Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Kimia analisa melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan metode

untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatiff dan informasi

struktur dari suatu bahan kimia.

 Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan

identifikasi elemen dan atau senyawa yang ada dalam

sampel.

 Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah

dari suatu elemen yang ada dalam sampel

Secara umum dalam analisis kuantitatif diadakan pembagian

yang terdiri atas analisis secara klasik dan secara instrumental.

Yang dimaksud analisis secara klasik yakni terdiri atas analisis

dengan teknik gravimetri dan volumetri. Analisis instrumental

adalah analisis yang menggunakan alat modern

Secara klasik antara lain mengunakan analitical balance , buret,

erlenmeyer, pipet gondok, beker gelas dsb. Analisis instrumental


, peralatan lebih rumit dan dasar pengetahuan lebih mendalam

terutama di bidang fisika-kimia. Meskipun demikian , baik

analisis klasik maupun instrumental menggunakan prinsip yang

sama yaitu:

Memisahkan zat yang akan dipisahkan (mereaksikan) dan

mengadakan pengukuran zat secara kuantitatif.

Dalam setiap analisis , pemilihan metode merupakan masalah

yang terpenting. Oleh karena itu, metode yang dipilih

merupakan pencerminan dari beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain:

Tujuan analisis, macam bahan yang akan dianalisis, jumlah

bahan yang dianalisis,ketepatan dan ketelitian yang diinginkan,

lamanya waktu yang diperlukan untuk analisis, peralatan yang

tersedia. Berdasarkan faktor –faktor tersebut, metode

instrumental menggunakan sampel sedikit, tetapi waktunya

lebih cepat, tetapi peralatannya mahal. . Sebaliknya metode

klasik waktu lebih lama, tetapi peralatan relatif sederhana dan

murah.
Metode apapun yang kita pilih, dalam analisis yang

dipentingkan adalah hasil akhir analisis itu. Selain metode

analisis masih ada 2 hal lain yang harus diperhatikan yaitu cara

pengambilan sampel dan pengolahan data hasil analisis.

Masalah pengambilan sampel sangat berperan terhadap hasil

akhir. Permasalahannya adalah apakah sampel yang dianalisis

itu representatif artinya mewakili semua produk yang akan

dianalisis.

Setelah diperoleh hasil analisis sampel yang representatif

maka akan diperoleh sejumlah data yang harus diolah untuk

menghitung ketelitiannya dengan statistik.


LARUTAN

A. Definisi dan macam larutan

Larutan didefinsikan sebagai sistem yang terdiri dari dua

komponen atau lebih yang homogen (satu fasa)

Komponen utama larutan :

a. Solute:

Zat yang jumlahnya relatif lebih sedikit yang terlarut didalam

sistem larutan (dapat disebut sebagai zarut atau zat yang

terlarut)

b. Solven

Zat yang jumlahnya relatif lebih besar, biasa disebut seagai

pelarut.

Fasa dari larutan ditentukan oleh fasa solven.

Berdasarkan ini maka larutan dibagi menjadi 3 golongan :

1. Larutan cair
Atau larutan yang dikenal sehari –hari memiliki solven berfasa

cair.

2. Larutan gas

Memiliki solven berfasa gas . Secara umum campuran dari

beberapa komponen gas senantiasa menghasilkan sistem larutan

karena campuran gas senantiasa homogen . Disini letak

kekarakteristikkan sistem gas. Karena sistem campuran padatan

dan cairan belum tentu menghasilkan sistem larutan.

3. Larutan padat

Memiliki solven berfasa padat. Didalam larutan padat,

komponen solute terdispersi secara random (acak) dalam

ukuran atom atau molekul diantara komponen komponen lain

yang berfasa padat.

Campuran dua komponen logam atau lebih yang memiliki sifat

logam disebut alloy atau aliasi . Aliasi ini dapat berbentuk

larutan padat atau senyawa .

Sebagai contoh;
Kuningan (larutan Cu dalam Zn) dan perak sterling ( larutan Cu

dalam Ag) adalah larutan padat .

Menyatakan konsentrasi

Konsentrasi suatu zat merujuk ke bobot atau volume zat terlarut

yang berada dalam pelarut ataupun larutan yang banyaknya

ditentukan. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk

mengungkapkan kuantitas-kuantitas ini.

a. Prosen Berat (% Wt)

Bila menyatakan prosen bobot, prosentase yang diberikan itu

merujuk ke zat terlarut , misalnya suatu larutan NaCl dalam air 5

%, mengandung 5% bobot natrium klorida dengan 95 % sisanya

adalah air.

b. Prosen Volume (% V )

Konsentrasi suatu larutan dari dua cairan seringkali dinyatakan

sebagai prosentase volume. Konsentrasi minuman beralkohol

biasanya dinyatakan dengan cara demikian. Suatu anggur yang


mengandung 12% alkohol, mempunyai 12 ml alkohol per 100 ml

anggur. Dalam kerja labortorium kimia, istilah % selalu berarti %

bobot kecuali dinyatakan lain.

c. % berat pervolume (%w/v) = massa zat terlarut X100%


Volume larutan

d. Fraksi Mol

Pengetahuan banyaknya partikel zat terlarut yang tercampur

dengan partikel pelarut yang banyaknya diketahui, disyaratkan

dalam banyak kegiatan laboratorium. Satu cara untuk menyatakan

banyaknya partikel adalah dalam banyaknya mol zat terlarut dan

pelarut. Bagian pecahan dari jumlah total mol yang bersangkutan

dengan zat terlarut adalah fraksi mol zat terlarut ; bagian pecahan

dari jumlah total mol yang bersangkutan dengan pelarut adalah

fraksi mol pela rut. Fraksi mol yang dikalikan 100 adalah prosen

mol.

Contoh:
Hitunglah fraksi mol etil alkohol, C2H5OH dan air dalam suatu

larutan yang terbuat dengan melarutkan 13,8 g alkohol kedalam

27,0 g air.

Jawab:
13,8 g
Banyaknya mol C2H5OH = 46,1g / mol = 0,300 mol

27,0 g
Banyaknya mol H2O = 18,0 g / mol = 1,50 mol
Jumlah total mol = 1,80 mol
molC 2 H 5 OH 0.300
Fraksi mol C2H5OH = total mol = 1.80
= 0.167
molH 2 O 1.50
Fraksi mol H2O = total mol = 1.80
= 0.833

0.167 dari semua molekul dalam larutan itu adalah molekul etil

alkohol. Jumlah fraksi mol zat terlarut dan pelarut harus sama

dengan satu.

Fraksi mol H2O = 1 - fraksi mol C2H5OH

= 1 - 0.167 = 0.833

e. Molalitas
Suatu cara lain untuk menyatakan konsentrasi sehingga diketahui

banyaknya partikel zat terlarut dalam sejumlah tertentu partikel

pelarut adalah dalam satuan molalitas. Molalitas (m) dari suatu

larutan ialah jumlah mol zat terlarut perkilogram pelarut. Volume

larutan tak diperlukan dalam menyiapkan larutan molal, cukup

dengan diketahuinya bobot-bobot zat terlarut dan pelarut.

Contoh :

Hitunglah molalitas suatu larutan yang dibuat dengan melarutkan

262 g etilena glikol, C2H6O2, dalam 8000 g air.

Jawaban:

Molalitas ,m =
g zat terlarut
mol zat terlarut g mol

kg pelarut kg pelarut

262 g C 2 H 6 O2
62.1g C 2 H 6 O2 / mol

1 kg
8.000 g x
1000 g

0.527 mol
= kg pelarut
 0,527 m
f. Molaritas.(M)

Molaritas suatu larutan adalah banyaknya mol zat terlarut

perliter larutan . untuk membuat 1 L suatu larutan satu molar

sukrosa ( C12 H22 O11, bobot molekul 342g), maka 342 g sukrosa

ditaruhdalam sebuah labu volumetri 1 L dan air ditambahkan

sampai volume total tepat 1 L

Contoh :

1. Hitunglah molaritas suatu larutan yang dibuat dengan

melarutkan 4.0 g kalsium bromida, CaBr2, dalam air untuk

memperoleh 200 ml larutan.

Jawaban :

g zat terlarut
mol zat terlarut
M= L laru tan = g / mol
Llaru tan

4.0 g CaBr2
200 g CaBr2 / mol
= 1L = 0.10 M
200 ml X
1000mL
2. Berapakah bobot soda kue ( natrium bikarbonat ), NaHCO 3

yang diperlukan untuk membuat 150 ml larutan 0,350 M.

Jawaban :

g zat terlarut
mol zat terlarut
M = L laru tan = g / mol
Llaru tan

g NaHCO3
84.0 g NaHCO3 / mol
0,350 M = 1L
150 ml X
1000mL

0.350 mol 1L 84,0 g


g NaHCO3 = ( L
) ( 150 ml X
1.000 ml )( mol
)
= 4.41 g NaHCO3

g. Normalitas (N)

Normalitas dari suatu larutan adalah Jumlah ekivalen zat terlarut


per liter larutan.

Bobot Ekuivalen

Secara sederhana bobot ekuivalen adalah bobot zat yang

ekuivalen satu sama lain dalam reaksi – reaksi kimia . Bobot

ekuivalen selalu diperoleh dengan reaksi –reaksi khas.


Contoh : o o +3 (-1)3
Reaksi redoks : 2 Al + 3 Cl2  2 AlCl3

Oksidasi : Al0  Al+3 + 3 e-

o
Reduksi : Cl2+2e-  2Cl-1

Untuk tiap mol zat pereduksi , aluminium , yang mengalami

oksidasi menjadi Al+3

3 mol elektron dilepaskan. Banyaknya aluminium yang

diperlukan untuk melepaskan 1 mol elektron adalah 26,98 g/3

=8,99 g
0 3
1
3 Al  1
3 Al  e 
1
mol , 8.99 g 1
mol , 8.99 g 1 mol
3 3

Untuk tiap mol zat pengoksid, klor yang mengalami reduksi

1
menjadi Cl , diperoleh 2 mol elektron. Banyaknya klor yang

diperlukan untuk memperoleh 1 mol elektron adalah 70,906 g/2 =

35,543 g.
0 1

1
2 Cl  e  1
2 Cl
1
mol , 8.99 g 1 mol 2
mol , 35.453 g
3

Bobot ekuivalen dari zat pengoksid atau pereduksi adalah bobot zat

itu yang diperlukan untuk memperoleh ataupun melepaskan 1 mol

elektron. Dalam contoh di atas, bobot ekuivalen Al adalah 8,99 g;

bobot ekuivalen Cl2 adalah 35,453 g.

Hitunglah bobot ekuivalen dari tiap pereaksi dalam reaksi redoks

berikut :

MnO2 + 4HCl  MnCl2 + Cl2 + 2H2O

Jawaban. Reaksi setengah oksidasi dan reduksi untuk

menunjukkan lepasnya atau diperolehnya 1 mol elektron :


1 0
oksida : Cl  12 Cl 2  e 
1 mol 1 mol 1 mol
2

4 2

reduksi : Mn  e  Mn
1
2
1
2
1 mol 1 mol 1 mol
2 2

1
Bobot ekuivalen Cl adalah bobot 1 mol, atau 35 g. Dapat juga

dirujuk pada bobot HCl yang mengandung bobot klor ini, sebagai

bobot ekuivalen HCl, atau 36,5 g.

4
Bobot ekuivalen Mn ialah bobot 1
2 mol, atau 27,47 g. dapat juga

dirujuk bobot MnO2 yang mengandung bobot mangan ini, sebagai

bobot ekuivalen MnO2, atau 1


2 (86,94g) = 43,47 g.

Terhadap zat pengoksid ataupun zat pereduksi (dan untuk reaksi

asam basa sebagai berikut: suatu larutan satu normal (1N)

mengandung satu bobot ekuivalen, atau cukup satu ekuivalen, per

liter larutan. Suatu larutan 0,5 N mengandung setengah ekuivalen

per liter, dan seterusnya. Secara matematis,


0 1

1
2 Cl  e  1
2 Cl
1
mol , 8.99 g 1 mol 2
mol , 35.453 g
3

dengan g/ekuiv adalah bobot ekuivalen (dalam gram) dari zat itu.
Dalam semua hal yang akan diperlihatkan, normalitas suatu larutan

atau sama dengan molaritasnya atau kelipatannya sederhana

molaritas itu.

Contoh

Hitunglah bobot kalium permanganat, KmnO4, yang terdapat

dalam 500 mL larutan 0,100N. Reaksi redoksnya adalah :

2KMnO 4  16HCl  2KCl  2MnCl 2  5Cl 2  8H 2 O

Jawaban. Bobot 1 mol KMnO4 adalah 158,0 g. Mangan, Mn,

berubah bilangan oksidasinya dari +7 dalam KMnO 4 menjadi +2

dalam MnCl2. Ini menyatakan diperolehnya 5 mol elektron. Untuk

memperoleh 1 mol elektron, hanya diperlukan 1


5 mol KMnO4:

7 2

1
5 Mn e  Mn 1
5
1
mol 1mol 1
mol
5 5

Jadi bobot ekuivalen KMnO4 adalah 158,0/5 = 31,6 g.


g zat terlarut
ekuiv zat terlarut
N 
L laru tan
 g / ekuiv
L laru tan
g KMnO
0.100 ekuiv 31.6 g KMnO4 4/ ekuiv
0.100N  
L 500 mL  1,0001 LmL

 0.100 ekuiv   1L  31.6 g KMnO4 


g KMnO4 
 L
   500 mL 
 

1,000 mL  ekuiv

Contoh

Hitunglah molaritas larutan KMnO4 yang diuraikan dalam Contoh

diatas

Jawaban. Dalam suatu larutan 0,100N, terdapat 0,100 ekuivalen

1
per liter. Seperti nampak dari Contoh diatas , terdapat 5
atau 0,200

mol/ekuiv. Molaritas (mol per liter) larutan KmnO4 adalah:

 0.200mol KMnO 4 
(0.100 equiv/L)   0.0200mol/L  0.0200M
 1equiv KMnO 4 

Dalam hal ini, normalitas larutan adalah lima kali molaritas.

h. Formalitas (F) :

Jumlah formula berat solute perliter larutan.


Misal : 1 F HCl dibuat dari 1 formula berat (36.5 gram) HCl

ditambah air sampel diperoleh volume larutan = 1 liter.

h). Parts permillion(ppm)

gram zat terlarut = mgram zat terlarut = mgram zat terlarut


6
10 gram larutan kg larutan liter larutan

i).Parts perbillion = gram zat terlarut


9
10 gram larutan

…………………………………….

Anda mungkin juga menyukai