Anda di halaman 1dari 27

I.

Judul Percobaan : Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap


II. Hari/Tgl Percobaan : Senin, 14 Oktober 2019 (13.00 WIB)
III. Selesai Percobaan : Senin, 21 Oktober 2019 (15.30 WIB)
IV. Tujuan Percobaan :
Membuat dan mempelajari sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium
sulfat dan garam kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat monohidrat
V. Dasar Teori
Senyawa koordinasi adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih
ion kompleks dengan sejumlah kecil molekul atau ion di seputar atom atau
ion logam pusat, biasanya dari keluarga logam transisi (Chang, 2005).
Senyawa koordinasi selalu memiliki molekul atau ion kompleks, sehingga
senyawa koordinasi disebut juga senyawa kompleks. Senyawa kompleks
merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang berikatan dengan
ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen
dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk
berikatan. Ikatan tersebut terjadi ketika ion logam yang menjadi atom pusat,
menyediakan orbital kosong bagi pasangan elektron ligan untuk
berkoordinasi (Elmila & Martak, 2010).
Pembentukan senyawa kompleks koordinasi ialah perpindahan satu atau
lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam, maka ligan bertindak sebagai
pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Akibat dari
perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron jadi milik bersama
antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi-penerima
elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi. Namun, jika
pasangan elektron itu terikat kuat, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk.
Proses pembentukan ikatan antara pemberi penerima elektron tersebut dapat
dituliskan dengan persamaan : M + : L ↔ M : L
Dimana M = ion logam, dan L = ligan yang memiliki pasangan elektron
(Rivai, 1995).
Kata senyawa yang dimaksudkan adalah dalam senyawa koordinasi atau
senyawa kompleks tidak lain adalah berupa garam. Sehubungan dengan
pengertian ini, maka senyawa koordinasi atau senyawa kompleks sering juga
dinamakan garam kompleks (Rosbiono, 2012). Garam adalah suatu zat yang
dihasilkan jika logam (atau kumpulan atom yang bertindak sebagai logam)
menggantikan satu atau lebih atom hidrogen pada asam (Hadiat, 2004).
Terdapat dua kemungkinan garam yang akan terbentuk ketika dua garam
sederhana atau lebih dicampurkan secara stoikiometri, yaitu garam rangkap
dan garam kompleks.
A. Garam Rangkap
Garam rangkap adalah garam yang mengandung lebih dari satu ion
logam atau ion sisa asam dalam rumusnya. Garam rangkap terdiri dari dua
kation yang berbeda dengan sebuah anion yang sama dalam satu kisi
kristalnya. Garam rangkap biasanya lebih mudah membentuk kristal besar
dibandingkan dengan garam tunggal penyusunnya. Kation garam rangkap
umumnya terdiri kation logam transisi yang bergabung kation logam alkali
atau ion ammonium (Hadiat, 2004). Garam yang identitasnya hilang ketika
berada dalam larutan (pelarut air) dinamakan garam rangkap. Contoh:
KMgCl3 (Kalium Magnesium Klorida) mengandung dua ion logam, yaitu
K+ dan Mg2+. Kalium Magnesium Sulfatklorida (KMgSO4Cl) mengandung
dua ion logam, yaitu K+ dan Mg2+ serta dua ion sisa asam, yaitu SO42- dan
Cl- (Hadiat, 2004).
Menurut Arifin (2011) garam rangkap terbentuk bila semua gugus –H
dari asam digantikan oleh ion logam tak senama, atau semua gugus –OH
dari basa digantikan oleh ion sisa asam tak senama. Dua contoh garam
rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina K(SO 4)12H2O dan
ferro ammonium sulfat, Fe(NH3)SO4.6H2O garam rangkap dalam larutan
akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya.
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan
liat. Ia melebur pada 1038ºC. Karena potensial elektrode standarnya positif
(+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan
asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit.
Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I)
diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu2O yang merah, dan mengandung
ion tembaga (I) Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan
garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip senyawa perak
(I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat
diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga
(II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun
dalam larutan air. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II)
sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan
air selalu terdapat ion kompleks tetraakuo (Syabatini, 2007).
Apabila CuSO4 dilarutkan dalam ammonia maka garam ammonium
sulfat akan terbentuk. Garam ammonium sulfat merupakan garam yang
kristal stabil dari ion NH4+ tetrahedral yang kebanyakan larut dalam air.
Garam dari asam kuatnya terionisasi sebelumnya dan larutannya sedikit
bersifat asam, reaksi yang terjadi :
NH4+ + H2O → NH3 + H3O+ (Svehla, 1990)
Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk
hidrat, padat maupun larutan air (Svehla, 1990). Struktur dari garam
rangkap kupri ammonium sulfat atau CuSO 4(NH4)2SO4.6H2O ini yakni
sebagai berikut (Wilkinson, 1989) :

Gambar 2 Struktur garam kupri ammonium sulfat


Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila dua garam
mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-
garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan
struktur garam komponennya (Syahbani, 2009).
B. Garam Kompleks
Garam kompleks adalah garam yang tersusun atas unsur logam dan
ion kompleks. Dalam larutan, elektrolit ini terionisasi menjadi ion logam
dan ion kompleks (Sumardjo, 2008). Garam yang identitasnya tetap ketika
berada dalam larutan (pelarut air) dinamakan garam kompleks (complex
salt) (Rosbiono, 2012). Garam yang mengandung ion-ion kompleks.
Seperti K3Fe(CN)6 tri kalsium heksa siano ferat atau kalium feri sianida.
Garam ini, jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion K + dan ion
kompeks Fe(CN)6-. Garam-garam yang mengandung ion kompleks dikenal
sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamin
kobalt (III) klorida Co(NH3)6Cl3 dan kalium heksasiano ferrat (III),
K3Fe(CN)5.
Garam kompleks menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan.
Semua garam-garam tersebut terbentuk melalui pencampuran (larutan
pekat panas dari komponen sulfat), lalu didinginkan. Kristal-kristal alumi,
yang mengendap akibat kelarutannya rendah dalam air dingin, dapat
dimurnikan lewat kristalisasi karena kelarutannya meningkat secara tajam
dengan meningkatnya suhu. Kristal-kristalnya biasanya berbentuk
oktahedral (Arifin, 2011).
Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat dilakukan
dengan mencampurkan CuSO4 yang dilarutkan dalam ammonia pekat,
larutan yang dihasilkan berwarna biru tua. Ammonia pekat bertindak
sebagai ligan yang akan menggantikan ligan pergi (H2O). Ligan NH3 lebih
kuat daripada H2O sehingga akan lebih mudah bagi NH3 untuk
menggantikan H2O (Sukardjo, 1985). Kompleks Cu membutuhkan waktu
yang lama untuk penggantian ligan-ligannya. Senyawa kompleks yang
membutuhkan waktu yang lama dalam penggantian ligan-ligannya disebut
senyawa kompleks lembam (Rivai, 1995). Struktur dari garam kompleks
tetraammin tembaga (II) sulfat monohidrat atau Cu(NH3)4SO4.5H2O yaitu:

Gambar 2 Struktur garam kompleks tetraammin tembaga (II)


sulfat monohidrat
C. Kristalisasi
Kristalisasi adalah suatu proses pengubahan cairan menjadi padatan
dengan cara cairan tersebut dilarutkan dalam pelarut panas kemudian
didinginkan. Tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk memperoleh
kristal yang bebas dari pengotornya (Wilcox, 1995).
 Tahap-tahap Kristalisasi :
1. Melarutkan zat padat dalam pelarut
2. Menyaring larutan panas untuk menghilangkan kotoran yang tidak
mendinginkan larutan dan mengendapkan kristalnya
3. Menyaring larutan yang dingin untuk memisahkan kristal dari
larutannya
4. Mencuci kristal untuk menghilangkan pelarut yang melekat
5. Mengeringkan kristal untuk menghilangkan sisa pelarut
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Kristalisasi :
1. Temperatur, Temperatur meningkat maka kristal sulit dibentuk
2. Konsentrasi, Konsentrasi besar maka kristal sulit dibentuk
3. Tekanan, Tekanan akan mempengaruhi konsentrasi
4. Ion sejenis, Kelarutan meningkat dengan adanya ion sejenis
menyebabkan kristal sulit dibentuk
(Wilcox, 1995)
 Proses Kristalisasai Dibagi Menjadi 4, antara lain:
1. Pengkristalan dengan pendinginan adalah metode ini diterapkan pada
zat terlarut yang akan mengalami perubahan kelarutan besar bila
suhu diturunkan.
2. Pengkristalan dengan penguapan adalah metode ini diterapkan pada
larutan dengan zat terlarut tidak akan mengalami perubahan
kelarutan besar apabila suhu diturunkan.
3. Pendinginan dengan adiabatik merupakan gabungan antara metode
pengkristalan dengan pendinginan dan pengkristala dengan
penguapan. Pendinginan bertujuan memperkecil daya larut
sedangkan penguapan bertujuan memperkecil tekanan total
permukaan sehingga lebih kecil daripada tekanan uap pada suhu
tersebut.
4. Pengkristalan dengan salting out adalah metode ini merupakan
pengkristalan dengan penambahan zat baru untuk menurunkan zat
terlarut dengan tidak ada pendinginan dan penguapan.
(Brady, 1987)
VI. Alat dan Bahan
 Alat :
1. Botol timbang 3 buah
2. Tabung reaksi 4 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Kaca arloji besar 2 buah
5. Korek api 1 buah
6. Kaki tiga + kasa 1 set
7. Gelas ukur 100 mL 2 buah
8. Pipet tetes 5 buah
9. Neraca analitik 1 set
10. Gelas kimia 100 mL 2 buah
11. Corong 1 buah
12. Spatula kaca 1 buah
13. Spatula besi 1 buah
14. Pembakar spirtus 1 buah
15. Oven 1 set
16. Statif dan klem 1 set
17. Melting block 1 buah
18. Termostat 1 buah
19. Stopwatch 1 buah
 Bahan :
1. Kristal CuSO4.5H2O 3 gram
2. Kristal (NH4)2SO4 1 gram
3. Aquades secukupnya
4. Larutan Etanol 10 mL
5. Larutan NH4OH pekat 5 mL
6. Pipa kapiler 2 buah
7. Kertas saring 2 buah
8. Larutan HCl encer 2 tetes
9. Larutan NaOH encer 2 tetes
10. Kertas lakmus 1 buah
11. Larutan HCl pekat 5 tetes

VII. Alur Percobaan


1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat CuSO4.(NH4)2SO4.6H2O

1,2475 gram CuSO4.5H2O + 0,66 gram (NH4)2SO4

Dilarutkan dengan 5 mL aquades


Dipanaskan secara perlahan sampai semua garam larut sempurna.
Dibiarkan larutan tersebut menjadi dingin pada temperatur kamar
Didinginkan dalam air es sampai terbetnuk kristal

Kristal

Didekantasi
Dikeringakn pada suhu 50°C
Dihitung persen hasilnya

Hasil

Reaksi :

CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)


2. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O

2 mL larutan Amonium pekat

Diencerkan dengan 2 mL aquades ke dalam gelas kimia 100


mL
Ditambah 1,2475 gram CuSO4.5H2O
Diaduk sampai semua kristal larut sempurna
Ditambah 4 mL etanol secara perlahan melalui dinding gelas
jangan diaduk/digoyang
Ditutup dengan kaca arloji
dibiarkan selama 30 menit
Diaduk pelan-pelan

Kristal

Didekantasi
Dipindahkan Kristal ke dalam kertas saring
Dicuci dengan 3-5 mL campuran larutan 2 mL amonia pekat
dengan 2 mL etanol 1:1
Dicuci dengan 5 mL etanol
Disaring
Dikeringkan dalam oven pada suhu 50°C
Ditimbang kristal yang diperoleh sampai berat konstan

% Hasil kristal

Reaksi :

NH3 (aq) + H2O (l) → NH4OH(aq)


CuSO4.5H2O(s) + 4NH4OH(aq) + H2O(l) → Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + H2O(l)
3. Perbandingan Beberapa Sifat Garam Rangkap dengan Garam Kompleks
a. Sedikit Krsital garam rangkap Sedikit Kristal garam kompleks

Dimasukkan dalam dua tabung reaksi yang


berbeda
Ditambah 4 mL aquades
Dikocok
Diambil masing-masing 1 mL larutan
Diencerkan dengan 2 mL aquades
Diulangi percobaan dengan mengganti
pengenceran aquades dengan 2 mL HCl
encer dan 2 mL NaOH

Warna Larutan

Reaksi :
a. Garam Rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) + H2O(l) → Cu2+(aq) + 2SO42-(aq) + 2NH4+
(aq) + 7H2O(l)
CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) + H2O (l) ⟶ Cu2+(aq) + 2SO42- (aq) +
2NH4+(aq) + 7H2O (l)
CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) + HCl (l) ⟶ H2SO4 (aq)+ NH4Cl(aq)
CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) + NaOH ⟶ Na2SO4 (s) + NH4OH (aq)
CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (aq) ⟶ CuSO4 (s) + (NH4)2SO4. 5H2O +
H2O(l)
LitOH ⟶ Lit+ (aq)+ OH-(aq)
H2O (g) + HCl (aq) ⟶HCl (aq)
b. Garam Kompleks
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + H2O(l) → [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) +
6H2O(l)
CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + H2O(l) ⟶ [Cu(NH3)]2+ (aq) + SO42- (aq)
+ 6H2O(l)
CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + HCl (aq) ⟶ [Cu(NH3)4]Cl
CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + NaOH (aq) ⟶ [Cu(NH3)4](OH)2
CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O⟶ CuSO4 (s) + 5H2O + NH3 (g)
HLit ⟶ H+ (aq) + Lit-(aq)
NH3 (g) + HCl (aq) ⟶ NH4Cl (g)

b. Sedikit krsital garam rangkap Sedikit Kristal garam kompleks

Dimasukkan dalam dua tabung reaksi


yang berbeda
Dipanaskan masing-masing tabung
secara perlahan
Diamati

Perubahan Warna Larutan

Diuji gas dengan kertas lakmus


Diuji dengan spatula yang dicelupkan
HCl pekat

Gas

c.
Sedikit Krsital garam rangkap Sedikit Kristal garam kompleks

Diuji titik leleh masing-masing


Dibandingkan titik leleh

Perbandingan titik leleh


VIII. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan Garam Rangkap

Warna padatan CuSO4. 5H2O : Kristal biru ++

Warna padatan (NH4)2SO4 : Kristal putih

Perlakuan Pngamatan Reaksi yang terjadi


Padatan CuSO4.5H2O + padatan Larutan berwarna biru ++ dan masih ada CuSO4. 5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O(l)
(NH4)2SO4 + Air endapan kristal CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 ⟶ CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s)
yang belum larut
Setelah dipanaskan Larutan berwarna biru muda + , endapan CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) dipanaskan
kristal CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 larut CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (aq)
Setelah didinginkan dalam Terbentuk kristal garam CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (aq)⟶
waterbath es selama 60 menit CuSO4(NH4)2SO4.6H2O berwarna biru muda CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s)
Setelah dikeringkan dalam oven Massa Kristal 1: 1,7461 gram CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O ⟶
suhu 50oC Massa Kristal 2: 0,7263 gram CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s)
Massa Kristal 3: 0,7257 gram
Massa Kristal 4: 0,7196 gram
Massa Kristal 5: 0,6868 gram
Persen Hasil = 35,5825%
2. Pembuatan Garam Kompleks

Warna padatan CuSO4. 5H2O : Kristal biru ++

Warna larutan NH3 : Larutan tak berwarna dan berbau menyengat

Perlakuan Pngamatan Reaksi yang terjadi


NH3+ Air Larutan tak berwarna NH3 (aq) + H2O(l) ⟶NH4OH (aq)
NH3+ Air + padatan CuSO4.5H2O Hablur berwarna biru tua CuSO4. 5H2O(s) + 4NH4OH(aq) + H2O(l)
⟶ CuSO4(NH3)4SO4. 6H2O (s) + H2O(l)
Setelah penambahan etanol Terbentuk hablur berwarna biru lama CuSO4. 5H2O(s) + 4NH4OH(aq) + H2O(l)
kelamaan menjadi biru muda ⟶ CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + H2O(l)
Stetlah dibiarkan 30 menit Terbentuk pasta bewarna biru muda CuSO4. 5H2O + 4NH4OH(aq) + H2O(l)⟶
CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + H2O(l)
Setelah pencucian dengan ammonia Pasta berubah warna menjadi biru tua CuSO4. 5H2O + 4NH4OH(aq) + H2O(l)⟶
pekat:etanol (2:2) Disaring CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + H2O(l)
Filtrat = larutan biru tua ++, berbau
menyengat
Residu = pasta biru tua ++
Setelah dikeringkan dalam oven suhu Massa Kristal 1: 1,2430 gram
50oC Massa Kristal 2: 0,7645 gram
Massa Kristal 3: 0,7592 gram
Massa Kristal 4: 0,7508 gram
Massa Kristal 5: 0,7505 gram
Persen hasil = 44,4829%

3. Pengujian Garam Rangkap dan Garam Kompleks

No Perlakuan Pengamatan Reaksi yang terjadi


Garam rangkap + air Sedikit larut dan larutan berwarna biru CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) + H2O ⟶
muda Cu2+ + 2SO42- + 2NH4+ + 7H2O
1.
Garam kompleks + air Sedikit larut, larutan berwarna biru tua dan CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + H2O(l)
endapan berwarna biru tua + ⟶ [Cu(NH3)]2+ + SO42- + 6H2O
2. Garam rangkap + air + air Larutan berwarna biru muda CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) + H2O ⟶
Cu2+(aq) + 2SO42-(aq) + 2NH4+ (aq) +
7H2O(l)
Garam rangkap + air + HCl Endapan larut dan larutan tak berwarna CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) + HCl(aq)
⟶ CuCl2(aq) + 2SO42-(aq) + 2H+(aq)
+ 2NH4+(aq) + 6H2O(l)
Garam rangkap + air + NaOH Larutan berwarna biru muda ++ dan CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) +
endapan berwarna biru muda ++ NaOH(aq) ⟶ Cu(OH)2(s) + 2SO42-
(aq) + 2Na+(aq) + 2NH4+(aq) + 6H2O(l)
Garam kompleks + air + air Endapan berwarrna biru tua dan larutan CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + H2O(l)
berwarna biru tua ⟶ [Cu(NH3)]2+ + SO42- + 6H2O
Garam kompleks + air + HCl Endapan larut dan larutan tak berwarna CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + HCl ⟶
[Cu(NH3)4]Cl (s)
Garam kompleks + air + NaOH Larutan berwarna biru tua ++ dan endapan CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + NaOH
berwarna biru tua + ⟶ [Cu(NH3)4](OH)2 (s)
Garam Rangkap dipanaskan Terdapat endapan, timbul gas gelembung CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (aq) ⟶ Cu2+
gas dan larutan berwarna biru muda (aq) + 2SO42-(g) + 2NH4+ (aq) +
7H2O(g)
Pengujian 1: Gas + Lakmus Lakmus merah tetap berwarna merah LitOH ⟶ Lit+ + OH-
Lakmus biru berubah menjadi warna merah Menandakan garam bersifat asam
Pengujian 2 : Gas + HCl pekat Terbentuk uap di spatula SO42 (g) + 2HCl (aq) ⟶H2SO4 (aq) +
3.
Cl2(g)
Garam kompleks dipanaskan Terdapat endapan biru kehijauan dan CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O⟶ CuSO4 (s)
larutan berwarna biru kehijauan + 5H2O + NH3 (g)
Pengujian 1: Gas + Lakmus Lakmus merah berubah menjadi biru HLit ⟶ H+ + Lit-
Lakmus biru tetap berwarna biru Menandakan garam bersifat basa
Pengujian 2 : Gas + HCl pekat Terbentuk uap di spatula NH3 (g) + HCl (aq) ⟶ NH4Cl (g)
4. Uji titik leleh garam rangkap Titik leleh : 256oC Teori Titik leleh : 256oC
(Rivai, 1985)
Uji titik leleh garam kompleks Titik leleh : 258oC Teori Titik leleh : 260oC
(Rivai, 1985)
IX. Analisis dan Pembahasan
Praktikum yang dilakukan mulai hari Senin tanggal 14 Oktober 2019
sampai 21Oktober 2019 di Laboratorium Kimia Anorganik Unesa, berjudul
“Pembuatan Garam Rangkap dan Garam Kompleks”. Tujuan dari praktikum
tersebut yaitu untuk membuat dan mempelajari sifat-sifat garam rangkap
kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat
monohidrat. Sebelum melakukan praktikum, alat dan bahan yang akan
digunakan dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah itu, alat-alat tersebut dicuci
dan dibersihkan agar tidak ada kontaminan yang dapat mempengaruhi hasil
praktikum. Praktikum ini terdiri dari 3 sub-judul, antara lain:
1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Garam rangkap adalah garam yang terdiri dari dua kation yang
berbeda dengan sebuah anion yang sama dalam satu kisi kristalnya.
Garam rangkap biasanya lebih mudah membentuk kristal besar
dibandingkan dengan garam tunggal penyusunnya (Hadiat, 2004).
Langkah pertama yang dilakukan untuk membuat garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yaitu menimbang garam CuSO4.5H2O (berupa
kristal biru ++ atau biru berlin) menggunakan neraca analitik sebanyak
1,2475 gram dan menimbang garam (NH4)2SO4 berupa kristal putih
sebanyak 0,66 gram. Kemudian kedua garam tersebut dicampurkan ke
dalam gelas kimia 100 mL, dan dilarutkan dengan 5 mL aquades (cairan
tak berwarna) untuk melarutkan kristal tersebut sehingga menghasilkan
larutan transparan berwarna biru ++ atau biru berlin tetapi masih terdapat
kristal belum larut. Reaksi yang terjadi dalam larutan tersebut dapat
dituliskan dalam persamaan reaksi berikut:
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
Kedua garam tersebut dicampurkan agar dapat membentuk garam
rangkap. Setelah itu dipanaskan secara perlahan sampai garam larut
sempurna sehingga menghasilkan larutan berwarna biru muda (+).
Pemanasan dilakukan agar ikatan dalam ion-ion garam sederhana dapat
merenggang sehingga pembentukan garam kompleks lebih optimum dan
proses reaksi dapat dipercepat akibat pemanasan. Reaksi yang terjadi
yaitu:
pemanasan
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l)
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq)
Selanjutnya larutan tersebut didinginkan pada suhu kamar untuk
melepaskan kalor akibat pemanasan agar dapat membentuk kristal garam
rangkap, berdasarkan teori pada suhu kamar pembentukan kristal
membutuhkan waktu yang lama, kurang lebih 4 hari. Hal ini didukung
dengan hasil praktikum saat larutan didiamkan pada suhu ruang kristal
yang terbentuk hanya sedikit. Oleh karena itu diberi perlakuan dengan
ditempatkan dalam waterbath yang sudah berisi es kristal, tujuannya
untuk mempercepat pembentukan kristal garam rangkap. Suhu es
dikondisikan pada suhu 0 ℃ karena pada suhu tersebut es melebur
menjadi air. Setelah didinginkan selama 30 menit, terbentuk larutan
berwarna biru muda dan kristal garam CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang
berwarna biru muda. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua larutan
dapat membentuk kristal.
Setelah itu kristal yang terbentuk dipisahkan dari larutannya dengan
cara didekantasi kemudian diletakkan diatas kertas saring yang
sebelumnya sudah ditimbang. Massa kertas saring yaitu 0,3831 gram dan
massa kaca arloji yaitu 9,1961 gram. Setelah itu garam diletakkan di
kertas saring lalu di tempatkan pada kaca arloji lalu ditimbang, diperoleh
masssa 1 sebesar 1,7461 gram. Selanjutnya garam tersebut dikeringkan
dalam oven pada suhu 50 ℃ . Pengovenan bertujuan untuk menghilngkan
sisa air yang terkandung didalam kristal, agar diperoleh kristal yang
benar-benar kering. Pengeringan ini dilakukan sampai diperoleh berat
kristal secara konstan dengan cara menimbangnya setiap hari selama 5
hari berturut-turut sehingga didapatkan garam rangkap yang murni.
Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)
Massa yang diperoleh selama 5 hari pengamatan yaitu sebagai berikut :
Massa kristal 1 = 1,7461 gram
Massa kristal 2 = 0,7263 gram
Massa kristal 3 = 0,7257 gram
Massa kristal 4 = 0,7196 gram
Massa kristal 5 = 0,6868 gram
Kristal garam rangkap terbentuk dari 2 garam yaitu CuSO 4.5H2O dan
(NH4)2SO4 yang saling berikatan ionik. Dalam masing-masing garam
juga terdapat ikatan ionik, sehingga ikatan dalam garam rangkap ini
semuanya berikatan ionik. Garam rangkap cenderung stabil dalam bentuk
padatan, sehingga garam ini tidak mudah berubah, kecuali jika dilarutkan
ke dalam pelarut tertentu. Sifat fisik dan sifat kimia garam rangkap sama
dengan senyawa pembentuknya.
Berdasarkan praktikum diperoleh berat konstan garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O sebesar 0,71076 gram. Sedangkan massa secara
teori yakni 1,9975 gram. Berat konstan tersebut digunakan untuk
menghitung persen rendem yang diperoleh sebesar 35,5825%.
Berdasarkan nilai rendemen dapat diketahui bahwa masih ada kristal
yang belum terbentuk. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan praktikan
saat memanaskan, suhu tidak diperhatikan sehingga kedua garam tersebut
tidak larut sempurna. Menurut Fitrony (2013) larutan dipanaskan untuk
meningkatkan kelarutan CuSO4 agar membentuk kristal CuSO4.5H2O.
Hal ini dikarenakan pada suhu yang tinggi CuSO4 semakin cepat larut
kemudian membentuk kristal yang semakin banyak. Sehingga semakin
tinggi suhu reaksi maka jumlah kristal yang diperoleh juga semakin
banyak.
2. Pembuatan Garam Kompleks Tetraammin Tembaga (II) Sulfat
Monohidrat Cu(NH3)4SO4.5H2O
Garam kompleks adalah garam yang tersusun atas unsur logam dan
ion kompleks. Dalam larutan, elektrolit ini terionisasi menjadi ion logam
dan ion kompleks (Sumardjo, 2008). Garam kompleks dapat terbentuk
melalui pencampuran (larutan pekat panas dari komponen sulfat), lalu
didinginkan (Arifin, 2011). Langkah pertama yang dilakukan untuk
membuat garam kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat monohidrat
atau Cu(NH3)4SO4.5H2O yaitu menimbang kristal CuSO4.5H2O
(berwarna biru ++) menggunakan neraca analitik sebesar 1,2475 gram.
Selanjutnya mengambil 2 mL amonium pekat dengan konsentrasi 10,19
M (larutan tak berwarna dan berbau menyengat) dimasukkan ke dalam
gelas kimia 100 mL. Lalu ditambahkan 2 mL aquades (cairan tak
berwarna), tujuannya untuk menurunkan konsentrasi amonia. Reaksi
yang terjadi yaitu :
NH3(aq) + H2O(l) → NH4OH(aq)
Setelah itu dimasukkan 1,2475 gram kristal CuSO 4.5H2O dan diaduk
sampai homogen. Pengadukan dilakukan agar kristal CuSO4 dapat larut
dalam amonia. Larutan amonia berfungsi sebagai penyedia ligan NH 3
sedangkan kristal CuSO4.5H2O berfungsi sebagai penyedia ion pusat Cu.
Molekul H2O dari aquades berfungsu sebagai pengkompleks Cu2+,
dimana ligan H2O ini diganti oleh ligan NH3, karena NH3 sebagai ligan
kuat yang dapat mendesak ligan netral H2O sehingga berubah menjadi
hablur berwarna biru tua. Persamaan reaksinya yakni :
CuSO4.5H2O(s)+4NH4OH(aq)+H2O(l)→ Cu(NH3)4SO4.6H2O(s)+ H2O(l)
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa garam
CuSO4.5H2O bereaksi dengan NH4OH dan mulai membentuk garam
kompleks.
Kemudian ditambah 4 mL etanol (larutan tak berwarna) secara
perlahan-lahan melalui dinding gelas kimia. Penambahan etanol
bertujuan untuk mengikat molekul air (H2O) yang terdesak oleh ligan
NH3. Penambahan etanol dilakukan secara perlahan melalui dinding
gelas kimia, tidak boleh diaduk dan tidak boleh digoyangkan agar etanol
tidak bercampur dengan larutan melainkan dapat menutupi larutan.
Karena jika tercampur etanol dapat bereaksi dengan OH- menghasilkan
Cu(OH)2. Etanol juga berfungsi untuk mencegah penguapan amonia,
karena apabila amonia menguap, maka ligan akan habis sebab amonia
merupakan penyedia ligan. Setelah penambahan etanol, gelas kimia
segera ditutup menggunakan kaca arloji tujuannya agar etanol juga tidak
menguap. Karena etanol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap.
Setelah itu dibiarkan selama 30 menit pada suhu ruang terbentuk pasta
berwarna biru muda dan terbentuk kristal. Lalu diaduk secara perlahan-
lahan untuk menghomogenkan suspensi agar semua endapan yang
terbentuk dapat tersaring diatas kertas saring. Setelah itu endapan hasil
penyaringan yang ada di kertas saring dicuci menggunakan 4 mL larutan
campuran (antara 2 mL amonia pekat dengan 2 mL etanol). Tujuannya
untuk memurnikan kristal dari pengotor, karena molekul amonia berlebih
yang ditambahkan akan mendesak molekul H2O yang masih tersisa di
dalam larutan itu. Molekul H2O yang terdesak akan diikat oleh
etanol.Sesuai persamaan reaksi berikut :
CuSO4.5H2O(s)+ 4NH4OH(aq)+H2O(l)→Cu(NH3)4SO4.6H2O(s)+H2O(l)
Setelah itu dicuci lagi dengan 5 mL etanol untuk mengikat air dan
memurnikan kristal dari pengotornya. filtrat hasil penyaringan berupa
larutan berwarna biru tua dan berbau menyengat, sedangkan residunya
berupa pasta berwarna biru tua, adapun reaksinya sebagai berikut :
CuSO4.5H2O(s)+4NH4OH(aq)+H2O(l)→Cu(NH3)4SO4.6H2O(s)+H2O(l)

Pembentukan kristal garam kompleks dapat dijelaskan dengan teori


hibridisasi, dimana Cu melepaskan dua elektron terluarnya untuk
memberikan letak pada ligan NH3 yang akan dikat.
Kristal yang diperoleh kemudian ditimbang menggunakan neraca
analitik, diperoleh massa sebesar 1,243 gram. Setelah itu kristal
dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 50℃ , tujuannya untuk
menguapkan sisa air dan sisa etanol yang masih ada dalam kristal,
sehingga diperoleh kristal yang betul-betul kering. Pengeringan
dilakukan sampai tercapai berat kristal secara konstan dengan cara
menimbangnya setiap hari selama 5 hari berturut-turut sehingga
didapatkan garam kompleks yang murni. Massa yang diperoleh yaitu :
Massa kristal 1 = 1,243 gram
Massa kristal 2 = 0,7645 gram
Massa kristal 3 = 0,7598 gram
Massa kristal 4 = 0,7508 gram
Massa kristal 5 = 0,7505 gram
Berdasarkan massa ke 3, 4 dan 5 diperoleh berat konstan garam
kompleks yakni sebesar 0,75065 gram dan massa secara teoritis yaitu
1,6875 gram. Berat konstan tersebut digunakan untuk menghitung persen
rendemen yang diperoleh sebesar 44,4829%. Berdasarkan nilai rendemen
dapat diketahui bahwa masih ada kristal yang belum terbentuk. Hal ini
dapat terjadi karena kesalahan praktikan saat memanaskan, suhu tidak
diperhatikan sehingga kedua garam tersebut tidak larut sempurna. Hal ini
juga dapat disebabkan karena singkatnya waktu pendiaman sehingga
hanya sedikit kristal yang dapat terbentuk.
3. Perbadingan Beberapa Sifat Garan Rangkap dan Garam Kompleks
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat garam rangkap
dan garam kompleks. Sifat-sifat yang akan diuji yaitu kelarutan dalam
aquades, HCl dan NaOH; pengujian gas dan uji titik leleh. Langkah awal
yang dilakukan untuk menguji beberapa sifat garam rangkap dan garam
kompleks yaitu mengambil satu spatula garam rangkap (kristal biru
muda) dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1. Setelah itu ditambahkan 4
mL aquades lalu dikocok menghasilkan larutan berwarna biru muda (+).
Persamaan reaksinya dapat dituliskan seperti berikut :
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) + H2O(l) → Cu2+ (aq) + 2NH4+ (aq) +
7H2O(aq)
Kemudian mengambil satu spatula garam kompleks (kristal biru tua)
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2. Setelah itu ditambahkan 4 mL
aquades lalu dikocok menghasikan endapan sedikit larut, terbentuk
larutan berwarna biru tua tetapi masih terdapat kristal yang juga
berwarna biru tua. Persamaan reaksinya yakni :
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s)+ H2O(l) → [Cu(NH3)4]2+ (aq) + SO42- (aq) +
6H2O(aq)
Penambahan aquades bertujuan untuk melarutkan kristal garam agar
mudah direaksikan dengan zat lain. Masing-masing larutan garam diuji
dengan beberapa cara seperti berikut :
a. Garam Rangkap
 Pelarut aquades
Larutan garam rangkap diambil sebanyak 1 mL lalu ditambah
2 mL aquades (cairan tak berwarna) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 1, menghasilkan larutan biru muda (-) yang jernih. Hal ini
disebabkan karena ketika dilarutkan dalam air garam rangkap akan
terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Seperti persamaan reaksi
berikut :
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) + H2O(l) → Cu2+ (aq) + 2NH4+ (aq)
+ 7H2O(aq)
Penambahan aquades berfungsi sebagai pelarut yang akan
dibandingkan dengan pelarut lain yaitu HCl dan NaOH.
 Pelarut HCl
Larutan garam rangkap diambil sebanyak 1 mL lalu ditambah
2 mL HCl (larutan tak berwarna) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 2, hasilnya yaitu kristal dapat larut dan terbentuk larutan tak
berwarna. Hal ini disebabkan karena suatu asam misalnya HCl
cenderung membawa panas. Panas ini dapat menguraikan ikatan
ion dalam molekul garam rangkap sehingga terurai dan dapat
laarut. Reaksi yang terjadi yaitu :
CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) + HCl(aq) ⟶ CuCl2(aq) + 2SO42-(aq)
+ 2H+(aq) + 2NH4+(aq) + 6H2O(l)
 Pelarut NaOH
Larutan garam rangkap diambil sebanyak 1 mL lalu ditambah
2 mL NaOH (larutan tak berwarna) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 3, menghasilkan larutan berwarna biru muda (++) keruh dan
terdapat endapan berwarna biru. Hal ini disebabkan karena basa
cenderung memberikan sifat yang dingin. Apabila suatu sistem
dalam keadaan dingin akan cenderung membentuk ikatan sehingga
ikatan yang terbentuk akan semakin banyak. Semakin banyak
ikatan yang terjadi maka endapan yang terbentuk juga semakin
banyak, sehingga menghasilkan larutan biru keruh. Reaksinya
yakni :
CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (s) + NaOH(aq) ⟶ Cu(OH)2(s) + 2SO42-
(aq) + 2Na+(aq) + 2NH4+(aq) + 6H2O(l)
 Pengujian Gas
Sisa larutan garam rangkap dipanaskan diatas nyala bunsen,
menghasilkan larutan berwarna biru muda, terdapat endapan dan
timbul gelembung gas. Pada saat dipanaskan larutan garam
rangkap melepaskan gas H2O yang tidak berwarna dan tidak
berbau. Persamaan reaksinya yaitu :
CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O (aq) ⟶ Cu2+(aq) + 2SO42- (g) + 2NH4+
(aq) + 7H2O (g)
Selanjutnya gas yang dihasilkan diuji dengan kertas lakmus
merah dan biru, diperoleh kertas lakmus biru menjadi merah dan
lakmus merah tetap merah. Hal ini disebabkan oleh adanya ion
SO42- yang bersifat asam. Hasil uji kertas lakmus menunjukkan
bahwa larutan garam rangkap bersifat asam. Reaksi yang terjadi
yaitu :
LitOH ⟶ Lit+ + OH-
Kemudian diuji dengan HCl menggunakan spatula yang telah
dicelupkan ke dalam HCl pekat (larutan tak berwarna). Spatula
yang telah dicelupkan HCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi larutan garam rangkap, tetapi tidak sampai menyentuh
larutan. Hal ini dilakukan karena yang ingin diamati adalah gasnya
bukan larutanna. Percobaan ini menghasilkan asap putih di spatula,
asap putih yang dihasilkan merupakan gas klor, persamaan
reaksinya yaitu :
SO42- (g)+ 2HCl (aq) ⟶H2SO4 (aq) + Cl2(g)
 Uji Titik Leleh
Selanjutnya dilakukan uji titik leleh menggunakan melting
block. Langkah pertama yaitu kristal garam rangkap dimasukkan
ke dalam pipa kapiler hingga memenuhi ujung pipa. Lalu pipa
kapiler tersebut dimasukkan ke dalam melting block yang telah
dihubungkan dengan temperatur. Garam rangkap menghasilkan
titik leleh sebesar 256 ℃ . Berdasarkan teori titik leleh garam
rangkap kupri amonium sulfat yaitu 256 ℃ (Rivai, 1995).
b. Garam Kompleks
 Pelarut Aquades
Larutan garam kompleks (larutan biru tua) diambil sebanyak 1
mL lalu ditambah 2 mL aquades (cairan tak berwarna) dimasukkan
ke dalam tabung reaksi 1, menghasilkan larutan biru tua dan
terdapat endapan berwarna bitu tua. Hal ini disebabkan karena
garam kompleks akan terurai menjadi kation (ion kompleks) dan
anion penyususnnya, sehingga tidak larut sempurna. Persamaan
reaksinya yaitu :
CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + H2O(l) ⟶ [Cu(NH3)]2+ + SO42- +
6H2O
Penambahan aquades berfungsi sebagai pelarut yang akan
dibandingkan dengan pelarut lain yaitu HCl dan NaOH.
 Pelarut HCl
Larutan garam kompleks diambil sebanyak 1 mL lalu ditambah
2 mL HCl (larutan tak berwarna) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 2, hasilnya endapan larut dan terbentuk larutan berwarna
biru tua. Hal ini disebabkan karena suatu asam misalnya HCl
cenderung membawa panas. Panas ini dapat menguraikan ikatan
ion dalam molekul garam sehingga terurai dan dapat larut.
Persamaan reaksi yang terjadi :
CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + 2HCl ⟶ [Cu(NH3)4]Cl2 (s)
 Pelarut NaOH
Larutan garam kompleks diambil sebanyak 1 mL lalu ditambah
2 mL NaOH (larutan tak berwarna) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 3, menghasilkan larutan berwarna biru tua (++) keruh dan
endapan berwarna biru tua (++). Hal ini disebabkan karena basa
cenderung memberikan sifat yang dingin. Apabila suatu sistem
dalam keadaan dingin akan mudah membentuk ikatan sehingga
ikatan yang terbentuk akan semakin banyak. Semakin banyak
ikatan yang terjadi maka endapan yang terbentuk juga semakin
banyak, sehingga menghasilkan larutan biru keruh. Reaksinya
yakni :
CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O (s) + NaOH ⟶ [Cu(NH3)4](OH)2(s)
 Pengujian Gas
Sisa larutan garam kompleks dipanaskan diatas nyala bunsen,
menghasilkan larutan berwarna biru kehijauan, terdapat endapan
berwarna biru kehijauan. Pada saat dipanaskan larutan garam
rangkap melepaskan gas NH3 yang tidak berwarna dan berbau
menyengat. Persamaan reaksinya yakni :
CuSO4(NH3)4SO4. 5H2O⟶ CuSO4 (s) + 5H2O(l) + NH3 (g)
Selanjutnya gas yang dihasilkan diuji dengan kertas lakmus
merah dan biru, diperoleh kertas lakmus merah menjadi biru dan
lakmus biru tetap biru. Hal ini disebabkan oleh adanya gas NH 3
yang bersifat basa. Berdasarkan hasil uji menggunakan kertas
lakmus diketahui bahwa larutan garam kompleks bersifat basa.
Reaksi yang terjadi yaitu :
HLit ⟶ H+ + Lit-
Kemudian gas NH3 diuji dengan HCl menggunakan spatula
yang telah dicelupkan ke dalam HCl pekat (larutan tak berwarna).
Spatula yang telah dicelupkan HCl dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi larutan garam kompleks, tetapi tidak sampai
menyentuh larutan. Hal ini dilakukan karena yang ingin diamati
adalah gasnya bukan larutannya. Percobaan ini menghasilkan asap
di spatula, asap tersebut merupakan gas NH4Cl. Reaksi yang terjadi
yaitu :
NH3 (g) + HCl (aq) ⟶ NH4Cl (g)
 Uji Titik Leleh
Selanjutnya dilakukan uji titik leleh menggunakan melting
block. Langkah pertama yaitu kristal garam kompleks dimasukkan
ke dalam pipa kapiler hingga memenuhi ujung pipa. Lalu pipa
kapiler tersebut dimasukkan ke dalam melting block yang telah
dihubungkan dengan temperatur dan dipanaskan. Garam kompleks
menghasilkan titik leleh sebesar 258 ℃ . Berdasarkan teori titik
leleh garam kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat monohidrat
yaitu 260 ℃ (Rivai, 1995). Hal ini disebabkan karena kondisi
lingkungan saat praktikum dilakukan tidak sama dengan kondisi
saat peneliti melakukan penelitian titik leleh secara teori.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui urutan
kelarutan garam rangkap dan garam kompleks di dalam tiga pelarut dari
yang mudah larut sampai tidak mudah larut yaitu :
HCl > Aquades > NaOH
Sedangkan titik leleh garam kompleks lebih besar dari garam rangkap.
Tingginya titik leleh garam kompleks disebabkan karena garam
kompleks terbentuk dari banyak ikatan ionik, sehingga memerlukan
energi lebih tinggi untuk memutuskan ikatan-ikatan ionik untuk menjadi
ion-ionnya. Sedangkan garam rangkap hanya mempunyai 1 ikatan ionik
dan ikatan kovalen di dalam bola koordinasi yang tidak dapat terurai.
Menyebabkan energi untuk ionisasi lebih rendah dan titik lelehnya lebih
rendah.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Garam rangkap dan garam kompleks dapat dibuat dengan cara beriku:
a. Garam rangkap kupri ammonium sulfat CuSO 4(NH4)2SO4.6H2O dapat
dibuat dari dari garam CuSO4.5H2O dan garam (NH4)2SO4
menghasilkan kristal berwarna biru muda dengan massa sebesar
0,71076 gram dan persen rendemen sebesar 35,5825%.
b. Garam kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4.5H2O dapat dibuat dari dari garam CuSO4.5H2O dengan
larutan amonia pekat (NH3) menghasilkan kristal berwarna biru tua
dengan massa sebesar 0,75065 gram dan persen rendemen sebesar
44,4829%.
2. Sifat-sifat garam rangkap dan garam kompleks dapat diketahui dari uji
kelarutan dalam aquades, HCl, dan NaOH; uji gas dan uji titik leleh.
a. Garam rangkap kupri ammonium sulfat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
ketika dilarutkan dalam aquades, HCl dan NaOH urutan kelarutannya
adalah HCl>aquades>NaOH. Ketika gas yang keluar diuji dengan
kertas lakmus, gas yang dihasilkan bersifat asam. Ketika diuji dengan
spatula yang telah dicelupkan ke dalam HCl pekat menghasilkan asap
putih (+). Pada saat uji titik leleh diperoleh titik leles pada suhu 256
℃.
b. Garam kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4.5H2O ketika dilarutkan dalam aquades, HCl dan NaOH
urutan kelarutannya adalah HCl>aquades>NaOH. Ketika gas yang
keluar diuji dengan kertas lakmus, gas yang dihasilkan bersifat basa.
Ketika diuji dengan spatula yang telah dicelupkan ke dalam HCl pekat
menghasilkan asap putih (++). Pada saat uji titik leleh diperoleh titik
leles pada suhu 258 ℃ .

Anda mungkin juga menyukai