PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logam Transisi adalah kelompok unsur kimia pada golongan 3 sampai 12 (IB sampai
VIIIB pada siste lama). Kelompok ini terdiri dari 38 unsur. Semua logam Transisi adalah
blok-d yang berarti bahwa elektronnya terisi sampai orbital d. Dalam ilmu kimia,logam
transisi mempunyai dua pengertian :
1. Definisi dari IUPAC mendefinisikan logam transisi sebagai sebuah unsur yang
mempunyai subkulit d tidak terisi penuh atau dapat membentuk kation dengan subkulit d
yang tidak terisi penuh
2. Sebagian besar ilmuan mendefinisikan logam transisi sebagai semua elemen yang berada
pada blok d pada tabel periodik (semua nya adalah logam ) yang memasukkan golongan
3 hingga 12 pada tabel periodik. Dalam kenyataan, barisan blok f /lantanida dan aktinida
juga sering dianggap sebagai logam transisi dan disebut logam transisi dalam.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan
unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-
unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta
kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari
sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan
(Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Logam transisi sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti membuat
paduan logam, pelapis logam supaya tahan karat, paduan logam pipa, kaleng makanan dan
untuk alat-alat elektronik. Karena peranannya tersebut, penulis mengangkat pembahasan
mengenai Logam Transisi Periode Empat yang bertujuan untuk menambah wawasan
pembaca yang tertarik dengan Ilmu Kimia.
Melalui makalah ini penulis akan menjabarkan tentang sifat fisis dan kimia dari
logam transisi periode keempat, serta kegunaan, cara mendapatkannya, membuatnya dan
reaksi-reaksi dari logam transisi.
1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan logam transisi?
2. Bagaimana dengan sifat kimia dan fisika yang dimiliki unsur golongan periode
IV?
3. Bagaimana kestabilan dan kecendrungan yang dimiliki unsur golongan periode
IV?
4. Bagaimana kelimpahan dan pembuatan pada unsur golongan periode IV?
5. Apa manfaat dan bahaya daru unsur periode IV?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan logam transisi?
2. Untuk mengetahui sifat kimia dan fisika yang dimiliki unsur golongan periode IV?
3. Untuk mengetahui kestabilan dan kecendrungan yang dimiliki unsur golongan
periode IV?
4. Untuk mengetahui kelimpahan dan pembuatan pada unsur golongan periode IV?
5. Untuk mengetahui manfaat dan bahaya daru unsur periode IV?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan
unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur
golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan
membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu
Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt
(Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang lebih besar
dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan unsur transisi tersebut
lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi
periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E red negatif), kecuali unsur Tembaga yang
cenderung mudah tereduksi (ECu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian
besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl)
menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada kenyataanya, kebanyakan
unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam akibat
terbentuknya lapisan oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas
pada unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini sulit
bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat inilah yang
dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode keempat
memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing). Akibatnya, unsur transisi tersebut
memiliki densitas yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan
demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini
berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan
unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur transisi
juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
3
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang
bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh
sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif
(kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang
dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan
oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s 2 3d7).
Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+,
sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO 42-, Cr2O72-, dan
MnO4-.
A. SIFAT KIMIA
1. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya
elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya, sehingga jarak
elektron pada jarak terluar ke inti semakin kecil.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit fluktuatif,
namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn. Kalau kita
perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada logam transisi.
Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak
langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini
berdampak pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi
antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka
elektron pada kulit 4s-lah yang terlebih dahulu terionisasi.
3. Konfigurasi Elektron
Kecuali unsur Cr dan Cu, Semua unsur transisi periode keempat mempunyai elektron
pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu terdapat pada subkulit 4s1.
4. Bilangan Oksidasi
Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari
satu. Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi, keteraturan dapat
4
dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima elektron yakni jumlah
orbital d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d (selain elektron s) dikeluarkan.
Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-1) d1ns2, bilangan
oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1) d5ns2, akan berbilangan oksidasi
maksimum +7. Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe
dengan konfigurasi elektron (n-1) d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3.
Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam
transisi penting seperti Kobal (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu) dan Zink (Zn) lebih rendah
dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n-1) d dan ns-nya. Di antara
unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi bilangan oksidasi
semakin tinggi unsur-unsur pada periode yang lebih besar.
B. SIFAT FISIKA
1. Unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat khas
unsur-unsur transisi periode keempat antara lain :
Bersifat logam, maka mempunyai bilangan oksidasi positif dan pada umumnya
lebih dari satu.
5
2. Senyawa yang dibentuk pada umumnya berwarna. Hal ini disebabkan karena konfigurasi
elektron unsur transisi menempati sub kulit d, elektron-elektron pada orbital d yang tidak
penuh memungkinkan untuk berpindah tempat. Elektron dengan energi rendah akan
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi) dengan menyerap warna
misalnya energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu karena energi yang diserap
besarnya pun tertentu. Struktur elektron pada orbital d yang bebeda akan mengasilkan
warna yang pula.
3. Dapat membentuk ion kompleks, yaitu ion yang terdiri dari ion logam sebagai ion pusat
yang menyediakan orbital d,s, dan p-nya yang kosong untuk elektron-elektron yang
berasal dari ion atau molekul yang diikatnya yang disebut dengan ligan. Sebagai contoh,
pada ion [PtCl6]2-, bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan
demikian, bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion
[Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH 3) adalah 0 (nol).
6
Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2. Ikatan yang
terjadi antara ion pusat dengan ligan, yaitu ikatan kovalen koordinasi. Banyaknya
pasangan elektron yang diterima oleh ion logam dinamakan bilangan koordinasi.
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam transisi. Sebagai
contoh, bilangan koordinasi Ag+pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah dua, bilangan koordinasi
Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan bilangan koordinasi Fe 3+ pada ion
[Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan koordinasi yang sering dijumpai adalah 4 dan 6. Pada
umumnya ligan merupakan basa Lewis, yaitu ion yang dapat memberikan (donor)
sepasang atau lebih elektron bebas. Seperti NH3, NO, H2O, F-, Cl-, CO32-, NO2-.
Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan elektron bebas (PEB) pada
ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, dan polidentat. H2O dan NH3
merupakan ligan monodentat (mendonorkan satu pasang elektron). Sedangkan
Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-NH2, sering disebut dengan istilah en) merupakan contoh
ligan bidentat (mendonorkan dua pasang elektron). Ligan bidentat dan polidentat sering
disebut sebagai agen chelat (mampu mencengkram kation logam transisi dengan kuat).
4. Sifat Magnetik
a. Diamagnetik, tidak tertarik oleh medan magnet, hal ini disebabkan karena atom atau
molekul dimana elektron dalam orbitalnya semua berpasangan.
b. Paramagnetik, dapat ditarik oleh medan magnet, hal ini disebabkan karena ada atom
atau molekul dimana elektron dalam orbitalnya ada yang tidak berpasangan. Jika sifat
paramagnetiknya sangat kuat maka disebut feromagnetik.
Pada unsur-unsur logam transisi periode keempat, umu
mnya mempunyai elektron yang tidak berpasangan dalam orbital d sehingga umumnya
bersifat paramagnetik. Perhatikan contoh berikut :
30
Zn : (Ar)
Jadi, logam transisi periode keempat yang bersifat diamagnetik adalah Zn dan Cu.
Sedangkan yang bersifat paramagnetik antara lain Sc, Ti, Cr, dan Mn, dan yang bersifat
Feromagnetik adalah Fe, Co, dan Ni.
7
C. KESTABILAN
Orbital subkulit d pada unsur transisi banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak
penuh. Adanya orbital yang kosong memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen
(tidak permanen) disamping ikatan logam.
Kestabilan senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom yang
mengikat logam transisi, senyawa berbentuk kristal atau larutan, PH dalam air.
Kestabilan bilangan oksidasi yang tinggi dapat dicapai melalui pembentukan senyawa
dengan oksoanion, flouride, dan oksofluoride.
D. PERSENYAWAAN
a. Titanium (Ti)
Mineral rutil, TiO2, paling banyak dijumpai, tetapi tidak terlalu murni untuk
langsung digunakan. Proses pemurniannya melibatkan pengubahan rutil menjadi
kloridanya seperti halnya pada preparasi logamnya, kemudian dioksidasi dengan
dioksigen pada temperature sekitar 1200oC untuk mendapatkan titanium(IV) oksida
murni meurut persamaan reaksi :
Gas klorin yang dihasilkan dapat dipakai ulang untuk mengubah bijih rutil menjadi
kloridanya.
Titanium(IV) oksida terhidrat dapat diperoleh sebagai endapan putih dari reaksi
Ti4+ dengan basa, menurut persamaan reaksi :
Endapan putih ini larut kembali dalam basa alkali pekat membentuk berbagai titanat
terhidrat dengan formula seperti (Mg2TiO3.nH2O dan M2Ti2O5.nH2O (M = logam alkali).
Titanium(IV) oksida terdapat dialam delam tiga bentuk modifikasi yaitu, rutil,
brokit, dan anatas. Ketiganya mempunyai bilangan koordinasi enam untuk atom titanium
dan tiga untuk atom oksigen. Dalam anatasa dan brokit terjadi bentuk octahedral yang
8
terdistorsi kuat pada atom oksigen sehingga dua atom oksigen relative lebih dekat dengan
atom pusat titanium dibandingkan dengan keempat atom oksigen yang lain.
Halida
Titanium halida dikenal dalam beberapa tingkat oksidasi yaitu, Ti(II), Ti,(III),
Ti(IV). TiF4 berupa padatan putih dan dapat diperoleh dari reaksi TiCl 4 dengan HF
anhidrat atau dari reaksi langsung antara logam titanium dengan F 2 pada suhu 200oC. Jika
digunakan larutan HF berlebihan dapat mengakibatkan terbentuknya ion kompleks
[TiF6]2-. TiF3 berupa padatan biru, dapat diperoleh dari reaksi logam titanium dengan HF
anhidrat pada suhu 700oC. Senyawa kompleks yang mengandung ion [TiF 6]3- juga telah
dikenal.
Ada beberapa senyawa titanium klorida yang dikenal, yaitu serbuk hitam TiCl 2,
padatan violet /coklat TiCl3, dan cairan berwarna TiCl4. Titanium(IV) klorida merupakan
halide terpenting, khususnya sebagai bahan awal untuk pembuatan titanium yang lain.
Dalam udara lembab, TiCl4 mengeluarkan asap dengan kuat dan terhisrolisis menjadi
TiO2. Tetapi, adanya HCl atau berkurangnya kandungan H2O dapat mengikabatkan
hidrolisis parsial menjadi senyawa okso klorida [TiO 2Cl4]4- atau [TiOCl5]3-. Dalam larutan
yang dijenuhkan dengan gas HCl dapat terbentuk ion kompleks [TiCl6]2-.
9
b. Vanadium (V)
Senyawa- Senyawa oksida utama dan ketiga unsur dalam golongan ini V 2O
NB2O5-
Ta2O5 untuk tingkat oksidasj +5, VO2 NbO2-TaO2 untuk tingkat oksidasi +4, V2O3 untuk tingkat
oksidasi +3 dan VO-NbO-TaO untuk tingkat oksidasi +2.
Dengan rentang tingkat oksidasi yang panjang tersebut maka dapat dipahami bahwa
sifat basa dari oksidanya akan melemah dengan naiknya tingkat oksidasi. VO dan V 2O3 bersifat
10
Vanadium dioksida, VO2
Vanadium dioksida, VO2, berwarna biru legam dan dapat diperoleh dari reduksi padatan
V2O5 dengan reduktor sedang seperti CO dan SO2, atau pemanasan langsung V2O5 dengan
asam oksalat. Vanadium dioksida bersifat amfoterik sama dengan V2O5, larut dengan
kelarutan yang sama banyak baik dalam asam maupun basa. Dalam asam non oksidator
VO2 larut dengan membentuk ion oksovanadium(IV) atau ion vanadil, [VO]2+, yang
berwarna biru. Dalam alkali VO2 larut dengan membentuk larutan yang berwarna kuning
hingga coklat dari vanadate(IV) atau hipovanadat[, [V4O9]2- atau ion [VO]4- pada pH
tinggi. Pada temperature kamar VO2 mengadopsi struktur mirip rutil.
Vanadium Oksida, VO
Memiliki warna abu-abu hitam, dapat diperoleh dari reduksi V2O3 dengan logamnya V.
oksida ini bersifat basa seperti halnya V2O3, larut dalam asam membentuk ion V2+ yang
berwana violet :
VO(s) + 2H3O+(aq) V2+(aq) + 3H2O(l)
c. Kromium (Cr)
Oksida Kromium
Seperti halnya pada oksida vanadium, sifat basa oksida dan hidroksida kromium
menurun (atau sifat asam naik) dengan naiknya tingkat oksidasi. Oleh karena itu, Cr 2O3
dan Cr(OH)3 bersifat amfoterik sama seperti oksida dan hidroksida aluminium dan CrO 3
yang mempunyai tingkat oksidasi lebih tinggi bersifat asam. Hal ini dapat dipahami
bahwa Cr(VI) mempunyai jari-jari ionic lebih pendek dan rapatan muatan Iebih tinggi
11
sehingga spesies ini mempunyai kecenderungan yang lebih besar sebagai akseptor
pasangan elektron dan dengan demikian bersifat asam.
Kromium(III) oksida, Cr2O3, dapat diperoleh dan dekomposisi termal amonium
dikromat menurut persamaan reaksi benikut:
(NH4)2Cr2O7(s) Cr2O3(s) + N2(g)+ 4 H2O(g)
Kromium(III) oksida merupakan oksida kromium yang paling stabil mengadopsi struktur
corundum, dan digunakan untuk pigment hijau. Oksida ini menunjukkan sifat
semjkonduktor dan anti feromagnetik pada temperatur di bawah 35C.
Struktur rantai CrO3 dalam unit tetrahedral CrO4, ion CrO42-. dan ion Cr2O72-
Kromium trioksida bersifat sangat asam dan bereaksi dengan basa menghasilkan
kromat, CrO42-. Penurunan pH, dengan penambahan asam kedalam larutan kromat, pada
mulanya mengakibatkan kondensasi unit-unit tetrahedron CrO4 menjadi ion dikromat,
Cr2O72-, dan kondensasi lebih lanjut menghasilkan endapan CrO3.
12
Garam Kromium
1. Garam kromium(III) kromi, yang berwarna violet, dalam larutannya biasanya
dinyatakan sebagai ion [Cr(H2O)6]3+. Beberapa senyawa garam kromium yang
terkenal adalah CrC13.6H2O, Cr2(SO4)3.18H2O, dan tawas kromium. Senyawa
kompleks, CrCI3.6H2O, mempunyai tiga macam isomer hidrat yang masing-masing
mempunyai warna yang khas, yaitu anhidrat violet [Cr(H2O)6][Cl3], monohidrat-hijau
pucat, [Cr(H2O)Cl][Cl]H2O, dan dihidrat-hijau tua, [Cr(H2O)4C12][Cl]2H2O, masing-
masing mempunyai bilangan koordinasi enam. Dapat dibuat dengan bahan dasar yang
sama yaitu dengan melarutkan oksida CrO3 dalam air, dan dalam hal ini ion kromat
sedikit lebih mendominasi. Jika kemudian ke dalam larutan ini ditambahkan basa
alkali, misalnya NaOH, maka berdasarkan reaksi keseimbangan kromat dan dikromat.
Na2CrO4 dapat dikristalkan; tetapi, jjka ditambahkan Na 2SO4, maka yang terjadi
adalah pengendapan Na2Cr2O7.
2. Kromil Klorida
Reaksi antara CrO3 dengan asam klorida membentuk senyawa okso halida, yaitu
kromil klrida, CrO2CI2, yang berupa cairan merah tua dengan titik didih 117 C,
menurut persamaan reaksi berikut ini:
CrO3(s) + HCl(aq) CrO2Cl2(aq)+ H2O
d. Besi (Fe)
Besi (III) oksida dapat dibuat di laboratonum yaitu dengan memanaskan 200C besi(IIl)
oksida hidroksida, yang diperoleh dari penambahan hidroksida pada ionFe . Hasil yang
diperoleh dengan cara penambahan ion Fe3+. Hasil yang diperoleh dengan cara ini adalah -
Fe2O3 yang memiliki struktur corundum seperti V2O3 dan CrO3, dengan tataan kemasrapat
heksagonal ion-ion Fe3+ terdistribusi secara random dalam rongga.rona tetrahedron dan
oktahedron. Barangkali, senyawa kimia yang paling mewarnai kehidupan modern dewasa ini
adalah y-FeO3. Senyawa tersebut memenuhi karakteristik magnetik yang diperlukan untuk
bahan Pita-pita audio-video dan untuk permukaan hard disc dan floppy disc pada komputer.
Namun,untuk keperluan rekaman magnetik dibutuhkan keadaan yang ultra murni dengan
rentang ukuran partikel yang tepat.
13
e. Nikel (Ni)
Senyawa Nikel(II)
Bagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri iron, hanya
sedikit mengadopsi geometri tetrahedron dan bujursangkar. Heksaakuanikel(II) berwarna
hijau, penambahan amonia menghasilkan ion heksaaminanikel(II) menurut persamaan reaksi:
[Ni(H20)6]2 (aq) + 6NH3 (aq) [Ni(NH3)6] (aq) + 6H20 (l)
bahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel(ll) menghasilkan endapan gelatin
hijau nikel(ll) hidroksida menurut persamaan
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2H2O (aq) [Ni(OH)2](s) + 6H2O (l)
Seperti halnya kobalt(II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri tetrahedron
adalah halida, misalnya ion tetrakloronikelat(II) yang berwama biru. Senyawa kompleks ini
terbentuk dan penambahan HCI pekat ke dalam Jarutan garam nikel(II) dalam air menurut
persamaan reaksi:
[Ni(H20)6]2 (aq) + 4 Cl (aq) [NiCl4] (aq) + 6H20 (l)
f. Tembaga (Cu)
Tembaga(I)
Pada dasamya, tembaga bukanlah logam reaktif, namun logam ini diserang oleh asam-asam
pekat. Secara khusus, tembaga bereaksi dengan asam hidroklorida pekat mendidih dengan
menghasilkan larutan tak berwarna dan gas hidrogen. Peristiwa ini sesungguhnya cukup
mengejutkan mengingat asaT hidrokiorida bukanlah asarn oksidator kuat seperti asrn nitrat.
Ion tembaga(ijyang terjadi segera bereaksi dengan ion klorida membentuk ion kompleks tak
berwarna diklorokuprat(I), [CuCI2]. Tahap reksi ke dua inilah yang diduga berlangsung
sangat cepat sehingga memicu terjadinya tahap reaksi pertama menurut persamaan reaksi
seperti berikut ini:
Cu (s) + 2H30 (aq) Cu (aq) + H2 (g) + 2H2O(g)
Cu (aq) + 2Cl (aq) [CuCI2] (aq)
g. Zink (Zn)
Zink Oksida
14
Zink oksida dapat diperoleh dan pembakaran logam zink di udara atau dekomposisi termal
dan zink karbonat menurut persamaan reaksi:
2Zn (s) + O2(g) ZnO (s)
ZnCO3 (s) ZnO (s) + CO2 (s)
Zink oksida berupa padatan putih dan mempunyai struktur intan dengan jaringan ikatan
kovalen. Dalam kristalnya, setiap atom zink dikelilingi oleh sempat atom oksigen dalam
geometni tetrahedron, dan demikian juga setiap atom oksigen dikelilingi oleh empat atom
zink dalam geometri tetrahedron. Tidak seperti oksida logam putih yang lain, zink oksida
menunjukkan perubahan warna menjadi kuning pada pemanasan dan kembali menjadi putih
pada pendinginan.
h. Mangan (Mn)
Mangan oksida
Tingkat Oksida Hidroksida Sifat Ion Nama Warna ion
oksida
+2 MnO Mn(OH)2 Basa Mn2+ Mangan(II) Pink
moderat
+3 Mn2O3 Mn(OH)3 Basa Mn3+ Mangan(III) Violet
lemah
+4 MnO2 MnO(OH)2 Amfoterik/ MnO32- Manganat Coklat
Atau asam
H2MnO4 lemah
+6 MnO3 H2MnO4 Asam MnO42- Manganat Hijau
moderat
+7 Mn2O7 HMnO4 Asam kuat MnO4- Permangana Ungu
t
E. PEMBUATAN
Sebagian besar logam terdapat di alam dalam bentuk senyawa. Hanya sebagian
kecil terdapat dalam keadaan bebas seperti emas, perak dan sedikit tembaga. Pada
15
umumnya terdapat dalam bentuk senyawa sulfida dan oksida, karena senyawa ini sukar
larut dalam air. Contohnya : Fe2O3, Cu2S, NiS, ZnS, MnO2.
Pengolahan logam dari bijih disebut metalurgi. Bijih adalah mineral atau benda
alam lainnya yang secara ekonomis dapat diambil logamnya. Karena logam banyak
terdapat dalam bentuk senyawa (oksida, sulfida), maka prosesnya selalu reduksi.
2. Proses Reduksi
Umumnya menggunakan reduktor yang murah yaitu karbon (kokes). Untuk logam
yang reaktif digunakan reduktor yang lebih kuat seperti hidrogen, logam alkali tanah
dan alumunium. Logam-logam yang sangat reaktif dilakukan reduksi elektrolisis
(reduksi katodik)
ZnO + C Zn + CO
Fe2O3 + 3 CO 2 Fe + 3CO2
16
TiCl4 + 2 Mg Ti + 2MgCl2
Cr2O3 + 2 Al 2 Cr + Al2O3
17
dalam dapur tinggi adalah kompleks. Secara sederhana dapat dilihat pada
penjelasan berikut. Dalam 24 jam rata-rata menghasilkan 1.000 2.000 ton besi
kasar dan 500 ton kerak (terutama CaSiO 3). Kira-kira 2 ton bijih, 1 ton kokes dan
0,3 ton gamping dapat menghasilkan 1 ton besi kasar.
Reaksi yang terjadi :
a. Reaksi pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO 2 dan panas. Gas
CO2 yang naik direduksi oleh C menjadi gas CO.
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
b. Proses reduksi
Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur campuran
yang lain. Ada 3 cara :
1. Proses Bessemer :
18
Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah
dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar gas.
Setelah beberapa waktu kira-kira jam dihentikan lalu dituang dan dicetak.
2. Open-hearth process
Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi (besi
tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan oksida-
oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.
Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur listrik.
Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar C yang
tertentu.
1. Pengolahan tembaga
Tembaga terdapat di alam dalam bentuk senyawa Cu2S, Cu2O. Bijih tembaga dinaikan
konsentrasinya dengan proses pengapungan (flotasi) lalu dikenakan proses
pemanggangan. Maka terjadi proses reduksi intramolekuler, diperoleh tembaga.
Reaksinya :
Cu2S + O2 2 Cu + SO2
2 Cu2S + 3 O2 2 Cu2O + 2 SO2
Cu2S + 2 Cu2O 6 Cu + SO2
Tembaga yang diperoleh belum murni tetapi sudah dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti pipa, bejana, dan lain-lain, tetapi belum baik untuk penghantar
listrik. Untuk memurnikan dilakukan proses elektrolis.
Susunan :
- Katode : logam Cu dilapis tipis dengan karbon grafit.
- Anode : logam Cu tak murni
- Elektrolit : larutan CuSO4
Reaksi :
19
Katode : Cu+2 + 2 e- Cu menempel katode.
Anode : Cu (An) Cu + 2e-
+2
Logam Tembaga bereaksi hanya dengan campuran asam sulfat dan asam
nitrat pekat panas (dikenal dengan istilah aqua regia). Bilangan oksidasi Tembaga
adalah +1 dan +2. Ion Cu+ kurang stabil dan cenderung mengalami disproporsionasi
dalam larutan.
Cu(Anode) Cu (katode)
Yang dapat tereduksi pada katode hanya Cu, sedang logam yang kurang reaktif (Ag, Au)
mengendap di dasar bejana, dan logam yang lebih reaktif (Fe) tetap dalam larutan, sebagai ion
Fe2+, Ag dan Au merupakan hasil tambahan.
F. KELIMPAHAN
Unsur unsur yang termasuk periode keempat meliputi tembaga (Cu), seng (Zn),
skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt
(Co), dan nikel (Ni).
20
Unsur transisi dapat ditemukan dikerak bumi terutama sebagai bijih mineral (bijih
logam) dengan kadar tertentu. Bijih besi merupakan mineral terbanyak di alam setelah O, Si,
dan Al. Untuk lebih jelasnya keberadaan unsur transisi di alam dapat dilihat dalam uraian
berikut.
a. Skandium (Sc)
Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe 3+. Sementara
larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat
reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat
21
oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO 4.
7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+dapat dengan mudah teroksidasi
menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe 2+. Sementara itu,
senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
g. Kobalt (Co)
Kobalt terdapat di alam sebagai arsenida dari Fe, Co, Ni, dan dikenal sebagai smaltit,
kobaltit (CoFeAsS) dan eritrit Co3(AsO4)2.8H2O.
Gambar Kobalt
h. Nikel (Ni)
Nikel ditemukan dalam beberapa senyawa berikut ini.
Sebagai senyawa sulfida : penladit (FeNiS), milerit (NiS)
Sebagai senyawa arsen : smaltit (NiCOFeAs2)
Sebagai senyawa silikat : garnierit (Ni.MgSiO3)
Gambar Nikel
i. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal).
Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti
Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO),
malasit (CuCO3.Cu(OH)2).
Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O yang
berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan
berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu 2+ berwarna biru. Beberapa contoh
senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO 4.5H2O (biru), dan
CuS (hitam).
Gambar Tembaga
j. Seng (Zn)
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), sebagai
senyawa karbonat kelamin (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit
(ZnO.ZnSiO3.H2O).
Tabel beberapa mineral dari unsur-unsur transisi periode keempat
22
Ti Rutile TiO2
Ilmenit (FeTi)2O3
Ferrotitanate FeTiO3
23
a. Skandium (Sc)
Skandium merupakan unsur yang jarang terdapat di alam, walaupun ada
cenderung dalam bentuk senyawa dengan bilangan oksidasi +3 misalnya ScCl 3, Sc2O3.
Senyawa tidak berwarna dan bersifat diamagnetik, hal ini disebabkan ion Sc3+ sudah
tidak memiliki elektron dalam orbital d nya.
Kira-kira 20 kg (dalam bentuk Sc2O3) skandium digunakan setiap tahun di
Amerika Serikat untuk membuat lampu berkeamatan tinggi. Skandium iodida yang
dicampur ke dalam lampu wap raksasa akan menghasilkan sumber cahaya buatan
kecekapan tinggi yang menyerupai cahaya matahari dan membolehkan salinan warna
yang baik untuk kamera televisi. Lebih kurang 80 kg skandium digunakan sejagat setiap
tahun dalam pembuatan lampu mentol. Isotop radioaktif Sc-46 digunakan dalam peretak
pelapis minyak sebagai agen penyurih.
Penggunaan utamanya dari segi isi padu adalah aloi aluminium-skandium untuk
industri aeroangkasa dan juga untuk peralatan sukan (basikal, bet besbol, senjata api,
dan sebagainya) yang memerlukan bahan berprestasi tinggi. Apabila dicampur dengan
aluminium.
b. Titanium (Ti)
Tahan panas,
2. Titanium digunakan sebagai badan pesawat terbang dan pesawat supersonik, karena
pada temperatur tinggi tidak mengalami perubahan kekuatan (strenght).
24
4. Titanium digunakan sebagai pigmen putih, bahan pemutih kertas, kaca, keramik, dan
kosmetik.
6. Karena kerapatan titanium relatif rendah dan kekerasannya tinggi. Logam ini
digunakan untuk bahan struktural terutama dalam mesin jet, karena mesin jet
memerlukan massa yang ringan tetapi stabil pada suhu tinggi.
7. Karena logam titanium tahan terhadap cuaca, sehingga dapat digunakan untuk bahan
pembuatan pipa, pompa, dan tabung reaksi dalam industri kimia.
c. Vanadium (V)
Vanadium banyak digunakan dalam industri-industri seperti :
1. Untuk membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan yang tinggi
seperti per mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi,
2. Untuk membuat logam campuran,
3. Oksida vanadium (V2O5) digunakan sebagai katalis dalam pembuatan asam sulfat
dengan proses kontak.
4. Umumnya digunakan untuk paduan dengan logam lain seperti baja tahan karat dan
baja untuk peralatan berat karena sifatnya merupakan logam putih terang, relatif
lunak dan liat, tahan terhadap korosif, asam, basa, dan air garam.
5. V2O5 digunakan sebagai katalis pada proses pembuatan asam sulfat dan digunakan
sebagai reduktor.
d. Khromium (Cr)
1. Khromium digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan
membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna.
25
3. Khromium juga dapat memberikan warna hijau emerald pada kaca.
4. Khromium juga luas digunakan sebagai katalis.
5. Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata, karena
khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah dan kestabilan
struktur kristal.
6. Digunakan untuk katalis dan untuk pewarna gelas.
7. Campuran kromium (IV) oksida dan asam sulfat pekat mengahasilkan larutan
pembersih yang dapat digunakan untuk mengeluarkan zat organik yang menempel
pada alat-alat laboratorium dengan hasil yang sangat bersih, tetapi larutan ini
bersifat karsinogenik (menyebabkan penyakit kanker).
e. Mangan (Mn)
Mangan merupakan logam putih kemerahan atau putih kehijauan, keras (lebih
keras dari besi), sangat mengkilap, dan sangat reaktif banyak digunakan untuk panduan
logam dan membentuk baja keras yang digunakan untuk mata bor pada pemboran
batuan.
26
Sebagai logam, besi memiliki kegunaan paling luas dalam kehidupan, seperti untuk
kontruksi atau rangka bangunan, landasan, untuk badan mesindan kendaraan, tulkit
mobil, untuk berbagai peralatan pertanian, bangunan dan lain-lain. Mutu dari semua
bahan yang terbuat dari besi tergantung pada jenis besi yang digunakan, seperti:
1. Baja krom (95,9% Fe; 3,5%Cr; 0,3%Mn; 0,3%C)
2. Baja mangan (11-14%Mn)
3. Baja karbon (98,1% Fe; 1% Mn; 0,9%C)
4. Baja wolfram (94%Fe; 5%W; 0,3%Mn; 0,7%C)
5. Fe(OH)3 digunakan untuk bahan cat seperti cat minyak, cat air, atau cat tembok.
6. Fe2O3 sebagai bahan cat dikenal nama meni besi, digunakan juga untuk
mengkilapkan kaca.
7. FeSO4 digunakan sebagai bahan tinta.
g. Kobalt (Co)
Kobalt yang dicampur dengan besi, nikel, dan logam lainnya untuk membuat
alnico, alloy dengan kekuatan magnet luar biasa untuk berbagai keperluan. Alloy stellit,
mengandung kobalt, khromium, dan wolfram, yang bermanfaat untuk peralatan berat,
peralatan yang digunakan pada suhu tinggi, maupun peralatan yang digunakan pada
kecepatan yang tinggi.
Kobalt juga diguanakan untuk baja magnet dan tahan karat lainnya. Selain
alloy, digunakan dalam turbin jet, dan generator turbin gas. Logam diguanakan dalam
elektropalting karena sifat penampakannya, kekerasannya, dan sifat tahan oksidasinya.
27
Garam kobalt telah digunakan selama berabad-abad untuk menghasilkan
warna biru brilian yang permanen pada porselen, kaca, pot, keramik, dan lapis e-mail
gigi. Garam kobalt adalah komponen utama dalam membuat biru Sevre dan biru
Thenard. Larutan kobalt klorida digunakan sebagai pelembut warna tinta. Kobalt
digunakan secraa hati-hati dalam bentuk klorida, sulfat, asetat, dan nitrat karena telah
dibuktikan efektif dalam memperbaiki penyakit kekurangan mineral tertentu pada
binatang. Tanah yang layak mengandung hanya 0.13 0.30 ppm kobalt untuk makanan
binatang.
h. Nikel (Ni)
8. Sebagai katalis.
i. Tembaga (Cu)
Tembaga merupakan logam berwarna kemerahan, mengkilap bila digosok
dapat ditempa, penghantar panas pada listrik yang baik, tidak mudah berkarat tetapi bila
terkena udara warnanya menjadi hijau oleh terbentuknya tembaga karbonat. Banyak
digunakan sebagai rangakian atau peralatan listrik, kabel listrik, dan untuk paduan
logam.
28
CuSO4 (terusi) banyak digunakan untuk larutan elektrolit dalam sel
elektrokimia, campuran terusi dan Ca(OH)2 dengan sedikit air dapat digunakan
memberantas kutu dan jamur.
Tembaga banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk kabel
listrik, bahan uang logam, untuk bahan mesin pembangkit tenaga uap dan untuk aloi.
j. Seng (Zn)
Logam seng berguna untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Merupakan logam cukup keras, terang berwarna putih kebiruan, tahan dalam udara
lembab dibanding Fe. Hal ini disebabkan diatas lapisan permukaan seng terbentuk
lapisan karbonat basa (Zn2(OH)2CO3) yang dapat menghambat oksidasi lebih lanjut.
Karena sifat tersebut, maka seng banyak digunakan untuk melapisi logam besi
(disebut kaleng).
2. Digunakan juga sebagai elektroda pada elektroda (katoda) pada sel elektrokimia
dan untuk pembuatan paduan logam.
3. ZnO digunakan untuk bahan cat untuk memberikan warna putih dan digunakan
untuk pembuatan salep seng (ZnO-vaselin).
4. Logam ini digunakan untuk membentuk berbagai campuran logam dengan metal
lain. Kuningan, perak nikel, perunggu, perak Jerman, solder lunak dan solder
aluminium adalah beberapa contoh campuran logam tersebut.
5. Seng dalam jumlah besar digunakan untuk membuat cetakan dalam industri
otomotif, listrik, dan peralatan lain semacamnya.
6. Campuran logam Prestal, yang mengandung 78% seng dan 22% aluminium
dilaporkan sekuat baja tapi sangat mudah dibentuk seperti plastik. Prestal sangat
mudah dibentuk dengan cetakan murah dari keramik atau semen.
7. Seng juga digunakan secara luas untuk menyepuh logam-logam lain dengan listrik
seperti besi untuk menghindari karatan.
8. Seng oksida banyak digunakan dalam pabrik cat, karet, kosmetik, farmasi, alas
lantai, plastik, tinta, sabun, baterai, tekstil, alat-alat listrik dan produk-produk
lainnya.
9. Lithopone, campuran seng sulfida dan barium sulfat merupakan pigmen yang
penting. Seng sulfida digunakan dalam membuat tombol bercahaya, sinar X, kaca-
29
kaca TV, dan bola-bola lampu fluorescent. Klorida dan kromat unsur ini juga
merupakan senyawa yang banyak gunanya.
10. Seng juga merupakan unsur penting dalam pertumbuhan manusia dan binatang.
Banyak tes menunjukkan bahwa binatang memerlukan 50% makanan tambahan
untuk mencapai berat yang sama dibanding binatang yang disuplemen dengan zat
seng yang cukup.
30
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Logam Transisi adalah kelompok unsur kimia pada golongan 3 sampai 12 (IB sampai
VIIIB pada siste lama). Kelompok ini terdiri dari 38 unsur. Semua logam Transisi adalah
blok-d yang berarti bahwa elektronnya terisi sampai orbital d.
2. Memiliki sifat fisika dan kimia sebagai berikut:
Bersifat logam, maka mempunyai bilangan oksidasi positif dan pada umumnya
lebih dari satu.
3. Memiliki kecendrungan mudah membentuk ion positif karna harga energy ionisasi
yang relative rendah (kecuali seng yang agak tinggi). Mencapai keadaan stabil saat ikatan
kovalen (tidak permanen) disamping ikatan logam karna memiliki orbital subkulit d yang
kosong atau tersisi tidak penuh.
4. Unsur transisi periode IV ini dapat di ekstraksi dari mineral bijih melalui proses:
b. proses reduksi
31
c. Pembersihan, pembuatan aliase dan pemurnian
32
DAFTAR PUSTAKA
2. http://www.bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/science/edexcel_pre_2011/patterns/transitionmeta
lsrev3.shtml/diakses pada pukul 21:45/4-3-2016
33