Anda di halaman 1dari 10

Logam transisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Logam transisi adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 3 sampai 12 (IB sampai
VIIIB pada sistem lama). Kelompok ini terdiri dari 38 unsur. Semua logam transisi adalah unsur
blok-d yang berarti bahwa elektronnya terisi sampai orbit d. Dalam ilmu kimia, logam
transisi mempunyai dua pengertian:

Definisi dari IUPAC[1] mendefinisikan logam transisi sebagai "sebuah unsur yang mempunyai
subkulit d yang tidak terisi penuh atau dapat membentuk kation dengan subkulit d yang tidak
terisi penuh"

Sebagian besar ilmuwan mendefinisikan "logam transisi" sebagai semua elemen yang
berada pada blok-''d'' pada tabel periodik (semuanya adalah logam) yang memasukkan
golongan 3 hingga 12 pada tabel periodik. Dalam kenyataan, barisan blokf lantanida dan aktinida juga sering dianggap sebagai logam transisi dan disebut "logam transisi
dalam".

Jensen[2] meninjau ulang asal usul penamaan "logam transisi" atau blok-d. Kata transisi pertama kali
digunakan untuk mendeskripsikan unsur-unsur yang sekarang dikenal sebagai unsur blok-d oleh
kimiawan asal Inggris bernama Charles Bury pada tahun 1921, yang merujuk pada peralihan/transisi
pada perubahan subkulit elektron (contohnya pada n=3 pada baris ke-4 tabel periodik) dari subkulit
dengan 8 ke 18, atau 18 ke 32.[3]

Penggolongan[sunting | sunting sumber]


Bentuk konfigurasi elektron pada atom logam transisi dapat ditulis sebagai []ns2(n-1)dm di mana
subkulit d mempunyai energi yang lebih besar daripada subkulit valensi s. Pada ion dengan dua dan
tiga elektron valensi, yang terjadi adalah sebaliknya dengan subkulit s mempunyai tingkat energi
yang lebih besar. Dampaknya, ion seperti Fe2+ tidak mempunyai elektron pada subkulit s: ion
tersebut memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d 6 dibandingkan dengan elektron konfigurasi pada atom
Fe, yaitu [Ar]4s23d6. Unsur pada golongan 3 hingga 12 sekarang secara umum dikenal sebagai
unsur logam transisi, meskipun unsur-unsur dari La-Lu, Ac-Lr, dan golongan 12 (dahulu disebut IIB)
mempunyai definisi yang berbeda pada penulis yang berbeda.
1. Banyak buku teks kimia dan tabel periodik yang mencantumkan La dan Ac sebagai unsur
golongan 3 dan termasuk golongan logam transisi, dikarenakan atom-atom tersebut
mempunyai konfigurasi elektron terluar s2d1 seperti Sc dan Y. Elemen dari Ce-Lu
dimasukkan ke dalam baris lantanida ( atau "lanthanoid" menurut IUPAC dan Th-Lr dalam
baris aktinida. Kedua baris tersebut bersama-sama digolongkan dalam unsur blok-f atau
(pada buku-buku lama) sebagai "unsur transisi dalam".

2. Beberapa buku teks kimia memasukkan La ke dalam lantanida dan Ac ke dalam aktinida.
Klasifikasi ini didasarkan pada kemiripan sifat-sifat kimia, dan mendefinisikan kelima belas
elemen pada masing-masing baris ke dalam blok-f meskipun mereka mengakui bahwa blokf hanya dapat diisi oleh 14 unsur saja.
3. Klasifikasi ketiga mendefinisikan bahwa unsur-unsur blok-f terdiri atas La-Yb dan Ac-No dan
meletakkan Lu dan Lr pada golongan 3. Hal ini didasarkan padaaturan Aufbau (atau aturan
Madelung) dalam pengisian subkulit elektron, di mana 4f diisi sebelum 5d (atau 5f sebelum
6d), sehingga subkulit f sudah terisi penuh pada unsur Yb (dan No) sedangkan Lu (dan Lr)
mempunyai konfigurasi []s2f14d1. Meskipun demikian, La dan Ac adalah pengecualian pada
aturan Aufbau dengan konfigurasi elektron []s2d1 (bukan []s2f1 seperti prediksi aturan aufbau)
sehingga tidaklah pasti dari konfigurasi elektronnya apakah La atau Lu (Ac atau Lr) yang
seharusnya diklasifikasikan dalam logam transisi.

Ciri dan Sifat[sunting | sunting sumber]


Ada beberapa ciri yang dimiliki bersama oleh unsur transisi yang tidak dimiliki unsur-unsur lain, yang
disebabkan oleh terisinya sebagian dari subkulit d. Di antaranya adalah:
1. pembentukan senyawa yang warnanya disebabkan oleh transisi elektron d-d
2. pembentukan senyawa dengan banyak bilangan oksidasi, dikarenakan kereaktifan yang
relatif rendah pada elektron subkulit d yang tidak berpasangan
3. pembentukan beberapa senyawa paramagnetik disebabkan oleh adanya elektron
subkulit d yang tidak berpasangan. Beberapa senyawa dari unsur golongan utama juga
merupakan paramagnetik (seperti nitrogen oksida dan oksigen).

Senyawa berwarna[sunting | sunting sumber]


Warna pada senyawa yang mengandung logam transisi pada umumnya disebabkan oleh transisi
elektron dalam dua tipe:

transfer muatan kompleks. Sebuah elektron dapat melompat dari orbit ligan ke orbit logam,
membentuk ligant to metal charge transfer (LMCT). Hal ini dapat dilihat dengan mudah jika
logam sedang pada bilangan oksidasi yang tinggi. Sebagai contoh, warna pada

ion kromat, dikromat, dan permanganat termasuk tipe ini. Conton lainnya adalah pada raksa(II)
iodida yang berwarna merah larena transisi LMCT.
Transisi metal to ligand charge transfer (MLCT) terjadi ketika logam dalam bilangan oksidasi yang
rendah sehingga ligan dengan mudah tereduksi.

transisi d-d. Sebuah elektron melompat dadi satu orbit d ke orbit yang lain. Pada senyawa
logam transisi yang kompleks, antarorbit d tidak mempunyai tingkat energi yang sama. Pola
pemisahan orbit d dapat dihitung dengan teori medan kristal. Tingkat pemisahan tergantung
pada jenis logam, bilangan oksidasi, dan sifat dari ligan. Tingkat energi yang sebenarnya
ditunjukkan oleh diagram Tanabe-Sugano.

Pada kompleks yang sentrosimetrik, seperti oktahedral, transisi d-d melanggar aturan Laporte dan
hanya terjadi karena penggabungan vibronik di mana getaran molekul terjadi bersamaan dengan
transisi d-d. Kompleks tetrahedral mempunyai warna yang lumayan terang karena perpaduan
subkulit d dan p dimungkinkan jika tidak ada pusat simetri, sehingga transisi tidak murni d-d.

Bilangan oksidasi[sunting | sunting sumber]


Salah satu ciri logam transisi adalah di mana unsur-unsur tersebut mempunyai lebih dari satu
bilangan oksidasi. Contohnya, pada senyawa vanadium diketahui mempunyai bilangan oksidasi
mulai -1 pada V(CO)6- hingga +5 pada VO43-. Bilangan oksidasi maksimum pada logam transisi baris
pertama sama dengan jumlah elektron valensi seperti titanium (+4) dan mangan (+7) namun
berkurang pada unsur-unsur selanjutnya. Pada baris kedua dan ketiga
ada ruthenium dan osmiumdengan bilangan oksidasi +8. Pada senyawa seperti [Mn0 4]- dan OsO4,
unsur logam transisi memperoleh oktet yang stabil dengan membentuk empat ikatan kovalen.
Bilangan oksidasi terendah ada pada senyawa Cr(CO)6 (bilangan oksidasi nol) dan
Fe(CO)42- (bilangan oksidasi -2) di mana aturan 18 elektron dipatuhi. Senyawa tersebut juga
merupakan kovalen. Ikatan ion biasanya terbentuk pada bilangan oksidasi +2 atau +3. Pada
senyawa yang terlarut, ion tersebut biasanya berikatan dengan enam molekul air yang tersusun
secara oktahedral.

Kemagnetan[sunting | sunting sumber]


Senyawa pada logam transisi biasanya bersifat paramagnetik apabila terdapat satu atau lebih
elektron tak berpasangan pada subkulit d. Pada senyawa oktahedral dengan elektron antara empat
hingga tujuh pada subkulit d, spin tinggi dan spin rendah mungkin terjadi. Senyawa tetrahedral
seperti [FeCl4]2- bersifat spin tinggi dikarenakan pemisahan medan kristal yang rendah sehingga
energi yang diperoleh dari elektron yang berada pada tingkat energi yang lebih rendah selalu lebih
kecil daripada energi yang diperlukan untuk memasangkan spin. Beberapa senyawa
bersifat diamagnetik. Yang termasuk golongan ini adalah senyawa oktahedral, spin rendah, d6,

dan d8 yang berbentuk segi empat planar. Feromagnetisme terjadi jika atom tunggal bersifat
paramagnetik dan arah spin tersusun sejajar satu sama lain pada bahan kristal. Logam besi dan
campuran alniko adalah contoh senyawa logam transisi yang bersifat feromagnetik. Antiferomagnetisme adalah contoh sifat kemagnetan yang terbentuk dari susunan khusus dari spin
tunggal pada benda padat.

Sifat katalitik[sunting | sunting sumber]


Logam transisi dan senyawanya diketahui mempunyai aktivitas katalitik sifat homogen dan
heterogen. Aktivitas ini berasal dari kemampuan logam transisi untuk mempunyai lebih dari satu
bilangan oksidasi dan kemampuan membentuk senyawa kompleks. Sebagai contoh Vanadium (V)
oksida dikenal dapat memisahkan besi (pada proses Haber) dan nikel (pada hidrogenasi
katalitik). Katalis pada permukaan bidang padat menyertakan pembentukan ikatan antara molekul
reaktan dan atom pada permukaan katalis. Hal ini mempunyai pengaruh meningkatnya konsentrasi
reaktan pada permukaan katalis dan memperlemah ikatan pada molekul yang bereaksi
(menurunkan energi aktivasi reaksi). Dan juga karena unsur logam transisi dapat mengubah
bilangan oksidasinya, sehingga efektif sebagai katalis.

Sifat Lain[sunting | sunting sumber]


Sesuai namanya, semua logam transisi adalah logam dan merupakan konduktor listrik. Secara
umum, logam transisi mempunyai massa jenis yang tinggi serta titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Hal tersebut dikarenakan adanya ikatan logam dengan elektron yang mudah berpindah, yang
menyebabkan kohesi yang meningkatkan jumlah elektron bersama. Meskipun demikian, logam
golongan 12 mempunyai titik didih dan titih leleh yang lebih rendah karena subkulit d unsur tersebut
mencegah ikatan d-d. Air raksa mempunyai titik leleh -38.83C (-37.89F) dan merupakan zat cair
pada suhu ruang. Logam transisi dapat berikatan membentuk bermacam-macam ligan.
Kelogaman dari unsur logam golongan transisi lebih kuat dibandingkan golongan-golongan utama.
Hal itu disebabkan karena pada golongan unsur transisi terdapat banyak elektron bebas dalam
orbital d. [4] Dalam subkulit d tidak terisi secara penuh atau mudah menghasilkan ion-ion dengan
subkulit d yang juga tidak terisi penuh.

[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]


Berikut ini adalah tabel beberapa kation monoatom (satu atom) umum dan beberapa anion
monoatom umum yang sering digunakan para ahli kimia.
Beberapa Kation Monoatom Umum
Golongan

Unsur

Nama Ion

Simbol Ion

IA

Litium

Kation Litium

Li+

Natrium

Kation Natrium

Na+

Kalium

Kation Kalium

K+

Berilium

Kation Berilium

Be2+

Magnesium

Kation Magnesium Mg2+

Kalsium

Kation Kalsium

Stronsium

Kation Stronsium Sr2+

Barium

Kation Barium

Ba2+

IB

Perak

Kation Perak

Ag+

IIB

Seng

Kation Seng

Zn2+

IIIA

Aluminium

Kation Aluminium Al3+

IIA

Ca2+

Beberapa Anion Monoatom Umum


Golongan

Unsur

Nama Ion

Simbol Ion

VA

Nitrogen

Anion Nitrida

N3-

Fosfor

Anion Fosfida

P3-

Oksigen

Anion Oksida

O2-

Belerang

Anion Sulfida

S2-

Fluorin

Anion Fluorida

Klorin

Anion Klorida

Cl

Bromin

Anion Bromida

Br

Iodin

Anion Iodida

VIA
VIIA

Hilanganya sejumlah elektron dari anggota unsur logam transisi (unsur golongan B) lebih sukar
ditentukan. Faktanya, banyak dari unsur ini kehilangan sejumlah elektron yang bervariasi, sehingga
dapat membentuk dua atau lebih kation dengan muatan yang berbeda. Muatan listrik yang dimiliki
ataom disebut dengan bilangan oksidasi. Banyak dari ion transisi (unsur golongan B)
memiliki bilangan oksidasi yang bervariasi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan beberapa logam
transisi umum denganbilangan oksidasi yang bervariasi.
Beberapa Logam Umum yang Memiliki Lebih dari Satu Bilangan
Oksidasi
Golongan

Unsur

Nama Ion

Simbol Ion

VIB

Kromium

Krom (II) atau Kromo Cr2+


Krom (III) atau Kromi Cr3+

VIIB

VIIIB

Mangan

Besi
Kobalt

Mangan
Mangano

(II)

atauMn2+

Mangan
Mangani

(III)

atauMn3+

Besi (II) atau Fero

Fe2+

Besi (III) atau Feri

Fe3+

Kobalt
Kobalto

(II)

atauCo2+

Kobalt
Kobaltik

(III)

atauCo3+

IB

IIB

IVA

Tembaga

Raksa

Timah

Tembaga
Cupro

(I)

atauCu+

Tembaga
Cupri

(II)

atauCu2+

Merkuri
Merkuro

(I)

atauHg22+

Merkuri
Merkuri

(II)

atauHg2+

Timah (II) atau Stano Sn2+


Timah (IV) atau Stani Sn4+

Timbal

Timbal
(II)
Plumbum

atauPb2+

Timbal
Plumbik

atauPb4+

(IV)

Kation-kation tersebut dapat memiliki lebih dari satu nama. Cara pemberian nama
suatu kation adalah dengan menggunakan nama logam dan diikuti oleh muatan ion yang dituliskan
dengan angka Romawi di dalam tanda kurung. Cara lama pemberian nama suatu kation adalah
menggunakan akhiran o dan i. Logam dengan bilangan oksidasirendah diberi akhiran o.
Sementara, logam dengan bilangan oksidasitinggi diberi akhiran i.
Ion tidak selalu monoatom yang tersusun atas hanya
berupa poliatom yang
tersusun
oleh
sekelompok
atom.
ion poliatom penting yang disajikan dalam bentuk tabel.

satu atom.
Berikut
ini

Ion dapat juga


adalah
beberapa

Beberapa Ion Poliatom Penting


Nama Ion

Simbol Ion

Nama Ion

Simbol Ion

Sulfat

SO

Hidrogen Fosfat

HPO42-

Sulfit

SO32-

Dihidrogen Fosfat

H2PO4

Nitrat

NO3

Bikarbonat

HCO3

Nitrit

NO2

Bisulfat

HSO4

Hipoklorit

ClO

Merkuri (I)

Hg22+

Klorit

ClO2

Amonia

NH4+

Klorat

ClO3

Fosfat

PO43-

Perklorat

ClO4

Fosfit

PO33-

Asetat

CH3COO

Permanganat

MnO4

Kromat

CrO

Sianida

CN

Dikromat

Cr2O72-

Sianat

OCN

Arsenat

AsO43-

Tiosianat

SCN

Oksalat

C2O42-

Arsenit

AsO33-

Tiosulfat

S2O32-

Peroksida

O22-

Hidroksida

OH

Karbonat

CO32-

24

24

Ketika suatu senyawa ionik terbentuk, kation dan anion saling menarik menghasilkan garam. Hal
yang penting untuk diingat adalah bahwa senyawanya harus netral, yaitu memiliki jumlah muatan
positif dan negatif yang sama.
Sebagai contoh, saat logam magnesium direaksikan dengan cairan bromin, akan terbentuk
senyawa ionik. Rumus kimia atau formula kimia dari senyawa yang dihasilkan dapat ditentukan
melalui konfigurasi elektron masing-masing unsur.
Mg : 2 . 8 . 2

12

Br : 2 . 8 . 18 . 7

35

Magnesium, merupakan unsur logam alkali tanah (golongan IIA), memiliki dua elektron valensi,
sehingga dapat kehilangan elektronnya membentuk suatu kation bermuatan +2.
Mg2+ :

12

2 . 8

Bromin adalah halogen (golongan VIIA) yang mempunyai tujuh elektron valensi, sehingga dapat
memperoleh satu elektron untuk melengkapi keadaan oktet (delapan elektron valensi) dan
membentuk anion bromide dengna muatan -1.
Br : 2 . 8 . 18 . 8

35

Senyawa yang terbentuk harus netral, yang berarti jumlah muatan positif dan negatifnya harus sama.
Dengan demikian, secara keseluruhan, muatannya nol. Ion magnesium mempunyai muatan +2.
Dengan demikian, ion ini memerlukan dua ion bromida yang masing-masing memiliki satu muatan
negatif untuk mengimbangi muatan +2 dari ion magnesium. Jadi, rumus senyawa yang dihasilkan
adalah MgBr2.
Pada saat menuliskan nama senyawa garam, tulislah terlebih dahulu nama logamnya dan
kemudian nama nonlogamnya. Sebagai contoh, senyawa yang dihasilkan dari reaksi antara litium
dan belerang, Li2S. Pertama kali, tulislah nama logammya, yaitu litium. Kemudian, tulislah nama
nonlogamnya, dengan menambah akhiran idasehingga belerang (sulfur) menjadi sulfida.
Li2S : Litium Sulfida
Senyawa-senyawa ion yang melibatkan ion-ion poliatom juga mengikuti aturan dasar yang sama.
Nama logam ditulis terlebih dahulu, kemudian diikuti nama nonlogamnya (anion poliatom tidak perlu
diberi akhiran ida).
(NH4)2CO3 : Amonium Karbonat
K3PO4 : Kalium Fosfat
Apabila logam yang terlibat merupakan logam transisi dengan lebih dari satu bilangan oksidasi,
terdapat dua cara penamaan yang benar. Sebagai contoh, kation Fe3+ dengan anion CN dapat
membentuk senyawa Fe(CN)3. Metode yang lebih disukai adalah menggunakan nama logam yang
diikuti dengan muatan ion yang ditulis dengan angka Romawi dan diletakkan dalam tanda kurung :
Besi (III). Namun, metode penamaan lama masih digunakan, yaitu dengan menggunakan akhiran o

(bilangan oksidasi rendah) dan i (bilangan oksidasi tinggi). Oleh karena ion Fe3+memiliki bilangan
oksidasi lebih tinggi dari Fe2+, ion tersebut diberi namaion ferri.
Fe(CN)3 : Besi (III) Sianida
Fe(CN)3 : Ferri Sianida
Tidak semua ikatan kimia terbentuk melalui mekanisme serah-terima elektron. Atom-atom juga
dapat mencapai kestabilan melalui mekanismepemakaian bersama pasangan elektron. Ikatan
yang terbentuk dikenal dengan istilah ikatan kovelen. Senyawa kovelen adalah senyawa yang
hanya memiliki ikatan kovelen.
Sebagai contoh, atom hidrogen memiliki satu elektron valensi. Untuk mencapai kestabilan
(isoelektronik dengan helium), atom hidrogen membutuhkan satu elektron tambahan. Saat dua atom
hidrogen membentuk ikatan kimia, tidak terjadi peristiwa serah-terima elektron. Yang akan terjadi
adalah kedua atom akan menggunakan elektronnya secara bersama-sama. Kedua elektron (satu dari
masing-masing hidrogen) menjadi milik kedua atom tersebut. Dengan demikian, molekul H 2terbentuk
melalui pembentukan ikatan kovelen, yaitu ikatan kimia yang berasal dari penggunaan bersama satu
atau lebih pasangan elektron antara dua atom. Ikatan kovalen terjadi di antara dua unsur nonlogam.
Ikatan kovalen dapat dinyatakan dalam bentuk Struktur Lewis, yaitu representasi ikatan kovelen,
dimana elektron yang digunakan bersama digambarkan sebagai garis atau sepasang dot antara dua
atom; sementara pasangan elektron yang tidak digunakan bersama (lone pair) digambarkan sebagai
pasangan dot pada atom bersangkutan. Pada umumnya, proses ini melibatkan pengisian elektron
pada kulit terluar (kulit valensi) yang disebut sebagai aturan oktet, yaitu unsur akan berbagi
elektron untuk mencapai keadaan penuh delapan elektron valensi (oktet), kecuali hidrogen dengan
dua elektron valensi (duplet).
Atom-atom dapat membentuk berbagai jenis ikatan kovelen. Ikatan tunggal terjadi saat dua atom
menggunakan sepasang elektron bersama.Ikatan rangkap dua (ganda) terjadi saat dua atom
menggunakan menggunakan dua pasangan elektron bersama. Sementara, ikatan rangkap
tiga terjadi saat dua atom menggunakan tiga pasangan elektron bersama.
Senyawa ionik memiliki sifat yang berbeda dari senyawa kovalen. Senyawa ionik, pada suhu kamar,
umumnya berbentuk padat, dengan titik didih dan titik leleh tinggi, serta bersifat elektrolit.
Sebaliknya, senyawa kovelen, pada suhu kamar, dapat berbentuk padat, cair, maupun gas. Selain itu,
senyawa kovalen memiliki titik didih dan titik leleh yang relatif rendah bila dibandingkan dengan
senyawa ionik serta cenderung bersifat nonelektrolit.
Ketika atom klorin berikatan secara kovalen dengan atom klorin lainnya, pasangan elektron akan
digunakan bersama secara seimbang. Kerapatan elektron yang mengandung ikatan kovalen terletak di
tengah-tengah di antara kedua atom. Setiap atom menarik kedua elektron yang berikatan secara
sama. Ikatan seperti ini dikenal dengan istilah ikatan kovalen nonpolar.
Sementara, apa yang akan terjadi bila kedua atom yang terlibat dalam ikatan kimia tidak sama?
Kedua inti yang bermuatan positif yang mempunyai gaya tarik berbeda akan menarik pasangan
elektron dengan derajat (kekuatan) yang berbeda. Hasilnya adalah pasangan elektron cenderung
ditarik dan bergeser ke salah satu atom yang lebih elektronegatif. Ikatan semacam ini dikenal dengan
istilah ikatan kovalen polar.

Sifat yang digunakan untuk membedakan ikatan kovalen polar denganikatan kovalen
nonpolar adalah elektronegativitas (keelektronegatifan), yaitu kekuatan (kemampuan) suatu
atom untuk menarik pasangan elektron yang berikatan. Semakin besar nilaielektronegativitas,
semakin besar pula kekuatan atom untuk menarik pasangan elektron pada ikatan. Dalam tabel
periodik, pada satu periode, elektronegativitas akan naik dari kiri ke kanan. Sebaliknya, dalam satu
golongan, akan turun dari atas ke bawah.
Ikatan kovelen nonpolar terbentuk bila dua atom yang terlibat dalam ikatan adalah sama atau
bila beda elektronegativitas dari atom-atom yang terlibat pada ikatan sangat kecil. Sementara,
pada ikatan kovelen polar, atom yang menarik pasangan elektron pengikat dengan lebih kuat akan
sedikit lebih bermuatan negatif; sedangkan atom lainnya akan menjadi sedikit lebih bermuatan positif.
Ikatan ini terbentuk bila atom-atom yang terlibat dalam ikatan adalah berbeda. Semakin besar beda
elektronegativitas, semakin polar pula ikatan yang bersangkutan. Sebagai tambahan, apabila beda
elektronegativitas atom-atom sangat besar, maka yang akan terbentuk justru adalah ikatan ionik.
Dengan demikian, beda elektronegativitas merupakan salah satu cara untuk meramalkan jenis
ikatan yang akan terbentuk di antara dua unsur yang berikatan.
Perbedaan Elektronegativitas

Jenis Ikatan yang Terbentuk

0,0 sampai 0,2

Kovalen nonpolar

0,3 sampai 1,4

Kovalen polar

> 1,5

Ionik

Ikatan kovalen koordinasi (datif) terjadi saat salah satu unsur menyumbangkan sepasang
elektron untuk digunakan secara bersama-sama dengan unsur lain yang membutuhkan elektron.
Sebagai contoh, reaksi antara molekul NH 3 dan ion H+ membentuk ion NH4+. Molekul NH3memiliki
sepasang elektron bebas yang digunakan bersama-sama dengan ion H +. Molekul NH3 mendonorkan
elektron, sedangkan ion H+ menerima elektron. Kedua elektron digunakan bersama-sama.
Pada dasarnya senyawa kovalen memiliki aturan tata nama yang tidak berbeda jauh dari senyawa
ionik. Tulislah nama unsur pertama, kemudian diikuti dengan nama unsur kedua yang diberi akhiran
ida.
HCl : Hidrogen Klorida
SiC : Silikon Karbida
Apabila masing-masing unsur terdiri lebih dari satu atom, prefik yang menunjukkan jumlah atom
digunakan. Prefik yang sering digunakan dalam penamaan senyawa kovelen dapat dilihat pada tabel
berikut.
Prefik

Jumlah Atom

Prefik

Jumlah Atom

Mono-

Heksa-

Di-

Hepta-

Tri-

Okta-

Tetra-

Nona-

Penta-

Deka-

10

CO : Monokarbon Monoksida atau Karbon Monoksida


CO2 : Monokarbon Dioksida atau Karbon Dioksida
Catatan : awalan mono- pada unsur pertama dapat dihilangkan
SO2 : Sulfur Dioksida
SO3 : Sulfur Trioksida
N2O4 : Dinitrogen Tetraoksida
Senyawa kovalen yang mengandung atom Hidrogen (H) tidak menggunakan tata nama di atas, tetapi
menggunakan nama trivial yang telah dikenal sejak dahulu.
B2H6 : Diborana

PH3 : Fosfina

CH4 : Metana

H2O : Air

SiH4 : Silana

H2S : Hidrogen Sulfida

NH3 : Amonia

Bilangan oksidasi adalah suatu bilangan yang menunjukkan ukuran


kemampuan suatu atom untuk melepas atau menangkap elektron
dalampembentukan suatu senyawa. Nilai bilangan oksidasi
menunjukkan banyaknya elektron yang dilepasatau ditangkap,
sehingga bilangan oksidasi dapat bertanda positif maupun negatif.
Nah, kalau mau tahu beda valensi dengan bilangan oksidasi
silahkanlihat sini.

Anda mungkin juga menyukai