada senyawa ion
yaitu NaCl, KCl, NaOH dan KOH.
2) Senyawa kovalen polar
Senyawa kovalen polar ketika dilarutkan kedalam air, akan langsung terurai
menjadi sebuah ion-ion. Karena disebabkan pada ikatan kovalen senyawa tersebut
mudah putus kedalam pelarut air dan akan menghasilkan ion-ion. Contoh yaitu asam
klorida (HCl) dan Amonia (NH3).
c. Ciri Ciri Larutan Elektrolit
 Larutan Elektrolit Kuat
 Menghantarkan arus listrik yang kuat.
 Terurai dengan sempurna.
 Larutan Elektrolit Kuat memiliki derajat ion (A) A = 1
 Pada pengujiannya Larutan Elektrolit Kuat memiliki nyala lampu yang sangat
terang dan memiliki gelembung gas banyak.
 Larutan Elektrolit Lemah
 Menghantarkan Listrik yang lemah.
 Tidak semuanya terurai
 Memiliki derajat ion (A) 0< A <1
 Pada pengujian Larutan Elektrolit Lemah memiliki nyala Lampu yang redup Dan
memiliki gelembung gas sedikit.
DAPUS : https://rumus.co.id/larutan-elektrolit/ diakses pada tanggal 20 agustus 2019

Materi larutan elektrolit merupakan materi yang berkarakteristik teori lebih


banyak hafalan dan pemahaman yang dapat membedakan antara larutan elektrolit dan
nonelektrolit, pada larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu larutan elektolit kuat
dan elektrolit lemah, pada larutan elektrolit kuat misalnya larutan garam dapur (NaCl) saat
diuji dengan rangkaian alat penguji elektrolit memiliki ciri-ciri banyaknya terdapat
gelembung gas pada larutan dan lampu pijar menyala terang ini menunjukkan larutan
terionisasi sempurna sedangkan dalam larutan elektrolit lemah pada larutan asam cuka
(CH3COOH) saat di uji dengan alat penguji elektrolit dapat menghantar listrik dengan ciri-
ciri terdapat sedikit gelembung gas dan nyala lampu pijar redup atau kurang baik pada
rangkaian, ini menunjukkan larutan asam cuka terionisasi sebagian. Contoh larutan
elektrolit kuat: HCl, HBr, HI, HNO3, dan lain-lain. Contoh-contoh larutan elektrolit
lemah: CH3COOH, Al(OH)3 dan Na2CO3. Larutan non elektrolit contohnya pada larutan
glukosa C6H12O6 saat di uji dengan rangkaian alat penguji elektrolit tidak dapat
menghantar listrik dengan ciri tidak adanya gelembung gas dan lampu tidak menyala pada
rangkaian, ini menunjukkan larutan glukosa tidak terionisasi. Contoh contoh larutan non
elektrolit: Larutan Gula (C12H22O11), Etanol (C2H5OH), Urea (CO(NH2)2), Glukosa
(C6H12O6), dan lain-lain. Ionisasi sempurna ditandai dengan satu arah panah kekanan pada
persamaan reaksinya. Semakin banyak ion dalam larutan, semakin kuat daya hantar
listriknya. Jumlah ion positif yang dihasilkan dari proses ionisasi sama dengan jumlah ion
negatifnya, sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Elektrolit lemah menghantar
listrik kurang baik karena hanya terionisasi sebagian. Akibatnya ion-ion yang terbentuk
dalam larutan hanya sedikit, sedangkan sebagian yang lain masih dalam bentuk
molekulnya. Sedikitnya ion-ion yang terbentuk ini mengakibatkan daya hantar listriknya
lemah (Harizon,dkk., 2016: 48).

Daftar pustaka: Harizon, dkk. 2016. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make-A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Larutan Elektrolit Dan
Nonelektrolit Di Sma Pgri 2 Kota Jambi”. J. Indo. Soc. Integ. Chem. 8(2). 48.

2. MEKANISME HANTARAN ELEKTROLIT

 Ion bergerak dengan arah tertentu (migrasi)

 Ion (+) bergerak menuju katoda, sedangkan ion (-) bergerak menuju anoda

 Arus listrik menyebabkan perubahan kimia pada elektroda-elekrodanya

 Reaksi: K : Cu2+ + 2e  Cu(s)

A : H2O  2H+ + ½ O2 + 2e

a. Elektrolisis
Peristiwa elektrolisis terjadi ketika arus listrik dialirkan melalui senyawa ionik
dan senyawa tersebut mengalami reaksi kimia. Larutan elektrolit dapat menghantar
listrik karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itulah yang
menghantarkan arus listrik melalui larutan. Hantaran listrik melalui larutan elektrolit
terjadi sebagai berikut, sumber arus searah memberi muatan yang berbeda pada kedua
elektroda. Katoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif) bermuatan
negatif, sedangkan anoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif)
bermuatan positif. Spesi (ion, molekul atau atom) tertentu dalam larutan akan
mengambil elektron dari katoda, sementara spesi lainnya melepas elektron ke anoda.
Selanjutnya elektron akan dialirkan ke katoda melalui sumber arus searah. Elektrolit
kuat mempunyai daya hantar yang relatif baik meskipun konsentrasinya relatif kecil,
sedangkan elektrolit lemah mempunyai daya hantar yang relatif buruk meskipun
konsentrasinya relatif besar. Pada proses elektrolisis selain jenis larutan, jenis elektroda
juga mempengaruhi hasil elektrolisis.
b. Elektrolisis air
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya
arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-).
Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2),
melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang
setara dari elektrolisis air dapat dituliskan pada persamaan (i) sebagai berikut.
Anoda : H2O → 2H+ + ½ O2 + 2e-
Katoda : H2O → ½ H2 + OH-

Reaksi : 2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g) …………(i)

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk
gelembung pada elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan
untuk menghasilkan hidrogen yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
hidrogen.

c. Sifat Logam
Unsur-unsur logam memperlihatkan sifat-sifat yang spesifik, yaitu mengkilap,
menghantarkan listrik dan panas, dapat ditempa serta dapat direntang menjadi benang
logam yang halus. Sifat-sifat diatas tidak dimiliki oleh unsur-unsur bukan logam.
Ditinjau dari konfigurasi electron, unsur logam cenderung melepaskan electron
(memiliki energy ionisasi yang kecil). Sedangkan unsur-unsur bukan logam cenderung
menangkap electron (memiliki keelektronegatifan yang besar). Dalam system periodic
terlihat bahwa sifat logam bertambah dari atas ke bawah, dan sifat logam berkurang
dalam satu periode dari kiri ke kanan. Atom-atom logam mempunyai electron valensi
yang kecil, sehingga electron valensi dapat bergerak bebas dan sangat mudah
dilepaskan akibatnya elektron-elektron valensi tersebut bukan hanya milik salah satu
ion logam tetapi merupakan milik bersama ion-ion logam yang terjejal dalam kisi
Kristal logam. Dapat dikatakan bahwa electron valensi dalam logam terdelokalisasi,
membaur membentuk awan electron yang menyelimuti ionion positif logam yang telah
melepaskan sebagian electron valensinya. Akibatnya terjadi interaksi antara kedua
muatan (electron bermuatan negative dengan ion logam yang bermuatan positif) yang
berlawanan dan membentuk ikatan logam. Gaya tarik menarik ini cukup kuat sehingga
pada umumnya unsur logam mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi.
Kekuatan ikatan logam dipengaruhi oleh:
a) Jari-jari atom, makin besar jari-jari atom menyebabkan ikatan logam semakin lemah.
b) Jumlah elektron valensi, semakin banyak elektron valensinya ikatan logam semakin
kuat.
c) Jenis unsur (golongan utama atau transisi) ikatan logam unsur transisi lebih kuat dari
pada ikatan logam-logam golongan utama (suyuty, 2010: 2-3).

Daftar pustaka: Achmad Suyuty. 2010. Studi Eksperimen Konfigurasi Komponen Sel
Elektrolisis untuk Memaksimalkan pH larutan dan Gas Hasil Elektrolisis Dalam
Rangka Peningkatan Performa dan Reduksi SOx - NOx Motor Diesel

Pada dasarnya suatu larutan asam dapat menghantarkan elektron dan


menghasilkan arus listrik yang dapat digunakan sebagai bio-baterai. Prinsip penelitian
ini hanya melibatkan transportasi elektron antara dua elektroda yang dipisahkan oleh
medium konduktif (elektrolit) yang memberikan kekuatan gerak elektro berupa
potensial listrik dan arus. Pada elektroda elektrolit, elektron yang mengalir dibawa oleh
ion-ion dan kemudian mengalami elektrolisis. Elektrolisis berarti perubahan kimia yang
diproduksi dengan melewati arus listrik melalui elektrolit. Aliran elektron dari katoda
melalui elektrolit ke anoda. Katoda adalah elektroda negatif, seperti lempengan
tembaga, dan anoda adalah elektroda positif, seperti lempengan seng. Proses ini
menghasilkan listrik dengan cara yang sama sebagai baterai volta. Menurut Amin dan
Dey (tanpa tahun), ketika buah mulai membusuk, terjadi proses fermentasi yang
menghasilkan asam yang lebih meningkatkan kekuatan elektrolit dalam sayuran.
Sehingga, buah yang busuk menjadi lebih reaktif dengan elektroda dan menghasilkan
tegangan yang lebih tinggi dari pada buah yang segar (Khairiah, 2017: 17-18).

Daftar pustaka: Khairiah & Rita. 2017. “Analisis Pengaruh Penambahan Massa Ragi Dan
Lama Waktu Proses Fermentasi Terhadap Nilai Tegangan Listrik Pasta Limbah Kulit Durian
(Durio Zibethinus)”. Fisitek: Jurnal Ilmu Fisika Dan Teknologi. 1(2). 17-18.

d. Proses terjadinya arus listrik


 Percobaan I
Jika sebatang logam dicelupkan kedalam larutan ion logam, maka terjadi
kesetimbangan antara logam dengan larutan ionnya. Contoh : Logam Cu dicelupkan
ke dalam larutan CuSO4 dan Zn ke dalam ZnSO4. Pada keduanya tidak terlihat
perubahan, tetapi sebenarnya terjadi kesetimbangan :

Cu+2 + 2e  Cu

Zn+2 + 2e  Zn

Artinya : Serah terima elektron terjadi secara langsung dan bolak balik, karena
reaksi setimbang, maka mata tidak mampu melihatnya.

 Percobaan II
Percobaan I dibalik, batang Zn dilarutkan dengan CuSO4 dan batang Cu
dilarutkan dalam larutan ZnSO4. Dengan seketika permukaan logam Zn akan
ditutupi lapisan tembaga dan sedikit demi sedikit logam Zn larut. Hal ini disebabkan
karena ion Cu+2 dapat tereduksi dengan merampas elektron logam Zn, sehingga Zn
teroksidasi. Reaksinya: Zn + Cu+2 → Zn+2 + Cu
Ini merupakan contoh reaksi redoks spontan yaitu reaksi yang terjadi dengan
sendirinya. Reaksi ini disertai dengan pembebasan energi berupa panas yang
ditandai dengan naiknya suhu larutan. Reaksi redoks spontan dapat digunakan
sebagai sumber listrik. Arus listrik adalah aliran elektron, tiap elektron membawa
muatan listrik sebesar 1,6 x 10-19 Coulomb.
Sementara logam Cu dalam ZnSO4 tidak bereaksi karena Zn+2 tidak dapat
merampas elektron dari logam Cu.
Pada reaksi redoks terjadi perpindahan elektron dari reduktor ke oksidator.
Pada contoh II elektron berpindah dari Zn ke Cu+2. Ion Cu+2 datang ke permukaan
logam Zn, menyerap elektron lalu mengendap. Sementara atom Zn setelah melepas
elektron larut sebagai ion Zn+2.
 Percobaan III
Dalam sel tersebut logam seng dicelupkan dalam larutan yang mengandung
ion Zn+2 (larutan ZnSO4) dan logam tembaga di dicelupkan dalam larutan yang
mengandung ion Cu+2 (larutan CuSO4). Logam Zn akan larut melepaskan 2 elektron.
Zn → Zn+2 + 2e
Elektron yang dibebaskan tidak memasuki larutan, tetapi tertinggal pada
logam Zn. Elektron tersebut akan mengalir ke logam tembaga melalui kawat
penghantar. Ion Cu+2 akan menangkap elektron dari logam tembaga kemudian
mengendap.
Cu+2 + 2e → Cu
Dengan demikian rangkaian tersebut akan menghasilkan aliran elektron
(listrik). Dengan melarutnya logam Zn, labu A menjadi bermuatan positif dan akan
menghambat pelarutan logam Zn. Sementara labu B akan bermuatan negatif seiring
dengan mengendapnya ion Cu+2. Sehingga menahan pengendapan ion Cu+2. Aliran
tersebut tidak akan berkelanjutan. Untuk menentralkan muatan listrik di kedua labu,
dihubungkan dengan jembatan garam.
Logam seng dan tembaga menjadi kutub-kutub listrik pada rangkaian sel
elektrokimia yang disebut elektrode. Elektrode tempat terjadinya oksidasi disebut
anode (bermuatan negatif), sedang elektrode tempat terjadinya reduksi disebut
katode (bermuatan positif).

Daftar pustaka : http://kimiabersamamamivivi.blogspot.com/2017/02/elektrokimia.html?m=1


diakses pada tanggal 27 agustus 2019

3. KONSEP DAYA HANTAR


Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung
sebuah konduktor, muatan-muatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik.
Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau negatif yang bermuatan
tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda. Konduktivitas akan
terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tetapi dianggap semua ion adalah sama,
demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya hanya terdiri dari dua suku. Pada
konduktor logam, hanya elektron valensi saja yang bebas bergerak (Khairiah, 2017: 17-
18).

Daftar pustaka: Khairiah & Rita. 2017. “Analisis Pengaruh Penambahan Massa Ragi Dan
Lama Waktu Proses Fermentasi Terhadap Nilai Tegangan Listrik Pasta Limbah Kulit Durian
(Durio Zibethinus)”. Fisitek: Jurnal Ilmu Fisika Dan Teknologi. 1(2). 17-18.

4. LARUTAN ELEKTROLIT DAPAT MENGHANTARKAN ARUS LISTRIK


Dua ilmuwan yang paling berjasa dalam menemukan gejala dan penyebab
larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik adalah Arrhenius dan Faraday. Berikut ini
penjelasannya.
a. Teori Ionisasi Svante August Arrhenius
Mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan
nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik? Penjelasan tentang permasalahan
ini pertama kali dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859 – 1927) dari Swedia
saat presentasi disertasi Ph. D-nya di Universitas Uppsala tahun 1884.
Menurut Arrhenius, zat elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi
partikel-partikel yang berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang
dinamakan ion. Ion yang bermuatan positif disebut kation, dan ion yang bermuatan
negatif dinamakan anion. Peristiwa terurainya suatu elektrolit menjadi ion-ionnya
disebut Proses Ionisasi.
Ion-ion zat elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion inilah yang
sebenarnya menghantarkan arus listrik melalui larutannya. Sedangkan zat nonelektrolit
ketika dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk
molekul yang tidak bermuatan listrik. Hal inilah yang menyebabkan larutan
nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Dari penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
 Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena zat elektrolit dalam
larutannya terurai menjadi ion-ion bermuatan listrik dan ion-ion tersebut selalu
bergerak bebas.
 Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat nonelektrolit
dalam larutannya tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul
yang tidak bermuatan listrik.
 Zat elektrolit adalah zat yang dalam bentuk larutannya dapat menghantarkan arus
listrik karena telah terionisasi menjadi ion-ion bermuatan listrik. Zat nonelektrolit
adalah zat yang dalam bentuk larutannya tidak dapat menghantarkan arus listrik
karena tidak terionisasi menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul.
b. Percobaan Michael Faraday
 Munculnya gelembung gas pada hasil uji kehantaran larutan juga dapat dijelaskan
dengan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday. Berdasarkan percobaan
tersebut, diketahui bahwa jika ke dalam larutan elektrolit dialirkan arus listrik, maka
akan terjadi elektrolisis.
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik.
Peristiwa ini menghasilkan gelembung gas dalam larutan elektrolit. Gelembung
tersebut timbul karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif
mengalami oksidasi. Percobaan elektrolisis untuk menguji larutan elektrolit. Sebagai
contoh, pada larutan asam klorida (HCl) terjadi elektrolisis dengan reaksi sebagai
berikut:
o Reaksi ionisasi: HCl (aq) → H+ (aq) + Cl- (aq)
o Reaksi reduksi: 2H+ + 2e- → H2 (g)
o Reaksi oksidasi: 2Cl- (aq) → Cl2 (g) + 2e-
 Logam dapat menghantarkan listrik sebab adanya elektron yang dapat bergerak
bebas. Aliran listrik sendiri adalah aliran elektron yang bergerak dari potensial tinggi
ke potensial rendah. Sifat daya hantar listrik pada logam ini dapat dijelaskan melalui
teori lautan elektron, yaitu sebagai berikut.
o Teori Lautan Elektron
Suatu logam tersusun atas ion-ion positif yang terpateri di tempat (tidak
bergerak) dikelilingi oleh lautan elektron valensi yang bergerak bebas dalam kisi
logam. Elektron-elektron valensi logam bebas bergerak dan mengisi ruang-ruang
di antara kasi-kisi kation logam yang bermuatan positif. Nah, apabila suatu logam
dialiri arus listrik maka elektron-elektron yang bebas bergerak inilah yang akan
menghantarkan listrik dari dari daerah berpotensial tinggi ke daerah berpotensial
rendah.
Dari penjelasan kenapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
dengan teori lautan elektron tersebut, maka dapat disimpulkan perbedaan daya
hantar listrik antara logam dan larutan, yaitu sebagai berikut.
 Daya Hantar Listrik Logam
Disebabkan oleh aliran elektron yang bergerak bebas di dalam kisi
logam yang mengelilingi ion bermuatan positif (kation).
 Daya Hantar Listrik Larutan
Disebabkan oleh ion-ion bermuatan listrik positif (kation) dan negatif
(anion) yang terdisosiasi (terurai) dan bergerak bebas di dalam larutan.
Jadi secara garis besar, daya hantar listrik logam disebabkan oleh elektron
yang bergerak bebas. Sedangkan daya hantar listrik larutan disebabkan oleh kation
dan anion yang bergerak bebas di dalam larutan.
 Daya hantar listrik berhubungan dengan ion-ion dalam larutan. Aliran arus listrik
berbentuk pergerakan partikel berupa partikel elektron maupun ion. Ketika
dilewatkan ke dalam larutan elektrolit, arus listrik akan dihantarkan oleh ion-ion
dalam larutan sehingga lampu dapat menyala. Semakin banyak ion-ion dalam
larutan, daya hantar larutan semakin kuat. Itulah sebabnya nyala lampu larutan
elektrolit kuat lebih terang daripada larutan elektrolit lemah.

DAPUS: https://blogmipa-kimia.blogspot.com/2018/01/alasan-kenapa-larutan-elektrolit-
menghantarkan-arus-listrik.html?m=0 diakses pada tanggal 20 agustus 2019
5. ELEKTROKIMIA

Reaksi redoks ada yang berlangsung spontan dan ada yang tidak. Reaksi redoks
yang berlangsung spontan contohnya reaksi pembakaran dan perkaratan logam. Reaksi
redoks spontan digunakan sebagai sumber listrik misalnya pada aki dan baterai.
Sebaliknya arus listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tidak spontan yaitu
proses elektrolisis. Reaksi elektrolisis digunakan pada penyepuhan dan pada pemurnian
berbagai jenis logam.

Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Hal tersebut
dapat dijelaskan sesuai pada persamaan ii & iii dengan mudah sebagai berikut:

 Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
Oxidant + e- → Product ………..(ii)
 Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
Reductant → Product + e- ………. (iii)

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain


dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator
melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia
"menerima" elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Senyawa-senyawa yang
memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan
dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa
lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga
disebut sebagai penderma elektron (Suyuty, 2010: 3)

Daftar pustaka: Achmad Suyuty. 2010. Studi Eksperimen Konfigurasi Komponen Sel
Elektrolisis untuk Memaksimalkan pH larutan dan Gas Hasil Elektrolisis Dalam Rangka
Peningkatan Performa dan Reduksi SOx - NOx Motor Diesel

a. Pengertian elektrokimia
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara energi
listrik dengan reaksi kimia. Listrik sebenarnya adalah aliran elektron dalam medium
konduktor. Terjadi karena adanya perbedaan potensial diantara dua titik dalam
konduktor tersebut. Beda potensial dapat dibuat bila dihubungkan dengan sumber arus.
b. Proses Elektrokimia
Hantaran listrik dalam logam hanyalah perpindahan elektron secara fisika.
Sedangkan dalam larutan disamping perpindahan ion juga disertai dengan reaksi kimia
dikedua elektroda. Salah satu elektroda akan menerima elektron dari larutan dan
elektroda lain memberikan elektron ke larutan. Alat untuk membuat interaksi energi
kimia dengan energi listrik disebut sel elektrokimia. Sel elektrokimia terbagi 2 yaitu :
1) Sel Galvani atau sel volta
Adalah alat untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik seperti
baterai dan aki. Pada kedua elektrodanya terjadi reaksi kimia (yang satu tereduksi
dan yang lain teroksidasi). Reaksi terjadi bila keduanya dihubungkan dengan kawat
logam.
Daftar pustaka : http://kimiabersamamamivivi.blogspot.com/2017/02/elektrokimia.html?m=1
diakses pada tanggal 27 agustus 2019

Deret Volta/Nerst Deret volta merupakan urutan logam-logam (ditambah


hidrogen) berdasarkan kenaikan potensial elektroda standarnya. Li, K, Ba, Ca, Na,
Mg, Al, Mn, Zn, Fe Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au Semakin ke kiri letak suatu
logam dalam deret volta, maka logam tersebut semakin mudah teroksidasi.
sebaliknya, semakin ke kanan suatu logam dalam deret volta, maka logam tersebut
semakin mudah tereduksi (Suyuty, 2010: 3).

Daftar pustaka: Achmad Suyuty. 2010. Studi Eksperimen Konfigurasi Komponen Sel
Elektrolisis untuk Memaksimalkan pH larutan dan Gas Hasil Elektrolisis Dalam Rangka
Peningkatan Performa dan Reduksi SOx - NOx Motor Diesel.

 Notasi Sel Volta

Susunan sel volta dinyatakan dalam notasi singkat :

Zn / Zn+2 // Cu+2 / Cu

(anode – jembatan garam – katode)

Anode digambarkan disebalah kiri dan katode disebelah kanan. Notasi


tersebut menyatakan di anode terjadi reaksi oksidasi Zn menjadi Zn+2, sedangkan
di katode terjadi reaksi reduksi Cu+2 menjadi Cu. Dua garis sejajar (//) yang
memisahkan anode dan katode menyatakan jembatan garam, sedangkan garis
tunggal menyatakan batas antar fase.

2) Sel Elektrolisis
Adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Contoh :
membuat gas oksigen atau hidrogen dengan mengelektrolisis air, membuat logam
aluminium dari oksidanya.

Daftar pustaka : http://kimiabersamamamivivi.blogspot.com/2017/02/elektrokimia.html?m=1


diakses pada tanggal 27 agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai