Anda di halaman 1dari 21

KIMIA BAB III.

Kimia Unsur
Bagian 6. Unsur Transisi Periode Empat

Dibuat Oleh : Kelompok 6


1. Muhammad Saifullah (23)
2. Prima Andhareza (28)
3. Safira Ramadhanti (34)
4. Sudrazat (35)
5. Tharisa Ananda Kusuma (36)
6. Utami Dewi Amelia (37)
7. Yudhi (38)

Kelas XII – IPA 6


SMA NEGERI 4 DEPOK
Tahun Ajaran 2019-2020
Jalan Jeruk Raya Nomor 1 Pondok Sukatani Permai,
Tapos, Kota Depo
Kata Pengantar

Yang Terhormat,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah kimia
peminatan mengenai “Unsur Transisi Periode Empat”.

Makalah ini berisi tentang pembahasan mengenai unsur transisi pada


periode empat tabel periodik unsur. Makalah ini dibuat dengan tujuan utama untuk
mendongkrak nilai penulis supaya menjadi lebih baik lagi dan sebagai sarana
pembelajaran untuk menunjang masa depan.

Sekian dari penulis, semoga makalah ini bisa bermanfaat khusus untuk
penulis pribadi dan umumnya untuk pembaca. Mohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi materi maupun dari segi
penulisan. Untuk itu, penulis membuka kritik dan saran dalam pembuatan makalah
ini agar penulis dapat membuat makalah yang lebih baik dari sebelumnya. Atas
perhatiannya penulis sampaikan terima kasih.

Depok, 19 November 2019

Penulis
A. Anggota Unsur Transisi Periode Empat

Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada


kulit terluar dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur
yang lain. Umumnya, unsur transisi periode keempat memiliki
elektrovalensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur
seng (Zn) pada golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode
keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur
golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, sifat katalitik, serta
kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari :

Skandium (21Sc) Titanium (22Ti) Varadium (23V)

Kromium (24Cr) Mangan (25Mn) Ferri/Besi (26Fe)


Kobalt (27Co) Nikel (28Ni) Tembaga (29Cu)

Zinc/Seng (30Zn)

B. Konfigurasi Elektron Unsur Transisi Periode Empat


C. Karakteristik Anggota Unsur Transisi Periode Empat

D. Sifat-sifat Unsur Transisi Empat


1. Sifat Logam

Unsur transisi memiliki ikatan logam yang kuat antara


sesama atomnya. Hal ini disebabkan karena dalam strukturnya,
setiap atom logam mampu melepaskan sejumlah elektron sehingga
atom logam menjadi bermuatan positif, sedangkan elektron dapat
bergerak bebas sepanjang struktur logam. Proses pelepasan
elektron ini disebut dengan delokalisasi elektron.

Ikatan antara ion logam yang bermuatan positif dengan


elektron yang bermuatan negatif inilah yang membuat ikatan logam
pada unsur golongan transisi menjadi sangat kuat. Akibatnya
logam – logam transisi memiliki struktur yang keras. Kisi – kisi
logam yang satu juga dapat bergeser diatas kisi logam yang lain,
tanpa merusak ikatan logamnya. Hal ini membuat logam – logam
golongan transisi dapat ditempa dan diregangkan.
2. Titik Leleh

Karena ikatan logam pada unsur – unsur golongan transisi


sangat kuat, maka titik leleh dan titik didihnya akan semakin tinggi.
Hal ini disebabkan karena pada pembentukan ikatan logam,
dilibatkan elektron dari orbital 4s dan 3d yang tidak terisi penuh.

Semakin banyak elektron yang bisa didelokalisasikan, maka


tentunya ikatan logam akan semakin kuat. Unsur transisi yang
mempunyai titik leleh terendah adalah ZnZn (seng). Hal ini
disebabkan karena orbital 3d nya sudah terisi penuh oleh elektron
sehingga hanya elektron pada orbital 4s saja yang dipergunakan
untuk membentuk ikatan logam. Karena jumlah elektron yang
didelokalisasikan sedikit, maka titik leleh ZnZn tidak terlalu tinggi.

3. Konduktor Listrik

Setiap logam adalah konduktor listrik yang baik. Unsur – unsur


transisi yang memiliki konfigurasi setengah penuh akan mempunyai
sifat konduktor listrik yang lebih baik dibandingkan yang orbitalnya
penuh.

4. Jari – Jari Atom dan Kerapatannya

Sesuai dengan aturan jari – jari atom dalam satu perioda (dari
kiri ke kanan), jari jari unsur – unsur transisi akan semakin kecil
dari ScSc ke ZnZn. Namun kenyataanya, besar jari – jari atom unsur
transisi ini relatif sama. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan
elektron yang mengisi orbital 3d di bagian dalam. Peristiwa ini
bertindak sebagai perisai terhadap bertambahnya tarikan inti pada
orbital elektron 4s. Sehingga pengecilan ukuran atom menjadi tidak
efektif. Oleh karena itulah, ukuran jari – jari atom unsur transisi dalam
satu perioda cenderung relatif sama.
Jari – jari atom logam transisi lebih kecil dibandingkan jari –
jari atom logam golongan utama (logam alkali dan alkali tanah).
Sedangkan jumlah partikel penyusun dasar (elektron, proton dan
neutron) penyusun atomnya semakin banyak. Hal ini akan
menyebabkan serapan atom logam unsur transisi akan semakin besar.
Kerapatan terkecil dimiliki oleh atom ScSc (2,99 /cm^33) adalah yang
paling kecil diantara unsur – unsur transisi lain karena ScSc memiliki
jari – jari atom paling besar.

5. Struktur Logam

Hampir semua logam transisi memiliki kristal dengan bentuk


geometri kisis terjejal rapat dalam struktur heksagonal closed packed
seperti atom Sc, TiSc,Ti dan ZnZn, struktur kristal kubus berpusat
muka seperti atom Co, NiCo,Ni dan CuCu serta struktur kristal kubus
berpusat badan seperti atom Cr, VCr,V dan FeFe.

6. Sifat Magnetik

Didasarkan atas perilaku suatu zat dalam bidang magnet, zat –


zat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
- Diamagnetik = tidak tertarik/terpengaruh oleh medan magnet
- Paramagnetik = tertarik sebagian oleh medan magnet
- Feromagnetik = sangat tertarik oleh medan magnet.

Pada unsur logam golongan transisi, Fe,


CoFe,Co dan NiNi adalah bersifat feromagnetik yang artinya tertarik
sangat kuat oleh medan magnet. Oleh karena itu, logam – logam ini
banyak digunakan untuk membuat magnet permanen. ZnZn bersifat
diamagnetik, sedangkan logam transisi yang lain bersifat
paramagnetik.

Sifat – sifat kemagnetan logam transisi ini disebabkan oleh


penuh atau tidaknya pengisian elektron pada orbital 4s dan 3d
nya. ZnZn bersifat diamagnetik karena kedua orbital tersebut sudah
diisi penuh oleh elektron.

7. Pembentukan Senyawa Berwarna

Salah satu yang menarik dari unsur logam transisi adalah


bahwa mereka dapat membentuk senyawa yang memiliki warna –
warna yang menarik. Warna – warna ini muncul sebagai akibat tidak
penuhnya pengisian elektron pada orbital 3d, sehingga ada elektron
yang menyendiri (tidak berpasangan). Elektron menyendiri ini dapat
tereksitasi dengan menyerap energi dari cahaya sinar tampak ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Di tingkat energi yang lebih tinggi ini,
elektron cenderung tidak stabil sehingga akan kembali lagi ke posisi
semula.

Saat elektron kembali ke posisi semula, ia melepaskan radiasi


berupa cahaya yang dilihat sebagai warna pada senyawa. Warna –
warna yang dibentuk oleh senyawa logam transisi ini sangat beragam,
tergantung pada berbagai faktor.

E. Kelimpahan di Alam Unsur Transisi Periode Empat

Unsur unsur yang termasuk periode keempat meliputi tembaga


(Cu), seng (Zn), skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium
(Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), dan nikel (Ni).

Unsur transisi dapat ditemukan dikerak bumi terutama sebagai bijih


mineral (bijih logam) dengan kadar tertentu. Bijih besi merupakan mineral
terbanyak di alam setelah O, Si, dan Al. Untuk lebih jelasnya keberadaan
unsur transisi di alam dapat dilihat dalam uraian berikut.

a. Skandium (Sc)

Skandium (Sc) terdapat dalam mineral torvetit (Sc2SiO7).


b. Titanium (Ti)

Unsur ini terdapat dalam mineralrutil (TiO2) yang terdapat dalam


bijih besi sebagai ilmenit (FeTi)2O3 dan ferrotitanate (FeTiO3)
juga terdapat dalam karang, silikat, bauksit batubara, dan tanah liat.

c. Vanadium (V)

Vanadium terdapat dalam senyawa karnotit (K-uranil-vanadat)


[(K2(UO2)2 (VO4)2.3H2)], dan vanadinit (Pb5(VO4)3Cl).

d. Kromium (Cr)

Bijih utama dari kromium di alam adalah kromit (FeO.Cr2O2) dan


sejumlah kecil dalam kromoker.

e. Mangan (Mn)

Bijih utamanya berupa pirulosit (batu kawi) (MnO2), dan


rodokrosit (MnCO3) dan diperkirakan cadangan Mn terbesar
terdapat di dasar lautan.

f. Besi (Fe)

Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi


(sekitar 6,2% massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam
keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan dalam bentuk
mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3),
dan magnetite (Fe3O4).

Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan


gas hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)


Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi
ion Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk
lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut.
Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat
oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain
FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS
(hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion
Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+.
Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah
Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).

g. Kobalt (Co)

Kobalt terdapat di alam sebagai arsenida dari Fe, Co, Ni, dan
dikenal sebagai smaltit, kobaltit (CoFeAsS) dan eritrit
Co3(AsO4)2.8H2O.

h. Nikel (Ni)

Nikel ditemukan dalam beberapa senyawa berikut ini.

Sebagai senyawa sulfida : penladit (FeNiS), milerit (NiS)

Sebagai senyawa arsen : smaltit (NiCOFeAs2)

Sebagai senyawa silikat : garnierit (Ni.MgSiO3)

i. Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam


(precious metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk
senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit)
CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO),
malasit (CuCO3.Cu(OH)2-).
Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak
berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua
senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna.
Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru.
Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah
CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).

j. Seng (Zn)

Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng


blende (ZnS), sebagai senyawa karbonat kelamin (ZnCO3), dan
senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).

F. Pembuatan Unsur Transisi Periode Empat

1. Cara Pembuatan Skandium

Kebanyakan skandium sekarang ini diambil dari throtvitite atau diekstrasi


sebagai hasil produksi pemurnian uranium. Skandium metal pertama kali
diproses pada tahun 1937 oleh Fischer, Brunger dan Grienelaus yang
mengelektrolisis cairan eutectic kalium, litium dan skandium klorida pata
suhu 700 dan 800 derajat Celcius.

2. Cara Pembuatan Titanium

Produksi titanium yang makin banyak disebabkan karena kebutuhan dalam


bidang militer dan industry pesawat terbang makin meningkat. Hal ini
disebabkan karena titanium lebih disukai daripada aluminium dan baja.
Aluminium akan kehilangan kekuatannya pada temperatur tinggi dan baja
terlalu rapat (mempunyai kerapatan yang tinggi).
Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah bijih rutil
yang mengandung TiO2 menjadi TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi
dengan Mg pada temperature tinggi yang bebas oksigen.

Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

TiO2 (s) + C(s) + 2Cl2(g) => TiCl4(g) + CO2(g)

TiCl4(g) + 2Mg(s) => Ti(s) + 2MgCl2(g)

Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis


menjadi Mg dan Cl2. Keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan
sebagai padatan yang disebut sepon. Sepon diolah lagi dan dicampur
dengan logam lain sebelum digunakan.

3. Cara Pembuatan Vanadium

Produksi vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam


penggunaannya vanadium dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero
vanadium mengandung 35% - 95% vanadium. Ferrovanadium dihasilkan
dengan mereduksi V205 dengan pereduksi campuran silicon dan besi.
SiO2 yang dihasilkan direaksikan dengan CaO membentuk kerak
CaSiO3(l). reaksinya sebagai berikut.

2 V205(s) + 5Si(s) => { 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)

SiO2(s) + CaO(s) => CaSiO3

Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.

4. Cara Pembuatan Kromium


Krom merupakan salah satu logam yang terpenting dalam industri logam
dari bijih krom utama yaitu kromit, Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat
dihasilkan campuran Fe dan Cr disebut Ferokrom.

Reaksinya sebagai berikut :

Fe(CrO2)2(s) +4C(s) => Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)

Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.

5. Cara Pembuatan Mangan

Logam mangan diperoleh dengan

1. Mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminium


atau dengan proses elektrolisis

2. Proses aluminothermy dari senyawa MnO2.

6. Cara Pembuatan Besi

Ada 2 tahap untuk pembuatan jenis- jenis besi, yaitu peleburan yang
bertujuan untuk mereduksi biji besi sehingga menjadi besi dan peleburan
ulang yang berguna dalam pembuatan jenis - jenis baja.Peleburan besi
dilakukan dalam suatu tanur tiup (blast furnance). Tanur tiup adalah suatu
bangunan yang tingginya sekitar 30 meter dan punya diameter sekitar 8
meter yang terbuat dari baja tahan karat yang dilapisi dengan bata tahan
panas. Zat reduksi yang digunakan adalah karbon dengan prinsip reaksi:
2FeO3 + 3C 4Fe + 3CO2.
1. Reaksi pembakaran.

Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO2 dan
panas. Gas CO2 yang naik C menjadi gas CO.

C + O2 --------> CO2

CO2 + C --------> 2CO

2. Proses reduksi

Gas CO mereduksi bijih.

Fe2O3 + 3CO --------> 2Fe + 3 CO2

Fe3O4 + 4CO ---------> 3Fe + 4 CO2

Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena suhu tinggi
(1.5000C)

3. Reaksi pembentukan kerak

CaCO3 -------> CaO + CO2

CaO + SiO2 ---------> CaSiO3 kerak

Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada
di bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi
kasar dengan kadar C hingga 4,5%. Disamping C mengandung sedikit S,
P, Si dan Mn. Besi kasar yang diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu
diproses lagi untuk membuat baja dengan kadar C sebagai berikut :

baja ringan kadar C : 0,05 – 0,2 %


baja medium kadar C : 0,2 – 0,7 %

baja keras kadar C : 0,7 – 1,6 %

Pembuatan baja :

Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur
campuran yang lain. Ada 3 cara :

1. Proses Bessemer

Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang


bawah dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar
dan keluar gas. Setelah beberapa waktu kira-kira ¼ jam dihentikan lalu
dituang dan dicetak.

2. Open-hearth process

Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-
oksida besi (besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P,
Mn terjadi besi dan oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan
demikian kadar C berkurang.

3. Dengan dapur listrik

Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam


dapur listrik. Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi
dengan kadar C yang tertentu.

Cara Pembuatan Kobalt


Kobalt di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs2) dan kobaltit
(CoAsS) yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan
biji kobalt dilakukan sebagai berikut :

Pemanggangan :

CoAs (s) ------> Co2O3(s) + As2O3(s)

Co2O3(s) + 6HCl ------> 2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)

Zat-zat lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S

Bi2O3(s) + 3 H2S(g) --------> Bi2S3 (aq) + 3 H2O(l)

PbO(s) + H2S(g) --------> PbS(s) + H2O(l)

Pada penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe


sebagai karbonat. Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat
pencuci mengubah CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi
dengan gas hydrogen, menurut reaksi :

Co2O3 (s) + H2(g) => 2 CO(s) + 3 H2O (g)

Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al,
Ni, dan C

8. Cara Pembuatan Nikel

Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu
produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses
pengolahan adalah sebagai berikut:
ü Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air
bijih laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang
berukuran 25 mm.

ü Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di


dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan
sulfidasi.

ü Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi


sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan terak

ü Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte


dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen.

ü Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair
menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.

9. Cara Pembuatan Tembaga

Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan
pemekatan biji tembaga. Reaksi proses pengolahannya adalah :

· 2 CuFeS2(s) + 4 O2 (800 0 C) ------> Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)

· FeO(s) + SiO2 (s) (14000C) -------> FeSiO3 (l)

Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi
sebagai berikut:

2 Cu2S(l) + 3 O2 (g) ------> 2 Cu2O(l) + 2 SO2(g)

2 Cu2O(l) + Cu2S(s) ------> 6 Cu(l) + SO2 (g)

3 Cu2S(l) + 3 O2 -----> 6 Cu(l) + 3 SO2(g)


Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni.
Tembaga tidak murni ini disebut tembaga blister atau tembaga lepuh.
Tembaga blister adalah tembaga yang mengandung gelembung gas SO2
bebas.

Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister


dielektrolisis dengan elektrolit CuSO4 (aq). Pada elektrolisis, sebagai
electrode negatif (katode) adalah tembaga murni dan sebagai electrode positif
(anode) adalah tembaga blister.

10. Cara Pembuatan Zink

Logam seng telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan mereduksi
calamine dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan
kembali di Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan bahwa
unsur ini dapat dibuat dengan cara mereduksi calamine dengan arang. Bijih-
bijih seng yang utama adalah sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat),
calamine (silikat) dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu metoda
dalam mengambil unsur ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang
bijih seng untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang
atau karbon yang dilanjutkan dengan proses distilasi.

G. Dampak Positif Unsur Transisi Periode Empat

1. Kegunaan skandium

ü sebagai komponen pada lampu listrik yang berintensitas tinggi.

2. Kegunaan Titanium
ü Sebagai bahan kontruksi, karena mempunyai sifat fisik

ü Sebagai badan pesawat terbang dan pesawat supersonic

ü Sebagai pigmen putih, bahan pemutih kertas, kaca, keramik, dan


kosmetik

3. Kegunaan Vanadium

Banyak digunakan dalam industry-industri, yaitu:

ü Untuk membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan


kelenturan yang tinggi seperti per mobil dan alat mesin
berkecepatan tinggi

ü Untuk membuat logam campuran

4. Kegunaan Kromium

Logam kromium banyak digunakan dalam bidang industry

ü Logam kromium dapat dicampur dengan besi kasar membentuk


baja yang bersifat keras dan permukaanya tetap mengkilap.

ü Kromium digunakan untuk penyepuhan, karena indah,


mengkilap, dan tidak kusam

Larutan kromium (III) oksida, dalam asam sulfat pekat, adalah


oksidator kuat yang biasanya digunakan untuk mencuci alat-alat
laboratorium.
5. Kegunaan Mangan

ü Untuk produksi baja

ü Menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan oleh


pengotor besi

ü Banyak tersebar dalam tubuh yang merupakan unsure yang


penting untuk penggunaan vitamin B1.

6. Kegunaan Besi

ü Membuat baja

ü Banyak digunakan di dalam pembuatan alat-alat keperluan


sehari-hari seperti, cangkul, pisau, sabit, paku, mesin, dan
sebagainya.

7. Kegunaan kobalt

ü Larutan Co2+ digunakan sebagai tinta rahasia untuk mengirim


pesan dan juga dalam system peramalan cuaca

8. Kegunaan Nikel

ü Pembuatan electrode baterai, dan keramik

ü Zat tambahan pada besi tuang dan baja, agar mudah ditempa dan
tahan karat

ü Pelapis besi (pernekel)

ü Sebagai katalis
9. Kegunaan Tembaga

ü Bahan kabel listrik

ü Bahan uang logam

ü Untuk bahan mesin tenaga uap

10. Kegunaan Zink

ü Bahan cat putih

ü Pelapis lampu TL

ü Layar TV dan monitor computer

ü Campuran logam dengan metal lain

Anda mungkin juga menyukai