2. Mangan (Mn)
Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh.
Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air dingin perlahan-
lahan. Mangan digunakan untuk membentuk banyak alloy yang penting. Dalam
baja, mangan meningkatkan kualitas tempaan baik dari segi kekuatan,
kekerasan,dan kemampuan pengerasan. Dengan aluminum dan bismut,
khususnya dengan sejumlah kecil tembaga, membentuk alloy yang bersifat
ferromagnetik (Harris, D. 2008).
Logam mangan bersifat ferromagnetik setelah diberi perlakuan. Logam
murninya terdapat sebagai bentuk allotropik dengan empat jenis. Salah satunya,
jenis alfa, stabil pada suhu luar biasa tinggi; sedangkan mangan jenis gamma,
yang berubah menjadi alfa pada suhu tinggi, dikatakan fleksibel, mudah dipotong
dan ditempa. Reaksi-reaksi logam ion Mn (II) jika dalam bentuk larutan
MnSO4.4H2O sebagai berikut :
a. Reaksi dengan NaOH
[Mn(H2O)6]2+(aq)+ 2OH– (aq)[Mn(OH)2(H2O)4](s)+ 2 H2O (l)
Tak Berwarna Endapan Kekuningan
Penambahan NaOH berlebih, menjadi :
[Mn(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq) [Mn(H2O)3(OH)3]- (s)
Endapan Kekuningan Endapan Coklat
b. Reaksi dengan Amonia
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + 2NH3 (aq)[Mn(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+
Tidak berwarna Endapan Putih Kekuningan
Penambahan Ammonia berlebih
[Mn(H2O)4(OH) 2] (s) + 6NH4+ [Mn(H2O)3(OH)3]- (s)
Endapan Putih Kekuningan Endapan Jingga
Fe (III)
[Fe(H2O6)]3+ (aq) + 2NH3 (aq) [Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 2NH4+
Kuning Endapan Jingga
Penambahan Ammonia berlebih
[Fe(OH)3(H2O)3] (s) + 6NH4+ [Fe(H2O)2(OH)4] (s)
Endapan Jingga Endapan Jingga Kemerahan
c. Reaksi dengan Amonium Tiosianat
Fe (II)
Fe(NH3)2SO4 (aq) + NH4CNS (aq) [Fe(NH3)(CNS)4]2-
Tak berwarna Merah Kecoklatan
Fe (III)
FeCl3 (aq) + NH4CNS (aq) [Fe(CNS)6]3+
Kuning Merah Kecoklatan
4. Kobalt (Co)
Kobalt adalah logam berwarna abu-abu sperti baja, dan bersifat sedikit
magnetik. Ia melebur pada 1490℃. Logam ini mudah melarut dalam asam-asam
mineral encer (Svehla, 1990).
a. Reaksi dengan NaOH
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq)[Co(OH)2(H2O)4](s) + 2H2O (l)
Merah Muda Endapan Biru
Penambahan NaOH berlebih
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- (aq) [Co(H2O)3(OH)3] (s)
Endapan Biru Endapan Merah Muda
5. Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat
ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1445℃, dan besifat sedikit
magnetis. Reaksi-reaksi ion Ni(II) Jika dalam bentuk larutan NiCl 2.6H2O sebagai
berikut :
7. Zink (Zn)
Zink adalah logam yang putih-kebiruan, mudah ditempa, melebur pada suhu
410 ℃ dan mudah menididh pada 906 ℃ (SvehlA, 1990).
a. Reaksi dengan NaOH
[Zn(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq) [Zn(OH)2(H2O)2](s) + 2H2O(l)
Tidak berwarna Endapan Putih
Penambahan NaOH berlebih
[Zn(OH)2(H2O)2] (s) + OH–(aq) [Zn(OH)3(H2O)3] (s)
Endapan Putih Larutan tak berwarna
Jika Ni(II) direaksikan dengan EDTA akan membentuk Ni(II) EDTA berwarna
biru. Oleh karena itu nikel (II) sebagai atom pusat akan mengikat satu molekul
EDTA melalui ikatan koordinasi antara dua gugus amino dan empat gugus
karboksilat terhadap atom pusat sehingga membentuk struktur senyawa
Hasil
Reaksi :
Hasil
Reaksi :
Tabung 1: [Cr(H2O)6]3+ (aq) + 3 NH4OH (aq)→ [Cr(H2O)3(OH)3](s) + 3NH4+
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + 6NH3 → [Cr (NH3)6]3+(aq) +3OH-
Tabung2: [Mn(H2O)6]2+(aq) + 2 NH4OH (aq)→ [Mn(H2O)4(OH)2](s) + 2 NH4+
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Mn(NH3)4(H2O)2](s)
Tabung 3:[Fe(H2O)6]2+(aq) + NH3 Fe(H2O)4(OH)2](s)
[Fe(H2O)4(OH)2](s) + 6NH4+ [Fe(OH)3(H2O)3](s)
Tabung 4: [Fe(H2O)6]3+(aq) + 3 NH4OH(aq) → [Fe(H2O)3(OH)3](s) +3 NH4+
[Fe(H2O)3(OH)3](s) + NH3 [Fe(NH3 )2(OH)4](s)
Tabung 5: [Co(H2O)6]2+(aq) + 2NH4OH [Co(H2O)4(OH)2](s) + 2 NH4+
[Co(H2O)4(OH)2](s) + 4NH3OH → [Co(NH3)4(H2O)2]2+(aq) + 6 OH-
Tabung 6: [Ni(H2O)6]2+(aq) + 2NH4OH → [Ni(H2O)4(OH)2](s) +2NH4+ + H2O
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + 6NH4OH(aq)→[Ni(NH3)6]2+(aq) + 2OH-(aq)+
6H2O(l)
Tabung 7:[Cu(H2O)6]2+(aq) + 2NH4OH → [Cu(H2O)4(OH)2](s)+ 2NH4+
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + 8 NH4OH → 2 [Cu(H2O)2(NH3)4]2+(aq) +2OH-
Tabung 8: [Zn(H2O)6]2+(aq) + 2NH3OH [Zn(H2O)4(OH)2](s) + 2NH4+
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + 4NH4OH → [Zn(H2O)2(NH3)4]2+(aq) + 6 OH-
c. Reaksi dengan NH4CNS
Hasil
Reaksi :
Tabung 1: [Cr(H2O)6]3++6SCN-[Cr(H2O)5(SCN)6]2+(aq) + 6H2O
Tabung 2: [Mn(H2O)6]2++6SCN- [Mn(H2O)5(SCN)]+ (aq) + 6H2O
Tabung 3: [[Fe(H2O)6]2++6SCN- [Fe(H2O)5(SCN)]+ (aq) + 6H2O
Tabung 4: [Fe(H2O)6]3+ + 6SCN-[Fe(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O.
Tabung 5: [Co(H2O)6]2++ 6SCN-[Co(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Tabung 6: Ni(H2O)6]2++6SCN-[Ni(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Tabung 7: [Cu(H2O)6]2++6SCN-[Cu(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Tabung 8: [Zn(H2O)6]2++6SCN-[Zn(H2O)5(SCN)]+(aq) + 6H2O
Larutan Blanko
@ 1 mL CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2,
CuSO4 dan ZnCl2, yang konsentrasinya 0,1 M
Hasil
2. Pembentukan Ion Kompleks oleh Ion Logam Transisi
a. Kompleks Cr (III)
Hasil
Reaksi : CrCl3.6H2O + Na2C2O4 (s) [Cr(C2O4)3]3-
1 mL larutan Fe(II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dicatat warna larutannya
Ditambahkan 2-3 tetes 1,10 phenanthroline,
Diamati perubahan apakah yang anda amati Ion kompleks apakah yang
terbentuk
Hasil
Reaksi :
Fe(NO3)2+Air + 1,10 phenantroline [Fe(1,10phenanthroline)3]2+
Kemudian ketika direaksikan dengan 1,10-phenanthroline terbentuk senyawa
kompleks sebagai berikut:
Hasil
1 mL larutan
CoCl2 0,1 Mke dalam tabung reaksi.
Dimasukkan
Diamati perubahan warnanya
Hasil
Tabung 2
1 mL larutan CoCl2
Dimasukkan
0,1 M ke dalam tabung reaksi.
Ditambah sedikit laruta Na2EDTA
Dikocok
Diamati perubahan warnanya
Hasil
1 mL larutan
Dimasukkan
Ni (II) ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes ethylendiamin
Dikocok
Diamati perubahan warnanya
Hasil
1 mL larutan Ni (II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes dimethylgioksxime(DMG)
Dikocok
Diamati perubahan warnanya
Hasil
1 mL larutan Ni (II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes larutan Na2EDTA
Dikocok
Diamati perubahan warnanya
Hasil
e. Kompleks Cu (II)
Hasil
1 mL larutan CuSO4
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes larutan ethylenediamin
Dikocok
Diamati perubahan warnanya
Hasil
1 mL larutan CuSO4
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes larutan Na2EDTA
Dikocok
Diamati perubahan warnanya
Hasil
1 mL larutan FeSO4
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah 2-3 tetes larutan HNO3 pekat
Dipanaskan 1-2 menit
Dibiarkan larutan dingin
Ditambahkan larutan NaOH 2 M sedikit demi sedikit sampai
diperoleh endapan permanen
Hasil
Reaksi :
2Fe2+(aq) + 4H+(aq) + NO3-(aq) → 2Fe3+(aq) + NO(g) + 2H2O(l)
2Fe3+(aq) + NO2+(aq) + H2O(l) → [Fe(H2O)6]3+(aq)
[Fe(H2O)6]3+(aq) + NaOH(aq) → [Fe(H2O)3(OH)3](s)
b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+
Percobaan II
a. Kompleks Cr (III)
Warna padatan CrCl3.6H2O : hijau tua
Warna larutan CrCl3.6H2O : biru tua
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks yang Struktur Ion Kompleks
ditambahan yang Bereaksi terbentuk
ditambahkan
Na2C2O4 Larutan tidak + 20 tetes Na2C2O4 [Cr(C2O4)3]3- (aq)
berwarna Larutan berwarna biru
kehitaman
b. Kompleks Fe (II)
Warna padatan Ferro Sulfat : hjau
Warna larutan Ferro Sulfat : kuning
Garam Setelah Penambahan kristal 1,10 Rumus Ion Kompleks yang Struktur Ion Kompleks
phenanthroline terbentuk
FeSO4 + Air + 3 tetes [Fe(phe)3]2+ (aq)
Larutan berwarna jingga pekat
c. Kompleks Fe (III)
Warna padatan FeCl3 : kuning
Warna larutan FeCl3 : kuning
Larutan Garam Setelah penambahan Rumus Ion Kompleks Setelah penambahan Rumus Ion Kompleks yang
tetes demi tetes NH4CNS yang terbentuk Na2C2O4 terbentuk
FeCl3 + 3 tetes larutan berwarna [Fe(H2O)3(CNS)Cl2] +3 tetes [Fe(H2O)3(CNS)(C2O4)2]
coklat kemerahan Larutan berwarna coklat
kemerahan
Setelah penambahan NH4CNS berlebih warna larutan berwarna coklat kemerahan (++).
Struktur Ion kompleks [Fe(H2O)3(CNS)(C2O4)2]:
d. Kompleks Co (II)
Warna padatan CoCl2 : ungu
Warna larutan CoCl2 : merah muda
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks yang Struktur Ion Kompleks
ditambahan yang Bereaksi terbentuk
ditambahkan
Ethylendiamine Larutan tidak + 20 tetes [Co(H2O)4(en)]2+(aq)
berwarna Ethylendiamine
Larutan berwarna
jingga
Na2EDTA Larutan tidak + 15 tetes Na2EDTA [Co(EDTA)]2- (aq)
berwarna Larutan berwarna
merah muda (++)
e. Kompleks Ni (II)
Warna padatan NiCl2 : hijau terang
Warna larutan NiCl2 : hijau muda
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks Struktur Ion Kompleks
ditambahan yang Bereaksi yang terbentuk
ditambahkan
Ethylendiamine Larutan tidak Larutan berwarna biru [Ni(H2O)2(en)2]2+(aq)
berwarna
Dimetilglioksim Larutan tidak Larutan berwarna merah [Ni(H2O)4(DMG)]2+(aq)
berwarna muda
-
Na2EDTA Larutan tidak Larutan berwarna biru [Ni(EDTA)]2-
berwarna muda
f. Kompleks Cu (II)
Warna padatan CuSO4.5H2O : biru muda
Warna larutan CuCl2.2H2O : biru muda
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks Struktur Ion Kompleks
ditambahan
yang Bereaksi yang terbentuk
ditambahkan
Ethylendiamine Larutan tidak Larutan berwarna biru tua [Cu(en)3]2+
+ 10 tetes
berwarna
Percobaan III
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Warna padatan ferro sulfat : Kristal berwarna hijau
Warna larutan ferro sulfat : kuning pudar
Perlakuan Pengamatan Setelah Bereaksi Rumus Ion Kompleks yang terbentuk
Penambahan HNO3 pekat 3 tetes Larutan berwarna kuning pudar 2Fe2+(aq) + 4H+(aq) + NO3-(aq) → 2Fe3+(aq) + NO(g) + 2H2O(l)
Pemanasan 1-2 menit Larutan berwarna kuning pudar 2Fe3+(aq) + NO2+(aq) + H2O(l) → [Fe(H2O)6]3+(aq)
Penambahan bijih Zn
+ ¿→3 Zn ¿
Cr 2 O2−¿+3
7
Zn+14 H ¿
abu-abu
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) +
Penambahan HCl pekat Larutan berwarna hijau pekat
7H2O(aq)
Pemanasan Larutan berwarna hijau pekat [Cr(H2O)3(Cl)]+
Penambahan HNO3 setelah perubahan Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) +
Larutan berwarna hijau
warna akhir (40 tetes) 7H2O(aq)
IX. Analisis dan Pembahasan
Praktikum yang telah dilakukan pada hari Senin tanggal 28 Oktober 2019 di
Laboratorium Kimia Anorganik Unesa, berjudul “Reaksi-Reaksi Ion Logam Transisi”.
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi,
mengenal pembentukan ion kompleks logam transisi dan mengamati perubahan warna
karena perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi. Logam transisi
merupakan unsur golongan B yang mempunyai orbital d yang belum terisi penuh
dengan elektron, kecuali golongan IIB (Zn, Cd, dan Hg) berisi penuh sepuluh elektron
(Lee, J. D. 1991). Sebelum melakukan praktikum, alat dan bahan yang akan digunakan
dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah itu alat-alat tersebut dicuci dan sibersihkan agar
steril dan tidak ada kontaminan yang mempengaruhi hasil praktikum. Praktikum ini
terdiri dari 3 sub-judul, antara lain:
Percobaan I
Percobaan 1 bertujuan untuk mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi yaitu
pergeseran kesetimbangan reaksi dengan adanya pertukaran ligan saat pereaksi
ditambahkan dan saat pereaksi ditambahkan secara berlebih. Pereaksi yang digunakan
adalah NaOH, NH4OH, dan NH4CNS. Pada percobaan ini larutan yang digunakan
adalah CrCl3, (Mn)SO4, Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2, CuSO4, dan ZnCl2 dengan
konsentrasi 0,1M.
a. Reaksi Ion Logam Transisi dengan Larutan NaOH 1 M
Prinsip dasar pada reaksi ion logam transisi dengan larutan basa (NaOH) adalah
ion hidroksida pada NaOH dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan
kemudian melekat pada ion logam. Langkah pertama yang dilakukan yakni
mengambil larutan CrCl3 larutan berwarna biru kehitaman, (Mn)SO4 larutan tidak
berwarna, Fe(NH3)2SO4 larutan berwarna kuning kecoklatan, FeCl3 larutan berwarna
jingga, CoCl2 larutan berwarna merah muda (++), NiCl2 larutan berwarna hijau muda
(++), CuSO4 larutan berwarna biru muda (++), dan ZnCl 2 larutan tidak berwarna
dengan konsentrasi 0,1M sebanyak 1 mL, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berbeda. Percobaan ini akan menunjukkan hidroksida logam manakah yang
bersifat amfoter dan logam yang bersifat hidroksokompleks, dari delapan larutan
tersebut. Hidroksida amfoter yang terbentuk berupa endapan dari hidroksida logam,
sedangkan pembentukan hidroksida kompleks ditandai dengan larutnya endapan dari
penambahan basa berlebih.
1) Garam CrCl3
Larutan CrCl3 merupakan larutan berwarna biru kehitaman, dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan
tidak berwarna) tetes demi tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu
menghasilkan endapan biru kehijauan. Penambahan NaOH berfungsi sebagai
penyedia ligan hidroksida. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida
amfoter. Persamaan reaksi yang terjadi yakni :
Hasil percobaan yang diperoleh tidak sesuai dengan teori, dimana endapan
berwarna coklat yang dihasilkan seharusnya berwarna hijau tua. Hal ini
dikarenakan larutan Fe(NH3)2SO4 telah dibuat beberapa hari sebelum praktikum
dilakukan, penyebab lain yaitu larutannya sudah teroksidasi karena pengaruh
cahaya saat ditambahkan dengan NaOH, selain itu adanya kontaminan dalam
larutan juga menyebabkan hasil yang tidak sesuai dengan teori.
4) Garam FeCl3
Larutan FeCl3 berwarna jingga dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1
mL. Lalu ditambahkan 5 tetes NaOH (larutan tidak berwarna) tetes demi tetes
menghasilkan larutan berwarna jingga (+), Penambahan NaOH berfungsi sebagai
penyedia ligan hidroksida. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
[Fe(H2O6)]3+ (aq) + 2OH- (aq) [Fe(H2O)4(OH)2]+(aq) + 3H2O (l)
Kuning larutan jingga (+)
Setelah itu larutan yang diperoleh ditambahkan dengan NaOH berlebih.
Penambahan NaOH berlebih hingga 5 tetes memberikan perubahan yang
signifikan yaitu terbentuknya endapan berwarna jingga dan larutan jingga (++),
endapan tersebut menandakan bahwa telah terjadi pembentukan hidroksida
amfoter yang sempurna, persamaan reaksi yang terjadi yakni :
[Fe(H2O)4(OH)2]+(aq) + OH- (aq) [Fe(OH)3(H2O)3] (s)
Larutan jingga (+) Endapan jingga (++)
Dalam hal ini, amonia berperan sebagai ligan yang menggantikan ligan pergi
H2O untuk menghasilkan ion heksaaminkrom (III). Endapan yang larut setelah
penambahan amonia berlebih menandakan bahwa terbentuk hidroksokompleks
yang sempurna.
7) Garam CuSO4
Garam CuSO4 berupa larutan berwarna biru muda (++), dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Lalu ditambahkan 5 tetes larutan NH4OH (larutan tak berwarna)
setetes demi setetes, menghasilkan larutan berwarna biru (+) dan endapan biru.
Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Dalam jumlah yang
sedikit amonia berperan sebagai basa, yang menyebabkan ion hidrogen tertarik
oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion hidroksida untuk menghasilkan
kompleks netral yang sama. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa
penambahan larutan amonia dalam jumlah yang sedikit akan menghasilkan
endapan biru suatu garam basa (Svehla, 1990). Persamaan reaksinya yakni :
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 4NH3 (aq) [Cu(H2O)4(OH)2] (s)
Biru Endapan Biru Muda
Selanjutnya endapan yang terbentuk ditambahkan dengan amonia berlebih.
Penambahan amonia berlebih hingga 10 tetes, menghasilkan larutan berwarna biru
kehijauan dan endapan sedikit larut. Berdasarkan teori endapan ini dapat larut
dalam reagensia berlebihan, pada mana terjadi warna biru tua, yang disebabkan
oleh terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II) (Svehla, 1990). Endapan
yang terbentuk dari penambahan amonia berlebih menandakan bahwa telah terjadi
pembentukan hidroksida amfoter. Persamaan reaksinya yaitu :
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) + 4NH3 (aq) [Cu(NH3)4]2+(aq) + 4H2O(l)
Endapan Biru Muda Larutan Biru Tua
2 mL CrCl3 ditambahNa2C2O4
b. Kompleks Fe (II) dan Fe (III)
Kompleks Fe (II)
Langkah pertama yaitu mengambil 1 mL larutan FeSO 4 berwarna kuning, lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 3 tetes 1,10
phenontroline dihasilkan larutan berwarna jingga pekat. Perubahan warna tersebut
disebabkan oleh terjadinya pergantian ligan (SO4)2- oleh molekul phenantroline
sebanyak 6 molekul dari larutan phenantroline sehingga terbentuk ion kompleks
[Fe(phe)3]2+, persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
FeSO4+Air + 1,10 phenantroline [Fe(1,10phenanthroline)3]2+
Sebelum penambahan setelah penambahan 1,10 phenontroline
Kompleks Fe (III)
Langkah pertama yaitu mengambil 1 mL larutan FeCl 3 berwarna jingga, lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 2 tetes larutan
NH4CNS dihasilkan larutan berwarna coklat kemerahan (+). Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan jika ditambahkan larutan amonium tiosulfat, akan ada
pewarnaan merah darah yang ditimbulkan karena terbentuknya suatu kompleks
(Sugiarto, 2006). Penambaha larutan NH4CNS berfungsi untuk memberikan
warna gelap pada larutan yang mengandung [Fe(CNS)]2+, persamaan reaksi yang
terjadi yaitu :
FeCl3 (aq) + 3NH4CNS (aq) → [Fe(CNS)Cl2(H2O)3]
Setelah itu ditambahkan larutan NH4CNS berlebih hingga 10 tetes lalu dikocok
menghasilkan larutan berwarna coklat kemerahan (++).
c. Kompleks CO (II)
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL larutan CoCl 2 0,1M
berwarna merah muda dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi yaitu tabung reaksi 1
dan tabung reaksi 2.
Tabung reaksi 1
Tabung reaksi 1 berisi 1 mL larutan CoCl 2 0,1M lalu ditambahkan 15 tetes
etilendiamin (larutan tak berwarna), menghasilkan larutan berwarna jingga.
Perubahan warna ini menunjukkan adanya pembentukan senyawa kompleks,
dimana Co sebagai atom pusat dan etilendiamin sebagai ligan. Satu ligan
etilendiamin dapat menggantikan 2 ligan H2O pada CoCl2, karena etilendiamin
merupakan ligan bidentat yag dapat mendonorkan 2 pasang elektron pada logam.
Sehingga terbentuk senyawa kompleks [Co(H2O)4(en)]2+, reaksi yang terjai dapat
dijelaskan dalam persamaan reaksi berikut :
CoCl2 (aq) + etilendiamin → [Co(H2O)4(en)]2+
Struktur senyawa kompleks yang terbentuk yaitu :
Tabung 1
Tabung reaksi 2
Tabung reaksi 2 berisi 1 mL larutan CoCl 2 0,1M lalu ditambahkan 15 tetes
Na2EDTA (larutan tak berwarna), menghasilkan larutan berwarna merah muda (+).
Perubahan warna ini menunjukkan adanya pembentukan senyawa kompleks,
dimana Co sebagai atom pusat dan EDTA sebagai ligan. EDTA merupakan ligan
kuat yang mampu menggantikan 2 molekul Cl-.. Satu ligan EDTA dapat
menyumbangkan 6 pasang elektron sekaligus kepada logam meskipun bilangan
oksidasinya 4, karena gugus amin (N) pada EDTA juga menyumbangkan 2 pasang
elektron. Kompleks kobalt dalam percobaan ini memiliki bilangan koordinasi 6.
Sehingga terbentuk senyawa kompleks [Co(EDTA)]2-, reaksi yang terjadi dapat
dijelaskan dalam persamaan reaksi berikut :
CoCl2 (aq) + Na2EDTA → [Co(EDTA)]2-
Oksidas
Selanjutnya didiamkan dan diamati warnannya. Setelah itu ditambahkan setets
demi setetes larutan HNO3 pekat hingga 40 tetes sambil dikocok, menghasilkan
larutan berwarna hijau. Penambahan ini secara teori akan mereduksi Cr3+ menjadi
Cr2+ seperti dijelaskan pada reaksi berikut :
Secara teori, warna ion Cr2+ dalam larutan adalah biru. Sedangkan hasil yang
didapatkan setelah penambahan HNO3 pekat adalah warna hijau dimana warna hijau
merupakan warna ion Cr3+. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ion Cr2+ tidak stabil
dan mudah teroksidasi menjadi Cr3+ dan ion Cr6+ lebih stabil daripada ion Cr3+ dalam
larutan.