Anda di halaman 1dari 85

I.

Percobaan : Reaksi-Reaksi Ion Logam Transisi


II. Waktu Percobaan : Senin, 28 Oktober 2019 (13.00 WIB)
III. Selesai Percobaan : Senin, 28 Oktober 2019 (15.30 WIB)
IV. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi
2. Mengenal pembentukan ion kompleks transisi
3. Mengamati perubahan warna karena perubahan bilangan oksidasi dari senyawa
logam transisi
V. Dasar Teori
A. Definisi Unsur Transisi
Diantara unsur golongan IIA dan IIIA terdapat sepuluh kolom unsur-unsur
golongan B. Unsur-unsur tersebut dinamakan unsur transisi. Istilah transisi artinya
peralihan, yaitu peralihan dari blok s ke blok p. Unsur-unsur transisi didefinisikan
sebagai unsur-unsur yang memiliki subkulit d atau subkulit f yang terisi sebagian
(Sunarya, 2007). IUPAC mendefinisikan logam transisi sebagai "sebuah unsur yang
mempunyai subkulit d yang tidak terisi penuh atau dapat membentuk kation dengan
subkulit d yang tidak terisi penuh". Logam transisi merupakan unsur golongan B yang
mempunyai orbital d yang belum terisi penuh dengan elektron, kecuali golongan IIB
(Zn, Cd, dan Hg) berisi penuh sepuluh elektron (Lee, J. D. 1991).
Salah satu yang paling menarik pada logam transisi adalah kemampuannya untuk
membentuk senyawa yang beriaktan koordinasi. Senyawa koordinasi terbentuk antara
atom logam atau ion logam dengan molekul dengan yang satu atau lebih pasangan
elektron bebas yang disebut ligan (Lee, J. D. 1991). Ligan adalah atom-atom yang
dapat emnyumbangkan sepasang elektron pada ion pusat pada tempat tertentu dalam
lengkung koordinasi (Petrucci, 1987). Ligan-ligan dapat diklasifikasikan menurut
jumlah pasangan atom donor yang dimilikinya yakni :
1. Ligan monodentat, mendonorkan satu pasang elektron bebasnya kepada
kepada logam atau ion logam. Contoh ligan-ligan monodentat adalah NH3,
H2O, NO2- dan CN.
2. Ligan bidentat mendonorkan dua pasang elektronnya kepada logam atau ion
logam (Lee, J. D. 1991).
Namun demikian, molekul netral seperti H2O dan NH3 dan anion seperti F-, Cl-,
Br-, CN- dapat bertindak sebagai ligan. Apabila satu atau lebih molekul netral
berkoordinasi dengan ion logam akan menghasilkan spesies ion logam transisi yang
bermuatan disebut ion kompleks. Misalnya ion-ion logam transisi sebagian besar
membentuk ion kompleks dengan molekul-molekul air ketika di dalam larutan air,
misalnya [Co(H2O)6]3+ dan [Ni(H2O)6]2+. Jika satu atau lebih anion berkoordinasi
dengan ion logam, dihasilkan ion kompleks yang bermuatan negatif, contohnya
[Co(NO2)6]3- dan [Fe(CN)6]4-.
Selain itu senyawa kompleks atau senyawa koordinasi dapat membentuk warna-
warna. Hal ini disebabkan karena senyawa tersebut menyerap energi pada daerah
sinar tampak. Penyerapan energi tersebut dikarenakan adanya transisi elektronik pada
orbital d. Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki karakter
utama d, transisinya disebut dtransisi d-d. Pada orbital d terjadi pembelahan atau
splitting orbital yang akan menghasilkan dua tingkat energi yaitu eg dan t2g pada
oktahedral. Pada kompleks d2 dan d10 memiliki keistimewaan karena terdapat
senyawa kompleks ini yang menghasilkan warna. Hal ini dikarenakan adanya transisi
muatan (Charge Transfer). Transisi transfer muatan diklasifikasikan atas transfer
muatan logam ke ligan (MLCT) dan transfer muatan ligan ke logam (LMCT) (Lee,
J.D. 1991).
Pembentukan warna pada logam transisi bisa terjadi karena 3 hal :
1) Adanya orbital d ke d
Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat
dijelaskan dengan teori medan kristal. Jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah
menjadi dua kelompok, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya
tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat
dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi,
menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang
berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama
dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang
cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat
diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-
senyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya
yang tidak terserap).
2) Adanya transisi antara ligan dengan ion pusat atau ion pusat dengan logam yang
biasa disebut teori LMTC
Warna akan muncul akibat interaksi optis ( pemompaan optis/ cahaya) ligan dengan
atom pusat setelah dalam bentuk sennyawa kompleksnya.
3) Ligannya sendiri sudah berwarna
Ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan kristal yang energinya
berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk
sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang
Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih
panjang dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat
akan menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek, dan
meningkatkan ν (Sugiyarto, 2003).

B. Sifat-Sifat Unsur Transisi


1) Biloks yang bervariasi
Salah satu sifat logam transisi adalah memiliki biloks yang bervariasi. Walaupun
ada unsur yang bukan logam transisi juga dapat meiliki biloks bervariasi,
misalnya S, N, Cl. Tetapi sifat ini tidak umum untuk logam selain transisi (misal
golongan IA dan IIA).
2) Sifat-sifat yang khas dari unsur transisi :
a. Mempunyai berbagai bilangan oksidasi
b. Kebanyakan senyawanya bersifat paramagnetik
c. Kebanyakan senyawanya berwarna
d. Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks
Dalam bentuk logam umumnya bersifat :
a. Keras, tahan panas
b. Penghantar panas dan listrik yang baik
c. Bersifat inert
Beberapa pengecualian :
a. Tembaga (Cu) bersifat lunak dan mudah ditarik
b. Mangan (Mn) dan besi (Fe) bersifat sangat reaktif, terutama dengan oksigen,
(halogen, sulfur, dan non logam lain (seperti dengan karbon dan boron)
3) Sifat Fisik :
a. Pada suhu kamar berupa padatan (kecuali merkuri)
b. Memiliki ttik didih, titik leleh kerapatan dan kekuatan yang tinggi
e. Umumnya bersifat paramagnetik
4) Sifat Umum
a. Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik
intinya, Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke inti semakin kecil.
b. Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit
fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke
Zn. Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian
elektron pada logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan
3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan
kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi
ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang
berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka elektron
pada kulit 4s lah yang terlebih dahulu terionisasi (Lee, J. D. 1991).
c. Kecuali unsur Cr dan Cu, semua unsur transisi periode keempat mempunyai
elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu adalah 4s1.
d. Paramagnetik
Berbeda dengan sifat diamagnetic yang hanya timbul karena adanya
pengaruh medan magnetic luar, sifat paramagnetic bersifat permanen. Hal ini
karena sifat magnetic yang bersangkutan ditimbulkan oleh spin electron, bukan
karena induksi medan magnetic dari luar. Menurut aturan Hund dalam orbital-
orbital yang belum penuh, electron-elektronnya tidak berpasangan dan tertata
dengan spin saling pararel. Dengan demikian, sifat paramagnetic spin yang
ditimbulkan tentu makin kuat, sebanding dengan banyaknya electron yang
tidak berpasangan, hal ini banyak dijumpai pada logam-logam transisi.
Electron-elektron lain yang saling berpasangan dalam spesies yang
bersangkutan tidak berpengaruh karena pengaruh spinnya saling meniadakan.
Oleh karena itu dalam suatu senyawa garam unsurunsur transisi, sifat magnetic
hanya ditentukan oleh konfigurasi elektronik kation unsur-unsur transisi saja
bukan anionnya. (Sugiyarto, 2003).
e. Aktivitas Katalitik
Banyak dijumpai bahwa suatu reaksi kimia yang mestinya dapat
berlangsung secara termodinamik, namun kenyataannya raksi berjalan sangat
lambat. Hal ini dapat diatasi dengan melibatkan zat “pemicu” agar reaksi
berjalan dengan laju lebih cepat seperti yang diharapkan, sedangakan zat
pemicu itu sendiri tidak dikonsumsi menjadi produk, melainkan diperleh
kembali pada akhir reaksi. Zat pemicu ini disebut katalisator atau katalis dan
reaksinya beersifat katalitik. Cara kerja katalisator ditinjau dari aspek kimiawi
secara umum, mungkin terlibat dalam pembentukan senyawa kompleks
“antara” yang tidak stabil, namun dapat mengakibatkan reaktan menjadi aktif.
Katalisator dibedakan menjadi 2 yakni katalisator homogen artinya reaktan dan
katalisator keduanya mempunyai wujud atau fase yang sama, dan katalis
heterogen jika keduanya memmpunyai wujud yang berbeda (Sugiyarto, 2003).
1) Katalis Homogen
Cara kerja katalis homogenumumnya melibatkan pembentukan
senyawa-senyawa kompleks antara yang bersifat tidak stabil dalam
tahaptahap reaksi. dalam kompleks menjadi aktif membentuk produk baru
dengan disertai pelepasan kembali katalisator-nya. Oleh karena itu, unsur-
unsur transisi sangat berperan dalam reaksi katalitik karean sifatnya mudah
membentuk senyawa kompleks (Sugiyarto, 2003).
2) Katalis Heterogen
Katalisator Heterogen dalam bentuk padatan banyak dipakai dalam
bidang industri untuk reaksi-reaksi fase gas yang biasanya berlangsung pada
temperature yang relative tinggi. Karena logam transisi mempunyai titik
leleh yang relative tinggi dan kuat, maka dapat memenuhi syarat untuk
berperan sebagai katalisator (Sugiyarto, 2003).
f. Dapat membentuk senyawa kompleks
Kompleks dapat didefinisikan sebagai suatu spesies yang terbentuk dari
gabungan dua atau lebih spesies yang lebih sederhana dan masing-masing
mempunyai kemampuan yang tidak tergantung satu sama lain. Apabila salah
satu spesies sederhana tersebut adalah ion logam, maka yang terbentuk adalah
kompleks logam. Logam yang merupakan pusat struktur dapat bermuatan
positif, negative atau netral (Sulastri, 2008).
C. Reaksi-Reaksi Ion Logam Transisi
1. Kromium (Cr)
Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat
ditempa, melebur pada suhu 1756 ℃ (Svehla, 1990). Reaksi-reaksi ion Cr(II) Jika
dalam bentuk larutan CrCl3.6H2O sebagai berikut (Svehla, 1990) :
a. Reaksi dengan NaOH
Cr3++ OH- → Cr(OH)3 ↓
Reaksi bersifat reversibeL dengan endapan berwarna biru; dalam reagensia
berlebihan, endapan melarut dengan mudah, dimana terbentuk ion
tetrahidroksokromat(III) atau kromit :
Cr(OH)3 + OH- → [Cr(OH)4]-

b. Reaksi dengan Amonia


Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Dengan jumlah
amonia yang sedikit, ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada
kasus ion hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama.
Cr3+ + 3NH3 + 3H2O → Cr(OH)3↓ + 3NH4+
Biru Endapan Hijau
Amonia menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion
heksaaminkrom(III).
Cr(OH)3↓ + 6 NH3 → [Cr(NH3)6]3+ + 3OH-
Endapan Hijau Larutan Biru Keungua
Endapan Cr(OH)3 berwarna biru seperti gelatin dapat larut dalam zat
pengendap yang berlebihan.
c. Reaksi Amonium Tiosianat
CrCl3 (aq) + NH4CNS (aq) → Cr[CNS]2+
Biru Biru jernih

2. Mangan (Mn)
Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh.
Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air dingin perlahan-
lahan. Mangan digunakan untuk membentuk banyak alloy yang penting. Dalam
baja, mangan meningkatkan kualitas tempaan baik dari segi kekuatan,
kekerasan,dan kemampuan pengerasan. Dengan aluminum dan bismut,
khususnya dengan sejumlah kecil tembaga, membentuk alloy yang bersifat
ferromagnetik (Harris, D. 2008).
Logam mangan bersifat ferromagnetik setelah diberi perlakuan. Logam
murninya terdapat sebagai bentuk allotropik dengan empat jenis. Salah satunya,
jenis alfa, stabil pada suhu luar biasa tinggi; sedangkan mangan jenis gamma,
yang berubah menjadi alfa pada suhu tinggi, dikatakan fleksibel, mudah dipotong
dan ditempa. Reaksi-reaksi logam ion Mn (II) jika dalam bentuk larutan
MnSO4.4H2O sebagai berikut :
a. Reaksi dengan NaOH
[Mn(H2O)6]2+(aq)+ 2OH– (aq)[Mn(OH)2(H2O)4](s)+ 2 H2O (l)
Tak Berwarna Endapan Kekuningan
Penambahan NaOH berlebih, menjadi :
[Mn(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq)  [Mn(H2O)3(OH)3]- (s)
Endapan Kekuningan Endapan Coklat
b. Reaksi dengan Amonia
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + 2NH3 (aq)[Mn(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Tidak berwarna Endapan Putih Kekuningan
Penambahan Ammonia berlebih
[Mn(H2O)4(OH) 2] (s) + 6NH4+  [Mn(H2O)3(OH)3]- (s)
Endapan Putih Kekuningan Endapan Jingga

c. Reaksi dengan Amonium Tiosianat


Mn(SO4) (aq) + NH4CNS (aq)  Mn[CNS]+
Tak berwarna Tak berwarna
3. Besi (Fe)
Besi merupakan logam berwarna putih mengkilap, tidak terlalu keras dan
agak reaktif serta mudah teroksidasi, mudah bereaksi dengan unsur non logam
seperti: halogen, sulfur, pospor, boron, karbon dan silikon. Selain itu, logam ini
larut dalam asam-asam mineral (Tim dosen, 2017).
a. Reaksi dengan NaOH
 Fe (II)
[Fe(H2O6)]2+ (aq) + 2OH- (aq)[Fe(OH)2 (H2O)4](s) + 2H2O (l)
Tak berwarna Endapan Hijau Tua
Penambahan NaOH berlebih
[Fe(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq)  [Fe(H2O)3(OH)3]- (s)
Endapan Hijau Tua Endapan Hijau
 Fe (III)
[Fe(H2O6)]3+ (aq) + 2OH- (aq)[Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 3H2O (l)
Kuning Endapan Coklat
Penambahan NaOH berlebih
[Fe(H2O)3(OH)3](s) + OH- (aq)  [Fe(H2O)2(OH)4]- (aq)
Endapan Coklat Larutan Berwarna Coklat

b. Reaksi dengan Amonia


 Fe (II)
[Fe(H2O6)]2+ (aq) + 2NH3 (aq)  [Fe(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Tidak berwarna Endapan Hijau
Penambahan Ammonia berlebih
[Fe(H2O)4(OH) 2] (s) + 6NH4+  [Fe(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Hijau Endapan Hijau Tua

 Fe (III)
[Fe(H2O6)]3+ (aq) + 2NH3 (aq)  [Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 2NH4+
Kuning Endapan Jingga
Penambahan Ammonia berlebih
[Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 6NH4+  [Fe(H2O)2(OH)4] (s)
Endapan Jingga Endapan Jingga Kemerahan
c. Reaksi dengan Amonium Tiosianat
 Fe (II)
Fe(NH3)2SO4 (aq) + NH4CNS (aq)  [Fe(NH3)(CNS)4]2-
Tak berwarna Merah Kecoklatan

 Fe (III)
FeCl3 (aq) + NH4CNS (aq)  [Fe(CNS)6]3+
Kuning Merah Kecoklatan

4. Kobalt (Co)
Kobalt adalah logam berwarna abu-abu sperti baja, dan bersifat sedikit
magnetik. Ia melebur pada 1490℃. Logam ini mudah melarut dalam asam-asam
mineral encer (Svehla, 1990).
a. Reaksi dengan NaOH
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq)[Co(OH)2(H2O)4](s) + 2H2O (l)
Merah Muda Endapan Biru
Penambahan NaOH berlebih
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- (aq)  [Co(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Biru Endapan Merah Muda

b. Reaksi dengan Amonia


[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2NH3 (aq)  [Co(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Merah Muda Endapan Hijau
Penambahan Ammonia berlebih
[Co(H2O)4(OH)2] (s) + 6NH3 (aq)  [Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Endapan Hijau Larutan coklat

c. Reaksi dengan Amonium Tiosianat


CoCl2 (aq) + NH4CNS (aq)  [Co(CNS)6]4-
Merah Muda Merah Muda Jernih

5. Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat
ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1445℃, dan besifat sedikit
magnetis. Reaksi-reaksi ion Ni(II) Jika dalam bentuk larutan NiCl 2.6H2O sebagai
berikut :

a. Reaksi dengan NaOH


[Ni(H2O)6]2+(aq) + 2 OH- (aq)[Ni (OH)2(H2O)4](s) + 2H2O(l)
Hijau Endapan Hijau Muda
Penambahan NaOH berlebih
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH- (aq)  [Ni(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Hijau Muda Endapan Hijau

b. Reaksi dengan Amonia


[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2 NH3 (aq)  [Ni(OH)2(H2O)4] (s) + 2NH4+
Hijau Endapan Hijau Muda
Penambahan Ammonia berlebih
[Ni(OH)2(H2O)4] (s) + 6NH3(aq) [Ni(NH3)6]2+(aq) + 6H2O (l)
Endapan Hijau Reaksi dengan Amonium Tiosianat

c. Reaksi dengan Amonium Tiosianat


NiCl2 (aq) + NH4CNS (aq)  Ni[CNS]+
Hijau Hijau Muda
6. Tembaga (Cu)
Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia
melebur pada 1038℃. Karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V)
untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990).
a. Reaksi dengan NaOH
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Cu akan menghasilkan endapan
biru tembaga (II) hidroksida dimana endapan tersebut tidak larut dalam
reagen berlebih.
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 2OH–(aq)  [Cu(H2O)4(OH)2](s) + 2H2O(l)
Biru Endapan Biru 
Penambahan NaOH berlebih
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq)  [Cu(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Biru Endapan Biru

b. Reaksi dengan Ammonia


[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 4NH3 (aq)  [Cu(H2O)4(OH)2] (s)
Biru Endapan Biru Muda
Penambahan Ammonia berlebih
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) + 4NH3 (aq) [Cu(NH3)4]2+(aq) + 4H2O(l)
Endapan Biru Muda Larutan Biru Tua

c. Reaksi dengan Amonium Tiosianat


CuSO4 (aq) + NH4CNS (aq)  [Cu(CNS)4(H2O)2]2-
Biru Hijau

7. Zink (Zn)
Zink adalah logam yang putih-kebiruan, mudah ditempa, melebur pada suhu
410 ℃ dan mudah menididh pada 906 ℃ (SvehlA, 1990).
a. Reaksi dengan NaOH
[Zn(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq) [Zn(OH)2(H2O)2](s) + 2H2O(l)
Tidak berwarna Endapan Putih
Penambahan NaOH berlebih
[Zn(OH)2(H2O)2] (s) + OH–(aq)  [Zn(OH)3(H2O)3] (s)
Endapan Putih Larutan tak berwarna

[Zn(OH)2(H2O)2] [Zn(OH)3(H2O)3] (s)


b. Reaksi dengan Amonia
[Zn(H2O)4]2+(aq) + 4NH3(aq)  [Zn(OH)2(H2O)2] (s) +2NH4+
Tidak berwarna Endapan Putih
Penambahan Ammonia berlebih
[Zn(OH)2(H2O)2] (s) + 4NH3(aq)  [Zn(NH3)4]2+(aq) + 4H2O(l)
Endapan Putih Larutan Putih Keabu-abuan
c. Reaksi dengan Amonium Tiosianat
ZnCl2 (aq) + NH4CNS (aq)  Zn[CNS]+
Tak berwarna Tak berwarna
D. Reaksi-Reaksi yang Melibatkan Substitusi Logam Bidentat
a. Kompleks Cr (III)
Ion Cr3+ memiliki bilangan koordinasi 6, memiliki konfigurasi elektron d3
dengan struktur oktahedral dan sangat stabil dalam bentuk padatan dan aquous..
Jika direaksikan dengan oksalat akan membentuk [Cr(oksalat) 3]3- (Sugiarto,
2006).
b. Kompleks Fe (II)
Jika direaksikan dengan o-phenantroline terdapar warna merah yang disebabkan
oleh kation kompleks [Fe(C18H8N2)3]2+
c. Kompleks Fe (III)
Jika ditambahkan larutan amonium tiosulfat, akan ada pewarnaan merah darah
yang ditimbulkan karena terbentuknya suatu kompleks.
Fe3+ + 3SCN- → Fe(SCN)3↓
Warna merah dapat dihilangkan dengan penambahan oksalat, yang mana
terbentuk kompleks-kompleks yang lebih stabil (Sugiarto, 2006).
d. Kompleks Co (II)
Jika Co(II) direaksikan dengan EDTA akan membentuk Co(II) EDTA berwarna
merah muda-ungu (Sugiarto, 2006).
e. Kompleks Ni (II)
Endapan merah nikel dimetilglioksima dari larutan tepat basa dengan amonia
atau larutan asam yang dibufferkan dengan natrium asetat.

Jika Ni(II) direaksikan dengan EDTA akan membentuk Ni(II) EDTA berwarna
biru. Oleh karena itu nikel (II) sebagai atom pusat akan mengikat satu molekul
EDTA melalui ikatan koordinasi antara dua gugus amino dan empat gugus
karboksilat terhadap atom pusat sehingga membentuk struktur senyawa

kompleks oktahedral (Sulastri, 2008).


f. Kompleks Cu (II)
Jika Cu(II) direaksikan dengan EDTA akan membentuk Cu(II) EDTA berwarna
biru.
E. Perubahan Bilangan Oksidasi
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Oksidasi terjadi sangat lambat ketika terkena udara. Oksidasi yang cepat
dihasilkan oleh asam nitrat pekat, hidrogen peroksida, asam klorida pekat dengan
kalium klorat, air raja, kalium permanganat, kalium dikromat, dan serium(IV)
sulfat dalam larutan asam.
Fe2+ + HNO3 + 3H+ → 3Fe3+ + NO↑ + 2H2O
Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III). Semakin kurang asam
larutan itu, semakin nyatalah efek ini. Kation-kation Fe3+ berwarna kuning muda.

b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+


Dalam kromat CrO42- atau dikromat Cr2O2-, anion kromium adalah heksavalen,
dengAn keadaan oksidasi +6. Ion-ion ini diturunkan dari kromium trioksida,
CrO3. Ion-ion kromat berwarna kuning sedangkan dikromat berwarna jingga.
Kromat mudah diubah menjadi dikromat dengan penambahan asam. Reduksi
kromat dan dikromat (Sulastri, 2008).
 Belerang dioksida, dengan adanya asam mineral encer akan mereduksi
kromat atau dikromat.
2CrO42- → 3SO2 + 4H+ → SO42- + H2O
Larutan menjadi hijau disebabkan oleh pembentukan ion kromium (III).
 Dengan asam klorida pekat Pada pemanasan suatu kromat atau dikromat
padat dengan asam klorida pekat, klor dilepaskan dan dihasilkan ion
kromium(III):
K2Cr2O7 + 16 HCl → 2Cr3+ + 3Cl2 + 4K+ + 10Cl- + 8H2O
 Pengasaman
2CrO42- + 2H+ ↔ Cr2O72- + H2O
Reaksi ini reversibel. Dalam larutan netral atau basa ion kromat stabil,
sedangkan bila diasamkan akan terdapat ion-ion dikromat. (Sugiarto, 2006).
VI. Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi 47 buah
2. Pembakar spirtus 1 buah
3. Pengaduk kaca 1 buah
4. Rak tabung 2 buah
5. Gelas kimia 100mL 2 buah
6. Gelas ukur 10mL 1 buah
7. Pipet tetes secukupnya
Bahan :
1. Aquades secukupnya
2. Larutan NH4OH pekat secukupnya
3. Larutan NH4OH 2M secukupnya
4. Larutan FeCl3 0,1 M secukupnya
5. Larutan NaOH 1 M secukupnya
6. Larutan NaOH 2 M secukupnya
7. Larutan FeSO4 0,1 M secukupnya
8. Larutan CoCl2 0,1 M secukupnya
9. Larutan CrCl3. 6H2O (s) 0,1M secukupnya
10. Larutan CuSO4.5H2O (s) 0,1M secukupnya
11. Larutan CuCl2.2H2O secukupnya
12. Larutan Dimethylglioxime (DMG) secukupnya
13. Etanol secukupnya
14. Larutan Fe(NH3)2SO4 0,1M secukupnya
15. Larutan Fe(NO3) 0,1M secukupnya
16. Larutan NiCl2 0,1 M secukupnya
17. Larutan HCl pekat secukupnya
18. Larutan HNO3 4M secukupnya
19. Larutan K2Cr2O7 0, 1 M secukupnya
20. Larutan ZnCl2 0,1 M secukupnya
21. Larutan MnSO4 0,1M secukupnya
22. Larutan NH4CNS 0,1M secukupnya
23. Larutan 1,10 –phenanthrolin secukupnya
24. Butiran Zn atau serbuk secukupnya
VII. Alur Percobaan
1. Reaksi Beberapa Ion Logam Transisi
a. Reaksi dengan NaOH

@1 mL CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2, CuSO4


dan ZnCl2, yang konsentrasinya 0,1 M
Dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang berbeda
Ditambahkan setetes demi setetes larutan NaOH 1 M (hitung tetesannya )
Ditambahkan NaOH berlebih
Dicatat warna endapan yang dihasilkan
Diamati juga endapan-endapan yang larut dalam NaOH berlebih. (Jika ada,
hidroksida logam transisi manakah yang bersifat amfoter)

Hasil
Reaksi :

Tabung 1: [Cr(H2O)6]3+(aq) + 3OH-  [Cr(H2O)3(OH)3](s) + 3H2O(l)


[Cr(H2O)3(OH)3](s) + 3OH-(aq) → [Cr(H2O)2(OH)4]-(aq) + 3H2O(l)
Tabung 2 : [Mn(H2O)6]2+(aq) + 2OH-  [Mn(H2O)4(OH)2](s) + 2H2O(l)
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Mn(H2O)3(OH)3](s)
Tabung 3: [Fe(H2O6]2+(aq) + 2OH-(aq) → [Fe(H2O)4(OH)2](s) + 2H2O(l)
[Fe(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Fe(H2O)3(OH)3](s)
Tabung 4: [Fe(H2O)6]3+(aq) + 3OH-(aq) → [Fe(OH)2(H2O)3]+ (aq)+ 3H2O(l)
[Fe(OH)2(H2O)3]+ (aq) + OH- [Fe(H2O)2(OH)4](s)
Tabung 5: [Co(H2O)6]2+(aq) + 2OH-  [Co(H2O)4(OH)2](s)
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Co(H2O)3(OH)3](s)
Tabung 6: [Ni(H2O)6]2+(aq) + 2OH-  [Ni(H2O)4(OH)2](s) + 2H2O(l)
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Ni(H2O)3(OH)3](s)
Tabung 7: [Cu(H2O)6]2+(aq) + 2OH-  [Cu(H2O)4(OH)2](s) + 2H2O(l)
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Cu(H2O)3(OH)3](s)
Tabung 8: [Zn(H2O)6]2+(aq) + 2OH-  [Zn(H2O)4(OH)2](s)
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Zn(H2O)3(OH)3]-(aq)
b. Reaksi dengan Amonia
@ 1 mL CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2, CuSO4 dan
ZnCl2, yang konsentrasinya 0,1 M
Dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang berbeda
Ditambahkan setetes demi setetes larutan NH4OH 1 M (hitung tetesannya)
Ditambahkan NH4OH berlebih
Dicatat warna endapan hidroksida
Diamati endapan-endapan yang larut dalam ammonia berlebih

Hasil

Reaksi :
Tabung 1: [Cr(H2O)6]3+ (aq) + 3 NH4OH (aq)→ [Cr(H2O)3(OH)3](s) + 3NH4+
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + 6NH3 → [Cr (NH3)6]3+(aq) +3OH-
Tabung2: [Mn(H2O)6]2+(aq) + 2 NH4OH (aq)→ [Mn(H2O)4(OH)2](s) + 2 NH4+
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Mn(NH3)4(H2O)2](s)
Tabung 3:[Fe(H2O)6]2+(aq) + NH3  Fe(H2O)4(OH)2](s)
[Fe(H2O)4(OH)2](s) + 6NH4+ [Fe(OH)3(H2O)3](s)
Tabung 4: [Fe(H2O)6]3+(aq) + 3 NH4OH(aq) → [Fe(H2O)3(OH)3](s) +3 NH4+
[Fe(H2O)3(OH)3](s) + NH3 [Fe(NH3 )2(OH)4](s)
Tabung 5: [Co(H2O)6]2+(aq) + 2NH4OH [Co(H2O)4(OH)2](s) + 2 NH4+
[Co(H2O)4(OH)2](s) + 4NH3OH → [Co(NH3)4(H2O)2]2+(aq) + 6 OH-
Tabung 6: [Ni(H2O)6]2+(aq) + 2NH4OH → [Ni(H2O)4(OH)2](s) +2NH4+ + H2O
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + 6NH4OH(aq)→[Ni(NH3)6]2+(aq) + 2OH-(aq)+
6H2O(l)
Tabung 7:[Cu(H2O)6]2+(aq) + 2NH4OH → [Cu(H2O)4(OH)2](s)+ 2NH4+
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + 8 NH4OH → 2 [Cu(H2O)2(NH3)4]2+(aq) +2OH-
Tabung 8: [Zn(H2O)6]2+(aq) + 2NH3OH  [Zn(H2O)4(OH)2](s) + 2NH4+
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + 4NH4OH → [Zn(H2O)2(NH3)4]2+(aq) + 6 OH-
c. Reaksi dengan NH4CNS

@ 1 mL CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2,


CuSO4 dan ZnCl2, yang konsentrasinya 0,1 M

Dimasukkan ke dalam 8 tabung reaksi yang berbeda


Ditambah larutan NH4CNS 0,1 M dengan volume yang sama pada masing -
masing larutan.
Dicatat perubahan warna dengan cara membandingkannya dengan larutan
blangko

Hasil

Reaksi :
Tabung 1: [Cr(H2O)6]3++6SCN-[Cr(H2O)5(SCN)6]2+(aq) + 6H2O
Tabung 2: [Mn(H2O)6]2++6SCN- [Mn(H2O)5(SCN)]+ (aq) + 6H2O
Tabung 3: [[Fe(H2O)6]2++6SCN-  [Fe(H2O)5(SCN)]+ (aq) + 6H2O
Tabung 4: [Fe(H2O)6]3+ + 6SCN-[Fe(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O.
Tabung 5: [Co(H2O)6]2++ 6SCN-[Co(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Tabung 6: Ni(H2O)6]2++6SCN-[Ni(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Tabung 7: [Cu(H2O)6]2++6SCN-[Cu(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Tabung 8: [Zn(H2O)6]2++6SCN-[Zn(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Larutan Blanko
@ 1 mL CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2,
CuSO4 dan ZnCl2, yang konsentrasinya 0,1 M

Dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang berbeda


Ditambah 1 mL aquades
Dicatat perubahan warna

Hasil
2. Pembentukan Ion Kompleks oleh Ion Logam Transisi
a. Kompleks Cr (III)

2 mL larutan encer CrCl3


Dimasukkan pada tabung reaksi
Ditambahkan sedikit larutan Na2C2O4
Dikocok campuran yang dihasilkan
Diatatlah perubahan warna larutan
Ditulis reaksi dan struktur kompleks yang terbentuk.

Hasil
Reaksi : CrCl3.6H2O + Na2C2O4 (s) [Cr(C2O4)3]3-

b. Kompleks Fe (II) dan Fe (III)

1 mL larutan Fe(II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dicatat warna larutannya
Ditambahkan 2-3 tetes 1,10 phenanthroline,
Diamati perubahan apakah yang anda amati Ion kompleks apakah yang
terbentuk

Hasil

Reaksi :
Fe(NO3)2+Air + 1,10 phenantroline [Fe(1,10phenanthroline)3]2+
Kemudian ketika direaksikan dengan 1,10-phenanthroline terbentuk senyawa
kompleks sebagai berikut:

2 mL larutan encer FeCl3

Dimasukkan pada tabung reaksi


Ditambahkan 2 tetes larutan NH4CNS untuk memberi warna gelap
larutan yang mengandung Fe(CNS)2+.
Ditambah sedikit larutan Na2C2O4
Dikocok
Dicatatlah warna larutan terakhir
Dimati warna larutan, apakah dengan penambahan larutan NH4CNS
berlebih, dihasilkan larutan yang berwarna merah.

Hasil

Reaksi : FeCl3 (aq) + 3NH4CNS (aq) → [Fe(CNS)Cl2(H2O)3]


[Fe(CNS)Cl2(H2O)3] + Na2C2O4 (aq) → [Fe(H2O)3(SCN)C2O4]+
+

c. Kompleks Kobalt (II)


 Tabung 1

1 mL larutan
CoCl2 0,1 Mke dalam tabung reaksi.
Dimasukkan
Diamati perubahan warnanya

Hasil

Reaksi : CoCl2 (aq) + etilendiamin → [Co(H2O)4(en)]2+

 Tabung 2
1 mL larutan CoCl2
Dimasukkan
0,1 M ke dalam tabung reaksi.
Ditambah sedikit laruta Na2EDTA
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil

Reaksi : CoCl2 (aq) + Na2EDTA → [Co(EDTA)]2-

d. Kompleks Nikel (II)

1 mL larutan
Dimasukkan
Ni (II) ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes ethylendiamin
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil
1 mL larutan Ni (II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes dimethylgioksxime(DMG)
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil

1 mL larutan Ni (II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes larutan Na2EDTA
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil

e. Kompleks Cu (II)

Seujung spatula kecil padatan CuSO4. 5H2O dan CuCl2.2H2O


Ditempatkan pada kaca arloji
Diamati keadaan fisiknya
Dicatatlah perbedaan warna kedua senyawa

Hasil

1 mL larutan CuSO4
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes larutan ethylenediamin
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil
1 mL larutan CuSO4
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes larutan Na2EDTA
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil

3. Perubahan Tingkat Oksidasi


a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+

1 mL larutan FeSO4
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah 2-3 tetes larutan HNO3 pekat
Dipanaskan 1-2 menit
Dibiarkan larutan dingin
Ditambahkan larutan NaOH 2 M sedikit demi sedikit sampai
diperoleh endapan permanen

Hasil
Reaksi :
2Fe2+(aq) + 4H+(aq) + NO3-(aq) → 2Fe3+(aq) + NO(g) + 2H2O(l)
2Fe3+(aq) + NO2+(aq) + H2O(l) → [Fe(H2O)6]3+(aq)
[Fe(H2O)6]3+(aq) + NaOH(aq) → [Fe(H2O)3(OH)3](s)
b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+

2 mL larutan encer K2Cr2O7


Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dipanaskan tabung reaksi yang telah terisi larutan K2Cr2O7
Diambahkan 1 -2 butir seng
Ditambahkan 1,5 mL HCl pekat
Dipanaskan perlahan-lahan sampai mengalami reduksi
Diletakkan tabung reaksi dalam rak
Diamati perubahan warnanya
Dituang 1 mL larutan tersebut ke dalam tabung reaksi lain * (Setelah perubahan warna
akhir terjadi)
Hasil

Reaksi : K2Cr2O7 (aq) → 2K+ +Cr2O72- (aq)


Cr2O72- + 3Zn + 14H+ → 3Z n2+ +2Cr3+ +7H2O
Cr2O72- + 14H+ + 6e→ 2Cr3+ + 7H2O
VIII. Hasil Pengamatan
Percobaan I
a. Reaksi Ion Logam Transisi dengan larutan NaOH 1 M
Pengamatan
Garam Setelah Penambahan Rumus Senyawa yang Setelah Penambahan NaOH Rumus Ion Kompleks
Sebelum Reaksi
NaOH tetes demi tetes terbentuk berlebih yang terbentuk
Larutan berwarna
+ 5 tetes Larutan + 15 tetes endapan larut,
CrCl3 biru kehitaman [Cr(H2O)3(OH)3](s) ¿¿
berwarna kehijauan Larutan berwarna hijau
(+)
+ 5 tetes terdapat + 15 tetes endapan coklat
Larutan tidak
Mn(SO4) endapan berwarna [Mn(OH)2(H2O)4] (s) bertambah dan larutan [Mn(H2O)3(OH)3]- (aq)
berwarna
kuning kejinggaan berwarna jingga
Fe(NH3)2 Larutan berwarna + 5 tetes terdapat
[Fe (OH)2(H2O)4] (s) [Fe(OH)3(H2O)3]-(aq)
SO4 kuning kecoklatan endapan berwarna coklat
+5 tetes NaOH endapan
Larutan berwarna + 5 tetes larutan jingga dan larutan berwarna
FeCl3 [Fe(OH)2(H2O)3]+ (aq) [Fe(H2O)3(OH)3] (s)
jingga berwarna jingga (+) jingga (++)

Larutan berwarna + 5 tetes endapan + 10 tetes larutan berwarna [Co(OH)3(H2O)3]- (aq)


CoCl2 [Co(H2O)4(OH)2] (s)
merah muda (++) berwarna biru merah muda kecoklatan
Larutan berwarna + 5 tetes terbentuk
NiCl2 [Ni(OH)2(H2O)4] (s) + 5 tetes endapan hijau [Ni(H2O)3(OH)3] (s)
hijau muda (++) endapan hijau muda
+ 5 tetes larutan + 10 tetes endapan berwarna
Larutan berwarna
CuSO4 berwarna biru (+) [Cu(H2O)4(OH)2] (s) biru dan larutan berwarna biru [Cu(H2O)3(OH)3] (s)
biru muda (++)
endapan berwarna biru kehijauan
+ 5 tetes endapan + 15 tetes endapan larut
Larutan tidak
ZnCl2 berwarna putih [Zn(H2O)4(OH)2] (s) larutan tak berwarna [Zn(OH)4]2- (aq)
berwarna
b. Reaksi Ion Logam Transisi dengan larutan NH4OH 2 M
Pengamatan
Garam Sebelum Setelah Penambahan NH4OH Rumus Senyawa yang Setelah Penambahan NH4OH Rumus Ion Kompleks
Reaksi tetes demi tetes terbentuk berlebih yang terbentuk
Larutan
+ 12 tetes Larutan keruh dan
CrCl3 berwarna biru + 5 tetes larutan berwarna hijau [Cr(H2O)3(OH)3] (aq) [Cr (NH3)6]3+(aq)
endapan berwarna hijau
kehitaman
+ 15 tetes endapan coklat
+ 5 tetes larutan berwarna
Larutan tidak bertambah banyak dan larutan
Mn(SO4) jingga pudar dan endapan putih [Mn(H2O)4(OH)2] (s) [Mn(NH3)4(OH)2](s)
berwarna tak berwarna
kekuningan
Larutan
+ 16 tetes larutan berwarna
Fe(NH3)2S berwarna + 5 tetes larutan berwarna
Fe(H2O)4(OH)2] (aq) jingga (+) [Fe(NH3)4(H2O)2]2-(aq)
O4 kuning jingga
kecoklatan
Larutan + 5 tetes larutan berwarna + 20 tetes larutan berwarna
FeCl3 berwarna jingga, endapan berwarna [Fe(H2O)4(OH)2] (s) jingga (+) endapan jingga [Fe(NH3 )2(OH)4]2- (aq)
kuning (+) jingga
Larutan
berwarna + 5 tetes larutan berwarna biru, + 20 tetes larutan berwarna
CoCl2 [Co(H2O)5(OH)]+ (aq) [Co(NH3)2(OH)4]2- (aq)
merah muda (+ endapan berwarna hijau biru (+) endapan larut
+)
Larutan + 40 tetes larutan keruh dan
NiCl2 berwarna hijau + 5 tetes endapan hijau muda [Ni(H2O)4(OH)2] (s) endapan hijau muda [Ni(NH3)6]2+(aq)
muda (++)
Larutan + 15 tetes endapan berwarna
+ 5 tetes terbentuk endapan
CuSO4 berwarna biru [Cu(H2O)4(OH)2] (s) biru muda (+) [Cu(NH3)4(H2O)2]2+(aq)
berwarna biru muda
muda (++)
Larutan tidak + 5 tetes terbentuk endapan
ZnCl2 [Zn(H2O)4(OH)2] (s) + 20 tetes larutan ke abu-abuan [Zn(NH3)4]2+(aq)
berwarna putih
c. Reaksi Ion Logam Transisi dengan larutan NH4CNS 0,1 M
Warna Larutan Natrium Tiosianat = tidak berwarna
Garam Pengamatan
Sebelum Reaksi Setelah Penambahan NH4CNS 5 tetes Rumus Senyawa yang terbentuk
CrCl3 Larutan berwarna biru kehitaman (+) Larutan berwarna biru kehitaman (+) [Cr(H2O)5(SCN)6]2+(aq)
Mn(SO4) Larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna [Mn(H2O)5(SCN)]+ (aq)
Fe(NH3)2SO4 Larutan berwarna kuning kecoklatan Larutan berwarna merah kecoklatan [Fe(H2O)5(SCN)]+ (aq)
FeCl3 Larutan berwarna kuning (+) Larutan berwarna merah kehitaman [Fe(H2O)5(SCN)]+ (aq)
CoCl2 Larutan berwarna merah muda (++) Larutan berwarna merah muda (++) [Co(H2O)5(SCN)]+ (aq)
NiCl2 Larutan berwarna hijau muda (++) Larutan berwarna hijau muda (++) [Ni(H2O)5(SCN)]+ (aq)
CuSO4 Larutan berwarna biru muda (++) Larutan berwarna hijau [Cu(H2O)5(SCN)]+ (aq)
ZnCl2 Larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna [Zn(H2O)5(SCN)]+ (aq)

Blanko untuk Percobaan Reaksi Garam Transisi dengan Amonium Tiosianat


Pengamatan
Garam
Sebelum Reaksi Setelah Penambahan NH4OH tetes demi tetes
CrCl3 Larutan berwarna biru kehitaman (+) Larutan berwarna biru kehitaman
Mn(SO4) Larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna
Fe(NH3)2SO4 Larutan berwarna kuning kecoklatan Larutan berwarna kuning muda
FeCl3 Larutan berwarna kuning (+) Larutan berwarna kuning
CoCl2 Larutan berwarna merah muda (++) Larutan berwarna merah muda (+)
NiCl2 Larutan berwarna hijau muda (++) Larutan berwarna hijau muda (+)
CuSO4 Larutan berwarna biru muda (++) Larutan berwarna biru muda (+)
ZnCl2 Larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna

Percobaan II
a. Kompleks Cr (III)
Warna padatan CrCl3.6H2O : hijau tua
Warna larutan CrCl3.6H2O : biru tua
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks yang Struktur Ion Kompleks
ditambahan yang Bereaksi terbentuk
ditambahkan
Na2C2O4 Larutan tidak + 20 tetes Na2C2O4 [Cr(C2O4)3]3- (aq)
berwarna Larutan berwarna biru
kehitaman
b. Kompleks Fe (II)
Warna padatan Ferro Sulfat : hjau
Warna larutan Ferro Sulfat : kuning
Garam Setelah Penambahan kristal 1,10 Rumus Ion Kompleks yang Struktur Ion Kompleks
phenanthroline terbentuk
FeSO4 + Air + 3 tetes [Fe(phe)3]2+ (aq)
Larutan berwarna jingga pekat

c. Kompleks Fe (III)
Warna padatan FeCl3 : kuning
Warna larutan FeCl3 : kuning
Larutan Garam Setelah penambahan Rumus Ion Kompleks Setelah penambahan Rumus Ion Kompleks yang
tetes demi tetes NH4CNS yang terbentuk Na2C2O4 terbentuk
FeCl3 + 3 tetes larutan berwarna [Fe(H2O)3(CNS)Cl2] +3 tetes [Fe(H2O)3(CNS)(C2O4)2]
coklat kemerahan Larutan berwarna coklat
kemerahan
Setelah penambahan NH4CNS berlebih warna larutan berwarna coklat kemerahan (++).
Struktur Ion kompleks [Fe(H2O)3(CNS)(C2O4)2]:

d. Kompleks Co (II)
Warna padatan CoCl2 : ungu
Warna larutan CoCl2 : merah muda
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks yang Struktur Ion Kompleks
ditambahan yang Bereaksi terbentuk
ditambahkan
Ethylendiamine Larutan tidak + 20 tetes [Co(H2O)4(en)]2+(aq)
berwarna Ethylendiamine
Larutan berwarna
jingga
Na2EDTA Larutan tidak + 15 tetes Na2EDTA [Co(EDTA)]2- (aq)
berwarna Larutan berwarna
merah muda (++)

e. Kompleks Ni (II)
Warna padatan NiCl2 : hijau terang
Warna larutan NiCl2 : hijau muda
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks Struktur Ion Kompleks
ditambahan yang Bereaksi yang terbentuk
ditambahkan
Ethylendiamine Larutan tidak Larutan berwarna biru [Ni(H2O)2(en)2]2+(aq)
berwarna
Dimetilglioksim Larutan tidak Larutan berwarna merah [Ni(H2O)4(DMG)]2+(aq)
berwarna muda

-
Na2EDTA Larutan tidak Larutan berwarna biru [Ni(EDTA)]2-
berwarna muda
f. Kompleks Cu (II)
Warna padatan CuSO4.5H2O : biru muda
Warna larutan CuCl2.2H2O : biru muda
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks Struktur Ion Kompleks
ditambahan
yang Bereaksi yang terbentuk
ditambahkan
Ethylendiamine Larutan tidak Larutan berwarna biru tua [Cu(en)3]2+
+ 10 tetes
berwarna

Na2EDTA Larutan tidak Larutan berwarna biru [Cu(EDTA)]2


berwarna muda

Percobaan III
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Warna padatan ferro sulfat : Kristal berwarna hijau
Warna larutan ferro sulfat : kuning pudar
Perlakuan Pengamatan Setelah Bereaksi Rumus Ion Kompleks yang terbentuk
Penambahan HNO3 pekat 3 tetes Larutan berwarna kuning pudar 2Fe2+(aq) + 4H+(aq) + NO3-(aq) → 2Fe3+(aq) + NO(g) + 2H2O(l)
Pemanasan 1-2 menit Larutan berwarna kuning pudar 2Fe3+(aq) + NO2+(aq) + H2O(l) → [Fe(H2O)6]3+(aq)

Setelah didinginkan Larutan berwarna kuning pudar [Fe (H2O)6] 3+


Penambahan NaOH 2 M sampai Endapan jingga dan larutan berwarna
[Fe(H2O)6]3+(aq) + NaOH(aq) → [Fe(H2O)3(OH)3](s)
terjadi endapan jingga

b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+


Warna padatan K2Cr2O7 : Kristal berwarna jingga
Warna larutan K2Cr2O7 : larutan berwarna jingga
Perlakuan Pengamatan Setelah Bereaksi Rumus Ion Kompleks yang terbentuk
2−¿( aq)¿
+¿(aq )+Cr 2 O7 ¿
Pemanasan Larutan berwarna jingga K 2 Cr2 O 7 → 2 K
Larutan berwarna jingga dan terdapat endapan 2+¿ +2Cr
3+ ¿+7 H O ¿
2
¿

Penambahan bijih Zn
+ ¿→3 Zn ¿

Cr 2 O2−¿+3
7
Zn+14 H ¿

abu-abu
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) +
Penambahan HCl pekat Larutan berwarna hijau pekat
7H2O(aq)
Pemanasan Larutan berwarna hijau pekat [Cr(H2O)3(Cl)]+
Penambahan HNO3 setelah perubahan Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) +
Larutan berwarna hijau
warna akhir (40 tetes) 7H2O(aq)
IX. Analisis dan Pembahasan
Praktikum yang telah dilakukan pada hari Senin tanggal 28 Oktober 2019 di
Laboratorium Kimia Anorganik Unesa, berjudul “Reaksi-Reaksi Ion Logam Transisi”.
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi,
mengenal pembentukan ion kompleks logam transisi dan mengamati perubahan warna
karena perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi. Logam transisi
merupakan unsur golongan B yang mempunyai orbital d yang belum terisi penuh
dengan elektron, kecuali golongan IIB (Zn, Cd, dan Hg) berisi penuh sepuluh elektron
(Lee, J. D. 1991). Sebelum melakukan praktikum, alat dan bahan yang akan digunakan
dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah itu alat-alat tersebut dicuci dan sibersihkan agar
steril dan tidak ada kontaminan yang mempengaruhi hasil praktikum. Praktikum ini
terdiri dari 3 sub-judul, antara lain:
Percobaan I
Percobaan 1 bertujuan untuk mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi yaitu
pergeseran kesetimbangan reaksi dengan adanya pertukaran ligan saat pereaksi
ditambahkan dan saat pereaksi ditambahkan secara berlebih. Pereaksi yang digunakan
adalah NaOH, NH4OH, dan NH4CNS. Pada percobaan ini larutan yang digunakan
adalah CrCl3, (Mn)SO4, Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2, CuSO4, dan ZnCl2 dengan
konsentrasi 0,1M.
a. Reaksi Ion Logam Transisi dengan Larutan NaOH 1 M
Prinsip dasar pada reaksi ion logam transisi dengan larutan basa (NaOH) adalah
ion hidroksida pada NaOH dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan
kemudian melekat pada ion logam. Langkah pertama yang dilakukan yakni
mengambil larutan CrCl3 larutan berwarna biru kehitaman, (Mn)SO4 larutan tidak
berwarna, Fe(NH3)2SO4 larutan berwarna kuning kecoklatan, FeCl3 larutan berwarna
jingga, CoCl2 larutan berwarna merah muda (++), NiCl2 larutan berwarna hijau muda
(++), CuSO4 larutan berwarna biru muda (++), dan ZnCl 2 larutan tidak berwarna
dengan konsentrasi 0,1M sebanyak 1 mL, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berbeda. Percobaan ini akan menunjukkan hidroksida logam manakah yang
bersifat amfoter dan logam yang bersifat hidroksokompleks, dari delapan larutan
tersebut. Hidroksida amfoter yang terbentuk berupa endapan dari hidroksida logam,
sedangkan pembentukan hidroksida kompleks ditandai dengan larutnya endapan dari
penambahan basa berlebih.
1) Garam CrCl3
Larutan CrCl3 merupakan larutan berwarna biru kehitaman, dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan
tidak berwarna) tetes demi tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu
menghasilkan endapan biru kehijauan. Penambahan NaOH berfungsi sebagai
penyedia ligan hidroksida. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida
amfoter. Persamaan reaksi yang terjadi yakni :

[Cr(H2O)6]3+(aq) + 3OH-  [Cr(H2O)3(OH)3](s) + 3H2O(l)


Pada percobaan ini ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan
air yang melekat pada ion krom menghasilkan kompleks yang tidak bermuatan
(kompleks netral). Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan berbentuk
endapan. Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan dengan NaOH berlebih.
Penambahan NaOH berlebih hingga 15 tetes menyebabkan endapan tersebut larut
kembali, karena ion hidrogen yang lebih banyak akan hilang dan menghasilkan
ion [Cr(H2O)2(OH)4]- yang berwarna hijau. Hal ini menandakan terbentuknya
hidroksokompleks. Reaksi yang terjadi adalah :
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + 3OH-(aq) → [Cr(H2O)2(OH)4]-(aq) + 3H2O(l)
Endapan biru kehijauan larutan hijau tua

Perubahan warna saat percobaan:

CrCl3 Ditambah NaOH ditambah NaOH berlebih


2) Garam MnSO4
Larutan MnSO4 merupakan larutan tidak berwarna dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan tidak
berwarna) tetes demi tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu
menghasilkan endapan kuning kehijauan. Penambahan NaOH berfungsi sebagai
penyedia ligan hidroksida. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida
amfoter. Persamaan reaksi yang terjadi yakni :
[Mn(H2O)6]2+(aq)+ 2OH– (aq)[Mn(OH)2(H2O)4](s)+ 2 H2O (l)
Tak Berwarna Endapan Kekuningan
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan dengan NaOH berlebih.
Penambahan NaOH berlebih hingga 15 tetes menyebabkan endapan coklat
bertambah dan larutan menjadi berwarna jingga. Hal ini menunjukkan
terbentuknya hidroksida amfoter yang sempurna. Reaksi yang terjadi yaitu :
[Mn(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq)  [Mn(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Kekuningan Endapan Coklat

Perubahan warna saat percobaan:

MnSO4 ditambah NaOH ditambah NaOH berlebih


Endapan coklat yang bertambah dan larutan berwarna jingga dikarenakan ion
hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang melekat pada ion
mangan. Ion hidrogen dapat dihilangkan dari dua molekul air, sehingga terbentuk
kompleks yang tidak bermuatan (kompleks netral). Kompleks netral ini tidak larut
dalam air dan berbentuk endapan. Sehingga endapan yang terbentuk adalah
[Mn(H2O)3(OH)3] yang berwarna coklat, dan larutan berwarna jingga. Endapan
tersebut tidak dapat larut dengan penambahan NaOH berlebih. Endapan
teroksidasi bila terkena udara, menjadi berwarna coklat
3) Garam Fe(NH3)2SO4
Larutan Fe(NH3)2SO4 berwarna kuning kecoklatan, kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan
tidak berwarna) tetes demi tetes menghasilkan endapan berwarna coklat.
Penambahan NaOH berfungsi sebagai penyedia ligan hidroksida. Persamaan
reaksi yang terjadi yakni :
[Fe(H2O6)]2+ (aq) + 2OH- (aq) [Fe(OH)2(H2O)4](s) + 2H2O (l)
Tak berwarna Endapan coklat
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan dengan NaOH berlebih.
Penambahan NaOH berlebih hingga 10 tetes menghasilkan larutan berwarna
coklat dan endapan coklat semakin bertambah, hal ini menandai terbentuknya
hidroksida amfoter yang sempurna, sesuai persamaan reaksi berikut :
[Fe(OH)2(H2O)4](s) + OH- → [Fe(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan coklat Endapan coklat kehitaman
Perubahan warna saat percobaan:

Fe(NH3)2SO4 ditambah NaOH ditambah NaOH berlebih


Perubahan warna secara teori :

Hasil percobaan yang diperoleh tidak sesuai dengan teori, dimana endapan
berwarna coklat yang dihasilkan seharusnya berwarna hijau tua. Hal ini
dikarenakan larutan Fe(NH3)2SO4 telah dibuat beberapa hari sebelum praktikum
dilakukan, penyebab lain yaitu larutannya sudah teroksidasi karena pengaruh
cahaya saat ditambahkan dengan NaOH, selain itu adanya kontaminan dalam
larutan juga menyebabkan hasil yang tidak sesuai dengan teori.
4) Garam FeCl3
Larutan FeCl3 berwarna jingga dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1
mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan tidak berwarna) tetes demi tetes
menghasilkan larutan berwarna jingga (+), Penambahan NaOH berfungsi sebagai
penyedia ligan hidroksida. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
[Fe(H2O6)]3+ (aq) + 2OH- (aq) [Fe(H2O)4(OH)2]+(aq) + 3H2O (l)
Kuning larutan jingga (+)
Setelah itu larutan yang diperoleh ditambahkan dengan NaOH berlebih.
Penambahan NaOH berlebih hingga 5 tetes memberikan perubahan yang
signifikan yaitu terbentuknya endapan berwarna jingga dan larutan jingga (++),
endapan tersebut menandakan bahwa telah terjadi pembentukan hidroksida
amfoter yang sempurna, persamaan reaksi yang terjadi yakni :
[Fe(H2O)4(OH)2]+(aq) + OH- (aq)  [Fe(OH)3(H2O)3] (s)
Larutan jingga (+) Endapan jingga (++)

Perubahan warna saat percobaan:

FeCl3 ditambah NaOH ditambah NaOH berlebih


Hal ini dikarenakan ion hidroksida dapat menghilangkan ion hydrogen dari
ligan air yang melekat pada ion besi (III). Ion hidrogen dapat dihilangkan dari tiga
molekul air, maka akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan (kompleks
netral). Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan berbentuk endapan. Pada
percobaan ini endapan yang terbentuk adalah [Fe(OH)3(H2O)3] yang berwaarna
jingga (++). Endapan tersebut tidak dapat larut dengan penambahan NaOH
berlebih.
5) Garam CoCl2
Larutan CoCl2 berupa larutan berwarna merah muda (++) dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan
tidak berwarna) tetes demi tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu
menghasilkan endapan biru. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida
amfoter. Penambahan NaOH berfungsi sebagai penyedia ligan hidroksida.
Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Persamaan reaksi
yang terjadi yakni :
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq)[Co(OH)2(H2O)4](s) + 2H2O (l)
Merah Muda Endapan Biru
Endapan yang terbentuk ditambahkan dengan NaOH berlebih, sebanyak 10
tetes. Menghasilkan perubahan yang tidak terlalu signifikan, yaitu endapan sedikit
larut dan terbentuk larutan berwarna mrah muda kecoklatan. Endapan yang sedikit
larut akibat penambahan NaOH berlebih menandakan bahwa telah terjadi
pembentukan hidroksokompleks. Namun endapan yang larut hanya sedikit,
menunjukkan bahwa hidroksokomleks yang terbentuk belum sempurna. Hal ini
dikarenakan penambahan NaOH berlebih masih kurang. Persamaan reaksinya
yaitu :
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- (aq)  [Co(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Biru Endapan Merah Muda

Perubahan warna saat percobaan:

CoCl2 ditambah NaOH ditambah NaOH berlebih


Larutnya endapan dan terbentuk larutan berwarna merah myda kecoklatan,
dikarenakan ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang
melekat pada ion kobalt (II). Ion hidrogen dapat dihilangkan dari dua molekul air,
sehingga akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan (kompleks netral).
6) Garam NiCl2
Larutan NiCl2 berupa larutan berwarna merah muda (++) dmasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan tidak
berwarna) tetes demi tetes menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu
terbentuknya endapan hijau muda dan larutannya berwarna hijau muda keruh.
Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Persamaan reaksi
yang terjadi yaitu :
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq) [Ni(OH)2(H2O)4](s) + 2H2O(l)
Hijau Endapan Hijau Muda
Endapan yang terbentuk ditambahkan dengan NaOH berlebih, sebanyak 5
tetes. Hasilnya memberikan perubahan yang sedikit signifikan, yaitu endapan
hijau muda yang terbentuk semakin bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa
terbentuknya hidroksida amfoter yang sempurna, persamaan reaksi yang terjadi :
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH- (aq)  [Ni(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Hijau Muda Endapan Hijau

Perubahan warna saat percobaan:

NiCl2 ditambah NaOH ditambah NaOH berlebih


Hal ini dikarenakan ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari
ligan air yang melekat pada ion nikel (II). Ion hidrogen dapat dihilangkan dari dua
molekul air, maka akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan (kompleks
netral). Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan berbentuk endapan.
Sehingga endapan yang terbentuk adalah [Ni(H2O)4(OH)2] yang berwarna putih
kehijauan.
7) Garam CuSO4
Larutan CuSO4 merupakan larutan berwarna biru muda (++), dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan
tidak berwarna) tetes demi tetes menghasilkan larutan berwarna biru (+) dan
endapan biru, endapan yang terbentuk merupakan hidroksida amfoter. Reaksi
yang terjadi yaitu :
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 2OH–(aq)  [Cu(H2O)4(OH)2](s) + 2H2O(l)
Biru Endapan Biru 
Setelah itu Endapan yang terbentuk ditambahkan dengan NaOH berlebih,
sebanyak 10 tetes. Hasilnya memberikan perubahan yang sedikit signifikan, yaitu
larutan berubah warna menjadi biru kehijauan dan endapan berwarna biru gelap.
Endapan ini menandakan telah terbentuk hidroksida amfoter yang sempurna.
Sehingga pada penambahan NaOH berlebih yakni sebanyak 10 tetes, belum
terbentuk hidroksokompleks. Persamaan reaksinya yaitu :
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq)  [Cu(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Biru Endapan Biru

Perubahan warna saat percobaan:

CuSO4 ditambah NaOH ditambah NaOH berlebih


Hal ini dikarenakan ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan
air yang melekat pada ion tembaga(II). Ion hidrogen dapat dihilangkan dari dua
molekul air, maka akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan (kompleks
netral).
8) Garam ZnCl2
Larutan ZnCl2 merupakan larutan tidak berwarna, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan tidak berwarna)
tetes demi tetes menghasilkan larutan tak berwarna dan terdapat endapan
berwarna putih. Reaksi yang terjadi yaitu :
[Zn(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq) [Zn(OH)2(H2O)2](s) + 2H2O(l)
Tidak berwarna Endapan Putih
Selanjutnya endapan yang terbentuk ditambahkan dengan NaOH berlebih,
sebanyak 15 tetes. Hasilnya endapan larut dan larutan tak berwarna. Hal ini
menandakan terbentuknya hidroksokompleks yang sempurna. Reaksi yang terjadi
yaitu :
Zn(OH)2(H2O)2](s) + OH- (aq)  [Zn(H2O)3(OH)3]- (aq)
Endapan Putih Larutan Tak Berwarna
Perubahan warna secara teori:

[Zn(OH)2(H2O)2] [Zn(OH)3(H2O)3] (s)


Perubahan warnaa saat percobaan:
ZnCl ditambah NaOH ditambah NaOH berlebi
Hal ini dikarenakan ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan
air yang melekat pada ion zink (II).
b. Reaksi Ion Logam Transisi dengan larutan NH4OH 2M
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi-reaksi ion logam transisi dengan
larutan amonia. Hidroksida amfoter yang terbentuk berupa endapan dari hidroksida
logam, sedangkan pembentukan hidroksokompleks ditandai dengan larutnya endapan
dari penambahan amonia berlebih. Pereaksi yang digunakan adalah NH 3 sehingga
reaksinya merupakan kompleks amina.
1) Garam CrCl3
Garam CrCl3 merupakan larutan berwarna biru kehitaman, dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes larutan NH 4OH
(larutan tak berwarna) setetes demi setetes, menghasilkan larutan berwarna hijau.
Dalam jumlah yang sedikit amonia berperan sebagai basa, yang menyebabkan ion
hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion hidroksida untuk
menghasilkan kompleks netral yang sama. Sesuai persamaan berikut :

[Cr(H2O)6]3+ (aq) + 3NH3 (aq)  [Cr(H2O)3(OH)3] (s) + 3NH4+


Biru Endapan Hijau
Selanjutnya endapan yang dihasilkan ditambahkan dengan amonia berlebih.
Penambahan amonia berlebih hingga 12 tetes, menghasilkan larutan berwarna
hijau keruh dan endapan larut. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan
bahwa endapan Cr sedikit larut dalam zat pengendap berlebih (Svehla, 1990).
Dalam hal ini, amonia berperan sebagai ligan yang menggantikan ligan pergi H 2O
untuk menghasilkan ion heksaaminkrom (III). Larutnya sebagian endapan setelah
penambahan amonia berlebih menandakan bahwa terbentuk hidroksoompleks
yang belum sempurna. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
Cr(H2O)3(OH)3] (s) + 6NH3 (aq) [Cr(NH3)6]3+ (aq) + 6H2O (l)
Endapan Hijau Larutan Biru Keunguan
Perubahan warna saat percobaan:

CrCl3 ditambah NH4OH ditambah NH4OH berlebih


2) Garam Mn(SO4)
Garam MnSO4 merupakan larutan tidak berwarna, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes larutan NH4OH (larutan
tak berwarna) setetes demi setetes, menghasilkan larutan berwarna jingga pudar
dan endapan putih kekuningan. Dalam jumlah yang sedikit amonia berperan
sebagai basa, yang menyebabkan ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti
pada kasus ion hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama. Sesuai
persamaan berikut :
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + 2NH3 (aq) [Mn(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Tidak berwarna Endapan Putih Kekuningan
Selanjutnya endapan yang dihasilkan ditambahkan dengan amonia berlebih.
Penambahan amonia berlebih hingga 15 tetes, menghasilkan larutan berwarna
jingga dan endapan jingga kecoklatan yang berada dibagian atas larutan. Hal ini
sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa endapan Mn (II) larut dalam garam-
garam amonium (Svehla, 1990). Dalam hal ini, amonia berperan sebagai ligan
yang menggantikan ligan pergi H2O untuk menghasilkan ion heksaaminkrom (III).
Larutnya ndapan setelah penambahan amonia berlebih menandakan bahwa
terbentuk hidroksoompleks yang sempurna. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
[Mn(H2O)4(OH) 2] (s) + 6NH4+  [Mn(H2O)3(OH)3]- (s)
Endapan Putih Kekuningan Endapan Jingga Kecoklatan
Perubahan warna saat percobaan:

MnSO4 ditambah NH4OH ditambah NH4OH berlebih


3) Garam Fe(NH3)2SO4
Garam Fe(NH3)2SO4 merupakan larutan berwarna kuning kecoklatan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes
larutan NH4OH (larutan tak berwarna) setetes demi setetes, menghasilkan larutan
berwarna jingga. Hasil percobaan tidak sesuai dengan teori yang seharusnya
menghasilkan larutan berwarna hijau dan endapan hijau. Hal ini dikarenakan
larutan Fe(NH3)2SO4 telah dibuat beberapa hari sebelum praktikum dilakukan,
kemungkinan lainnya yaitu larutannya sudah teroksidasi karena pengaruh cahaya
saat ditambahkan dengan NaOH, selain itu adanya kontaminan saat mengambil
larutan menggunakan pipet atau dari botol yang digunakan kurang bersih
menyebabkan hasil yang tidak sesuai dengan teori.
Dalam jumlah yang sedikit amonia berperan sebagai basa, yang menyebabkan
ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion hidroksida untuk
menghasilkan kompleks netral yang sama. Sesuai persamaan berikut :
[Fe(H2O6)]2+ (aq) + 2NH3 (aq)  [Fe(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Tidak berwarna Endapan Hijau
Selanjutnya endapan yang dihasilkan ditambahkan dengan amonia berlebih.
Penambahan amonia berlebih hingga 16 tetes, menghasilkan larutan berwarna
jingga (+). Dalam hal ini, amonia berperan sebagai ligan yang menggantikan ligan
pergi H2O untuk menghasilkan ion heksaaminkrom (III). Hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa adanya ion amonium dalam
jumlah berlebih menyebabkan disosiasi amonium hidroksida tertekan hingga
pengendapan tak terjadi (Svehla, 1990). Berdasarkan teori tersebut maka
seharusnya adanya endapan tersebut menandakan terbentuknya hidroksida
amfoter yang sempurna Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
Fe(H2O)4(OH) 2] (s) + 6NH4+  [Fe(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Hijau Endapan Hijau Tua

Perubahan warna saat percobaan:

Fe(NH3)2SO4 ditambah NH4OH ditambah NH4OH berlebih


4) Garam FeCl3
Garam FeCl3 merupakan larutan berwarna kuning (+) dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes larutan NH4OH (larutan
tak berwarna) setetes demi setetes, menghasilkan larutan berwarna jingga dan
endapan jingga. Dalam jumlah yang sedikit amonia berperan sebagai basa, yang
menyebabkan ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion
hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama. Sesuai persamaan
berikut :
[Fe(H2O6)]3+ (aq) + 2NH3 (aq)  [Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 2NH4+
Kuning Endapan Jingga
Selanjutnya endapan yang dihasilkan ditambahkan dengan amonia berlebih.
Penambahan amonia berlebih hingga 20 tetes, menghasilkan larutan berwarna
jingga (+) dan endapan jingga. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan
bahwa endapan besi (III) hidroksida tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi
larut dalam asam (Svehla, 1990). Dalam hal ini, amonia berperan sebagai ligan
yang menggantikan ligan pergi H2O untuk menghasilkan ion heksaaminkrom (III).
Endapan yang tidak larut setelah penambahan amonia berlebih menandakan
bahwa terbentuk hidroksida amfoter yang sempurna. Persamaan reaksi yang
terjadi yaitu:
[Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 6NH4+  [Fe(H2O)2(OH)4] (s)
Endapan Jingga Endapan Jingga Kemerahan

Perubahan warna saat percobaan:

FeCl3 ditambah NH4OH ditambah NH4OH berlebih


5) Garam CoCl2
Garam CoCl2 merupakan larutan berwarna merah muda (++), dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 5 tetes larutan NH 4OH (larutan tak
berwarna) setetes demi setetes, menghasilkan larutan berwarna biru dan endapan
hijau. Dalam jumlah yang sedikit amonia berperan sebagai basa, yang
menyebabkan ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion
hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama. Hal ini sesuai dengan
teori yang menjelaskan bahwa sedikit amonia akan mengendapkan garam basa.
Sesuai persamaan berikut :
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2NH3 (aq)  [Co(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Merah Muda Endapan Hijau
Selanjutnya endapan yang dihasilkan ditambahkan dengan amonia berlebih.
Penambahan amonia berlebih hingga 20 tetes, menghasilkan larutan berwarna biru
(+) dan endapan larut. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa
kelebihan reagensia akan melarutkan endapan (Svehla, 1990). Dalam hal ini,
amonia berperan sebagai ligan yang menggantikan ligan pergi H 2O untuk
menghasilkan ion heksaaminkrom (III). Endapan yang larut setelah penambahan
amonia berlebih menandakan bahwa terbentuk hidroksokompleks yang sempurna.
Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
[Co(H2O)4(OH)2] (s) + 6NH3 (aq)  [Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Endapan Hijau Larutan C

Perubahan warna saat percobaan:

CoCl2 ditambah NH4OH ditambah NH4OH berlebih


6) Garam NiCl2
Garam NiCl2 merupakan larutan berwarna hijau muda (++) dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 5 tetes larutan NH 4OH (larutan tak
berwarna) setetes demi setetes, menghasilkan larutan berwarna hijau dan endapan
hijau muda. Dalam jumlah yang sedikit amonia berperan sebagai basa, yang
menyebabkan ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion
hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama. Hal ini sesuai dengan
teori yang menjelaskan bahwa sedikit amonia akan mengendapkan garam basa
(Svehla, 1990). Sesuai persamaan berikut :
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2 NH3 (aq)  [Ni(OH)2(H2O)4] (s) + 2NH4+
Hijau Endapan Hijau Muda
Selanjutnya endapan yang dihasilkan ditambahkan dengan amonia berlebih.
Penambahan amonia berlebih hingga 40 tetes, menghasilkan larutan berwarna
hijau muda dan larutan keruh. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya
melarutkan endapan dan larutan berubah warna menjadi biru tua (Svehla, 1990).
Hal ini dapat disebabkan adanya kontaminan saat mengambil larutan
menggunakan pipet atau dari botol yang digunakan kurang bersih menyebabkan
hasil yang tidak sesuai dengan teori. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
[Ni(OH)2(H2O)4] (s) + 6NH3(aq) [Ni(NH3)6]2+(aq) + 6H2O (l)
Endapan Hijau Larutan Biru

Dalam hal ini, amonia berperan sebagai ligan yang menggantikan ligan pergi
H2O untuk menghasilkan ion heksaaminkrom (III). Endapan yang larut setelah
penambahan amonia berlebih menandakan bahwa terbentuk hidroksokompleks
yang sempurna.
7) Garam CuSO4
Garam CuSO4 berupa larutan berwarna biru muda (++), dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Lalu ditambahkan 5 tetes larutan NH4OH (larutan tak berwarna)
setetes demi setetes, menghasilkan larutan berwarna biru (+) dan endapan biru.
Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Dalam jumlah yang
sedikit amonia berperan sebagai basa, yang menyebabkan ion hidrogen tertarik
oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion hidroksida untuk menghasilkan
kompleks netral yang sama. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa
penambahan larutan amonia dalam jumlah yang sedikit akan menghasilkan
endapan biru suatu garam basa (Svehla, 1990). Persamaan reaksinya yakni :
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 4NH3 (aq)  [Cu(H2O)4(OH)2] (s)
Biru Endapan Biru Muda
Selanjutnya endapan yang terbentuk ditambahkan dengan amonia berlebih.
Penambahan amonia berlebih hingga 10 tetes, menghasilkan larutan berwarna biru
kehijauan dan endapan sedikit larut. Berdasarkan teori endapan ini dapat larut
dalam reagensia berlebihan, pada mana terjadi warna biru tua, yang disebabkan
oleh terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II) (Svehla, 1990). Endapan
yang terbentuk dari penambahan amonia berlebih menandakan bahwa telah terjadi
pembentukan hidroksida amfoter. Persamaan reaksinya yaitu :
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) + 4NH3 (aq) [Cu(NH3)4]2+(aq) + 4H2O(l)
Endapan Biru Muda Larutan Biru Tua

Perubahan warna saat percobaan:

CuSO4 ditambah NH4OH ditambah NH4OH berlebih


Dalam hal ini, amonia berperan sebagai ligan yang menggantikan ligan pergi
H2O untuk menghasilkan kompleks tetraaminokuprat (II). Endapan yang larut
setelah penambahan amonia berlebih menandakan bahwa terbentuk
hidroksokompleks.
8) Garam ZnCl2
Garam ZnCl2 berupa larutan tak berwarna, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Lalu ditambahkan 5 tetes larutan NH4OH (larutan tak berwarna) setetes demi
setetes, menghasilkan larutan tak berwarna dan endapan putih. Endapan yang
terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Dalam jumlah yang sedikit
amonia berperan sebagai basa, yang menyebabkan ion hidrogen tertarik oleh ion
heksaaquo seperti pada kasus ion hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral
yang sama. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa penambahan
larutan amonia dalam jumlah yang sedikit akan menghasilkan endapan putih
(Svehla, 1990). Persamaan reaksinya yakni :
[Zn(H2O)4]2+(aq) + 4NH3(aq)  [Zn(OH)2(H2O)2] (s) +2NH4+
Tidak berwarna Endapan Putih
Selanjutnya endapan yang terbentuk ditambahkan dengan amonia berlebih.
Penambahan amonia berlebih hingga 15 tetes, menyebabkan endapan larut dan
terbentuk larutan berwarna putih keabu-abuan. Hal ini sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa endapan putih yang terbentuk dapat larut dalam reagensia
berlebihan, karena menghasilkan tetraaminazinkat (II) (Svehla, 1990). Persamaan
reaksi yang terjadi yaitu :
[Zn(OH)2(H2O)2] (s) + 4NH3(aq)  [Zn(NH3)4]2+(aq) + 4H2O(l)
Endapan Putih Larutan Putih Keabu-abuan

Perubahan warna saat percobaan :

ZnCl2 ditambah NH4OH ditambah NH4OH berlebih


Dalam hal ini, amonia berperan sebagai ligan yang menggantikan ligan pergi
H2O untuk menghasilkan tetraaminazinkat (II). Endapan yang larut setelah
penambahan amonia berlebih menandakan terbentuknya hidroksokompleks.
c. Reaksi Ion Logam Transisi dengan larutan NH4CNS
Percobaan ini melibatkan reaksi ion logam transisi dengan larutan amonium
tiosianat (NH4CNS) 0,1 M. Reaksi ini merupakan jenis reaksi kompleks tiosianat
karena pada hasil reaksi akan terbentuk senyawa kompleks antara logam transisi
dengan ligan tiosianat. Larutan dari senyawa kompleks tiosianat yang terbentuk
dibandingkan dengan larutan blanko. Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik pada tiap-tiap senyawa kompleks yang terbentuk. Larutan tiosianat
dalam percobaan ini bertindak sebagai pendeteksi ion.
1) Garam CrCl3
Garam CrCl3 merupakan larutan berwarna biru kehitaman (+), dimasukkan ke
dalam dua tabung reaksi, masing-masing sebanyak 1 mL. Tabung 1 berisi blanko
dan tabung 2 untuk uji. Tabung reaksi 1 berisi 1 mL CrCl 3 ditambahkan dengan
aquades sebanyak 1 mL (cairan tak berwarna), menghasilkan larutan berwarna
biru kehitaman. Reaksi pada larutan blanko adalah reaksi antara suatu logam oleh
pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Larutan blanko berfungsi
sebagai pembanding. Tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes NH 4CNS (larutan tak
berwarna), menghasilkan larutan berwarna biru kehitaman (++). Persamaan reaksi
yang terjadi yakni :
[Cr(H2O)6]3++6SCN-[Cr(H2O)5(SCN)6]2+(s) +6H2O

Perubahan warna saat percobaan:

CrCl3 ditambahkan aquades CrCl3 ditambahkan NH4SCN


Perbandingan warna antara larutan blanko dan larutan uji menghasilkan warna
yang hampir sama. Hal ini menandakan bahwa pembentukan kompleks tiosianat
dengan kromium tidak mengalami eksitasi elektronik. Sehingga karakteristik dari
senyawa kompleks ini yaitu tidak dapat mendeteksi adanya ion Cr 3+, karena tidak
memberikan perubahan warna yang khas ketika direaksikan dengan NH4SCN.
2) Garam Mn(SO4)
Garam MnSO4 merupakan larutan tidak berwarna, dimasukkan ke dalam dua
tabung reaksi, masing-masing sebanyak 1 mL. Tabung 1 berisi blanko dan tabung
2 untuk uji. Tabung reaksi 1 berisi 1 mL MnSO 4 ditambahkan dengan aquades
sebanyak 1 mL (cairan tak berwarna), menghasilkan larutan tidak berwarna.
Reaksi pada larutan blanko adalah reaksi antara suatu logam oleh pelarut polar,
seperti halnya proses pengenceran. Larutan blanko berfungsi sebagai pembanding.
Tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes NH4CNS (larutan tak berwarna),
menghasilkan larutan yang tetap tidak berwarna. Persamaan reaksi yang terjadi
yakni :
Mn(SO4) (aq) + NH4CNS (aq)  Mn[CNS]+
Tak berwarna Tak berwarn

Perubahan warna saat percobaan:

MnSO4 saat ditambah aquades MnSO4 ditambahkan NH4SCN


Perbandingan warna antara larutan blanko dan larutan uji menghasilkan larutan
dengan warna yang hampir sama. Hal ini menandakan bahwa pembentukan
kompleks tiosianat dengan Mn (II) tidak mengalami eksitasi elektronik. Sehingga
karakteristik dari senyawa kompleks ini yaitu tidak dapat mendeteksi adanya ion
Mn2+, karena tidak memberikan perubahan warna yang khas ketika direaksikan
dengan NH4SCN.
3) Garam Fe(NH3)2SO4
Garam Fe(NH3)2SO4 merupakan larutan berwarna kuning kecoklatan,
dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi, masing-masing sebanyak 1 mL. Tabung
1 berisi blanko dan tabung 2 untuk uji. Tabung reaksi 1 berisi 1 mL Fe(NH 3)2SO4
ditambahkan dengan aquades sebanyak 1 mL (cairan tak berwarna), menghasilkan
larutan berwarna kuning kecoklatan. Reaksi pada larutan blanko adalah reaksi
antara suatu logam oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Larutan
blanko berfungsi sebagai pembanding. Tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes
NH4CNS (larutan tak berwarna), menghasilkan larutan berwarna merah
kecoklatan. Persamaan reaksi yang terjadi yakni :
Fe(NH3)2SO4 (aq) + NH4CNS (aq)  [Fe(NH3)(CNS)4]2-
Tak berwarna Merah Kecoklatan

Perubahan warna saat percobaan:

Fe(NH3)2SO4 ditambahkan aquades Fe(NH3)2SO4 ditambahkan NH4SCN


Perbandingan warna antara larutan blanko dan larutan uji menghasilkan warna
yang berbeda. Perubahan warna yang terjadi menunjukkan adanya eksitasi
elektron. Eksitasi yang terjadi seperti gelombang cahaya dimana akan dihasilkan
warna-warna tertentu. Sehingga karakteristik dari senyawa kompleks ini yaitu
dapat mendeteksi adanya ion Fe2+, karena memberikan perubahan warna yang
khas ketika direaksikan dengan NH4SCN.
4) Garam FeCl3
Garam FeCl3 merupakan larutan berwarna kuning (+), dimasukkan ke dalam
dua tabung reaksi berbeda, masing-masing sebanyak 1 mL. Tabung 1 berisi
blanko dan tabung 2 untuk uji. Tabung reaksi 1 berisi 1 mL Fe FeCl 3 ditambahkan
dengan aquades sebanyak 1 mL (cairan tak berwarna), menghasilkan larutan
berwarna kuning. Reaksi pada larutan blanko adalah reaksi antara suatu logam
oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Larutan blanko berfungsi
sebagai pembanding. Tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes NH 4CNS (larutan tak
berwarna), menghasilkan larutan yang berwarna merah kehitaman, perbedaan dari
Fe (II). Persamaan reaksi yang terjadi yakni :
FeCl3 (aq) + NH4CNS (aq)  [Fe(CNS)6]3+
Kuning Merah kehitaman
Perubahan warna saat percobaan

FeCl3 saat ditambahkan aquades FeCl3 ditambahkan NH4SCN


Perbandingan warna antara larutan blanko dan larutan uji menghasilkan warna
yang berbeda. Perubahan warna yang tersebut menunjukkan adanya eksitasi
elektron. Eksitasi yang terjadi seperti gelombang cahaya dimana akan dihasilkan
warna-warna tertentu. Sehingga karakteristik dari senyawa kompleks ini yaitu
dapat mendeteksi adanya ion Fe3+, karena memberikan perubahan warna yang
khas ketika direaksikan dengan NH4SCN.
5) Garam CoCl2
Garam CoCl2 merupakan larutan berwarna merah muda (++), dimasukkan ke
dalam dua tabung yang reaksi berbeda, masing-masing sebanyak 1 mL. Tabung 1
berisi blanko dan tabung 2 untuk uji. Tabung reaksi 1 berisi 1 mL Fe CoCl 2
ditambahkan dengan aquades sebanyak 1 mL (cairan tak berwarna), menghasilkan
larutan berwarna merah muda (++). Reaksi pada larutan blanko adalah reaksi
antara suatu logam oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Larutan
blanko berfungsi sebagai pembanding. Tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes
NH4CNS (larutan tak berwarna), menghasilkan larutan yang berwarna merah
muda (++). Persamaan reaksi yang terjadi yakni :
[Co(H2O)6]2++ 6SCN-→ [Co(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Perubahan warna saat percobaan:

CoCl2 saat ditambahkan aquades CoCl2 ditambahkan NH4SCN


Perbandingan warna antara larutan blanko dan larutan uji menghasilkan larutan
dengan warna yang hampir sama. Hal ini menandakan bahwa pembentukan
kompleks tiosianat dengan kobalt tidak mengalami eksitasi elektronik. Sehingga
karakteristik dari senyawa kompleks ini yaitu tidak dapat mendeteksi adanya ion
Co2+, karena tidak memberikan perubahan warna yang khas ketika direaksikan
dengan NH4SCN.
6) Garam NiCl2
Garam NiCl2 merupakan larutan berwarna hijau muda (++), dimasukkan ke
dalam dua tabung yang reaksi berbeda, masing-masing sebanyak 1 mL. Tabung 1
berisi blanko dan tabung 2 untuk uji. Tabung reaksi 1 berisi 1 mL NiCl2
ditambahkan dengan aquades sebanyak 1 mL (cairan tak berwarna), menghasilkan
larutan berwarna hijau muda (+). Reaksi pada larutan blanko adalah reaksi antara
suatu logam oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Larutan blanko
berfungsi sebagai pembanding. Tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes NH 4CNS
(larutan tak berwarna), menghasilkan larutan yang berwarna hijau muda (++).
Persamaan reaksi yang terjadi yakni :
Ni(H2O)6]2++6SCN-→ [Ni(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Perubahan warna saat percobaan:

NiCl2 saat ditambahkan aquades NiCl2 ditambahkan NH4SCN


Perbandingan warna antara larutan blanko dan larutan uji menghasilkan larutan
dengan warna yang hampir sama. Hal ini menandakan bahwa pembentukan
kompleks tiosianat dengan Ni (II) tidak mengalami eksitasi elektronik. Sehingga
karakteristik dari senyawa kompleks ini yaitu tidak dapat mendeteksi adanya ion
Ni2+, karena tidak memberikan perubahan warna yang khas ketika direaksikan
dengan NH4SCN.
7) Garam CuSO4
Garam CuSO4 merupakan larutan biru muda (++), dimasukkan ke dalam dua
tabung yang reaksi berbeda, masing-masing sebanyak 1 mL. Tabung 1 berisi
blanko dan tabung 2 untuk uji. Tabung reaksi 1 berisi 1 mL CuSO 4 ditambahkan
dengan aquades sebanyak 1 mL (cairan tak berwarna), menghasilkan larutan
berwarna biru muda (++). Reaksi pada larutan blanko adalah reaksi antara suatu
logam oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Larutan blanko
berfungsi sebagai pembanding. Tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes NH 4CNS
(larutan tak berwarna), menghasilkan larutan yang berwarna hijau, Persamaan
reaksi yang terjadi yakni :
[Cu(H2O)6]2++6SCN-[Cu(H2O)5(SCN)]+(aq) +6H2O
Perubahan warna saat percobaan:

CuSO4 saat ditambahkan aquades CuSO4 ditambahkan NH4SCN


Perbandingan warna antara larutan blanko dan larutan uji menghasilkan warna
yang berbeda. Perubahan warna yang tersebut menunjukkan adanya eksitasi
elektron. Eksitasi yang terjadi seperti gelombang cahaya dimana akan dihasilkan
warna-warna tertentu. Sehingga karakteristik dari senyawa kompleks ini yaitu
dapat mendeteksi adanya ion Cu2+, karena memberikan perubahan warna yang
khas ketika direaksikan dengan NH4SCN.
8) Garam ZnCl2
Garam ZnCl2 merupakan larutan tidak berwarna, dimasukkan ke dalam dua
tabung yang reaksi berbeda, masing-masing sebanyak 1 mL. Tabung 1 berisi
blanko dan tabung 2 untuk uji. Tabung reaksi 1 berisi 1 mL ZnCl 2 ditambahkan
dengan aquades sebanyak 1 mL (cairan tak berwarna), menghasilkan larutan yang
tetap tak berwarna. Reaksi pada larutan blanko adalah reaksi antara suatu logam
oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Larutan blanko berfungsi
sebagai pembanding. Tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes NH 4CNS (larutan tak
berwarna), menghasilkan larutan tetap tak berwarna. Persamaan reaksi yang
terjadi yakni :
[Zn(H2O)6]2++6SCN- → [Zn(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Perubahan warna saat percobaan:

ZnCl2 saat ditambahkan aquades ZnCl2 ditambahkan NH4SCN


Perbandingan warna antara larutan blanko dan larutan uji menghasilkan larutan
dengan warna yang hampir sama. Hal ini menandakan bahwa pembentukan
kompleks tiosianat dengan Zn (II) tidak mengalami eksitasi elektronik. Sehingga
karakteristik dari senyawa kompleks ini yaitu tidak dapat mendeteksi adanya ion
Zn2+, karena tidak memberikan perubahan warna yang khas ketika direaksikan
dengan NH4SCN.
Percobaan II : Pembentukan Ion Kompleks
Percobaan II bertujuan untuk mengenal pembentukan ion kompleks logam
transisi. Pembentukan ion kompleks yang akan dipelajari antara lain kompleks Cr(III),
Fe (II) dan Fe (III), Co(II), Ni(II), dan Cu(II). Pembentukan kompleks ini biasanya
disertai dengan perubahan warna dari larutan awal. Perubahan warna pada tiap-tiap
larutan garam transisi setelah ditambah reagen terlihat lebih signifikan. Hal ini
disebabkan karena ligan penggantinya bukan hanya monodentat seperti halnya
percobaan 1 yang merupakan ligan asam basa. Pada percobaan 2 ligan pengganti yang
digunakan lebih kompleks yaitu ligan polidentat.
a. Kompleks Cr (III)
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil 2 mL larutan CrCl3.6H2O
0,1M berwarna biru tua dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan
20 tetes Na2C2O4 (larutan tak berwarna) lalu dikocok, menghasilkan larutan berwarna
biru kehitaman. Fungsi penambahan Na2C2O4 yakni sebagai peneyedia ligan berupa
ion C2O42- dimana ion tersebut akan menggantikan ion Cl-. Dimana 3 ion Cl-
digantikan oleh 3 ion C2O42- sehingga terbentuk kompleks [Cr(C2O4)3]3-. Hal ini dapat
dilihat melalui persamaan di bawah ini :
CrCl3.6H2O + Na2C2O4 (s) → [Cr(C2O4)3]3-
Kompleks yang terbentuk memiliki bilangan koordinasi 6 serta berada pada orbital d3
yang cenderung menyukai bentuk oktahedral. Dengan struktur senyawa kompleks
sebagai berikut :

Perubahan warna saat percobaan

2 mL CrCl3 ditambahNa2C2O4
b. Kompleks Fe (II) dan Fe (III)
 Kompleks Fe (II)
Langkah pertama yaitu mengambil 1 mL larutan FeSO 4 berwarna kuning, lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 3 tetes 1,10
phenontroline dihasilkan larutan berwarna jingga pekat. Perubahan warna tersebut
disebabkan oleh terjadinya pergantian ligan (SO4)2- oleh molekul phenantroline
sebanyak 6 molekul dari larutan phenantroline sehingga terbentuk ion kompleks
[Fe(phe)3]2+, persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
FeSO4+Air + 1,10 phenantroline [Fe(1,10phenanthroline)3]2+
Sebelum penambahan setelah penambahan 1,10 phenontroline

Ion Fe2+  berada pada orbital d6 yang menyukai bentuk tetrahedral. Struktur


molekulnya adalah sebagai berikut:

 Kompleks Fe (III)
Langkah pertama yaitu mengambil 1 mL larutan FeCl 3 berwarna jingga, lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 2 tetes larutan
NH4CNS dihasilkan larutan berwarna coklat kemerahan (+). Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan jika ditambahkan larutan amonium tiosulfat, akan ada
pewarnaan merah darah yang ditimbulkan karena terbentuknya suatu kompleks
(Sugiarto, 2006). Penambaha larutan NH4CNS berfungsi untuk memberikan
warna gelap pada larutan yang mengandung [Fe(CNS)]2+, persamaan reaksi yang
terjadi yaitu :
FeCl3 (aq) + 3NH4CNS (aq) → [Fe(CNS)Cl2(H2O)3]

Sebelum penambahan Setelah penambahan NH4CNS


Selanjutnya ditambahkan 3 tetes larutan Na2C2O4 (larutan tak berwarna) dan
dikocok, menghasilkan larutan berwarna coklat kemerahan yang lebih pudar dari
laarutan sebelumnya. Perubahan warna tersebut disebabkan adanya penggantian
ligan CNS- oleh ligan C2O42-.
Setelah penambahan Na2C2O4

Setelah itu ditambahkan larutan NH4CNS berlebih hingga 10 tetes lalu dikocok
menghasilkan larutan berwarna coklat kemerahan (++).

Setelah penambahan NH4CNS berlebih


Hal ini menunjukkan bahwa ligan CNS- yang merupakan ligan kuat mampu
mendesak dan menggantikan ligan C2O42- untuk berikatan kembali dengan Fe3+
Sehingga terbentuk kompleks [Fe(CNS)Cl2(H2O)3], berikut struktur kompleksnya:
+

c. Kompleks CO (II)
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL larutan CoCl 2 0,1M
berwarna merah muda dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi yaitu tabung reaksi 1
dan tabung reaksi 2.
 Tabung reaksi 1
Tabung reaksi 1 berisi 1 mL larutan CoCl 2 0,1M lalu ditambahkan 15 tetes
etilendiamin (larutan tak berwarna), menghasilkan larutan berwarna jingga.
Perubahan warna ini menunjukkan adanya pembentukan senyawa kompleks,
dimana Co sebagai atom pusat dan etilendiamin sebagai ligan. Satu ligan
etilendiamin dapat menggantikan 2 ligan H2O pada CoCl2, karena etilendiamin
merupakan ligan bidentat yag dapat mendonorkan 2 pasang elektron pada logam.
Sehingga terbentuk senyawa kompleks [Co(H2O)4(en)]2+, reaksi yang terjai dapat
dijelaskan dalam persamaan reaksi berikut :
CoCl2 (aq) + etilendiamin → [Co(H2O)4(en)]2+
Struktur senyawa kompleks yang terbentuk yaitu :

Tabung 1

 Tabung reaksi 2
Tabung reaksi 2 berisi 1 mL larutan CoCl 2 0,1M lalu ditambahkan 15 tetes
Na2EDTA (larutan tak berwarna), menghasilkan larutan berwarna merah muda (+).
Perubahan warna ini menunjukkan adanya pembentukan senyawa kompleks,
dimana Co sebagai atom pusat dan EDTA sebagai ligan. EDTA merupakan ligan
kuat yang mampu menggantikan 2 molekul Cl-.. Satu ligan EDTA dapat
menyumbangkan 6 pasang elektron sekaligus kepada logam meskipun bilangan
oksidasinya 4, karena gugus amin (N) pada EDTA juga menyumbangkan 2 pasang
elektron. Kompleks kobalt dalam percobaan ini memiliki bilangan koordinasi 6.
Sehingga terbentuk senyawa kompleks [Co(EDTA)]2-, reaksi yang terjadi dapat
dijelaskan dalam persamaan reaksi berikut :
CoCl2 (aq) + Na2EDTA → [Co(EDTA)]2-

d. Kompleks Nikel (II)


Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL larutan NiCl 2 0,1M
berwarna hijau muda dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yaitu tabung reaksi
1,tabung reaksi 2 dan tabung reaksi 3.
 Tabung reaksi 1
Tabung reaksi 1 berisi 1 mL larutan NiCl2 0,1M lalu ditambahkan 15 tetes
etilendiamin (larutan tak berwarna), menghasilkan larutan berwarna biru.
Perubahan warna ini menunjukkan adanya pembentukan senyawa kompleks,
dimana Ni sebagai atom pusat dan etilendiamin sebagai ligan. Etilendiamin
berfungsi sebagai penyedia ligan. Satu ligan etilendiamin dapat menggantikan 2
ligan H2O pada NiCl2, karena etilendiamin merupakan ligan bidentat yag dapat
mendonorkan 2 pasang elektron pada logam. Sehingga terbentuk senyawa
kompleks [Ni(H2O)4(en)2]2+, struktur senyawa kompleksnya yakni :

Senyawa yang terbentuk :

Larutan NiCl2 NiCl2 ditambah etilendiamin


 Tabung reaksi 2
Tabung reaksi 2 berisi 1 mL larutan NiCl2 0,1M lalu ditambahkan 15 tetes
Dimetilglioksin (DMG) berupa larutan tak berwarna, menghasilkan larutan
berwarna merah muda. Perubahan warna ini menunjukkan adanya pembentukan
senyawa kompleks, dimana Ni sebagai atom pusat dan DMG sebagai ligan.
Dimetilglioksin (DMG) berfungsi sebagai penyedia ligan. DMG merupakan ligan
bidentat yang mendonorkan 2 pasang elektron pada logam Ni. Sehingga terbentuk
senyawa kompleks [Ni(H2O)4(DMG)]2+, struktur senyawa kompleksnya yakni :
Perubahan warna saat percobaan
larutan NiCl2 NiCl2 diambah DMG
 Tabung reaksi 3
Tabung reaksi 3 berisi 1 mL larutan NiCl2 0,1M lalu ditambahkan 15 tetes
Na2EDTA berupa larutan tak berwarna, menghasilkan larutan berwarna biru

muda. Perubahan warna ini menunjukkan adanya pembentukan senyawa


kompleks, dimana Ni sebagai atom pusat dan EDTA sebagai ligan. Fungsi
penambahan EDTA yakni sebagai penyedia ligan untuk membentuk senyawa
kompleks. Ion Cl- sebagai ligan digantikan oleh EDTA. Sebab, ligan EDTA lebih
kuat daripada Cl- sehingga mampu mendesak dan menggantikan posisi Cl - untuk
berikatan dengan logam Ni membentuk senyawa kompleks [Ni(EDTA)]2-, struktur
senyawa kompleksnya yakni :

Perubahan warna saat percobaan :

Larutan NiCl2 NiCl2 ditambah Na2EDTA


e. Kompleks Cu (II)
1) Mengamati Kristal CuS04.5H2O dan CuCl2.2H2O
Kristal berwarna hijau kebiruan kristal berwarna biru muda

2) Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL larutan CuSO4 berwarna


biru muda dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 dan tabung reaksi 2.
 Tabung 1
Tabung reaksi 1 berisi 1 mL larutan CuSO4 lalu ditambahkan 5 tetes
etilendiamin menghasilkan larutan berwarna biru tua. Perubahan warna ini
menunjukkan adanya pembentukan senyawa kompleks, dimana Cu sebagai
atom pusat dan etilendiamin sebagai ligan. Etilendiamin berfungsi sebagai
penyedia ligan. Satu ligan etilendiamin dapat menggantikan 2 ligan H2O pada
CuSO4, karena etilendiamin merupakan ligan bidentat yag dapat mendonorkan
2 pasang elektron pada logam. Sehingga terbentuk senyawa kompleks dengan
struktur seperti berikut :

Setelah penambahan etilendiamin


 Tabung 2
Tabung reaksi 2 berisi 1 mL larutan CuSO4 lalu ditambahkan 15 tetes
Na2EDTA berupa larutan tak berwarna, menghasilkan larutan berwarna biru
muda. Perubahan warna ini menunjukkan adanya pembentukan senyawa
kompleks, dimana Cu sebagai atom pusat dan EDTA sebagai ligan. Fungsi
penambahan EDTA yakni sebagai penyedia ligan untuk membentuk senyawa
kompleks. Ion SO42- sebagai ligan digantikan oleh EDTA. Sebab, ligan EDTA
lebih kuat daripada SO42- sehingga mampu mendesak dan menggantikan posisi
SO42- untuk berikatan dengan logam Cu membentuk senyawa kompleks
[Cu(EDTA)]2-, struktur senyawa kompleksnya yakni :
Setelah penambahan Na2EDTA

Percobaan III : Perubahan Tingkat Oksidasi


Percobaan III bertujuan untuk mengetahui dan mengamati perubahan warna
karena perubahan bilangan oksidasi dari senyawa ion logam transisi. Pada percobaan ini
akan dipelajari perubahan warna karena perubahan biloks dari ion logam Fe dan Cr
dalam larutan FeSO4 dan K2Cr2O7.
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Langkah pertama yang dilakukan yakni mengambil 1 mL larutan FeSO4 berupa
larutan berwarna kuning, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu
ditambahkan dengan 3 tetes HNO3 pekat, menghasilkan larutan berwarna kuning
pudar. Fungsi penambahan HNO3 yakni sebagai oksidator yang dapat mengoksidasi
Fe2+ menjadi Fe3+, karena HNO3 bersifat oksidator kuat. Secara teori, oksidasi Fe 2+
berlangsung lama jika terkena udara. Oleh karena itu ditambahkan HNO 3 untuk
mempercepat reaksi. Setelah penambahan HNO3 lalu dikocok, larutan berubah warna
menjadi kuning pudar. Perubahan warna ini terjadi dengan cepat, tepat berubah saat
HNO3 ditambahkan dan dikocok. Hal ini menandakan bahwa oksidasi Fe 2+ mulai
berlangsung, persamaan reaksinya yaitu :
2Fe2+(aq) + 4H+(aq) + NO3-(aq) → 2Fe3+(aq) + NO(g) + 2H2O(l)
Selanjutnya larutan dipanaskan selama 1-2 menit agar reaksi berlangsung lebih
cepat, sehingga perubahan bilangan oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ terjadi secara
sempurna. Hasil pemanasan diperoleh larutan berwarna kuning pudar. Berdasarkan
teori dijelaskan bahwa terjadinya perubahan bilangan oksidasi Fe 2+ menjadi Fe3+
secara sempurna ditandai dengan adanya perubahan warna larutan dari kuning
kecoklatan menjadi kuning jernih yang merupakan warna kation Fe3+ dalam larutan.
Hal ini juga menandakan terbentuknya senyawa kompleks seperti persamaan reaksi
beirkut :
2Fe3+(aq) + NO2+(aq) + H2O(l) → [Fe(H2O)6]3+(aq)
Kemudian larutan didinginkan pada suhu ruang menghasilkan larutan yang tetap
berwarna kuning. Setelah itu ditambahkan larutan NaOH (larutan tak berwarna)
menghasilkan endapan berwarna jingga dan larutan berwarna jingga. Fungsi
penambahan NaOH yakni untuk membuktikan apakaj Fe2+ telah teroksidasi semua
menjadi Fe3+. Seperti pada percobaan 1a, jika larutan Fe 3+ direaksikan dengan NaOH
akan menghasilkan larutan berwarna jingga. Hasil yang praktikum yang diperoleh
setelah penambahan NaOH adalah larutan berubah warna dari kuning pudar menjadi
jingga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan sesuai teori karena Fe 2+
teroksidasi menjadi Fe3+. Persamaan reaksinya yaitu :

[Fe(H2O)6]3+(aq) + NaOH(aq) → [Fe(H2O)3(OH)3](s)

Setelah penambahan NaOH 2M


b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+
Langkah pertama yang dilakukan yakni mengambil 1 mL larutan K2Cr2O7
(larutan berwarna jingga) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan.
Pemanasan ini dilakukan untuk menguraikan K2Cr2O7 menjadi ion-ion penyusunnya
seperti persamaan berikut :
K2Cr2O7 (aq) → 2K+ +Cr2O72- (aq)
Setelah itu ditambahkan 2 butir Zn (erbuk berwarna abu-abu) menghasilkan larutan
yang berwarna jingga dan terdapat endapan abu-abu. Selanjutnya ditambahkan
dengam 1,5 mL HCl pekat (larutan tak berwarna) dan dipanaskan perlahan-lahan
menghasilkan larutan berwarna hijau pekat. Penambahan Zn dan HCl bertujuan
untuk mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+. Sedangkan pemanasan berfungsi agar butir Zn
larut sempurna dan mereduksi Cr6+. Secara teori, pemanasan suatu kromat atau
dikromat dengan asam klorida pekat akan dihasilkan suatu larutan yang mengandung
ion Cr(III), artinya pada tahap ini reduksi Cr 6+ menjadi Cr3+ sudah terjadi. Hal ini
sesuai dengan hasil percobaan, dimana setelah penambahan Zn dan HCl pekat
larutan berubah dari warna jingga menjadi hijau pekat. Penjelasan tersebut dpaat
dituliskan dalam persamaan berikut :
Cr2O72- + 3Zn + 14H+ → 3Zn2+ +2Cr3+ +7H2O
+6 0 2+ 3+
Reduksi

Oksidas
Selanjutnya didiamkan dan diamati warnannya. Setelah itu ditambahkan setets
demi setetes larutan HNO3 pekat hingga 40 tetes sambil dikocok, menghasilkan
larutan berwarna hijau. Penambahan ini secara teori akan mereduksi Cr3+ menjadi
Cr2+ seperti dijelaskan pada reaksi berikut :

Cr3+ + 4H+ + 2NO3- + 3e- → Cr2+ + 2NO2↑ + 2H2O


+3 +2
reduksi

Secara teori, warna ion Cr2+ dalam larutan adalah biru. Sedangkan hasil yang
didapatkan setelah penambahan HNO3 pekat adalah warna hijau dimana warna hijau
merupakan warna ion Cr3+. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ion Cr2+ tidak stabil
dan mudah teroksidasi menjadi Cr3+ dan ion Cr6+ lebih stabil daripada ion Cr3+ dalam
larutan.

K2Cr2O7 dipanaskan Ditambahkan seng

Setelah ditambahkan seng Ditambahkan HCl pekat

Diletakkan tabung dalam rak Perubahan warna


X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Reaksi-reaksi ion logam transisi dapat dipelajari dengan cara mereaksikan garam
logam transisi dengan NaOH, NH4OH, dan NH4CNS. Ditandai dengan adaya
perubahan warna, terbentuknya endapan dan larutnya endapan sesuai dengan
muatan logam pusat senyawa kompleks tersebut. Hal ini menunjukkan adanya
reaksi antara logam transisi dengan pereaksinya dalam membentuk senyawa
kompleks.
2. Pembentukan ion kompleks logam transisi dapat dilakukan dengan menambahkan
Na2C2O4, H2O, CNS-, EDTA, dan DMG, ditandai dengan perubahan warna yang
khas sesuai dengan senyawa kompleks yang terbentuk.
3. Perubahan warna akibat perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi
dapat dilakukan dengan cara pemanasan, penambahan asam kuat dan basa kuat.
Daftar Pustaka
Harris, D. 2008. Ensiklopedi Unsur-Unsur Kimia. Jakarta: Kawan Pustaka.
Lee, J. D. 1991. Consice Inorganic Chemistry Fourth Edition. London: Champ & Hall.
Petrrucci, Ralph H. 1997. Kimia Dasar dan Prinsip Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Sugiyarto, Kristian H. 2003. JICA Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNY Press.
Sulastri, Siti. 2008. Transfer Muatan Ligan Pada Kompleks Logam. Yogyakarta : UNY.
Sunarya, Yayan dan Agus, Setiabudi. 2007. Mudah dna Aktif Belajar Kimia. Bandung:
Setia Purna Inves.
Svehla, G. 1990. VOGEL Bagian I “Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro” Ediasi ke lima. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III.
Jawaban Pertanyaan
1. Tulislah seluruh reaksi yang ada pada percobaan I sampai IV serta berikan perubahan
warnanya!
Jawab:
Percobaan I
A. Reaksi dengan NaOH 0,1 M
1. CrCl3 direaksikan dengan NaOH
a. Penambahan NaOH 0,1M
[Cr(H2O)6]3+ (aq)  + 3OH– (aq)[Cr(OH)3(H2O)3] (s)+ 3H2O (l)
Biru Kehitaman Endapan Hijau
b. Penambahan NaOH berlebih
[Cr(H2O)3(OH)3] (s) + 3OH- (aq) ↔ [Cr(OH)6]3- (aq) + 3H2O (l)
Endapan Hijau Larutan berwarna hijau

2. Mn(SO)4 direaksikan dengan NaOH


a. Penambahan NaOH 0,1M
[Mn(H2O)6]2+(aq)+ 2OH– (aq)[Mn(OH)2(H2O)4](s)+ 2 H2O (l)
Tak Berwarna Endapan Kekuningan
b. Penambahan NaOH berlebih
[Mn(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq)  [Mn(H2O)3(OH)3]- (s)
Endapan Kekuningan Endapan Coklat
3. Fe(NH3)2SO4 direaksikan dengan NaOH
a. Penambahan NaOH 0,1 M
[Fe(H2O6)]2+ (aq) + 2OH- (aq)[Fe(OH)2 (H2O)4](s) + 2H2O (l)
Tak berwarna Endapan Hijau Tua
b. Penambahan NaOH berlebih
[Fe(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq)  [Fe(H2O)3(OH)3]- (s)
Endapan Hijau Tua Endapan Hijau

4. FeCl3 direaksikan dengan NaOH


a. Penambahan NaOH 0,1 M
[Fe(H2O6)]3+ (aq) + 2OH- (aq)[Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 3H2O (l)
Kuning Endapan Coklat
b. Penambahan NaOH berlebih
[Fe(H2O)3(OH)3](s) + OH- (aq)  [Fe(H2O)2(OH)4]- (aq)
Endapan Coklat Larutan Berwarna Coklat

5. CoCl2 direaksikan dengan NaOH


a. Penambahan NaOH 0,1 M
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq)[Co(OH)2(H2O)4](s) + 2H2O (l)
Merah Muda Endapan Biru
b. Penambahan NaOH berlebih
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- (aq)  [Co(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Biru Endapan Merah Muda
6. NiCl2 direaksikan dengan NaOH
a. Penambahan NaOH 0,1 M
[Ni(H2O)6]2+(aq) + 2 OH- (aq)[Ni (OH)2(H2O)4](s) + 2H2O(l)
Hijau Endapan Hijau Muda
b. Penambahan NaOH berlebih
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH- (aq)  [Ni(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Hijau Muda Endapan Hijau

7. CuSO4 direaksikan dengan NaOH


a. Penambahan NaOH 0,1 M
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 2OH–(aq)  [Cu(H2O)4(OH)2](s) + 2H2O(l)
Biru Endapan Biru 
b. Penambahan NaOH berlebih
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq)  [Cu(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Biru Endapan Biru

8. ZnCl2 direaksikan dengan NaOH


a. Penambahan NaOH 0,1 M
[Zn(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq) [Zn(OH)2(H2O)2](s) + 2H2O(l)
Tidak berwarna Endapan Putih
b. Penambahan NaOH berlebih
[Zn(OH)2(H2O)2] (s) + OH–(aq)  [Zn(OH)3(H2O)3] (s)
Endapan Putih Larutan tak berwarna

[Zn(OH)2(H2O)2] [Zn(OH)3(H2O)3] (s)


B. Reaksi dengan NH4OH 2 M
1. CrCl3 direaksikan dengan Ammonia
a. Penambahan Ammonia 2M
[Cr(H2O)6]3+ (aq) + 3NH3 (aq)  [Cr(H2O)3(OH)3] (s) + 3NH4+
Biru Endapan Hijau
b. Penambahan Ammonia berlebih
[Cr(H2O)3(OH)3] (s) + 6NH3 (aq)[Cr(NH3)6]3+ (aq) + 6H2O (l)
Endapan Hijau Larutan Biru Keunguan

2. Mn(SO4) direaksikan dengan Ammonia


a. Penambahan Ammonia 2M
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + 2NH3 (aq)[Mn(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Tidak berwarna Endapan Putih Kekuningan
b. Penambahan Ammonia berlebih
[Mn(H2O)4(OH) 2] (s) + 6NH4+  [Mn(H2O)3(OH)3]- (s)
Endapan Putih Kekuningan Endapan Jingga
3. Fe(NH3)2SO4 direaksikan dengan Ammonia
a. Penambahan Ammonia 2M
[Fe(H2O6)]2+ (aq) + 2NH3 (aq)  [Fe(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Tidak berwarna Endapan Hijau
b. Penambahan Ammonia berlebih
[Fe(H2O)4(OH) 2] (s) + 6NH4+  [Fe(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Hijau Endapan Hijau Tua

4. FeCl3 direaksikan dengan Ammonia


a. Penambahan Ammonia 2M
[Fe(H2O6)]3+ (aq) + 2NH3 (aq)  [Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 2NH4+
Kuning Endapan Jingga
b. Penambahan Ammonia berlebih
[Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 6NH4+  [Fe(H2O)2(OH)4] (s)
Endapan Jingga Endapan Jingga Kemerahan

5. CoCl2 direaksikan dengan Ammonia


a. Penambahan Ammonia 2M
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2NH3 (aq)  [Co(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Merah Muda Endapan Hijau
b. Penambahan Ammonia berlebih
[Co(H2O)4(OH)2] (s) + 6NH3 (aq)  [Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Endapan Hijau Larutan C

6. NiCl2 direaksikan dengan Ammonia


a. Penambahan Ammonia 2M
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2 NH3 (aq)  [Ni(OH)2(H2O)4] (s) + 2NH4+
Hijau Endapan Hijau Muda
b. Penambahan Ammonia berlebih
[Ni(OH)2(H2O)4] (s) + 6NH3(aq) [Ni(NH3)6]2+(aq) + 6H2O (l)
Endapan Hijau Larutan Biru

7. CuSO4 direaksikan dengan Ammonia


a. Penambahan Ammonia 2M
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 4NH3 (aq)  [Cu(H2O)4(OH)2] (s)
Biru Endapan Biru Muda
b. Penambahan Ammonia berlebih
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) + 4NH3 (aq) [Cu(NH3)4]2+(aq) + 4H2O(l)
Endapan Biru Muda Larutan Biru Tua
8. ZnCl2 direaksikan dengan Ammonia
a. Penambahan Ammonia 2M
[Zn(H2O)4]2+(aq) + 4NH3(aq)  [Zn(OH)2(H2O)2] (s) +2NH4+
Tidak berwarna Endapan Putih
b. Penambahan Ammonia berlebih
[Zn(OH)2(H2O)2] (s) + 4NH3(aq)  [Zn(NH3)4]2+(aq) + 4H2O(l)
Endapan Putih Larutan Putih Keabu-abuan

C. Reaksi dengan NH4SCN 0,1 M (Svehla, 1990)


1. CrCl3 direaksikan dengan Ammonium Tiosianat
CrCl3 (aq) + NH4CNS (aq)  Cr[CNS]2+
Biru Biru jernih

NH4SCN Solution aquades solution

[Cr(H2O)6]3+ [Cr(SCN)]3+ CrCl3

2. Mn(SO4) direaksikan dengan Ammonium Tiosianat


Mn(SO4) (aq) + NH4CNS (aq)  Mn[CNS]+
Tak berwarna Tak berwarna

NH4SCN Solution aquades solution

[Mn(H2O)6]2+ [Mn(SCN)] + Mn(SO4)

3. Fe(NH3)2SO4 direaksikan dengan Ammonium Tiosianat


Fe(NH3)2SO4 (aq) + NH4CNS (aq)  [Fe(NH3)(CNS)4]2-
Tak berwarna Merah Kecoklatan

NH4SCN Solution aquades solution

[Fe(H2O)6]2+ NH4SCN Solution


[Fe(SCN)] + aquades solution
Fe(NH3)2SO4

[Mn(H2O)6]2+ [Mn(SCN)] + Mn(SO4)


NH4SCN Solution aquades solution
4. FeCl3 direaksikan dengan Ammonium Tiosianat
FeCl3 (aq) + NH4CNS 2+(aq)  [Fe(CNS)6]3+
[Mn(H2O)6] [Mn(SCN)] + Mn(SO4)
Kuning Merah Kecoklatan

NH4SCN Solution aquades solution


[Fe(H2O)6] [Fe(SCN)] FeCl3

5. CoCl2 direaksikan dengan Ammonium Tiosianat


CoCl2 (aq) + NH4CNS (aq)  [Co(CNS)6]4-
Merah Muda Merah Muda Jernih

NH 4SCN Solution aquades solution

[Co(H2O)6]2+ [Co(SCN)]2+ CoCl2

6. NiCl2 direaksikan dengan Ammonium Tiosianat


NiCl2 (aq) + NH4CNS (aq)  Ni[CNS]+
Hijau Hijau Muda

NH 4SCN Solution aquades solution

[Ni(H2O)6]2+ [Ni(SCN)]2+ NiCl2

7. CuSO4 direaksikan dengan Ammonium Tiosianat


CuSO4 (aq) + NH4CNS (aq)  [Cu(CNS)4(H2O)2]2-
Biru Hijau
NH 4SCN Solution aquades solution

[Cu(H2O)6]2+ [Cu(SCN)]2+ CuSO4

8. ZnCl2 direaksikan dengan Ammonium Tiosianat


ZnCl2 (aq) + NH4CNS (aq)  Zn[CNS]+
Tak berwarna Tak berwarna

2. Kompleks [Cr(H2O)4Cl2]2+ memiliki isomer. Buatlah struktur molekulnya dan


berilah nama!
Jawab:
Beberapa Isomer geometri (Cis dan Trans) dari [Cr(H2O)4(Cl)2]+ yaitu:

Anda mungkin juga menyukai