Anda di halaman 1dari 5

KIMIA UNSUR TRANSISI

Nama : Dwi Agustini Angraini


NIM : 06101381722045
Prodi : Pendidikan Kimia 2017

CIRI CIRI DAN SIFAT UNSUR TRANSISI

Unsur-unsur yang terletak di tengah table periodik unsur-unsur di antara golongan


utama (II A dan IIIA) dikenal dengan unsur-unsur logam transisi. Unsur-unsur ini semua
bersifat logam. Unsur-unsur transisi sering didefinisikan sebagai unsur-unsur dengan orbital d
atau f yang belum terisi penuh (Cotton, 1987). Unsur-unsur blok –d mempunyai tiga deret
yang sering disebut deret pertama, kedua, dan ketiga (untuk masing-masing periode ke-4, ke-
5, dan ke-6 dalam sistem periodic). Unsur-unsur transisi dalam mencakup unsur deret
lantanida dan deret aktanida yakni dalam dua deret dengan panjang 14 yang diletakkan di
bawah bodi utama dari tabel periodic.

A. Ciri – ciri Unsur Transisi


1. Senyawa Berwarna
Warna pada senyawa yang mengandung logam transisi pada umumnya disebabkan oleh
transisi elektron dalam dua tipe:
 transfer muatan kompleks. Sebuah elektron dapat melompat dari orbit ligan ke orbit
logam, membentuk ligant to metal charge transfer (LMCT). Hal ini dapat dilihat
dengan mudah jika logam sedang pada bilangan oksidasi yang tinggi.
Transisi metal to ligand charge transfer (MLCT) terjadi ketika logam dalam bilangan
oksidasi yang rendah sehingga ligan dengan mudah tereduksi.
 transisi d-d. Sebuah elektron melompat dari satu orbit d ke orbit yang lain. Pada
senyawa logam transisi yang kompleks, antarorbit d tidak mempunyai tingkat energi
yang sama. Pola pemisahan orbit d dapat dihitung dengan teori medan kristal. Tingkat
pemisahan tergantung pada jenis logam, bilangan oksidasi, dan sifat dari ligan.
Tingkat energi yang sebenarnya ditunjukkan oleh diagram Tanabe-Sugano.
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak.
2. Titik Leleh dan Titik Didih

Ikatan logam pada unsur – unsur golongan transisi sangat kuat, maka titik leleh dan
titik didihnya akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena pada pembentukan ikatan
logam, dilibatkan elektron dari orbital 4s dan 3d yang tidak terisi penuh. Semakin banyak
elektron yang bisa didelokalisasikan, maka tentunya ikatan logam akan semakin kuat.

Titik leleh dan titik didih unsur-unsur transisi pada umumnya sangat tinggi melebihi
titik leleh dan titik didih logam alkali atau alkali tanah. Sepuluh unsur transisi meleleh
pada suhu di atas 2000oC, tiga unsur meleleh pada suhu di atas 3000oC. Tingginya titik
leleh unsur transisi merupakan ciri khas sifat unsur ini. Hal ini menunjukkan bahwa kisi-
kisi kristal logam transisi jauh lebih sulit untuk dirusak dibandingkan kisi kisi pada logam
alkali atau alkali tanah. Hal ini disebabkan karena adanya ikatan logam dan ikatan kovalen
antar atom. Ikatan kovalen dapat terbentuk antara elektron-elektron yang terdapat pada
orbital d. Densitas unsur-unsur logam transisi cukup besar. Besarnya massa jenis unsur ini
dipengaruhi oleh massa atom, kecilnya volume atom, dan kerapatan kristalnya.

3. Jari Jari Atom Dan Kerapatannya

Sesuai dengan aturan keumuman jari – jari dalam satu perioda (dari kiri ke kanan), jari
jari unsur – unsur transisi akan semakin kecil dari Sc ke Zn. Namun kenyataanya, besar
jari – jari atom unsur transisi ini relatif sama. Hal ini disebaban karena adanya
penambahan elektron yang mengisi orbital 3d di bagian dalam. Peristiwa ini betindak
sebagai perisai terhadap bertambahnya tarikan inti pada orbital elektron 4s. Sehingga
pengecilan ukuran atom menjadi tidak efektif. Oleh karena itulah, ukuran jari – jari atom
unsur transisi dalam satu perioda relatif sama. Jari – jari atom logam transisi lebih kecil
dibandingkan jari – jari atom logam golongan utama (logam alkali dan alkali tanah).
Sedangkan jumlah partikel penyusun dasar (elektron, proton dan neutron) penyusun
atomnya semakin banyak.
Jari-jari atom unsur transisi tidak teratur seperti periode ketiga (dari kiri ke kanan
makin kecil), bahkan ada yang jari-jari atomnya lebih besar dari unsur disebelah kirinya.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya elektron-elektron 3d. Dari kiri ke kanan jumlah
elektron pada 3d akan semakin banyak. Elektron-elektron tersebut saling tolak menolak
sehingga dapat memperkecil gaya tarik inti atom terhadap elektron-elektron. Akibatnya,
elektron-elektron akan menjauhi inti atom dan jari-jari reaktif lebih besar. Untuk jari-jari
ion, ion dengan muatan 3+ lebih kecil daripada jari-jari ion dengan muatan 2+. Hal ini
dapat dimengerti karena muatan dalam inti atom tetap, sedangkan jumlah elektron pada
ion3+ lebih sedikit. Akibatnya gaya tolak menolak antar elektron. Hal ini akan
menyebabkan kerapatan atom logam unsur transisi akan semakin besar.

4. Berdaya katalitik

Logam transisi dan persenyawaannya merupakan katalis yang baik. Hal ini disebabkan
karena logam transisi memiliki kemampuan mengubah tingkat oksidasi. Pada kasus logam
dapat mengadsorp substani yang lain pada permukaan logam dan mengaktivasi substansi
tersebut selama proses berlangsung.

B. Sifat-sifat Unsur Transisi


1. Bersifat logam
Semua unsur transisi adalah unsur-unsur logam. Logam bersifat lunak, mengkilap, dan
penghantar listrik dan panas yang baik. Perak merupakan unsur transisi yang mempunyai
konduktivitas listrik paling tinggi pada suhu kamar dan tembaga di tempat kedua. Namun
demikians sifat-sifat logam transisi agak berbeda dari logam pada golongan utama,
terutama diliat dari titik leleh dan titik didihnya. Dibandingkan dengan golongan IA dan
IIA, unsur logam transisi lebih keras, punya titik leleh, titik didih, dan kerapatan lebih
tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur transisi berbagi elektron pada kulit d dan s (akan
dijelaskan selanjutnya) , sehingga ikatannya semakin kuat (Mc. Murry dan Fay, 2000:
867).
2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan +2,
unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti vanadium
yang punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4. Berikut contoh dari keberagaman tingkat
oksidasi unsur-unsur transisi periode keempat

Diambil dari McMurry dan Fay (2004)

3. Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik , di mana atom,
molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada elektron yang tidak
berpasangan pada orbitalnya , dan diamagnetik , di mana atom, molekul, atau ion dapat
ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan .
Sedangkan pada umumnya unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik karena mempunyai
elektron yang tidak berpasangan pada orbital-orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan
semakin kuat jika jumlah elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya semakin
banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn
bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama
dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat (Brady, 1990: 698).

4. Ion-ion berwarna

Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan
transisi, subkulit 3d yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu
menyerap energi cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya
dengan warna yang sesuai dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali
ke keadaan dasar.

5. Unsur-Unsur Transisi dapat Membentuk Senyawa Kompleks


Senyawa koordinasi terdiri atas ion logam positif yang disebut juga atom pusat dan
sejumlah gugus koordinasi yang disebut ligan. Ion positif bertindak sebagai asam Lewis
dan ligan merupakan basa Lewis. Pada umumnya kation yang dapat membentuk senyawa
kompleks adalah ion-ion unsur transisi, namun dikenal pula beberapa senyawa koordinasi
unsur representatif seperti Mg(III), Ca(II), Al(III), Pb(II), Sn(II), Sn(IV), dan Sb(III).

Ligan yang merupakan basa Lewis sekurang-kurangnya harus mempunyai sepasang


elektron bebas dalam orbital ikatan. Perbandingan besarnya ligan dan atom pusat
menentukan jumlah ligan maksimum yang dapat diikat. Jumlah ikatan kovalen koordinasi
yang dapat terbentuk pada pembentukan kompleks disebut bilangan koordinasi dari ion
pusat.

DAFTAR PUSTAKA

Yudha, H. 2016. Sifat Umum Logam Transisi. (online). https://www.academia.edu/5045321/


Sifat_Umum_Logam_Transisi. (Diakses pada tanggal 16 Agustus 2019).

Anda mungkin juga menyukai