Ikatan logam pada unsur – unsur golongan transisi sangat kuat, maka titik leleh dan
titik didihnya akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena pada pembentukan ikatan
logam, dilibatkan elektron dari orbital 4s dan 3d yang tidak terisi penuh. Semakin banyak
elektron yang bisa didelokalisasikan, maka tentunya ikatan logam akan semakin kuat.
Titik leleh dan titik didih unsur-unsur transisi pada umumnya sangat tinggi melebihi
titik leleh dan titik didih logam alkali atau alkali tanah. Sepuluh unsur transisi meleleh
pada suhu di atas 2000oC, tiga unsur meleleh pada suhu di atas 3000oC. Tingginya titik
leleh unsur transisi merupakan ciri khas sifat unsur ini. Hal ini menunjukkan bahwa kisi-
kisi kristal logam transisi jauh lebih sulit untuk dirusak dibandingkan kisi kisi pada logam
alkali atau alkali tanah. Hal ini disebabkan karena adanya ikatan logam dan ikatan kovalen
antar atom. Ikatan kovalen dapat terbentuk antara elektron-elektron yang terdapat pada
orbital d. Densitas unsur-unsur logam transisi cukup besar. Besarnya massa jenis unsur ini
dipengaruhi oleh massa atom, kecilnya volume atom, dan kerapatan kristalnya.
Sesuai dengan aturan keumuman jari – jari dalam satu perioda (dari kiri ke kanan), jari
jari unsur – unsur transisi akan semakin kecil dari Sc ke Zn. Namun kenyataanya, besar
jari – jari atom unsur transisi ini relatif sama. Hal ini disebaban karena adanya
penambahan elektron yang mengisi orbital 3d di bagian dalam. Peristiwa ini betindak
sebagai perisai terhadap bertambahnya tarikan inti pada orbital elektron 4s. Sehingga
pengecilan ukuran atom menjadi tidak efektif. Oleh karena itulah, ukuran jari – jari atom
unsur transisi dalam satu perioda relatif sama. Jari – jari atom logam transisi lebih kecil
dibandingkan jari – jari atom logam golongan utama (logam alkali dan alkali tanah).
Sedangkan jumlah partikel penyusun dasar (elektron, proton dan neutron) penyusun
atomnya semakin banyak.
Jari-jari atom unsur transisi tidak teratur seperti periode ketiga (dari kiri ke kanan
makin kecil), bahkan ada yang jari-jari atomnya lebih besar dari unsur disebelah kirinya.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya elektron-elektron 3d. Dari kiri ke kanan jumlah
elektron pada 3d akan semakin banyak. Elektron-elektron tersebut saling tolak menolak
sehingga dapat memperkecil gaya tarik inti atom terhadap elektron-elektron. Akibatnya,
elektron-elektron akan menjauhi inti atom dan jari-jari reaktif lebih besar. Untuk jari-jari
ion, ion dengan muatan 3+ lebih kecil daripada jari-jari ion dengan muatan 2+. Hal ini
dapat dimengerti karena muatan dalam inti atom tetap, sedangkan jumlah elektron pada
ion3+ lebih sedikit. Akibatnya gaya tolak menolak antar elektron. Hal ini akan
menyebabkan kerapatan atom logam unsur transisi akan semakin besar.
4. Berdaya katalitik
Logam transisi dan persenyawaannya merupakan katalis yang baik. Hal ini disebabkan
karena logam transisi memiliki kemampuan mengubah tingkat oksidasi. Pada kasus logam
dapat mengadsorp substani yang lain pada permukaan logam dan mengaktivasi substansi
tersebut selama proses berlangsung.
3. Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik , di mana atom,
molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada elektron yang tidak
berpasangan pada orbitalnya , dan diamagnetik , di mana atom, molekul, atau ion dapat
ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan .
Sedangkan pada umumnya unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik karena mempunyai
elektron yang tidak berpasangan pada orbital-orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan
semakin kuat jika jumlah elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya semakin
banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn
bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama
dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat (Brady, 1990: 698).
4. Ion-ion berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan
transisi, subkulit 3d yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu
menyerap energi cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya
dengan warna yang sesuai dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali
ke keadaan dasar.
DAFTAR PUSTAKA