KIMIA ANORGANIK
( UNSUR TRANSISI)
Dosen Pengampu : Ibunda Husnul Khatimah, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 6
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Unsur Transisi Periode Keempat ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah Kimia yang berjudul Makalah Unsur Transisi Periode Keempat ini. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Unsur Transisi Periode
Keempat ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Unsur Transisi
Periode Keempat ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
D alam makalah ini, kita akan mempelajari tentang sifat uns ur trans is i
periode keempat, reaksi kimia dan pengolahan unsur transisi periode keempat,
pemanfaatan unsurtransisi periode keempat dalam kehidupan sehari-hari,
sifat senyawa kompleks yang terbentuk dari berbagai unsur transisi periode
keempat, serta penulisan nama senyawa kompleks yang terbentuk.Unsur transisi
adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dankulit pertama
terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur transisi
periodekeempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang
belum terisi penuh(kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak
dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama,seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium
(V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel(Ni), Tembaga (Cu),
dan Seng (Zn)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian unsur transisi periode keempat?
2. Di mana keberadaan unsur transisi periode keempat di alam?
3. Bagaimana sifat-sifat dan karakteristik unsur transisi periode keempat?
4. Apa kegunaan unsur transisi periode keempat?
5. Bahaya unsur - unsur kimia.
6. proses pembuatan unsur-unsur transisi periode keempat.
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari unsur transisi
2. Untuk mengetahui apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur transisi
3. Untuk mengetahui kegunaan dari unsur transisi
BAB II
PEMBAHASAN
alumunium dalam beril, Be,Al(SiO), diganti ion khrom (III). Bijih utama dari
kromium di alam adalah kromit (FeO.Cr2O2) dan sejumlah kecil dalam kromoker.
5. Mangan (Mn)
Baja ferro mangan (campuran dengan besi) digunakan sebagai kerangka beton
bangunan, jembatan, pipa, dan kawat. MnO, adalah zat aktif dalam batu baterai. Bijih
utamanya berupa pirulosit (batu kawi) (MnO2), dan rodokrosit (MnCO3) dan
diperkirakan cadangan Mn terbesar terdapat di dasar lautan.
6. Besi (Fe)
Besi merupakan logam paling murah yang banyak digunakan, terdapat dalam
batuan, tanah sebagai he- matite (Fe,O), magnetite (Fe,O,), limonite (FeO(OH)), dan
siderite (FeCO,). Besi murni sangat reaktif, dalam udara lembap cepat teroksidasi
membentuk karat.
Baja adalah campuran besi dengan karbon (kadar karbon 0,09-0,9%) dan
logam-logam lain. Baja stain- less steel terdiri dari campuran 72% Fe, 19% Cr, dan
9% Ni, yang digunakan pada pembuatan rel kereta api, senapan, dan tank.
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2%
massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi
umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3),
siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4). Logam Besi bereaksi dengan larutan asam
klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+.
Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang
dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk
senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II)
antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion
Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen
yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi
(III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
7. Kobalt (Co)
Sumber utama kobalt adalah sisa peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb.
Kobalt digunakan pada pembuatan alnico, magnet yang sangat kuat, yang merupakan
aliansi dengan Al, Ni, dan Co. Logam kobalt merupakan bahan dalam sintesis vitamin
B-12. Senyawa CoCl, anhidrat (berwarna biru) digunakan untuk analisis air, yang
akan berubah menjadi merah muda. Kobalt terdapat di alam sebagai arsenida dari Fe,
Co,Ni, dan dikenal sebagai smaltit, kobaltit (CoFeAsS) dan eritrit Co3(AsO4)2.8H2O.
Kelompok gadolinium (nomor atom 64) sampai dengan lutetium (nomor atom 71)
bersama-sama itrium, skandium, dan kadang-kadang hafnium. Kelompok unsur
golongan serium (lantanum, nomor atom 57, sampai dengan europium, nomor atom
63). Kelompok gadolinium sampai dengan lutetium sering juga disebut golongan itria.
8. Nikel (Ni)
Nikel ditemukan dalam beberapa senyawa berikut ini:
9. Tembaga (Cu)
metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral,
diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan
semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat
yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang
mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS
(hitam).
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS),
sebagai senyawa karbonat kelamin (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit
(ZnO.ZnSiO3.H2O).
11. Lantan (La)
hidrogen, akan terbentuk dua fasa, yakni fasa logam dan hidrida, sampai tercapai
komposisi MH,. Senyawaan ini kelihatannya bersifat ion. Sisa hidrogen berikutnya
diserap dan menempati ruang antar-atom (interstisi) secara acak, sampai tercapai
komposisi MH. Senyawaan kompleks dari unsur lantan dapat dibentuk dengan asam
alizarin.
digunakan sebagai senyawa tahan api dan mengabsorbsi neutron pada reaktor nuklir.
niobat. Niobium dalam jumlah kecil digunakan pada stainless steel agar tahan karat.
Aliansinya digunakan untuk mesin jet dan roket. Tantalum digunakan untuk filamen
lampu listrik, dan dalam bidang kedokteran digunakan sebagai bahan pengganti
bagian tubuh, seperti pelat dan kawat penyambung ujung saraf nerves.
Kedua unsur logam ini digunakan sebagai baja aliansi, dengan penambahan
sedikit baja akan menambah kekerasan dan kekuatan kedua unsur ini.
a. Molibdenum (Mo)
b. Wolfram (W)
pemotong yang tetap keras meskipun pada temparatur yang sangat tinggi. Wolfram
radiografi hati dan organ da- lam lainnya, serta untuk mencegah penyebaran tumor.
Renium diperoleh kembali dari debu asap dalam pemanggangan bijih MOS,
dan sisa pengolahan bijih tembaga. Unsur ini digunakan dalam aliansi Pt-Re yang
mendukung alumina pada pembentukan minyak bumi, dan untuk membuat gasoline
a. Rutenium (Ru)
RuO, dibentuk oleh larutan asam yang mengandung Ru yang dioksidasi oleh
MnO₁, Cl, atau HCIO, panas. RuHCI (PPh,), dan RuH,(PPh,), adalah senyawa
b. Osmium (Os)
Osmium ditemukan bersama dengan platina. Unsur ini digunakan melalui aliansi
dengan platina dan iridium untuk kontak listrik. Senyawa osmium, yakni tetroxide
pembentukan kembali minyak bumi mentah. Katalis platina sebagai katalitik after
burner, digunakan pada knalpot mobil, kontak listrik, dan dalam bidang kedokteran
bersifat permeabel terhadap hidrogen), relay jaringan telepon, dan alat kedokteran
kualitas tinggi. Pd-Pt digunakan sebagai katalis untuk mengurangi kandungan CO dan
murni. Unsur ini hanya bereaksi dengan oksidator yang sangat kuat (seperti klor),
berwarna kuning, lunak (titik leleh 1.063°C), dan mudah ditarik serta ditempa
dibandingkan dengan unsur apa pun. Emas larut dalam air raja.
Emas digunakan sebagai perhiasan dan kom- ponen listrik berkualitas tinggi.
Senyawa emas, yakni [Au(SR)], digunakan sebagai cairan emas untuk menghias
keramik dan hiasan gelas. Aliansi emas. dengan perak atau tembaga (agar menjadi
Perak merupakan logam berwarna putih, mengilap, lembut, dan dapat ditempa
dengan antaran listrik dan termal yang tinggi. Perak hanya dapat bereaksi dengan
sulfur dan H,S yang akan menghitamkan permukaan perak. Perak digunakan sebagai
perhiasan dan bahan koin, dan untuk elektroplating. Perak halida digunakan untuk
keperluan fotografi.
Kadmium dihasilkan dari hasil samping ektraksi timbal dan seng. Unsur ini
digunakan untuk keperluan aliansi (paduan logam) dengan titik leleh rendah. Pada
proses pembuatan cat, keramik, dan beberapa plastik, senyawa kadmium digunakan
sebagai zat warna kuning, orange, dan merah. Aliansi nikel-kadmium digunakan
untuk baterai isi ulang. Kadmium dihasilkan dari pembakaran plastik dan rokok.
Adanya kadmium dalam tulang menyebabkan tulang berpori (menggantikan ion Ca²+),
ditemukan dalam bentuk senyawa HgS. Merkuri digunakan dalam cairan ther-
mometer dan barometer, serta sebagai amalgamma pada bidang kedokteran gigi. Uap
merkuri sangat beracun. Jika terhirup masuk ke dalam darah, dan sampai ke otak,
akan merusak jaringan otak. Merkuri (II) oksida berwarna kuning, yang tidak dapat
larut, digunakan sebagai komponen salep mata. Merkuri (II) nitrat dapat larut, banyak
digunakan pada industri pembuatan topi. Merkuri (II) nitrat dapat mengakibat- kan
gigi ompong dan penyakit jiwa, karena merkuri yang melarut akan terakumulasi di
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak
dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium
(V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu),
dan Seng (Zn). Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan
unsur hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu,
ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan
signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode
keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan
unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu
periode Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang
lebih besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan
unsur transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah.
Sebagian besar unsur transisi periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red
negatif), kecuali unsur Tembaga yang cenderung mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V).
Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian besar unsur transisi periode keempat
dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl) menghasilkan gas hidrogen, kecuali
unsur tembaga. Akan tetapi, pada kenyataannya, kebanyakan unsur transisi periode
keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam akibat terbentuknya lapisan
oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas pada unsur
Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini sulit
bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat
inilah yang dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode keempat
memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing). Akibatnya, unsur transisi
tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali
maupun Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang terjadi
pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur
transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama. Selain itu,
entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur transisi juga jauh lebih tinggi
dibandingkan unsur logam golongan utama. Unsur transisi periode keempat memiliki
tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat
energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi
melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah
elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang
dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara,
bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur
Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+,
Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan
pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
(1) Unsur-unsur transisi bersifat logam, maka sering disebut logam transisi.
(2) Bersifat logam, maka mempunyai bilangan oksidasi positif dan pada umumnya
lebih darisatu.
Senyawa yang dibentuk pada umumnya berwarna. Hal ini disebabkan karena
konfigurasielektron unsur transisi menempati sub kulit d,elektron-elektron pada
orbital d yang tidak penuh memungkinkan untuk berpindah tempat. Elektron dengan
energi rendah akan berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi) dengan
menyerap warna misalnyaenergi cahaya dengan panjang gelombang tertentu karena
energi yang diserap besarnya puntertentu. Struktur elektron pada orbital d yang
bebeda akan mengasilkan warna yang pula.
Dapat membentuk ion kompleks, yaitu ion yang terdiri dari ion logam sebagai
ion pusat yangmenyediakan orbital d,s,dan p-nya yang kosong untuk elektron-elektron
yang berasal dariion atau molekul yang diikatnya yang disebut dengan ligan. Sebagai
contoh, pada ion[PtCl6]2-,bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1.
Dengan demikian, bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain,
pada ion [Cu(NH3)4]2+,bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH3)
adalah 0 (nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah
+2.ikatan yang terjadi antara ion pusat dengan ligan, yaitu ikatan kovalen
koordinasi.Banyaknya pasangan elektron yang diterima oleh ion logam dinamakan
Bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada
kation logam transisi.Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion
[Ag(NH3)2]+adalah dua, bilangankoordinasi Cu2+pada ion [Cu(NH3)4]2+adalah
empat, dan bilangan koordinasi Fe3+pada ion[Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan
koordinasi yang sering dijumpai adalah 4 dan 6. Pada umumnya ligan merupakan basa
Lewis, yaitu ion yang dapat memberikan(donor) sepasang atau lebih elektron bebas.
Seperti NH3,NO,H2O,F-,Cl-,CO32-,NO2-Berdasarkan jumlah atom donor yang
memiliki pasangan elektron bebas (PEB) pada ligan,ligan dapat dibedakan menjadi
Monodentat Bidentat,dan polidentat H2O dan NH3.
1. Sifat logam
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia maupun dalam
sifat fisis. Harga energy ionisasi yang relative rendah (kecuali seng yang agak tinggi), sehingga,
mudah membentuk ion positif. Demikian pula, harga titik didih dan titik lelehnya relative tinggi
(kecuali Zn yang membentuk TD dan TL relative rendah). Hal ini disebabkan orbital subkulit d
pada unsure transisi banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya orbital yang
kosong memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak permanen) disamping ikatan
logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga titik lelehnya rendah. Bandingkan
dengan unsure utama.
Unsur Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Jari-jari
0,16 0,15 0,14 0,13 0,14 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13
atom (nm)
Titik leleh
1540 1680 1900 1890 1240 1540 1500 1450 1080 420
(0C)
Titik didih
2370 3260 3400 2480 2100 3000 2900 2730 2600 910
(0 C)
Kerapatan
3,0 4,5 6,1 7,2 7,4 7,9 8,9 8,9 8,9 7,1
(g/cm3)
E ionisasi I
6,30 660 650 6500 720 760 760 740 750 910
(kJ/mol)
E ionisasi
1240 1310 1410 1590 1510 1560 1640 1750 1960 1700
II (kJ/mol)
E ionisasi
III 2390 2650 2870 2990 3260 2960 3230 3390 3560 3800
(kJ/mol)
E0 red - - -
- - -1,2 -0,28 -0,25 +0,34 0,76
M (aq)
2+
0,91 1,19 0,44
E0 red -0,- - - -
-2,1 -1,2 +0,44 - - -
M3+ (aq) 86 0,74 0,28 0,04
Kekerasan
( skala - - - 9,0 5,0 4,5 - - 3,0 2,5
mohs)
2. Sifat Magnet
Adanya electron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan
unsur-unsur transisi bersifat paramagnetic (sedikit ditarik ke dalam medan magnet). Makin
banyak electron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat paramagnetknya. Pada
seng dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh, maka bersifat diamagnetic (sedikit ditolak
keluar medan magnet).
Senyawa unsure transisi (kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam warna baik
padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsure transisi juga berkaitan dengan adanya orbital
sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan electron yang terjadi pada pengisian subkulit d (sehingga
terjadi perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyaa logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta senyawa dari
Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh, sehingga tidak terjadi peralihan electron.
Tabel 2.3 warna senyawa logam transisi dengan berbagai bilangan oksidasi
Unsure +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7
Sc - - Tb - - - -
Ti - - Ungu Tb - - -
Fe - Hijau Kuning - - - -
Co - Merah Ungu - - - -
muda
Ni - Hijau - - - - -
Cu Tb Biru - - - - -
Zn - Tb - - -
Kestabilan senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom yang mengikat
logam transisi, senyawa berbentuk kristal atau larutan, PH dalam air. Kestabilan bilangan oksidasi
yang tinggi dapat dicapai melalui pembentukan senyawa dengan oksoaniaon, fluoride, dan
oksofluorida.
Ion kompleks adalah ion yang terdiri atas atom pusat dan ligan. Biasanya atom pusat
merupakan logam transisi yang bersifat elektropositif dan dapat menyediakan orbital kosong sebagai
tempat masuknya ligan. Contohnya ion besi (III) membentuk ion kompleks [Fe(CN) 6].
Ion kompleks unsur transisi terdiri dari ion pusat Ligand, yaitu :
2. Ligand : molekul atau ion yang mempunya pasangan elektron bebas. (Cl, CN, NH 3, H2O)
3. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligand dalam suatu ion kompleks. Antara ion pusat dan ligan
terdapat ikatan koordinasi.
Salah satu sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk menjadi
katalis-katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi. Di dalam
tubuh, terdapat enzim sitokrom oksidase yang berperan dalam mengoksidasi makanan. Enzim ini
dapat bekerja bila terdapat ion Cu2+. Beberapa logam transisi atau senyawanya telah digunakan secara
komersial sebagai katalis pada proses industry seperti TiCl 3 (Polimerasasi alkena pada pembuatan
plastic), V2O5(proses kontak pada pembuatan margarine), dan Cu atau CuO (oksidasi alcohol pada
pembuatan formalin).
2. Sifat-sifat Kimia
a) Sifat Logam
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia maupun
dalam sifat fisis. Harga energi ionisasi yang relatif rendah (kecuali seng yang agak tinggi),
sehingga mudah membentuk ion positif. Demikian pula, harga titik didih dan titik lelehnya
relatif tinggi (kecuali Zn yang membentuk TD dan TL relatif rendah). Hal ini disebabkan
orbital subkulit d pada unsur transisi banyak orbital yang kosong atau terisi tidak penuh.
Adanya orbital yang kosong memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak
permanen) di samping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga
titik lelehnya rendah. Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam. Sifat itu
disebabkan semua unsur transisi memiliki energi ionisasi yang rendah, yaitu kurang dari
1.000 kJ mol-1 dan keelektronegatifannya rendah, yaitu kurang dari 2.
b) Bilangan Oksidasi
Senyawa-senyawa unsur transisi alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih
dari satu. Adanya biloks lebih dari satu ini karena mudahnya melepaskan elektron
valensinya. dengan demikian energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya relatif lebih
kecil daripada golongan utama.
c) Sifat Magnet
Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan
unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam medan magnet). Makin
banyak elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat paramagnetiknya.
Pada seng di mana orbital pada sub kulit d terisi penuh, maka bersifat diamagnetik (sedikit
ditolak keluar medan magnet).
d) Membentuk Senyawa –senyawa berwarna
Senyawa unsur transisi (kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam warna baik
padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsur transisi juga berkaitan dengan
adanya orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan elektron yang terjadi pada
pengisian subkulit d (sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan
terjadinya warna pada senyaa logam transisi. Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna
karena subkulit 3d-nya kosong, serta senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit
3d-nya terisi penuh, sehingga tidak terjadi peralihan elektron.
e) Mempunyai Beberapa Tingkat Oksidasi
Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa tingkat
oksidasi. Bilangan oksidasi yang mungkin bergantung pada bilangan oksidasi yang dapat
dicapai kestabilannya. Kestabilan senyawa logam transisi di antaranya bergantung pada
jenis atom yang mengikat logam transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan, PH
dalam air. Kestabilan bilangan oksidasi yang tinggi dapat dicapai melalui pembentukan
senyawa dengan oksoaniaon, fluoride, dan oksofluorida.
f) Membentuk Ion Kompleks
Ion kompleks adalah ion yang berbentuk dari suatu kation (biasanya ion logam
transisi) yang meningkat beberapa anion atau molekul netral. Selanjutnya, kation itu
disebut ion pusat dan anion atau molekul netral yang terikat pada ion pusat disebut ligan.
Pada ion kompleks [Cu(Cn)4]2- dan [Fe(H2O)6]2+, Cu2+ dan Fe2+ adalah ion pusat,
sedangkan Cn- dan H2O adalah ligan. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ligan atau
jumlah atom donor yang terkait pada ion pusat. Bilangan koordinasi ion Cu2+ pada
[Cu(Cn)4]2- adalah 4 dan bilangan koordinasi ion Fe2+ pada [Fe(H2O)6]2+ adalah 6.
Ligan adalah spesi yang memiliki atom yang dapat menjadi donor sepasang elektron
pada ion pusat. Ligan merupakan basa Leuwis, sedangkan ion pusat sebagai asam Leuwis.
Ligan dapat berupa ion monoatomik (tapi bukan atom netral), seperti ion halida ; berupa
anion, seperti CN- dan NO2-,berupa molekul sederhana, seperti NH3 dan H2O ; berupa
molekul kompleks ; seperti piridin (C5H5N).
Ion kompleks positif :
[Ag(NH3)2]+ = Diamin Perak (I)
[Cu(NH3)4]2+ = Tetra amin Tembaga (II)
[Zn(NH3)4]2+ = Tetra amin Seng (II)
[Co(NH3)6]3+ = Heksa amin Kobal (III)
[Cu(H2O)4]2+ = Tetra Aquo Tembaga (II)
[Co(H2O)6]3+ = Heksa Aquo Kobal (III)
Contoh : [Cr(NH3)4Cl2]+ → atom pusat : Cr3+
Ligan : NH3 (amina) dan Cl (kloro) bilangan koordinasi : 4 + 2 = 6
Nama ionnya = tetraamin dikloro krom (III)
Ion kompleks negatif :
[Ni(CN)4]2- = Tetra siano Nikelat (II)
[Fe(CN)6]3- = Heksa siano Ferat (III)
[Fe(CN)6]4- = Heksa siano Ferat (II)
[Co(CN)6]4- = Heksa siano Kobaltat (II)
[Co(Cl6]3- = Heksa kloro Kobaltat (III)
Contoh : [Ni(CN)4]2- → atom pusat : Ni2+
Ligan : CN (siano) Bilangan koordinasi : 4
Nama ionnya = tetrasiano nikelat (II)
g) Sebagai Katalisator
Salah satu sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk
menjadi katalis-katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Katalis adalah zat yang dapat
mempercepat reaksi. Di dalam tubuh, terdapat enzim sitokrom oksidase yang berperan
dalam mengoksidasi makanan. Enzim ini dapat bekerja bila terdapat ion Cu2+. Beberapa
logam transisi atau senyawanya telah digunakan secara komersial sebagai katalis pada
proses industri seperti TiCl3 (Polimerisasi alkena pada pembuatan plastik), V2O5(proses
kontak pada pembuatan margarine), dan Cu atau CuO (oksidasi alkohol pada pembuatan
formalin).
SiO2(s) + CaO(s) CaSiO3
Krom merupakan salah satu logam yang terpenting dalam industri logam dari bijih
krom utama yaitu kromit, Fe(CrO 2)2 yang direduksi dapat dihasilkan campuran Fe dan Cr
disebut Ferokrom.
Fe(CrO2)2(s) +4C(s) Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)
Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.
Bahan dasar : Bijih besi hematit Fe2O3, magnetit Fe3O4, bahan tambahan batu
gamping, CaCO3 atau pasir (SiO2). Reduktor kokes (C).
Dasar reaksi : Reduksi dengan gas CO, dari pembakaran tak sempurna C.
Tempat : Dapur tinggi (tanur tinggi), yang dindingnya terbuat dari batu tahan api.
Reaksi dalam dapur tinggi adalah kompleks. Secara sederhana dapat dilihat pada penjelasan
berikut. Dalam 24 jam rata-rata menghasilkan 1.000 – 2.000 ton besi kasar dan 500 ton kerak
(terutama CaSiO3). Kira-kira 2 ton bijih, 1 ton kokes dan 0,3 ton gamping dapat menghasilkan
1 ton besi kasar.
Kobalt di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs 2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt dilakukan dengan cara
pemanggangan, yaitu :
CoAs (s) Co2O3(s) + As2O3(s)
PbO(s) + H2S(g) PbS(s) + H2O(l)
Pada penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe sebagai karbonat.
Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl 3. Tambahan zat pencuci mengubah CoCl 3 menjadi
Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi dengan gas hydrogen, menurut reaksi :
Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al, Ni, dan Co.
Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk dengan
kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai
berikut:
1) Pengeringan
Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang
dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.
2) Kalsinasi dan Reduksi
Kalsinasi dan reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
3) Peleburan
Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk
fasa lelehan matte dan terak
4) Pengkayaan
Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27
persen menjadi di atas 75 persen.
5) Granulasi dan Pengemasan
Granulasi dan pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-
butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan pemekatan biji
tembaga. Langkah-langkah pengolahan bijih tembaga adalah seperti skema berikut
Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi sebagai berikut :
Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni. Tembaga tidak
murni ini disebut tembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga blister adalah tembaga yang
mengandung gelembung gas SO2 bebas.
Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister dielektrolisis dengan
elektrolit CuSO4 (aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode negatif (katode) adalah tembaga
murni dan sebagai electrode positif (anode) adalah tembaga blister.
Logam seng telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan mereduksi calamine dengan
bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan kembali di Eropa oleh Marggraf di
tahun 1746, yang menunjukkan bahwa unsur ini dapat dibuat dengan cara
mereduksi calamine dengan arang. Bijih-bijih seng yang utama adalah
sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat), calamine (silikat) dan franklinite (zine,
manganese, besi oksida). Satu metoda dalam mengambil unsur ini dari bijihnya adalah
dengan cara memanggang bijih seng untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya
dengan arang atau karbon yang dilanjutkan dengan proses distilasi.
A. Kesimpulan
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan
kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V),
Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan
Seng (Zn).
Sifat Fisis Dan Kimia yang dimiliki oleh Unsur-Unsur Periode Ke Empat
1. Sifat Logam
2. Sifat Magnet
B. Saran
1. Diharapkan agar para pembaca dapat mengetahui apa itu unsur transisi, sifat-sifat yang
terdapat di unsur transisi dan kegunaannya
2. Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik
untuk kedepannya.
DAPTAR PUSTAKA
Lestari, s. (2004). Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia . Jakarta: PT Kawan Pustaka.
https://www.academia.edu/34794908/UNSUR_TRANSISI_PERIODE_KEEMPAT
https://doc.lalacomputer.com/makalah-unsur-transisi-periode-keempat/
http://chemistry35.blogspot.com/2011/10/kimia-unsur-unsur-transisi-periode-4. Html
http://www2.jogjabelajar.org/modul/adaptif/kimia/
22_UNSUR_TRANSISI_PERIODE_KEEMPAT.swf http://www.google.co.id
http://yu-mhi.blogspot.com/2011/12/makalah-kimia-unsur-transisi-periode.html
http://belovediinsblog.blogspot.com/2012/01/makalah-unsur-unsur-transisi-periode-ke.html
http://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=49928932#files Anonim. 29
Juni 2009. Golongan IIIB. (Online),
http://ichanurfa.irvanriswanto.com/2010/12/15/golongan-iii-b/#more-12