Anda di halaman 1dari 12

A.

Satuan konsentrasi

Konsentrasi suatu zat merujuk ke bobot atau volume zat terlarut yang berada dalam
pelarut ataupun larutan yang banyaknya ditentukan. Terdapat beberapa metode yang
digunakan untuk mengungkapkan kuantitas-kuantitas ini.

a. Prosen Bobot
Bila menyatakan prosen bobot, prosentase yang diberikan itu merujuk ke zat terlarut ,
misalnya suatu larutan NaCl dalam air 5 %, mengandung 5% bobot natrium klorida
dengan 95 % sisanya adalah air.

b. Prosen Volume
Konsentrasi suatu larutan dari dua cairan seringkali dinyatakan sebagai prosentase
volume. Konsentrasi minuman beralkohol biasanya dinyatakan dengan cara demikian.
Suatu anggur yang mengandung 12% alkohol, mempunyai 12 ml alkohol per 100 ml
anggur. Namun hendaknya dicatat bahwa volume cairan tidaklah aditif, 88 ml anggur
harus ditambahkan pada 12 ml alkohol ,agar diperoleh 100 ml larutan anggur. Dalam
kerja labortorium kimia, istilah % selalu berarti % bobot kecuali dinyatakan lain.

c. Fraksi Mol
Pengetahuan banyaknya partikel zat terlarut yang tercampur dengan partikel pelarut
yang banyaknya diketahui, disyaratkan dalam banyak kegiatan laboratorium. Satu cara
untuk menyatakan banyaknya partikel adalah dalam banyaknya mol zat terlarut dan
pelarut. Bagian pecahan dari jumlah total mol yang bersangkutan dengan zat terlarut
adalah fraksi mol zat terlarut ; bagian pecahan dari jumlah total mol yang bersangkutan

dengan pelarut adalah fraksi mol pela rut. Fraksi mol yang dikalikan 100 adalah
prosen mol.

Contoh:

Hitunglah fraksi mol etil alkohol, C 2H5OH dan air dalam suatu larutan yang terbuat
dengan melarutkan 13,8 g alkohol kedalam 27,0 g air.
Jawab:

13 ,8g
Banyaknya mol C2H5OH = 46 ,1g /mol = 0,300 mol

27 ,0g
Banyaknya mol H2O = 18 ,0g /mol = 1,50 mol

Jumlah total mol = 1,80 mol

molC 2 H 5 OH 0.300
Fraksi mol C2H5OH = total mol = 1 .80 = 0.167

molH 2 O 1.50
Fraksi mol H2O = totalmol = 1.80 = 0.833

0.167 dari semua molekul dalam larutan itu adalah molekul etil alkohol. Jumlah fraksi
mol zat terlarut dan pelarut harus sama dengan satu.

Fraksi mol H2O = 1 - fraksi mol C2H5OH

= 1 - 0.167 = 0.833

d. Molalitas
Suatu cara lain untuk menyatakan konsentrasi sehingga diketahui banyaknya partikel
zat terlarut dalam sejumlah tertentu partikel pelarut adalah dalam satuan molalitas.
Molalitas (m) dari suatu larutan ialah jumlah mol zat terlarut perkilogram pelarut.
Volume larutan tak diperlukan dalam menyiapkan larutan molal, cukup dengan
diketahuinya bobot-bobot zat terlarut dan pelarut.

Contoh :

Hitunglah molalitas suatu larutan yang dibuat dengan melarutkan 262 g etilena glikol,
C2H6O2, dalam 8000 g air.

Jawaban:

Molalitas ,m =

g zat terlarut
mol zat terlarut g mol
=
kg pelarut kg pelarut

262 g C 2 H 6 O2
62 .1 g C 2 H 6 O2 ¿ mol
=
1 kg
8 . 000 g x
1000 g

0.527 mol
=0 ,527 m
= kg pelarut
e. Molaritas.(M)

Molaritas suatu larutan adalah banyaknya mol zat terlarut perliter larutan . untuk
membuat 1 L suatu larutan satu molar sukrosa ( C 12 H22 O11, bobot molekul 342g),
maka 342 g sukrosa ditaruhdalam sebuah labu volumetri 1 L dan air ditambahkan
sampai volume total tepat 1 L

Contoh :

1. Hitunglah molaritas suatu larutan yang dibuat dengan melarutkan 4.0 g kalsium
bromida, CaBr2, dalam air untuk memperoleh 200 ml larutan.

Jawaban :

g zat terlarut
mol zat terlarut g/mol
M= L laru tan = Llaru tan

4 . 0 g CaBr 2
200 g CaBr 2 /mol
1L
200 ml X
= 1000 mL = 0.10 M
2. Berapakah bobot soda kue ( natrium bikarbonat ), NaHCO 3 yang diperlukan
untuk membuat 150 ml larutan 0,350 M.

Jawaban :

g zat terlarut
mol zat terlarut g /mol
M = L laru tan = Llaru tan

g NaHCO 3
84 .0 g NaHCO 3 /mol
1L
150 ml X
0,350 M = 1000 mL

0 .350 mol 1L 84,0 g


( )(
g NaHCO3 = L 150 ml X 1.000 ml )( mol )

= 4.41 g NaHCO3

f. Normalitas (N)

Normalitas dari suatu larutan adalah banyaknya ekivalen zat terlarut per liter larutan.
Konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam normalitas digunakan dalam reaksi
oksidasi – reduksi dan dalam reaksi asam basa.
Bobot Ekuivalen

Secara sederhana bobot ekuivalen adalah bobot zat yang ekuivalen satu sama lain
dalam reaksi – reaksi kimia . Bobot ekuivalen selalu diperoleh dengan reaksi –
reaksi khas.

Contoh : o o +3 (-1) 3

Reaksi redoks : 2 Al + 3 Cl2 → 2 AlCl3

Oksidasi : Al0 → Al+3 + 3 e-

Reduksi : Cl2+2e- → 2Cl-1

Untuk tiap mol zat pereduksi , aluminium , yang mengalami oksidasi menjadi Al +3

3 mol elektron dilepaskan. Banyaknya aluminium yang diperlukan untuk


melepaskan 1 mol elektron adalah 26,98 g/3 =8,99 g

B. Pembuatan Larutan Baku Asam dan Basa Serta Pembakuannya


Larutan baku asam yang sering digunakan dalam asidialkalimetri umumnya
dibuat dari asam klorida dan asam sulfat. Kedua asam ini dapat digunakan pada
hampir semua titrasi, akan tetapi asam klorida lebih disukai daripada asam sulfat
terutama untuk senyawa-senyawa yang memberikan endapan dengan asam sulfat
seperti barium hidroksida. Asam sulfat lebih disukai untuk titrasi yang menggunakan
pemanasan karena kemungkinan terjadinya penguapan pada pemanasan asam
klorida yang dapat menimbulkan bahaya. Asam nitrat selalu tidak digunakan karena
mengandung asam nitrit yang dapat merusak beberapa indikator.
Untuk larutan baku alkali, umumnya digunakan natrium hidroksida, kalium
hidroksida, dan barium hidroksida. Larutan-larutan ini mudah menyerap karbon
dioksida dan udara, oleh karena itu konsentrasinya dapat berubah dengan cepat.
Dengan demikian, maka larutan baku alkali dibuat bebas karbonat dan untuk
melindungi itu dan pengaruh karbon dioksida dan udara . Semua larutan baku alkali
harus sering dibakukan ulang.
1. Pembuatan dan pembakuan larutan baku asam klorida.
Asam klorida yang sering digunakan untuk titrasi adalah HCl dengan
konsentrasi 1 N; 0,5 N; dan 0,1 N. Sebelum membuat larutan baku HCl harus
diperhatikan lebih dahulu berapa persen konsentrasi HCl yang tersedia karena
akan berpengaruh pada perhitungan perubahan (konversi) dari persen HCl ke
normalitas HCl. Contoh perhitungan konversi dari HCl 37% ke normalitas.
HCl merupakan asam monoprotik sehingga dalam hal ini valensinya satu.
HCl 37% = 37gram/100gram. Diketahui BJ HCl = 1,19gram/ml dan BM HCl =
36,5 gram/mol maka:
37gram/100gram x 1,19 gram/ml x 1000 ml /1 liter= 440,3 gram/liter
440,3gram/liter x 1 / 36,5 gram/mol = mol/liter = 12,06 mol/liter =12,06M x 1
grek/mol (valensi) = 12,06 grek/liter =12,06 N
Jadi HCl 37% setara dengan 12,06 N.
Kalau mau membuat HCl 0,1 N 1 liter maka memakai persamaan:
V1N1 = V2N2  0,1 N x 1000 ml = 12,06 x a ml
a = 8,3 ml
sehingga caranya membuat HCl 0,1 N sebanyak 1000 ml dari HCl 37% adalah
sebagai berikut: Pipet 8,3 ml HCl 37% encerkan dengan aquades sampai 1000
ml.
Untuk membuat larutan HCl dengan normalitas tertentu dapat digunakan
rumus di atas (V1N1 = V2N2).
Adapun cara pembakuan larutan HCl 0,1 adalah sebagai berikut: Lebih
kurang 200 mg Na2CO3 anhidrat ditimbang saksama yang sebelumnya telah
dikeringkan dalam oven pada suhu 270 0C selama 1 jam. Larutan dalam 50 mL
air. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N menggunakan indikator jingga metil hingga
warna kuning berubah menjadi merah. Tiap ml HCl 0,1 N setara dengan 52,99
mg Na2CO3.
Asam klorida merupakan baku sekunder sehingga sebelum digunakan harus
dibakukan lebih dahulu dengan baku primer. HCl dapat dibakukan dengan
natrium karbonat (Na2CO3) atau natrium tetra boraks (Na 2B4O7. 10H2O) serta
dapat juga secara gravimetri sebagai AgCl.
Pada pembakuan HCl dengan natrium karbonat menggunakan indikator metil
orange, reaksi yang terjadi adalah :
Na2CO3 + 2HCl  2NaCl + H2O + CO2
Dari reaksi di atas, valensinya adalah dua sebab 1 mol Na 2CO3 setara
dengan 2 mol HCl dan setara dengan 2 gram ion H +.
Sehingga perhitungan normalitasnya :
Mgrek Na2CO3 = mgrek HCl
mgram Na2 CO 3 x Valensi
N HCl=
BM Na2 CO 3 x ml HCl
Pembakuan HCl selain dengan natrium karbonat juga dapat dilakukan
dengan menggunakan natrium tetra boraks (Na 2B4O7. 10H2O) serta dapat juga
secara gravimetri sebagai AgCl. Keuntungan penggunakan natrium tetra boraks
untuk membakukan asam klorida ialah mempunyai berat ekivalen yang besar
sehingga kesalahan karena penimbangan menjadi kecil, mudah cara
pemurniannya, tidak higroskopis dan tidak memerlukan pemanasan sampai
berat konstan. Untuk pembakuan dengan natrium tetra boraks ini digunakan
indikator merah metil.
2. Pembuatan dan pembakuan larutan baku natrium hidroksida.
Pembuatan NaOH 0,1 N dilakukan dengan cara melarutkan 4,001 gram natrium
hidroksida dalam air secukupnya hingga diperoleh larutan baku natrium
hidroksida sebanyak 1000 ml.
Di muka telah disebutkan bahwa larutan baku basa harus bebas karbonat, oleh
karena itu Farmakope Indonesia juga memuat cara pembuatan larutan bebas
karbonat sebagai berikut: larutkan natrium hidroksida Pa dalam air hingga
diperoleh larutan 40-60 % b/v, biarkan. Pipet beningan sambil dicegah
peresapan karbon dioksida, encerkan dengan air bebas karbon dioksida Pa
hingga normalitas yang dikehendaki.
Larutan bebas karbonat harus memenuhi syarat berikut : Titrasi 45 ml asam
klorida yang mempunyai normalitas yang sama dengan larutan yang diperiksa
menggunakan larutan natrium hidroksida menggunakan indikator fenolftalein.
Pada titik akhir tambahkan asam hingga warna merah jambu tepat hilang,
didihkan hingga volume sisa 20 ml, selama masih mendidih tambahkan lagi
asam untuk menghilangkan warna merah jambu hingga pada pendidihan
selanjutnya warna merah tidak timbul lagi; dibutuhkan tidak lebih dari 0,1 ml.
Cara pembakuan natrium hidroksida 0,1 N adalah sebagai berikut : lebih kurang
400 mg kalium biftalat CO2H.C6H4.CO2K (BM = 204,221) ditimbang secara
saksama yang sebelumnya telah dikeringkan, gerus jika perlu, masukkan ke
dalam erlenmeyer. Tambahkan 75 ml air bebas CO 2, tutup erlenmeyer kocok-
kocok sampai larut. Titrasi dengan larutan NaOH menggunakan indikator
fenolftalein hingga warna berubah menjadi merah jambu
Pada pembakuan NaOH dengan kalium biftalat reaksi yang terjadi adalah :

Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa valensinya satu sebab 1 mol kalium
biftalat setara dengan 1 mol NaOH dan setara dengan 2 gramion OH - sehingga
perhitungan normalitasnya adalah sebagai berikut :
Mgrek kalium biftalat = mgrek NaOH
mg kalium biftalat x Valensi
=ml NaOH x N NaOH
BM kalium biftalat
mgKalium biftalat x Valensi
N NaOH =
BM Kalium biftalat x ml NaOH

3. Cara membuat larutan H2SO4 1N dan 1 M


Cara membuat larutan H2SO4 1 N dalam 1000 ml
Larutan H2SO4 pada umumnya diperdagangan ( tertera pada label) mempunyai
konsentrasi 95-97%, misalnya konsentrasinya tertera 96%,berat jenis 1,84 gram/cc,
berat molekul 98,08 g/mol
Mencari normalitas H2SO4 pekat (analog dengan HCl pekat)
(10xkadarx berat jenis)x valensi/BM
(1000 ml/liter x96gram/100gram x1,84gram/ml )x2grek/mol )/98,4gram/mol =36 N
Menghitung H2SO4 1N 1 liter
Diketahui N1= 36 N, N2= 1N, V2= 1 liter, hitung V1
V1N1 =V2N2
N1 =36 N ,V1=x, N2=1N, V2=1000 ml
V1=1000/36=27,8 ml
V1=27,8 ml
Isi labu takar 1 l dengan aquadest 250 cc, lalu tambahkan H2SO4 27,8 ml secara
perlahan (sedikit demi sedikit), kemudian tambah aquadest hingga 1000 cc (pas tanda
batas)
Perhatian ; pada pengenceran asam pekat selalu labu takar diisi aquadest terlebih
dahulu, untuk menghindari panas yang spontan ,yang bias menghasilkan letupan
Mencari H2SO4 1 M sebanyak 1000 cc
M= (10x%x BJ) /BM
M=( 10x96 %x 1,84 g/cc)/98,08 =18 M
M1xV1 =M2V2
M1=18 M
M2=1M
V1=?
V2= 1000 ml
M1V1=M2V2
18V1= 1.1000
V1= 1000.1/18= 55,5 ml
Isi labu takar 1 l dengan aquadest 250 cc, lalu tambahkan H2SO4 55,5 ml secara
perlahan (sedikit demi sedikit), kemudian tambah aquadest hingga 1000 cc. ( pas
tanda batas)
Perhatian ; pada pengenceran asam pekat selalu labu takar diisi aquadest terlebih
dahulu, untuk menghindari panas yang spontan ,yang bias menghasilkan letupan
4. Pembakuan Larutan Baku kalium Permanganat
Cara membakukan larutan baku kalium permanganat adalah: Lebih kurang 200
mg natrium oksalat yang ditimbang saksama yang sebelumnya dikeringkan pada suhu
1100C hingga bobot tetap, larutkan dalam 250 ml air. Tambahkan 7 ml asam sulfat
pekat, panaskan pada suhu kurang lebih 70 0C dan titrasi perlahan-lahan dengan larutan
baku kalium permanganat hingga terbentuk warna merah jambu mantap dalam waktu
15 detik. Suhu pada akhir titrasi tidak boleh kurang dari 60 0C. tiap ml kalium
permanganat setara dengan 6,7 mg natrium oksalat.
Natrium merupakan zat yang sangat baik untuk pembakuan kalium permanganat
karena dapat diperoleh dengan kemurnian yang sangat tinggi. Penambahan asam
sulfat bertujuan supaya konsentrasi ion hidrogen tetap selama titrasi berlangsung untuk
menghindari terbentuknya mangan dioksida. Untuk mereduksi 1 mol ion permanganat
diperlukan 8 mol ion hidrogen sebagaimana reaksi di awal.
Pada pembakuan di atas reaksi parohnya dapat ditulis sebagai berikut:
MnO4 +8H +5e ⇔Mn 2+ +4H 2 O
C 2 O 2− ⇔2CO2 + 2e−
4

untuk memperoleh kesetimbangan maka reaksi pada permanganat dikalikan dua


sedangkan untuk oksalat dikalikan lima, sehingga reaksi oksidasi reduksinya adalah
sebagai berikut:
+ 2+
2MnO − +16H +5C 2 O 2− ⇔2Mn + 8H2 O +10CO 2
4 4

dari persamaan di atas terlihat bahwa 5 mol natrium oksalat kehilangan 10 elektron
pada oksidasi dengan kalium permanganat dengan demikian berat ekivalen (BE) dari
natrium oksalat adalah separo berat molekulnya (BM/2) atau tiap 1000 ml kalium
permanganat 1 N setara dengan 134/2=67,00 mg. dengan demikian tiap ml kalium
permanganat 0,1 N setara dengan 6,7 mg natrium oksalat. Misalkan kita tadi
menimbang natrium oksalat 200 mg dan memerlukan volume titran sebanyak 28,36 ml
larutan baku kalium permanganat maka normalitas dari kalium permanganat adalah:
mg Na2 C 2 O4
N KMnO4 = x valensi
mlKMnO4 x BM Na 2 C2 O 4
Pada reaksi pembakuan di atas valensinya adalah 2.
200
N KMnO4= x 2=0,1047 N
28,36 x 134

Anda mungkin juga menyukai