(ēlectro-), sebuah awalan yang berkaitan dengan listrik, dan λυτός (lytos) yang berarti “dapat dilepaskan
atau dilonggarkan”. Secara definisi, larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan
listrik sedangkan larutan non-elektrolit merupakan larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik.
Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik disebabkan adanya muatan yang bergerak. Muatan
tersebut dihasilkan dari ion-ion yang dihasilkan molekul dalam larutan tersebut. Elektrolit adalah suatu
zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik,
ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa
senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam.
Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu
tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit
merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion
merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni
garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan
aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai
elektrolit.
Daftar Isi
Pembentukan Elektrolit
1. Larutan Elektrolit
2. Larutan Nonelektrolit
2. Elektrolit Lemah
1. Senyawa Ionik
2. Senyawa Kovalen
Materi Terkait
Pembentukan Elektrolit
Larutan elektrolit normalnya terbentuk ketika garam dilarutkan dengan sebuah zat pelarut (contohnya
air). Komponen individual dari garam kemudian terdisosiasi akibat proses interaksi termodinamis antara
molekul pelarut dan terlarut yang disebut “solvasi”. Salah satu contoh solvasi adalah ketika garam NaCl
dilarutkan dalam air, kemudian garam yang berwujud padat akan larut dan mengalami disosiasi:
Zat lain juga dapat bereaksi dengan air dan menghasilkan ion, contohnya karbondioksida. Apabila gas
karbondioksida dilarutkan dalam air, maka akan terbentuk sebuah larutan yang mengandung ion
hidronium, karbonat, dan asam karbonat.
Garam cair juga dapat menjadi elektrolit. Contohnya, ketika garam NaCl dilelehkan, bentuk cairnya
dapat menghantarkan listrik. Cairan ionik yang berupa garam cair dengan titik leleh di bawah 100 °C,
merupakan elektrolit nonakueous kuat yang sering diaplikasikan dalam baterai dan sel bahan bakar.
Apabila sebagian besar zat terlarut terdisosiasi menjadi ion bebas, maka elektrolit tersebut merupakan
elektrolit kuat. Sebaliknya, apabila sebagian besar zat terlarut tidak terdisosiasi menjadi ion, maka
elektrolit tersebut merupakan elektrolit lemah. Sifat dari elektrolit biasa dimanfaatkan dalam proses
elektrolisis untuk mendapatkan unsur atau campuran tertentu pada sebuah larutan.
Konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit pertama kali dijelaskan oleh ahli kimia asal Swedia, Svante
August Arrhenius, pada tahun 1884. Menurut Arrhenius yang dikutip dari Kimia Dasar II oleh Elvy Rahmi
Mawarnis, senyawa elektrolit dalam air akan terurai menjadi partikel-partikel yang berupa atom atau
gugus atom bermuatan listrik yang dinamakan ion. Ion-ion dari senyawa elektrolit itulah yang selalu
bergerak bebas dan dapat menghantarkan arus listrik melalui larutannya.
Sementara senyawa non-elektrolit, ketika dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap
dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam
penentuan jenis larutan adalah elektrolit tester. Dalam penggunaannya, dua batang elektroda logam
(misal tembaga) dimasukkan ke dalam larutan.
Kedua elektroda tidak boleh bersentuhan dan masing-masing dihubungkan dengan kutub arus listrik
searah. Hasilnya, bola lampu akan hidup atau jarum akan bergerak untuk larutan elektrolit, sedangkan
bola lampu akan mati untuk larutan non-elektrolit.
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut pengertian larutan elektrolit dan non-elektrolit beserta ciri-
cirinya.
1. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik karena mengandung ion-ion
yang bergerak bebas. Ion-ion itulah yang menghantarkan listrik melalui larutan. Larutan elektrolit
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
2. Larutan Nonelektrolit
Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik. Larutan ini memiliki ciri-
ciri sebagai berikut.
Contoh dari larutan non-elektrolit adalah CO(HN2)2, CH3OH, C6H12)6, dan C2H5OH.
Dikutip dari Smart Plus Bank Soal Kimia SMA oleh Tim Master Eduka, larutan elektrolit dibedakan
menjadi dua, yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah.
Larutan elektrolit kuat memiliki daya hantar listrik yang baik, meskipun pada konsentrasi rendah.
Elektrolit kuat memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Terionisasi sempurna.
Contoh dari elektrolit kuat adalah HCl, H2SO4, NaOH, KOH, K2SO4, dan CaCL2.
2. Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah memiliki daya hantar listrik yang buruk, meskipun pada konsentrasi yang besar.
Elektrolit lemah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Terionisasi sebagian.
Contoh dari elektrolit lemah adalah CH3COOH, HF, HNO2, NH3, dan C2H5OH.
Larutan adalah yang antar zat penyusunnya tidak memiliki bidang batas dan bersifat homogen di setiap
bagian campuran. Komponen larutan dalah pelarut dan zat terlarut. Elektrolit merupakan suatu zat yang
ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang dapat menghasilkan arus listrik.
Nonelektrolit adalah tidak dapat menghantarkan arus listrik ketika dilarutkan dalam air. Semakin banyak
jumlah ion, semakin kuat daya hantarnya. Sedangkan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik disebabkan karena zat-zat tersebut tetap berwujud molekul-molekul netral yang tidak bermuatan.