Anda di halaman 1dari 22

Laporan Hasil Praktikum

IKATAN KIMIA

CINDY RESTU BHAKTI

H021 17 1514

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS - MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap materi yang ada di alam semesta ini tersusun atas partikel-partikel.

Partikel-partikel ini saling terhubung dan saling berinteraksi satu sama lain. Dalam

sebuah benda pasti terdapat atom-atom yang saling berikatan sehingga membentuk

benda tersebut. Ikatan inilah yang disebut dengan ikatan kimia. Ikatan kimia

merupakan ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antara partikel-partikel yang

berikatan (Syarifuddin, 1994).

Ikatan antar atom ini akan menentukan tidak hanya sifat kimia unsur atau

senyawa tersebut tetapi juga menentukan sifat fisika dari unsur atau senyawa

tersebut. Singkatnya ikatan antar-atom ini akan menentukan segala karakteristik dari

unsur atau senyawa tersebut, seperti kemampuan menghantarkan listrik dan panas,

kepolaran, kereaktifan, bentuk molekul, warna, sifat titik didih , titik beku, sifat

magnet dan sifat-sifat lainnya (Syarifuddin, 1994).

Ikatan antar atom dapat dibedakan menjadi dua yaitu ikatan elektrovalen (ion)

dan ikatan kovalen. Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut dengan senyawa ion

dan senyawa yang memiliki ikatan kovalen disebut dengan senyawa kovalen. Kedua

senyawa ini biasa ditemukan pada persenyawaan unsur-unsur golongan utama.

Namun, selain itu ada juga yang disebut dengan senyawa kompleks. Senyawa

kompleks biasanya terjadi pada persenyawaan logam transisi.

Oleh karena itu maka perlunya diadakan percobaan Ikatan Kimia ini agar

dapat memahami tentang perbedaan antara senyawa-senyawa tersebut.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari ikatan

kimia yang termasuk ikatan ion, ikatan kovalen senyawa kompleks dan senyawa

bukan kompleks.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Membedakan senyawa yang mempunyai ikatan ion dan ikatan kovalen

2. Membedakan reaksi pembentukan senyawa kompleks dan bukan senyawa

kompleks.

I.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah dengan mereaksikan NaCl, CCl4 dan CHCl3

masing-masing dengan AgNO3. Untuk mereaksikam HCl, CH3COOH, C5H5OH

dengan menambahkan indikator MO untuk mereaksikan CuSO4 dengan BaCl2 dan

K4Fe(CN)6 dengan menambahkan amoniak terlebih dahulu. Untuk mereaksikan

FeCl3 dan K3Fe(CN)6 dengan menambahkan KCNS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikatan Ion

A. Pengertian

Ikatan ion adalah transfer elektron dari atom logam ke atom non logam yang

membuat ion-ion yang terbentuk berada pada kondisi stabil (gas mulia)

(Daniel dkk, 2001). Pada suhu kamar, senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal

yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut terdiri dari ion-ion negatif dan ion-ion

positif, dengan susunan/bentuk yang teratur yang ditentukan oleh muatan dan jari-jari

ion pembentuknya (Syarifuddin, 1994).

B. Pembentukan dan Sifat-sifat Senyawa Ion

Misalnya logam Na dicampur dengan Cl bebas. Masing-masing atom Na, yang

berbeda dengan Na karena mempunyai satu 3S elektron, akan memberikan elektron

tersebut pada Cl, yang berbeda dari A karena mempunyai elektron 3p lebih sedikit.

Karena perpindahan elektron tersebut maka Na akan memperoleh susunan elektron

seperti Neon, sedangkan Cl memperoleh susunan seperti Ar. Tetapi dengan

perpindahan Ar ini Na menjadi kekurangan 1 elektron, karena itu menjadi

bermuatan positif, sedang Cl kelebihan 1 elektron sehingga menjadi bermuatan

negatif. Kemudian kedua ion tersebut akan saling tarik menarik dengan gaya

elektrostatik (Respati, 1992).

Mudah atau sukarnya senyawa ion terbentuk, ditentukan oleh ionisasi potensial,

afinitas elektron dari atom unsur pembentuk senyawa ion dan energi kisi
senyawa ion tersebut. Makin kecil ionisasi potensial, makin besar afinitas sebuah

elektron serta makin besar energi kisi, makin mudah senyawa ion

terbentuk (Syarifuddin, 1994).

Beberapa sifat senyawa ion adalah yang pertama ikatan antara ion-ion adalah gaya

tarik menarik antara dua muatan listrik yang berlainan, sehingga tidak ada ikatan

yang erat antara ion-ion. Yang kedua bila kristal dari persenyawaan ion dilarutkan

dalam air maka ion-ion terpisah satu sama lain atau terdisosiasi. Bila pada larutan

persenyawaan ion dimasukkan elektroda-elekroda yang bermuatan maka ion-ion

akan bergerak ke arah elektroda yang bermuatan berlawanan dan larutan tersebut

akan menghantarkan arus listrik. Leburan dari persenyawaan tersebut dapat pula

mengantarkan arus listrik sebab dalam leburan ion-ion akan bergeraj dengan bebas.

Yang ketiga Pasangan ion dalam ikatan ion mempunyai dipol momen listrik yang

besar, sehingga pasangan-pasangan ion ini akan melekat pada pasangan-pasangan

lain, maka umumnya persenyawaan ini merupakan zat padat yang sukar menguap.

Yang keempat persamaan dengan ikatan ion umumnya larut dalam

air (Respati, 1992).

2.2 Ikatan Kovalen

A. Pengertian

Ikatan kovalen merupakan penggunaan elektron secara bersama antara atom-

atom non logam, yang membuat elektron valensi masing-masing atom berada pada

kondisi stabil gas mulia (Daniel dkk, 2001). Terbentuknya ikatan kovalen tersebut,

karena kecenderungan atom-atom untuk memiliki konfigurasi elektron atom gas

mulia, yaitu 8 elektron pada kulit terluar (2 elektron pada atom Helium). Karena itu

teori mengenai ikatan kovalen disebut teori octet (Syarifuddin,1994).


Ikatan kovalen dapat dibedakan menjadi dua yaitu kovalen polar dan kovalen non

polar. Konsep polar dan non polar didasarkan pada perbedaan keelektronegatifan

unsur-unsur yang berikatan dalam suatu senyawa atau molekul yang menghasilkan

momen dipol yang berbeda dengan kepolaran yang berbeda pula. Molekul-molekul

yang unsur-unsur yang berikatan mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang

besar seperti CCL4 termasuk non polar karena jumlah momen dipolnya nol (Nurbaity

dkk, 2012).

B. Pembentukan dan Sifat-sifat Senyawa Kovalen

Menurut teori Oktet, untuk membentuk satu ikatan kovalen tunggal setiap atom

menyumbangkan 1 elektron kulit terluatnya. Bila antara kedua atom terbentuk ikatan

kovalen ganda (rangkap) maka setiap atom akan menyumbangkan elektron sesuai

dengan derajat penggandaannya (Syarifuddin, 1994).

Lewis menggambarkan ikatan kovalen melalui struktur Lewis atau rumus

elektron yang terdiri dari simbol Lewis, yaitu lambang atom yang dikelilingi

sejumlah elektron valensi. Apabila elektron valensi lebih dari empat, maka elektron

yang kelima dipasangkan dengan salah satu elektron lainnya. Yang dapat

dipergunakan atau disumbangkan pada pembentukan ikatan kovalen adalah elektron

yang belum berpasangan (Syarifuddin,1994).

Menurut sifat umum persenyawaan yang mempunyai ikatan kovalen

adalah (Respati 1992) :

1. Umumnya berupa gas atau zat cair/zat padat yang mudah menguap.

2. Medan listrik yang ditimbulkan oleh molekul ini nol atau sangat kecil.

3. Persenyawaan kovalen umumnya sukar larut dalam air. HCl dan NH3 yang mudah

larut dalam air, karena terjadinya reaksi ionisasi.


2.3 Senyawa Kompleks

A. Pengertian

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat

dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya

kepada ion logam pusat. Senyawa kompleks dapat disintesis dengan cara

pencampuran larutan ion logam dan ligan dalam pelarut tertentu yang dapat

melarutkan ion logam dan ligan, baik disertai pemanasan maupun tanpa pemanasan

pada suhu tertentu (Faizzah dkk, 2016). Ikatan pada senyawa kompleks ini disebut

ikatan koordinasi. Banyaknya ion netral yang mengelilingi logam sebagai ion pusat

ini disebut bilangan koordinasi (Respati, 1992).

B. Pembentukan dan Sifat-Sifat Senyawa Kompleks

Salah satu ciri penting dari logam transisi adalah kemampuannya membentuk

kompleks dengan molekul kecil dan ion. Contohnya, padatan tembaga (II) sulfat

dibuat dengan mereaksikan tembaga dan asam sulfat pekat-panas. Nama lazimnya

adalah (vitriol biru), nama ini menyatakan asalnya (vitriol) dan warnanya (biru) yang

merupakan sifatnya yang paling mudah dilihat. Akan tetapi, senyawa ini tidak

sekedar tembaga dan sulfat, tetapi juga air. Air di dalam vitrol biru sangat penting,

sebab bila air ini dikeluarkan dengan pemberian panas yang tinggi, warna birunya

hilang, berganti menjadi tembaga (II) sulfat anhidrat berwarna putih. Warna biru dari

vitriol biru berasal dari kompleks koordinasi yang molekul H2O-nya berikatan

langsung dengan ion Cu2+ membentuk ion komposit dengan rumus [Cu(H2O)4]2+.

Sebagai asam lewis, ion Cu2+ mengkoordinasi empat molekul air menjadi satu

kelompok dengan menerima kerapatan elektron masing-masing dari pasangan

elektron menyendirinya. Dengan bertindak sebagai donor pasangan elektron dan

berbagi kerapatan elektron dengan ion Cu2+, keempat molekul air, yang dalam
interaksi ini disebut ligan, masuk ke dalam lengkung koordinasi ion tersebut. Vitriol

biru memiliki rumus kimia [Cu(H2O)]SO4.H2O; molekul air kelima tidak

terkoordinasi langsung ke pada tembaga (Oxtoby dkk, 2003).

Jumlah total ikatan logam dengan ligan dalam sebuah kompleks (biasanya dua

sampai enam) disebut bilangan koordinasi logam tersebut. Beberapa ligan yang lazim

adalah ion halida (F,Cl,Br,I) , ammonia (NH3), karbon monoksida (CO), dan air.

Setiap ligan ini hanya mampu membentuk ikatan tunggal dengan satu atom logam

pusat, sehingga disebut monodentat (berasal dari bahasa latin mono, berarti satu, plus

dens, berarti gigi) yang menyatakan bahwa pengikatannya hanya pada satu titik.

Ligan lain dapat membentuk dua atau lebih ikatan seperti itu dan dinamakan

bidentat, tridentat, dan seterusnya (Oxtoby dkk, 2003).

Koordinasi memodifikasi sifat kimia dan sifat fisis atom pusat dan ligannya.

Kompleks koordinasi ionik dengan muatan berlawanan dapat bergabung satu sama

lain seperti halanya ion positif dapat bergabung dengan ion negatif- membentuk

garam. Sebagai contoh, kation [Pt(NH3)4]2+ dan anion [PtCl4]2- membentuk senyawa

ionik kompleks rangkap dengan rumus [Pt(NH3)4][PtCl4]2-. Senyawa ini dan

keempat senyawa ionik sejenis lain semua mengandung Pt, NH3, Cl dengan nisbah 1

banding dua banding dua, artinya senyawa-senyawa ini memiliki persentase

komposisi yang sama. Kedua pasangan memiliki massa molar yang sama. Akan

tetapi, kelima senyawa tersebut berbeda struktur serta sifati fisis dan kimianya.

Konsep koordinasi meliputi sangat banyak komposisi kimia sebagai kombinasi dari

ligan-ligan yang berikatan (dengan beragam nisbah) dengan atom logam pusat atau

ion. Kumpulan informasi mengenai reaktivitas kimia, yang berbeda dan

membingungkan, dirasionalisasi berdasarkan substitusi satu ligan oleh ligan

lainnya (Oxtoby dkk, 2003).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

1.1 Alat dan Bahan Percobaan

1.1.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Nacl, AgNO3, CHCl3,

CCl4, Metil Orange (MO), HCl, CH3COOH, C2H5OH, CuSO4, BaCl2, K4Fe(CN)6,

FeCl3, K3Fe(CN)6, dan KCNS.

1.1.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Tabung reaksi, Gelas kimia,

Rak Tabung reaksi, Penjepit, sikat tabung reaksi, label, dan Pipet tetes.

1.2 Prosedur Percobaan

1.2.1 Pengendapan Garam Sulfat

Menyiapkan 3 buah tabung reaksi, Masing-masing tabung diisi dengan 1 ml

AgNO3. Tabung (1) ditetesi dengan NaCl, tabung (2) ditetesi dengan CCl4/Alkohol,

dan tabung (3) ditetesi dengan CHCl3. Mengamati dan mencatat perubahan yang

terjadi pada larutan setelah diberikan indikator untuk mengetahui efek dari

penambahan indikator tersebut.

1.2.2 Reaksi dengan Indikator M.O

Menyiiapkan 3 buah tabung reaksi, kemudian tabung reaksi 1 diisi dengan HCl,

tabung reaksi 2 diisi dengan CH3COOH, dan tabung reaksi 3 diisi dengan C2H5OH

masing-masing sebanyak 2,5 mL. Selanjutnya, masing-masing tabung reaksi ditetesi

dengan indikator Metil Orange (MO). Kemudian, mengamati dan mencatat


perubahan yang terjadi pada larutan setelah diberikan indikator untuk mengetahui

efek dari penambahan indikator tersebut.

1.2.3 Pengendapan Garam Hidroksida

Menyiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 ml CuSO4. Masing-

masing tabung ditetesi dengan larutan amonia sampai tidak terjadi endapan. Tabung

reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung (2) dengan K4Fe(CN)6, masing-

masing 2-3 tetes. Memperhatikan dan mencatat perubahan yang terjadi.

Menyiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 ml CuSO4. Tabung (1)

ditambah dengan BaCl2 dan tabung (2) dengan K4Fe(CN)6 masing-masing 2-3 tetes.

Memperhatikan dan mencatat perubahan yang terjadi

1.2.4 Pengendapan Garam Hidroksida

Menyiapkan 2 tabung reaksi. Tabung pertama dijisi demgan FeCl3 dan tabung

kedua diisi dengan K3Fe(CN)6 sebanyak 1 ml. masing-masing tabung ditetesi KCNS

2-3 tetes. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengendapan Garam Sulfat

Larutan + AgNO3 Keterangan


NaCl Endapan putih Terjadi ikatan ion

CCl4 Tidak terjadi endapan Terjadi ikatan kovalen

CHCl3 Tidak terjadi endapan Terjadi ikatan kovalen

Ikatan ion adalah transfer elektron dari atom logam ke atom non logam yang

membuat ion-ion yang terbentuk berada pada kondisi stabil atau gas

mulia. Sedangkan Ikatan kovalen merupakan penggunaan elektron secara bersama

antara atom-atom non logam, yang membuat elektron valensi masing-masing atom

berada pada kondisi stabil gas mulia (Daniel dkk, 2001).

Pada percobaan pertama senyawa yang digunakan untuk percobaan ikatan ion

dan ikatan kovalen adalah NaCl, CCl4, CHCl3. Dimana ikatan ion adalah senyawa

yang NaClmemnbentuk ion positif dan negative, sedangkan ikatan kovalen adalah

pemakaian dua elektron bersamaan oleh dua atom.

Berdasarkan tabel percobaan di atas larutan yang ditambahkan dengan AgNO3

hanya larutan NaCl saja yang membentuk endapan, karena NaCl termasuk ikatan ion

dimana bisa membentuk ion positif dan ion negatif serta warnanya berubah dari

warna bening menjadi warna putih. Sedangkan larutan CCl4 dan CHCl3 termasuk

ikatan kovalen karena tidak terjadi endapan dan warnanya pun tidak berubah tetap

berwarna bening.
4.2 Reaksi dengan Indikator M.O

Larutan + AgNO3 Keterangan

HCl Merah Asam kuat

CH3COOH Orange Asam lemah

C2H5OH Kuning Asam lemah

Larutan yang digunakan untuk percobaan dalam menentukan keasaman adalah

HCl, CH3COOH, dan C2H5OH. Dimana asam terbagi menjadi dua yaitu asam kuat

dan asam lemah. Basa pun terbagi menjadi dua yaitu basa kuat dan basa lemah.asam

atau basa yag teionisasi sempurna adalah asam kuat dan basa kuat, sebaliknya asam

atau basa yang terionisasi sebagian adalah asam lemah dan basa lemah.

Berdasarkan tabel diatas larutan yang bersifat asam adalah larutan HCl

sedangakan yang bersifat basa adalah CH3COOH dan C2H5OH dari ketiga larutan

semua bereaksi ketika dicampurkan larutan MO (Metil Orange) dimana warnanya

berubah, HCl menjadi warna merah dan merupakan asam kuat, CH3COOH berubah

merah ke orange-an termasuk asam lemah, dan C2H5OH berwarna kuning, termasuk

asam lemah.

4.3 Pengendapan Garam Hidroksida

Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6

CuSO4+ Na4OH Senyawa


Biru pucat coklat
sedikit kompleks

CuSO4+ Na4OH Senyawa


Biru pucat coklat
banyak kompleks
Senyawa
CuSO4 Biru pucat coklat
kompleks

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat

dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya

kepada ion logam pusat. Senyawa kompleks dapat disintesis dengan cara

pencampuran larutan ion logam dan ligan dalam pelarut tertentu yang dapat

melarutkan ion logam dan ligan, baik disertai pemanasan maupun tanpa pemanasan

pada suhu tertentu (Faizzah dkk, 2016).

Pada percobaan ini indikator yang digunkan untuk percobaan menetukan

senyawa kompleks atau bukan kompleks adalah BaCl2 dan K4Fe(CN)6. Senyawa

kompleks adalah senyawa yang apabila ion logan dan atom logam sebagai atom

pusat.

Dari percobaan diatas didapatkan hasil bahwa walaupun ammonia telah

ditambahkan pada indikator yang digunakan untuk tidak terjadi endapan tetapi tetap

saja endapan terjadi pada indikator yang di gunakan.Dan masing-masing memiliki

sifat sebaga senyawa kompleks kecuali larutan BaCl2.

4.4 Pengendapan Garan Hidroksida

Larutan +KCNS Keterangan

FeCl3 Coklat pekat Senyawa Kompleks

Tidak ada perubahan


K3Fe(CN)6 Bukan kompleks
(kuning terang)

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat

dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya

kepada ion logam pusat. Senyawa kompleks dapat disintesis dengan cara

pencampuran larutan ion logam dan ligan dalam pelarut tertentu yang dapat
melarutkan ion logam dan ligan, baik disertai pemanasan maupun tanpa pemanasan

pada suhu tertentu (Faizzah dkk, 2016).

Pada percobaan ini larutan yang digunakan untuk percobaan menetukan senyawa

kompleks atau bukan kompleks adalah FeCl3 dan K3Fe(CN)6. Senyawa kompleks

adalah senyawa yang apabila ion logan dan atom logam sebagai atom pusat.

Berdasarkan tabel diatas larutan FeCl3dan K3Fe(CN)6 ketika ditambahkan KCNS

larutan FeCl3 bereaksi dan berubah warna merah kehitaman. Sedangakan larutan

K3Fe(CN)6 ketika ditambahkan dengan KCNS tidak bereaksi atau warnanya tetap

berwarna kuning. Pada keadaan ini dapat dilihat bahwa larutan FeCl3 adalah senyawa

kompleks dan K3Fe(CN)6 bukan kompleks.

4.5 Reaksi

A. Pengendapan Garam Sulfat

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CCl4 + AgNO3 tidak bereaksi

CHCl3 + AgNO3 tidak bereaksi

B. Reaksi dengan Indikator M.O

Tidak perlu

C. Pengendapan Garam Hidroksida

1. CuSO4 + NH4OH (Cu(NH3)4)SO4 + 4H2O

a) (Cu(NH3)4)SO4 + BaCl2 [Cu(NH4)]Cl + BaSO4

b) (Cu(NH3)4)SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4[Fe(CN)6] + 2K2SO4

2. CuSO4 + BaCl2 BaSO4 + Cu2Fe(CN)6

CuSO4 + K4Fe(CN)6 2K2SO4 + Cu2Fe(CN)6

D. Pengendapan Garam Hidroksida


FeCl3 + KCNS Fe(CNS)3 + 3KCl

K3Fe(CN)6 + KCNS tidak bereaksi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :


1. Larutan yang termasuk ikatan kovalen adalah larutan CCl4 dan larutan yang

termasuk ikatan ion adalah NaCl dan BaSO4.

2. Larutan yang termasuk senyawa kompleks adalah K4Fe(CN)6, CuSO4, dan FeCl3

dan larutan yang termasuk larutan senyawa bukan kompleks adalah K3Fe(CN)6.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saya berharap agar kebersihan di dalam laboratorium selalu dijaga agar hati

menjadi nyaman ketika melaksanakan praktikum.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Cara asisten memberikan penjelasan sudah baik, semoga kedepannya dapat

lebih memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Chang,Raymond. 2004. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta

Saito,taro. 1996. Kimia Anorganik. Permission of iwami shoten. Tokyo .

Sukardjo. 1985. Ikatan Kimia. Bina aksara. Jakarta


Takheuci,Yashito. 2006. Pengantar Kimia. Permission of iwami shoten.Tokyo.

Winarni,Sri.Syahrial.2010.Analisis Konsep Ikatan Kimia Pada Mahasiswa Program


Studi Pendidikan Kimia Fikp Unsyiah. Banda Aceh.Universitas Syiah Kuala.

BAGAN KERJA

A. Pengendapan Garam Sulfat

3 tetes NaCl
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi 1 ml

AgNO3

- Diamati dan catat perubahan yang terjadi.

- Dilakukan hal yang sama pada CCl4/alcohol, dan CHCl3

Hasil

B. Reaksi dengan Indikator M.O

2.5 HCl

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditetesi dengan indicator M.O

- Diamati dan catat perubahan yang terjadi

- Dilakukan hal yang sama pada CCl4/alkohol, dan C2H5OH

Hasil

C. Pengendapan Garam Hidroksida

1) 2-3 tetes BaCl2

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi 1 ml

CuSo4

- Ditetesi dengan larutan amonia sampai tidak terjadi endapan


- Diamati dan catat perubahan yang terjadi

- Dilakukan hal yang sama pada K4Fe(CN)6


Hasil

2) 2-3 tetes BaCl2

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi 1 ml

CuSo4

- Diamati dan catat perubahan yang terjadi

- Dilakukan hal yang sama pada K4Fe(CN)6


Hasil

D. Pengendapan Garam Hidroksida

2.5 HCl

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditambahkan 2-3 tetes KCNS

- Diamati dan catat perubahan yang terjadi

- Dilakukan hal yang sama pada K4Fe(CN)6

Hasil

GAMBAR PERCOBAAN
LEMBAR PENGESAHAN

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh :


H021-17-1513
CINDY RESTU BHAKTI

Loporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Makassar
Asisten

Rosdiana
NIM :

Anda mungkin juga menyukai