E. DASAR TEORI
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang
berasal dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang digunakan
sebagai pembersih dapat berwujud padat (keras), lunak dan cair. Sabun
adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair
dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali
yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan
natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair
menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis
minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan.
Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak
kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun. Di pasaran, sabun padat
lebih sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya, selain harganya
lebih ekonomis dibandingkan dengan sabun mandi jenis lain, kandungan
gliserinnya pun tidak banyak hilang. Kadar gliserin pada sabun umumnya
berkisar antara 4-20%.Biasanya sabun yang beredar dipasaran kandungan
gliserinnya telah banyak diambil untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan biodiesel, bahan kosmetik, obat-obatan, dan pasta gigi. Gliserin
1
atau gliserol (C3H5(OH)3) merupakan hasil samping reaksi saponifikasi
yaitu reaksi pembentukan sabun. Fungsi dari gliserin pada sabun adalah
untuk melembabkan kulit.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon
panjang plus ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik
dan larut dalam zat-zat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik
dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul
sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun
sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles),
yakni segerombol (50 - 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap ke air.
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak
ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi
lemak atau minyak menggunakan larutan alkali dengan membebaskan
gliserol. Lemak atau minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani,
minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.Pada saat ini teknologi sabun
telah berkembang pesat.Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi
dapat diperoleh dengan mudah di pasaran seperti sabun mandi, sabun cuci
baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun
yang digunakan dalam industri.Semua minyak atau lemak pada dasarnya
dapat digunakan untuk membuat sabun.Sifat-sifat sabun yang dihasilkan
ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam lemak yang
digunakan.Komposisi asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun
dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang
rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaannya karena
dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari
18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan
busa. Terlalu besar bagian asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang
mudah teroksidasi bila terkena udara. (Gusviputri, 2013)
1. Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon,
= sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa romawi
2
kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan
campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad ke-16 dan ke-17 di
Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Penggunaan sabun
meluas menjelang abad ke-19. Trigliserida akan direaksikan dengan alkali
(sodium hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus
karboksilat dan atom karbon pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut
“saponifikasi”. Atom oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium
hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air.
Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun,
sedagkan gugus OH dalam hidroksida akan berkaitan dengan molekul
gliserol, apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi
saponifikasi dinyatakan selesai.
3
2. Bahan Baku Sabun
a) Minyak atau Lemak
Minyak dan lemak mengandung asam lemak dan trigliserida yang
dapat digunakan dalam pembuatan sabun. Asam lemak merupakan asam
lemah, yang di dalam air akan terdisosiasi sebagian. Sementara
trigliserida merupakan komponen utama minyak dan lemak yang terdiri
dari kombinasi berbagai macam asam lemak yang terikat dengan gugus
gliserol disebut asam lemak bebas. Asam lemak terdiri dari dua bagian,
yaitu yaitu gugus hidroksil dan rantai hidrokarbon yang berikatan
dengan gugus karboksil. Asam lemak juga merupakan komponen
minyak/lemak yang digunakan untuk pembuatan sabun. Umumnya asam
lemak berfase cair atau padat pada suhu ruang (27°C). Semakin panjang
rantai karbon penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga
semakin sukar larut. Asam lemak dapat bereaksi dengan senyawa lain
membentuk persenyawaan lipida
Asam lemak dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan
ikatan rangkapnya, yaitu asam lemak jenuh (saturated) dan asam lemak
tidak jenuh (unsaturated). Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang
tidak memiliki ikatan rangkap, sedangkan asam lemak tidak jenuh
memiliki satu ikatan rangkap atau lebih. Asam lemak tidak jenuh yang
memiliki satu ikatan rangkap dinamakan Mono Unsaturated Fatty Acid
(MUFA) dan asam lemak tidak jenuh yang memiliki dua atau lebih
ikatan rangkap dinamakan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA)
Setiap jenis asam lemak memberikan sifat yang berbeda dalam
sabun yang terbentuk. Asam laurat dan palmitat dapat ditemukan pada
minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang merupakan bahan baku
yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun. Asam oleat dan stearat
yang ditemukan dominan pada minyak atau lemak hewani, dan
memberikan sifat melembabkan (moisturizing). Asam palmitat dan
stearat memberikan sifat mengeraskan/ memadatkan sabun dan
menghasilkan busa yang stabil dan lembut.
4
Palm Oil (minyak kelapa sawit). Umumnya digunakan sebagai
pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan
buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan
karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan
terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit
akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus
dicampur dengan bahan lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa). Merupakan minyak nabati yang
sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa
berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah
yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam
lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa
tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa
juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
(Priani, 2010)
b) NaOH
Senyawa alkali merupakan garam terlarut dari logam alkali
seperti kalium dan natrium. Alkali digunakan sebagai bahan kimia yang
bersifat basa dan akan bereaksi serta menetralisir asam.. NaOH banyak
digunakan dalam pembuatan sabun padat karena sifatnya yang tidak
mudah larut dalam air. NaOH atau kaustik soda adalah senyawa alkali
dengan berat molekul 40 yang berbentuk padat dan berwarna putih,
dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Kristal NaOH merupakan zat
yang bersifat hidroskopis sehingga harus disimpan pada tempat yang
tertutup rapat untuk mengurangi konsentrasi basa yang diperlukan
NaOH merupakan salah satu jenis alkali, baik KOH ataupun
NaOH harus dilakukan dengan takaran yang tepat. Apabila terlalu pekat
atau lebih, maka alkali bebas tidak berikatan dengan trigliserida atau
asam lemak akan terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan iritasi pada
kulit. Sebaiknya apabila terlalu encer atau jumlahnya terlalu sedikit,
5
maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas yang
tinggi, asam lemak bebas pada sabun dapat mengganggu proses emulsi
sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan (Priani, 2010).
c) Asam Stearat
Asam stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu
banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun
tidak keras. (Priani, 2010).
d) Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak
nabati dengan air. Gliserin merupakan humektan sehingga berfungsi
sebagai pelembab pada kulit. Penggunaan GMS dapat menghasilkan
emulsi yang stabil tanpa meninggalkan bekas licin atau berminyak. Bila
bahan ini sulit dicari dapat digantikan dengan CMC (Carboxy Methyl
Celulose) (Priani, 2010).
e) Alkohol
Alkohol adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun sehingga
sabun menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun
harus benar-benar larut. (Priani, 2010).
f) Pewangi dan Pewarna
Parfum merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk
kosmetik dengan tujuan menutupi bau yang tidak enak dari bahan lain
dan untuk memberikan wangi yang menyegarkan tergadap pemakainya.
Jumlah parfum yang ditambahkan tergantung selera tetapi biasanya
0,05-2 % untuk campuran sabun. Sedangkan pewarna digunakan untuk
membuat produk yang lebih menarik. (Priani, 2010).
3. Bilangan Asam
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam
minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam
juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak.
Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam
minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat
6
pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk
kebanyakan bahan lipid
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N
yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam
satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 2008). Bilangan asam didefinisikan
sebagai jumlah KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas
yang terdapat dalam 1 gram minyak. Dimana angka asam ini menunjukkan
banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak.
Minyak dan lemak dalam alkohol eter dan diberi indikator, dititrasi dengan
larutan standar. Perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya
bilangan asam dari kemurnian dan lama produksi dari minyak atau lemak
tadi. Minyak atau lemak dengan pemurnian yang baik dan masa produksi
yang masih baru bilangan asamnya rendah dimana belum terkontaminasi.
(Girindra, 1993).
Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang
berasal dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang
baik. Makin tinggi angka asam maka makin rendah kualitasnya.
4. Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak dan lemak. Bilangan
penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan
1 g lemak. Untuk menetralkan 1 molekul gliserida diperlukan 3 molekul
alkali. Pada trigliserida dengan asam lemak yang rantai C-nya pendek, akan
didapat bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada asam lemak dengan
rantai C panjang. Mentega yang kadar butiratnya tinggi mempunyai
bilangan penyabunan yang paling tinggi (Kataren, 2008).
7
F. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat :
1. Tabung reaksi 9 buah
2. Gelas ukur 10 mL 1 buah
3. Pipet tetes 10 buah
4. Neraca analitik 1 buah
5. Gelas kimia 250 mL 2 buah
6. Pengaduk 1 buah
7. Pembakar spiritus 1 buah
8. Kasa 1 buah
9. Kaki tiga 1 buah
10. Termometer 1 buah
11. Vial 20 buah
12. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
13. Erlenmeyer 125 mL 1 buah
14. Cetakan 3 buah
15. Statif dan klem 1 set
16. Buret 50 mL 1 buah
17. Refluks 1 buah
18. Selang 1 buah
Bahan :
1. Aquades secukupnya
2. Minyak kelapa 10 gram
3. Minyak curah 10 gram
4. Minyak sawit 10 gram
5. Asam stearat 3 gram
6. Kristal NaOH 4,2 gram
7. Gliserin 12 gram
8. Alkohol 36 gram
9. Minyak bibit (parfum) secukupnya
10. Minyak zaitun 3 mL
8
11. Etanol 25 mL
12. Indikator Fenolftalein 15 tetes
13. Larutan KOH secukupnya
14. Larutan HCl secukupnya
9
G. ALUR PERCOBAAN
1. Pembuatan larutan NaOH
Larutan NaOH
2. Pembuatan sabun
a. Minyak kelapa
Sabun
10
b. Minyak curah
Sabun
c. Minyak sawit
Larutan sabun
3 mL aquades
Tabung 1 Tabung 2
12
b. Minyak curah
3 mL aquades
Tabung 1 Tabung 2
c. Minyak sawit
3 mL aquades
Tabung 1 Tabung 2
13
5. Bilangan asam
a. Minyak kelapa
Bilangan Asam
b. Minyak sawit
Bilangan Asam
c. Minyak curah
5 gram Minyak Sawit
Bilangan Asam
14
6. Bilangan Penyabunan
a. Minyak kelapa
Bilangan Penyabunan
b. Minyak sawit
Bilangan Penyabunan
c. Minyak curah
Bilangan Penyabunan
15
H. HASL PENGAMATAN
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
1. Pembuatan larutan NaOH Lempengan NaOH + aquades NaOH (s) + H2O (l) Tingkat kekerasan
1,4 gram NaOH NaOH larutan tidak NaOH (aq) sabun yaitu sabun
berwarna berwarna dari minyak kelapa
1. Dilarutkan dalam 2,3 ml air (reaksi
putih NaOH + aquades < minyak sawit <
akan menghasilkan panas)
Aquades terjadi reaksi minyak curah
2. Dibiarkan sampai larutan NaOH
tidak eksoterm
(hangat)
berwarna
Larutan NaOH
16
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
2. Pembuatan sabun (minyak kelapa) Minyak Asam stearat + Minyak yang direaksikan Dari percobaan
1 gram asam stearat kelapa tidak minyak kelapa dengan suatu basa alkali yang dilakukan
berwarna tidak larut
1. Dimasukkan dalam 10 gram minyak seperti NaOH atau KOH dapat disimpulkan
Asam Setelah dipanaskan
kelapa stearat larut & berwarna yang disebut reaksi bahwa : reaksi
2. Dipanaskan sampai suhu 70℃ sampai berwarna putih saponifikasi akan terbentuk saponifikasi
mencair seluruhnya putih Lalu ditambah
sabun (Poedjiadi, 2007) menghasilkan
Warna Kecoklatan Alkohol larutan NaOH
tidak menggumpal & produk berupa
3. Dibiarkan sampai suhu 50℃
berwarna berwarna putih sabun sebagai
4. Ditambah larutan NaOH
Gliserin Lalu ditambah produk utama dan
5. Diaduk
tidak alkohol &gliserin
6. Ditambah 12 gr alkohol gliserol sebagai
berwarna tidak larut
7. Ditambah 4 gr gliserin
Larutan Dipanaskan lagi produk samping
8. Dipanaskan dan diaduk sampai
NaOH tidak menjadi larut
terbentuk larutan jernih
berwarna berwarna putih
9. Dibiarkan agak dingin
10. Ditambah 1 ml minyak zaitun Minyak Ditambah minyak
11. Diberi pewarna + parfum zaitun tidak zaitun & parfum
12. Dituang kecetakan sebelum memadat berwarna larutan kental
13. Dibiarkan sampai memadat Parfum berwarna putih
tidak Dicetak &
Sabun berwarna memadat
17
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
Pembuatan sabun (minyak curah) Minyak Asam stearat +
curah minyak curah tidak
1 gram asam stearat
berwarna larut
1. Dimasukkan dalam 10 gram minyak kuning (++) Setelah dipanaskan
curah Asam larut & berwarna
2. Dipanaskan sampai suhu 70℃ sampai stearat kuning
mencair seluruhnya berwarna Dalam suhu 50oC
Warna Kecoklatan putih ditambah larutan
Alkohol & NaOH + alkohol +
3. Dibiarkan sampai suhu 50℃
gliserin gliserin terdapat
4. Ditambah larutan NaOH tidak gumpalan tidak
5. Diaduk berwarna larut berwarna
6. Ditambah 12 gr alkohol
Larutan kuning
7. Ditambah 4 gr gliserin
NaOH tidak Dipanaskan lagi
8. Dipanaskan dan diaduk sampai
berwarna menjadi larut
terbentuk larutan jernih
Minyak berwarna kuning
9. Dibiarkan agak dingin
zaitun tidak Ditambah minyak
10. Ditambah 1 ml minyak zaitun
berwarna zaitun & parfum
11. Diberi pewarna + parfum
Parfum larutan kental
12. Dituang kecetakan sebelum memadat
tidak berwarna kuning
13. Dibiarkan sampai memadat
berwarna Dicetak &
Sabun memadat
18
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
Pembuatan sabun (minyak sawit) Minyak Asam stearat +
19
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
NaOH tidak menjadi larut
berwarna berwarna kuning
Minyak Ditambah minyak
zaitun tidak zaitun & parfum
berwarna larutan kental
Parfum berwarna kuning
tidak Dicetak &
berwarna memadat
Larutan sabun
20
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
4. Sifat emulsi sabun (minyak kelapa) Aquades Minyak kelapa + Berdasarkan teori emulsi Dari percobaan
3 mL aquades tidak aquades = tidak yang terjadi pada tabung 1 yang telah
1. ditambah 5 tetes minyak kelapa berwarna berwarna (aquades, minyak, larutan dilakukan dapat
2. dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Minyak Larutan sabun + sabun) lebih lama daripada disimpulkan :
kelapa tidak minyak kelapa + emulsi yang terjadi pada Waktu pemisahan
Tabung 1 Tabung 2
berwarna aquades = tidak tabung 2 (aquades dan minyak curah :
1. Ditambah 2 mL 1. Tidak ditambah
larutan sabun larutan sabun Larutan berwarna minyak) 32 detik, minyak
2. Dikocok kuat 2. Dikocok kuat sabun Setelah dikocok Semakin lama terjadinya kelapa : 19 detik,
sampai mendapat sampai mendapat minyak sawit : 9
berwarna tabung 1 & 2 emulsi maka semakin bagus
emulsi emulsi
3. Didiamkan putih terdapat 2 lapisan kualitas sabun, detik, urutannya
3. Didiamkan
4. Diamati 4. Diamati Waktu yang kelapa > sawit > curah Curah > kelapa >
5. Dicatat waktu 5. Dicatat waktu sawit (tidak
dibutuhkan untuk
yang diperlukan yang diperlukan
memisah sesuai teori)
terjadinya terjadinya
pemisahan pemisahan Tabung 1 : 19 s Berdasarkan teori
Tabung 2 : 5 s urutannya kelapa
Pemisahan Pemisahan antara
antara lapisan lapisan minyak > sawit > curah
minyak dan air dan air
21
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
Sifat emulsi sabun (minyak curah) Aquades Minyak curah +
3 mL aquades tidak aquades =
1. ditambah 5 tetes minyak curah berwarna berwarna kuning
2. dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Minyak Larutan sabun +
curah minyak curah +
Tabung 1 Tabung 2
berwarna aquades =
1. Ditambah 2 mL 1. Tidak ditambah
kuning berwarna kuning
larutan sabun larutan sabun
2. Dikocok kuat 2. Dikocok kuat Larutan Setelah dikocok
sampai mendapat sampai mendapat sabun tabung 1 & 2
emulsi emulsi
kental terdapat 2 lapisan
3. Didiamkan 3. Didiamkan
4. Diamati 4. Diamati berwarna Waktu yang
5. Dicatat waktu 5. Dicatat waktu kuning dibutuhkan untuk
yang diperlukan yang diperlukan
memisah
terjadinya terjadinya
pemisahan pemisahan Tabung 1 : 32 s
Tabung 2 : 10 s
Pemisahan Pemisahan antara
antara lapisan lapisan minyak
minyak dan air dan air
22
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
Sifat emulsi sabun (minyak sawit) Aquades Minyak sawit +
23
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
5. Bilangan asam (minyak kelapa) Minyak Minyak kelapa + Semakin tinggi bilangan Dari percobaan
kelapa tidak etanol tidak larut asam maka semakin rendah yang dilakukan
5 gram Minyak Kelapa
berwana Minyak kelapa + kualitas sabun dapat disimpulkan
1. Dimasukan dalam Erlenmeyer Etanol tidak etanol + indikator bahwa : bilangan
2. Ditambahkan etanol 25 ml berwarna PP tidak berwarna asam minyak curah
3. Ditambahkan 5 tetes indikator PP
Indikator Setelah dititrasi paling tinggi
4. Dititrasi dengan larutan standart sebesar14,56 lalu
PP tidak dengan KOH
KOH 0,1 N minyak kelapa
berwarna berwarna merah
5. Dicatat volume yang dibutuhkan
Larutan muda lembut sebesar 4,256 dan
6. Dihitung Bilangan Asam
KOH tidak Volume KOH yang terakhir
mL sebesar 2,8.
24
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
Bilangan asam (minyak sawit) Minyak Minyak sawit + C17H35-COOH(l) + Karena dalam teori
sawit etanol tidak larut KOH(aq) C17H35 - urutan bilangan
5 gram Minyak sawit
berwana Minyak sawit + COOK(aq) + H2O(l) asam dari minyak
1. Dimasukan dalam Erlenmeyer curah > minyak
kuning etanol + indikator
2. Ditambahkan etanol 25 ml
Etanol tidak PP berwarna sawit > minyak
3. Ditambahkan 5 tetes indikator PP kelapa
berwarna kuning lembut
4. Dititrasi dengan larutan standart
Indikator Setelah dititrasi
KOH 0,1 N
PP tidak terdapat 2 lapisan
5. Dicatat volume yang dibutuhkan
berwarna berwarna kuning
6. Dihitung Bilangan Asam
Larutan lembut dan merah
Bilangan Asam KOH tidak muda lembut
berwarna Volume KOH
yang diperlukan 25
mL
Bilangan asam
minyak sawit = 2,8
25
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
Bilangan asam (minyak curah) Minyak Minyak curah + C17H15-COOH(l) +
26
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
6. Bilangan penyabunan (minyak kelapa) Minyak Minyak kelapa + Semakin tinggi bilangan Dari percobaan
kelapa tidak KOH beralkohol penyabunan maka semakin yang dilakukan
2 gram Minyak Kelapa
berwarna tidak larut baik kualitas sabun dapat disimpulkan
1. Dimasukan dalam erlenmeyer
Larutan Larutan direfuks Urutan kualitas sabun bahwa : bilangan
2. Ditambahkan 25 ml larutan KOH
KOH selama 30 menit berdasarkan tinggi bilangan penyabunan paling
0,5 N beralkohol
beralkohol Setelah direfluks + penyabunan tinggi yaitu minyak
3. Campuran direfluks 30 menit
tidak indikator PP Minyak kelapa curah sebesar
4. Ditambahkan indikator PP 5 tetes
berwarna berwarna kuning Minyak sawit 314,812 lalu
5. Dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N
Larutan (+) inyak curah minyak sawit
7. Dihitung bilangan Penyabunan
HCl tidak Dititrasi dengan sebesar 246,315 dan
Bilangan Penyabunan berwarna yang terakhir
HCl menjadi tidak
Indikator berwarna minyak kelapa
27
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
Bilangan penyabunan (minyak sawit) Minyak Minyak sawit + C17H15 – COOK (l) + KOH tinggi yaitu minyak
sawit KOH beralkohol (aq) → C17H35 – COOK kelapa lalu minyak
2 gram Minyak sawit
berwarna tidak larut (aq)+ H2O(l) sawit dan yang
1. Dimasukan dalam erlenmeyer
kuning Larutan direfuks C17H15 – COOK (l) + HCl terakhir minyak
2. Ditambahkan 25 ml larutan KOH
Larutan selama 30 menit (aq) → C17H35 – COOH curah
0,5 N beralkohol
KOH berwarna kuning (aq)+ KCl(aq)
3. Campuran direfluks 30 menit
beralkohol (+++)
4. Ditambahkan indikator PP 5 tetes
tidak Setelah direfluks +
5. Dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N
berwarna indikator PP
6. Dihitung bilangan Penyabunan
Larutan berwarna kuning
Bilangan Penyabunan HCl tidak (+++)
berwarna Dititrasi dengan
Indikator HCl menjadi tidak
PP tidak berwarna
berwarna Volume HCl = 27
mL
28
Perc- Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
ke Sebelum Sesudah
Bilangan penyabunan (minyak curah) Minyak Minyak curah +
curah KOH beralkohol
2 gram Minyak curah
berwarna tidak larut
1. Dimasukan dalam erlenmeyer kuning Larutan direfuks
2. Ditambahkan 25 ml larutan KOH
Larutan selama 30 menit
0,5 N beralkohol
KOH berwarna kuning
3. Campuran direfluks 30 menit
beralkohol Setelah direfluks +
4. Ditambahkan indikator PP 5 tetes
tidak indikator PP
5. Dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N
berwarna berwarna kuning
6. Dihitung bilangan Penyabunan
Larutan (++++)
Bilangan Penyabunan HCl tidak Dititrasi dengan
berwarna HCl menjadi tidak
Indikator berwarna
PP tidak Volume HCl =
berwarna 34,5 mL
29
I. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Pembuatan larutan NaOH
Pada percobaan pembuatan sabun yang mana bertujuan untuk
mengetahui reaksi pembuatan sabun selain itu mengetahui sifat emulsi
sabun, dapat membedakan produk sabun menggunakan alkali NaOH dan
KOH serta mengetahui kualitas sabun. Percobaan pertama yaitu membuat
larutan NaOH terlebih dahulu. Awalnya menggunakan 1,4 gram padatan
NaOH (lempeng) berwarna putih kemudian dilarutkan dalam 3,3 mL air.
Saat dilarutkan terjadi reaksi eksoterm dimana bagian tabung reaksi akan
terasa panas. Sesuai dengan reaksi
30
ditunggu sampai suhunya menjadi 50℃ dan ditambah dengan larutan
NaOH yang telah dibuat sebelumnya. Campuran dibiarkan sampai
suhu 50℃ adalah karena NaOH bereaksi pada suhu tersebut.
Penambahan NaOH tersebut menjadikan campuran menggumpal
berwarna putih. Sesuai dengan reaksi berikut
31
sabun. Kemudian dipanaskan sampai suhu 70℃. Pemanasan
dilakukan hingga mencapai 70℃ karena titik leleh asam stearat yaitu
69,6℃ jika dipanaskan melebihi suhu tersebut akan menyebabkan
minyak teroksidasi dan akan menurunkan kualitas sabun.
Setelah dipanaskan asam stearat larut menjadi 1 bagian dengan
minyak sawit dan menghasilkan larutan berwarna kuning. Kemudian
ditunggu sampai suhunya menjadi 50℃ dan ditambah dengan larutan
NaOH yang telah dibuat sebelumnya. Campuran dibiarkan sampai
suhu 50℃ adalah karena NaOH bereaksi pada suhu tersebut.
Penambahan NaOH tersebut menjadikan campuran menggumpal
berwarna kuning lembut. Kemudian diaduk, lalu ditambah 12 gram
alkohol dan 4 gram gliserin. Penambahan gliserin ini berfungsi
sebagai pelembab kulit, selain itu merupakan produk samping dari
proses pembuatan sabun. Sedangkan Alkohol sendiri berfungsi
sebagai pelarut dan menjadikan sabun transparan. Kemudian
dipanaskan sambil diaduk sampai terbentuk larutan tidak berwarna.
Kemudian dibiarkan sampai agak dingin. Tujuan dari pendinginkan
adalah untuk mengoptimalkan suhu untuk pemadatan sabun. Sebelum
sabun memadat, diambil sedikit sampel untuk diuji emulsi sabun.
Setelah itu, di tambahkan 1 mL minyak zaitun (tiak berwarna).
Fungsi penambahan minyak zaitun adalah untuk pelembab alami.
Kemudian ditambahkan dengan pewarna dan parfum sesuai selera.
Parfum ditambahkan diakhir percobaan, karena jika ditambahkan
pada saat suhu masih panas akan menyebabkan parfum menjadi
menguap/teroksidasi. Fungsi penambahan parfum sendiri adalah
untuk pengharum agar sabun memiliki bau yang wangi. Setelah itu
sabun dituangkan ke dalam cetakan dan ditunggu sampai padat.
c) Minyak curah
Sama halnya dengan minyak kelapa dan minyak sawit. Untuk minyak
curah juga diperlakukan sama. Langkah pertama yaitu asam stearat
sebanyak 1 gram dimasukkan kedalam 10 gram minyak curah
(berwarna kuning). Asam stearat dan minyak curah berwarna kuning
32
(+++) dan tidak larut. Asam stearat ini berfungsi untuk menstabilkan
busa dan membantu mengeraskan sabun. Kemudian dipanaskan
sampai suhu 70℃. Pemanasan dilakukan hingga mencapai 70℃
karena titik leleh asam stearat yaitu 69,6℃ jika dipanaskan melebihi
suhu tersebut akan menyebabkan minyak teroksidasi dan akan
menurunkan kualitas sabun.
Setelah dipanaskan asam stearat larut menjadi 1 bagian dengan
minyak curah dan menghasilkan larutan berwarna kuning. Kemudian
ditunggu sampai suhunya menjadi 50℃ dan ditambah dengan larutan
NaOH yang telah dibuat sebelumnya. Campuran dibiarkan sampai
suhu 50℃ adalah karena NaOH bereaksi pada suhu tersebut.
Penambahan NaOH tersebut menjadikan campuran menggumpal
berwarna kuning. Kemudian diaduk, lalu ditambah 12 gram alkohol
dan 4 gram gliserin. Penambahan gliserin ini berfungsi sebagai
pelembab kulit, selain itu merupakan produk samping dari proses
pembuatan sabun. Sedangkan Alkohol sendiri berfungsi sebagai
pelarut dan menjadikan sabun transparan. Kemudian dipanaskan
sambil diaduk sampai terbentuk larutan tidak berwarna. Kemudian
dibiarkan sampai agak dingin. Tujuan dari pendinginkan adalah untuk
mengoptimalkan suhu untuk pemadatan sabun. Sebelum sabun
memadat, diambil sedikit sampel untuk diuji emulsi sabun. Setelah
itu, di tambahkan 1 mL minyak zaitun (tiak berwarna). Fungsi
penambahan minyak zaitun adalah untuk pelembab alami. Kemudian
ditambahkan dengan pewarna dan parfum sesuai selera. Parfum
ditambahkan diakhir percobaan, karena jika ditambahkan pada saat
suhu masih panas akan menyebabkan parfum menjadi
menguap/teroksidasi. Fungsi penambahan parfum sendiri adalah
untuk pengharum agar sabun memiliki bau yang wangi. Setelah itu
sabun dituangkan ke dalam cetakan dan ditunggu sampai padat.
3. Sifat emulsi sabun
Percobaan selanjutnya yaitu emulsi yang bertujuan untuk mengetahui
sifat emulsi sabun dan menjelaskan proses pembentukan emulsi air
33
sabun dengan minyak. Percobaan ini juga menguji 3 jenis minyak, sama
seperti pembuatan sabun, yaitu minyak kelapa, minyak sawit, dan
minyak curah
a) Minyak kelapa
Langkah pertama yaitu menyiapkan 2 tabung reaksi dan diberi label
tabung I dan tabung II. Setelah itu 3 ml aquades (tidak berwarna)
dimasukkan ke dalam tabung reaksi I dan tabung reaksi II. Masing-
masing tabung reaksi ditambahkan 5 tetes sampel (minyak kelapa)
yang telah diambil pada saat percobaan pembuatan sabun.
Mengasilkan larutan tidak berwarna. Terdapat lapisan minyak yang
berada di atas sedangkan aquades berada di bawah. Hal ini
disebabkan karena minyak memiliki sifat non polar sedangkan
aquades bersifat polar sehingga minyak dan aquades memisah.
Kemudian tabung reaksi I ditambahkan 2 mL larutan sabun yang
terbuat dari minyak kelapa, sedangkan pada tabung II tidak
ditambahkan larutan sabun. Lalu kedua tabung diperlakukan sama
yaitu dikocok kuat-kuat. Setelah dikocok hitung waktu yang
diperoleh menggunakan stopwatch sampai terjadi pemisahan. Dari
data yang diperoleh, waktu untuk pemisahan pada tabung I yaitu 19
detik dan pada tabung II yaitu 5 detik.
b) Minyak sawit
Untuk minyak sawit juga diperlakukan sama seperti minyak kelapa.
Langkah pertama yaitu menyiapkan 2 tabung reaksi dan diberi label
tabung I dan tabung II. Setelah itu 3 ml aquades (tidak berwarna)
dimasukkan ke dalam tabung reaksi I dan tabung reaksi II. Masing-
masing tabung reaksi ditambahkan 5 tetes sampel (minyak sawit)
yang telah diambil pada saat percobaan pembuatan sabun.
Mengasilkan larutan berwarna kuning. Terdapat lapisan minyak
yang berada di atas sedangkan aquades berada di bawah. Hal ini
disebabkan karena minyak memiliki sifat non polar sedangkan
aquades bersifat polar sehingga minyak dan aquades memisah.
Kemudian tabung reaksi I ditambahkan 2 mL larutan sabun yang
34
terbuat dari minyak sawit, sedangkan pada tabung II tidak
ditambahkan larutan sabun. Lalu kedua tabung diperlakukan sama
yaitu dikocok kuat-kuat. Setelah dikocok hitung waktu yang
diperoleh menggunakan stopwatch sampai terjadi pemisahan. Dari
data yang diperoleh, waktu untuk pemisahan pada tabung I yaitu 9
detik dan pada tabung II yaitu 4 detik.
c) Minyak curah
Untuk minyak curah juga diperlakukan sama seperti minyak kelapa
dan minyak sawit. Langkah pertama yaitu menyiapkan 2 tabung
reaksi dan diberi label tabung I dan tabung II. Setelah itu 3 ml
aquades (tidak berwarna) dimasukkan ke dalam tabung reaksi I dan
tabung reaksi II. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 5 tetes
sampel (minyak curah) yang telah diambil pada saat percobaan
pembuatan sabun. Mengasilkan larutan berwarna kuning. Terdapat
lapisan minyak yang berada di atas sedangkan aquades berada di
bawah. Hal ini disebabkan karena minyak memiliki sifat non polar
sedangkan aquades bersifat polar sehingga minyak dan aquades
memisah. Kemudian tabung reaksi I ditambahkan 2 mL larutan
sabun yang terbuat dari minyak curah, sedangkan pada tabung II
tidak ditambahkan larutan sabun. Lalu kedua tabung diperlakukan
sama yaitu dikocok kuat-kuat. Setelah dikocok hitung waktu yang
diperoleh menggunakan stopwatch sampai terjadi pemisahan. Dari
data yang diperoleh, waktu untuk pemisahan pada tabung I yaitu 32
detik dan pada tabung II yaitu 10 detik.
4. Bilangan Asam
Pada percobaan selanjutnya yaitu bilangan asam yang bertujuan untuk
mengetahui kualitas minyak berdasarkan bilangan asam dan menentukan
bilangan asam masing-masing minyak. Bilangan asam sendiri yaitu
jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk asam lemak bebas lemak
yang di neralisasi dari satu gram minyak.
a) Minyak kelapa
35
Langkah pertama yaitu memasukkan 10 gram minyak kelapa (tidak
berwarna) ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 25 mL
etanol (tidak berwarna). Menghasilkan larutan tidak berwarna.
Penambahan etanol membuat larutan minyak di bagian bawah dan
etanol di bagian atas karena densitas minyak lebih besar daripada
etanol. Fungsi penambahan etanol yaitu sebagai pelarut dan
mempercepat reaksi minyak. Kemudian menambahkan 5 tetes
indikator phenolptalein (tidak berwarna). Menghasilkan larutan tidak
berwarna. Indikator phenolptalein berfungsi untuk menentukan titik
akhir titrasi melalui perubahan warna. Indikator phenolptalein dipilih
karena dapat memberikan perubahan warna dengan rentan pH dari
larutan, ketika titik titrasi setara (ekivalen). Kemudian larutan
dititrasi dengan larutan basa KOH 0,1 N (tidak berwarna). Titrasi
berakhir ketika terjadi perubahan warna menjadi merah muda lembut
.Volume KOH yang dibutuhkan adalah 13 mL.
b) Minyak sawit
Langkah pertama yaitu memasukkan 10 gram minyak sawit
(berwarna kuning) ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian
ditambahkan 25 mL etanol (tidak berwarna). Menghasilkan larutan
berwarna kuning muda. Penambahan etanol membuat larutan
minyak di bagian bawah dan etanol di bagian atas karena densitas
minyak lebih besar daripada etanol. Fungsi penambahan etanol yaitu
sebagai pelarut dan mempercepat reaksi minyak. Kemudian
menambahkan 5 tetes indikator phenolptalein (tidak berwarna).
Menghasilkan larutan tidak berwarna. Indikator phenolptalein
berfungsi untuk menentukan titik akhir titrasi melalui perubahan
warna. Indikator phenolptalein dipilih karena dapat memberikan
perubahan warna dengan rentan pH dari larutan, ketika titik titrasi
setara (ekivalen). Kemudian larutan dititrasi dengan larutan basa
KOH 0,1 N (tidak berwarna). Titrasi berakhir ketika terjadi
perubahan warna menjadi merah muda lembut. Seperti reaksi berikut
C17H35-COOH(l) + KOH(aq) C17H35 -COOK(aq) + H2O(l)
36
Volume KOH yang dibutuhkan adalah 2,5 mL.
c) Minyak curah
Langkah pertama yaitu memasukkan 10 gram minyak curah (berwarna
kuning) ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 25 mL
etanol (tidak berwarna). Menghasilkan larutan berwarna kuning
muda. Penambahan etanol membuat larutan minyak di bagian bawah
dan etanol di bagian atas karena densitas minyak lebih besar daripada
etanol. Fungsi penambahan etanol yaitu sebagai pelarut dan
mempercepat reaksi minyak. Kemudian menambahkan 5 tetes
indikator phenolptalein (tidak berwarna). Menghasilkan larutan tidak
berwarna. Indikator phenolptalein berfungsi untuk menentukan titik
akhir titrasi melalui perubahan warna. Indikator phenolptalein dipilih
karena dapat memberikan perubahan warna dengan rentan pH dari
larutan, ketika titik titrasi setara (ekivalen). Kemudian larutan dititrasi
dengan larutan basa KOH 0,1 N (tidak berwarna). Titrasi berakhir
ketika terjadi perubahan warna menjadi merah muda lembut. Seperti
reaksi berikut
C17H15-COOH(l) + KOH(aq) C17H15 -COOK(aq) + H2O(l)
Volume KOH yang dibutuhkan adalah 3,8 mL.
5. Bilangan Penyabunan
Pada percobaan selanjutnya yaitu bilangan penyabunan yang
bertujuan untuk mengetahui kualitas sabun. Bilangan penyabunan
adalah jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan
satu gram minyak dan lemak. Bilangan penyabunan adalah jumlah mg
KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 g lemak. Pada
percobaan ini kami melakukan perlakuan terhadap 3 jenis minyak
a) Minyak kelapa
Langkah pertama yaitu masukkan 2 gram minyak kelapa
(tidak berwarna) ke dalam labu erlenmeyer yang ditambahkan
dengan 25 mL KOH 0,5 N beralkohol (tidak berwarna).
Menggunakan KOH karena minyak dapat larut dalam alkohol
37
dengan suhu tinggi sehingga mudah untuk disabuni menggunakan
KOH. Dimasukkan batu didih di erlenmeyer untuk meratakan
panas di dalam erlenmeyer pada saat proses refluks. Campuran
diefluks sampai 30 menit. Alat refluks dipasang pada mulut
erlenmeyer. Refluks digunakan untuk pelarut (KOH alkohol)
ketika proses pemansan tidak menguap pada suhu tinggi, tetapi
akan didinginkan oleh kondensor sehingga KOH yang berada
dalam bentuk uap akan mengembun dan jatuh kembali ke dalam
labu erlenmeyer. sehingga KOH akan tetap dan bereaksi dengan
minyak. Proses refluks bertujuan untuk menjaga reaksi penyabunan
dengan sempurna. Setelah 30 menit kemudian ditambahkan
Indikator Phenolphtalein (tidak berwarna) sebanyak 3 tetes.
Penambahan tersebut menghasilkan larutan berwarna kuning yang
menunjukkan bahwa ada KOH yang tersisa dari proses refluks.
KOH yang tersisa ditentukan dengan titrasi menggunakan larutan
HCl 0,5 N (bening, tidak berwarna). Titrasi dihentikan ketika
terjadi perubahan warna, tepatnya menjadi tidak berwarna.
Perubahan terjadi karena HCl hanya bereaksi dengan KOH.
Indikator yang tersisa berubah warna menjadi tidak berwarna .
Volume HCl yang dibutuhkan adalah 11,5 mL. Metode titrasi yang
digunakan termasuk metode titrasi asidimetri (penetralan, antara
asam dan basa) karena HCl merupakan larutan yang dikenal
dengan konsentrasi tertentu.
b) Minyak Sawit
Langkah pertama yaitu masukkan 2 gram minyak sawit (berwarna
kuning) ke dalam labu erlenmeyer yang ditambahkan dengan 25
mL KOH 0,5 N beralkohol (tidak berwarna). Sesuai dengan reaksi
berikut
C17H15 – COOK (l) + KOH (aq) → C17H35 – COOK (aq)+ H2O(l)
Menggunakan KOH karena minyak dapat larut dalam alkohol
dengan suhu tinggi sehingga mudah untuk disabuni menggunakan
KOH. Dimasukkan batu didih di erlenmeyer untuk meratakan
38
panas di dalam erlenmeyer pada saat proses refluks. Campuran
diefluks sampai 30 menit. Alat refluks dipasang pada mulut
erlenmeyer. Refluks digunakan untuk pelarut (KOH alkohol) ketika
proses pemansan tidak menguap pada suhu tinggi, tetapi akan
didinginkan oleh kondensor sehingga KOH yang berada dalam
bentuk uap akan mengembun dan jatuh kembali ke dalam labu
erlenmeyer. sehingga KOH akan tetap dan bereaksi dengan
minyak. Proses refluks bertujuan untuk menjaga reaksi penyabunan
dengan sempurna. Setelah 30 menit, larutan minyak menjadi
larutan kuning muda yang bebas dari butiran lemak. Kemudian
ditambahkan Indikator Phenolphtalein (tidak berwarna) sebanyak 3
tetes. Penambahan tersebut menghasilkan larutan berwarna merah
muda yang menunjukkan bahwa ada KOH yang tersisa dari proses
refluks. KOH yang tersisa ditentukan dengan titrasi menggunakan
larutan HCl 0,5 N (bening, tidak berwarna). Titrasi dihentikan
ketika terjadi perubahan warna, tepatnya menjadi tidak berwarna.
Sesuai dengan reaksi berikut
C17H15 – COOK (l) + HCl (aq) → C17H35 – COOH (aq)+ KCl(aq)
Perubahan terjadi karena HCl hanya bereaksi dengan KOH.
Indikator yang tersisa berubah warna menjadi tidak berwarna .
Volume HCl yang dibutuhkan adalah 27 mL. Metode titrasi yang
digunakan termasuk metode titrasi asidimetri (penetralan, antara
asam dan basa) karena HCl merupakan larutan yang dikenal
dengan konsentrasi tertentu.
c) Minyak curah
Langkah pertama yaitu masukkan 2 gram minyak curah
(berwarna kuning) ke dalam labu erlenmeyer yang ditambahkan
dengan 25 mL KOH 0,5 N (tidak berwarna). Penggunaan KOH
dikarenakan minyak dapat larut dalam alkohol dengan suhu tinggi
sehingga mudah untuk disabuni menggunakan KOH. Dimasukkan
batu didih di erlenmeyer untuk meratakan panas dalam erlenmeyer
pada saat proses refluks. Kemudian direfluks hingga 30 menit. Alat
39
refluks dipasang pada mulut erlenmeyer. Di dalam alat refluks ada
pipa yang berbentuk seperti gelembung. Refluks digunakan untuk
pelarut (KOH alkohol) ketika proses pemansan tidak menguap
pada suhu tinggi, tetapi akan didinginkan oleh kondensor sehingga
KOH yang berada dalam bentuk uap akan mengembun dan jatuh
kembali ke dalam labu erlenmeyer. sehingga KOH akan tetap dan
bereaksi dengan minyak. Proses refluks bertujuan untuk menjaga
reaksi penyabunan dengan sempurna. Setelah 30 menit dalam
refluks larutan minyak menjadi larutan kuning muda yang bebas
dari butiran lemak. Indikator ditambahkan Phenolphtalein (tidak
berwarna) sebanyak 3 tetes. Penambahan membuat larutan berubah
menjadi warna kuning (+++) menunjukkan bahwa ada KOH yang
tersisa dari proses refluks. KOH residual bersifat basa dan dapat
mengubah indikator PP ke warna tersebut. KOH yang tersisa
ditentukan dengan titrasi menggunakan larutan HCl 0,5 N (tidak
berwarna). Titrasi dihentikan ketika perubahan tepatnya menjadi
larutan tidak berwarna. Perubahannya adalah karena HCl hanya
bereaksi dengan KOH indikator yang tersisa berubah warna
menjadi tidak berwarna. Volume HCl yang dibutuhkan adalah
34,5mL. Metode titrasi yang digunakan adalah titrasi asidimetri
karena HCl merupakan larutan yang dikenal dengan konsentrasi
tertentu.
J. DISKUSI
1. Sifat Emulsi Sabun
Berdasarkan literatur semakin lama minyak dan aquades memisah
atau terjadi emulsi maka semakin bagus pula kualitasnya. Jika diurutkan
maka minyak yang lebih bagus yaitu minyak kelapa > minyak sawit >
minyak curah. Sedangkan dari data yang kami peroleh, minyak curah
memiliki waktu pemisahan paling lama yakni 32 detik, lalu minyak
kelapa yang memiliki waktu pemisahan 19 detik, dan yang terakhir
minyak sawit 9 detik. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori. Hal
40
tersebut bisa jadi dikarenakan karena laboran kurang teliti pada saat
pembuatan sabun pada proses pemanasan.
2. Bilangan asam
Berdasarkan literatur semakin tinggi bilangan asam maka
semakin rendah kualitas sabun. Seharusnya bilangan asam yang paling
tinggi adalah minyak curah, minyak sawit, kemudian minyak kelapa.
Namun, dari data yang kami peroleh bilangan asam yang paling tinggi
yaitu minyak curah, minyak kelapa, lalu minyak sawit. Hal tersebut bisa
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : buret yang kami gunakan
belum bersih betul sehingga mengganggu jalannya titrasi. Selain itu,
kami tidak melakukan pengulangan sehingga data yang diperoleh kurang
akurat
3. Bilangan penyabunan
Berdasarkan literatur, bahwa semakin tinggi bilangan penyabunan
maka semakin baik kualitas minyaknya. Kualitas minyak yang paling
baik seharusnya adalah minyak kelapa, minyak sawit, kemudian minyak
curah. Akan tetapi hal ini berbanding terbalik dengan data yang kami
dapatkan, data yang kami peroleh menunjukkan minyak curah memiliki
bilangan penyabunan yang paling tinggi, kemudian minyak sawit, dan
selanjutnya yaitu minyak kelapa. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal
diantaranya : kurang lama saat proses refluks, kesalahan saat
memperkirakan titiak akhir titrasi, pada saat titrasikami kami tidak
melakukan pengulangan sehingga data yang diperoleh kurang akurat.
41
K. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Sabun dapat dibuat oleh minyak, asam stearat dan NaOH sebagai bahan
utama melalui proses saponifikasi
2. Urutan tingkat kekerasan pada sabun yaitu minyak kelapa < minyak
sawit < minyak curah
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan emulsi berbeda antara
yang ditambahkan dengan sabun dan tanpa sabun. Emulsi tanpa
penambahan larutan sabun lebih cepat daripada dengan penambahan
sabun.
4. Kualitas sabun dapat dilihat berdasarkan pada bilangan asam. Bilangan
asam yang kami peroleh adalah: Minyak kelapa = 4,256, Minyak sawit
= 2,8 , Minyak curah = 14,56. Jadi, urutan kualitas sabun berdasarkan
bilangan asam adalah minyak sawit < minyak kelapa < minyak curah.
5. Kualitas sabun juga dapat dilihat berdasarkan bilangan penyabunan.
Bilangan penyabunan yang kami peroleh adalah: minyak kelapa =
104,93, minyak sawit = 246,375 , minyak curah = 314,812. Jadi, urutan
kualitas sabun berdasarkan bilangan penyabunan adalah minyak kelapa
< Minyak sawit < Minyak curah.
L. DAFTAR PUSTAKA
Girindra,A. 1993. Biokimia I. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka
Gusviputri, A., Meliana, Njoona P.s., Aylianawati, Indraswati, Nani. 2013.
Pembuatan Sabun Dengan Lidah Buaya (Aloevera) Sebagai
Antiseptik Alami.Jurnal Widya TeknikVol. 12, No. 1, 2013 (11-21)
Ketaren., S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan
Cetakan Pertama, UI-Press, Jakarta.
Priani, Sani Ega, 2010. Pembuatan Sabun Transparan Berbahan Dasar
Minyak Jelantah. Prosiding SNaPP, Edisi Eksakta : Universitas
Islam Bandung
42
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur
kerja/diagram alur) ?
Jawab :
Alur pembuatan sabun keras
10 gram sampel
Larutan Jernih
Sabun padat
43
Alur pembuatan sabun lunak
10 gram sampel
Larutan Jernih
44
3. Bagaimana diagram alur untuk membuat emulsi sabun ?
Jawab :
3 mL aquades
Tabung 1 Tabung 2
45
Rumusan masalah:
1. Bagaimana bentuk sabun yang dihasilkan jika menggunakan alkali
KOH?
2. Bagaimana bau wangi sabun yang dihasilkan jika menggunakan alkali
KOH?
3. Bagaimana struktur sabun yang dihasilkan jika menggunakan alkali
KOH?
6. Identifikasi variabel-variabel yang terlibat (variabel manipulasi, respon, dan
control) !
Jawab :
Variabel manipulasi : Jenis Minyak yang digunakan
Variabel kontrol : Volume Parfum, volume aquades, berat asat stearat,
berat NaOH, berat gliserin, volume alkohol, volume
minyak zaitun.
Variabel respon : Waktu terbentuknya sabun, tekstur sabun, bau wangi
sabun
7. Buatlah prosedur praktikumnya !
Jawab :
a) Timbang 10 gram minyak sawit
b) Timbang NaOH 1,4 gram
c) NaOH selanjutnya dilarutkan dalam 3,3 mL air, reaksi akan menghasilkan
panas, biarkan sampai larutan NaOH dingin.
d) Timbang asam stearat 1 gram lalu masukkan asam stearat ini ke dalam
minyak atau lemak.
e) Panaskan campuran ini sampai suhu 70°C sampai seluruh asam stearat
mencair, suhu yang terlalu panas akan mengoksidasi minyak sehingga
warnanya jadi kecoklatan.
f) Biarkan campuran ini sampai suhu 50°C dan masukkan larutan NaOH dan
aduk terus. Tambahkan 12 gram alkohol dan 4 gram gliserin, panaskan dan
aduk hingga terbentuk larutan jernih. Biarkan campuran agak dingin.
Kemudian tambahkan 1 mL minyak zaitun. Tuangkan ke dalam cetakan
sebelum campuran memadat.
46
PERHITUNGAN
1. Bilangan asam
Diketahui :
𝑔𝑟𝑎𝑚
- Massa Molar KOH = 56 ⁄𝑚𝑜𝑙
- N KOH = 0,1 N
- Volume KOH (minyak sawit) = 2,5 ml
- Volume KOH (minyak kelapa) = 3,8 ml
- Volume KOH (minyak curah) = 13 ml
- Massa minyak sawit = 5 gram
- Massa minyak kelapa = 5 gram
- Massa minyak curah = 5 gram
= 2,8
2. Bilangan Asam (Minyak Kelapa)
𝑉 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Bilangan Asam =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
3,8 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 56 𝑔𝑟𝑎𝑚 ⁄𝑚𝑜𝑙
=
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 4,256
3. Bilangan Asam (Minyak Curah)
𝑉 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Bilangan Asam =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
13 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 56 𝑔𝑟𝑎𝑚 ⁄𝑚𝑜𝑙
=
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 14,56
47
2. Bilangan penyabunan
Diketahui :
𝑔𝑟𝑎𝑚
- Massa Molar HCl = 36,5 ⁄𝑚𝑜𝑙
- N HCl = 0,5 N
- Volume HCl (minyak sawit) = 27 ml
- Volume HCl (minyak kelapa) = 11,5 ml
- Volume HCl (minyak curah) = 34,5 ml
- Massa minyak sawit = 2 gram
- Massa minyak kelapa = 2 gram
- Massa minyak curah = 2 gram
= 246,375
2. Bilangan Penyabunan (Minyak Kelapa)
𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀𝑟 𝐻𝐶𝑙
Bilangan penyabunan =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
11,5 𝑚𝑙 𝑥 0,5 𝑁 𝑥 36,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 ⁄𝑚𝑜𝑙
=
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 104,93
3. Bilangan Penyabunan (Minyak Curah)
𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀𝑟 𝐻𝐶𝑙
Bilangan penyabunan =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
34,5 𝑚𝑙 𝑥 0,5 𝑁 𝑥 36,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 ⁄𝑚𝑜𝑙
=
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 314,812
48
LAMPIRAN FOTO
No Gambar Keterangan
1. Bahan yang digunakan:
1. Minyak sawit
2. Minyak kelapa
3. Minyak curah
49
4 10 gram asam stearet
dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi 10
gram minyak (kelapa,
sawit dan curah)
50
6 Setelah dibiarkan langsung
ditambah larutan NaOH
dan diaduk
51
9 5-10 gram sampel minyak
(kelapa, sawit, dan curah)
dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambah 2
ml etanol dan 5 tetes
indikator PP
11 Hasil refluks
52
12 Masing-masing minyak
diitrasi dengan KOH
53