Anda di halaman 1dari 31

FarFis

Stabilitas Obat

Rifkarosita Putri Ginaris, M.Farm


Stabilitas Obat
• Stabilitas Obat : Kemampuan suatu produk untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan
yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan,
kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf - life).
• Shelf – life (waktu simpan) : periode penggunaan dan
penyimpanan yaitu waktu di mana suatu produk tetap
memnuhi spesifikasinya, jika disimpan dalam wadahnya yang
sesuai dengan kondisi penjualan di pasar.
Stabilitas kualitas
• Obat mengalami penguraian dan akan berakibat pada kualitas,
efektifitas dan keamanan dari obat tersebut.
• Ketika suatu obat (zat berkhasiat) mengalami penguraian,
maka masalah yang akan muncul adalah :
1. Konsentrasi obat akan berkurang -> dosis tidak tepat ->
efektifitas obat berkurang
2. Obat terurai menjadi metabolit (produk penguraian ) yang
toksik -> keamanan
Stabilitas Obat
Faktor – faktor yang mempengaruhi Stabilitas :
• Faktor Kimia : reaksi penguraian
• Faktor fisika : perubahan fisika
• Faktor biologi : cemaran mikroorganisme
Efek-efek yang tidak diinginkan yang
potensial dari ketidakstabilan produk farmasi
• Hilangnya zat aktif
• Naiknya konsentrasi zat aktif
• Bahan Obat berubah
• Hilangnya keseragaman kandungan
• Menurunnya status mikrobiologis
• Hilangnya elegansi produk dan patient acceptability
• Pembentukan hasil urai yang toksik
• Hilangnya kekedapan kemasan
• Menurunnya kualitas label
• Modifikasi faktor hubungan fungsional
Faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi kestabilan suatu zat
• Panas

• Cahaya
• Kelembapan

• Oksigen
• pH mikroorganisme

• Bahan- bahan tumbuhan yang dipergunakan dalam formula


sediaan obat
Stabilitas Kimia
• Reaksi Hidrolisis

• Reaksi oksidasi
• Reaksi isomerisasi

• Reaksi fotolisis / fotokimia


• Reaksi polimerisasi
Reaksi Hidrolisis
• Penguraian oleh air yang dapat dikatalisis oleh ion hidrogen
(asam) atau ion hidroksil (basa)
• Obat yang mengandung gugus fungsi ester, amida, laktam,
imida akan rentan mengalami hidrolisis
Reaksi Oksidasi
• Oksidasi merupakan reaksi penguraian obat yang meliputi
terjadinya :
1. Hilangnya suatu atom elektronegatif, radikal atau elektron
2. Penambahan suatu atom elektronegatif atau aradikal
3. Obat-obat yang teroksidasi : asam askorbat, ergotamin,
hidrokarbon, morfin, penisilin, prednison, vit.A, D, E.
Reaksi Isomerisasi
• Reaksi perubahan suatu zat kimia menjadi isomer optis atau
geometrisnya. Komposisi kimia dari obat akan tetap sama,
tetapi aktivitas biologis dari isomer – isomernya bisa sangat
berbeda, sehingga perubahan ini dianggap sebagai suatu
reaksi penguraian
Reaksi Polimerisasi
• Polimerisasi terjadi bila obat bergabung membentuk molekul
polimer yang rumit/ kompleks strukturnya yang diikuti oleh
hilangnya aktivitas biologis.
Stabilitas Kimia :
Mempertahankan Keutuhan Kimiawi dan
Potensi Zat Aktif yang tertera pada etiket dalam batasan
Spesifikasi

• Laju Reaksi : dinyatakan dalam term pengurangan konsentrasi


reaktan (-dc/dt) atau penambahan konsentrasi produk
(+dx/dt) per satuan waktu. Dimensinya : mol liter -1 detik -1
• Orde Reaksi : Jumlah atom atau molekul yang terlibat dala
reaksi yang konsentrasinya menentukan laju reaksi
• Kondisi Penyimpanan : Pengaruh suhu dan faktor lain
terhadap laju reaksi
Penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan dengan cara
kinetika, karena tidak memerlukan waktu lama. Menurut Hukum
Aksi Massa, Kecepatan Reaksi adalah sebanding dengan hasil kali
konsentrasi molar reaktannya yang masing-masing dipangkatkan
dengan jumlah molekulnya.

aA + bB cC + dD
V = K [A]a [B]b
Laju (kecepatan) Reaksi
• A B+C
• A berkurang, B dan C bertambah
Laju =
• Laju reaksi sebanding dengan berkurangnya Kons. A seiring
waktu
Laju = =
• Dan bertambahnya Kons.B dan C seiring waktu
• Reaksi kimia dapat dinyatakan sebagai laju penguraian reaktan
atau laju pembentukan produk
• aA + bB + … Produk
Laju = - = - = k [A]a [B]b……
• Orde reaksi adalah penjumlahan eksponen (pangkat) a+b+….
• Orde terhadap A adalah a, terhadap B adalah b, dst.
Satuan tetapan k pada orde reaksinya

• Orde nol : - d[A]/dt = k, k = mol L-1s-1


• Orde I : - d[A]/dt = k [A], k = 1/waktu = s-1
• Orde II : - d[A]/dt = k [A]2 , k = L mol-1s-1
• Orde reaksi ke n mempunyai satuan : (konsentrasi) 1-n (waktu) -1
• Tetapan k adalah tetapan laju spesifik, sehingga tiap perubahan
kondisi seperti suhu, pelarut akan mempunyai tetapan k yang
berbeda
• Ode Nol

• Waktu Paro

Waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi setengahnya


• Orde nol semu

Ko = k1 x [kelarutan]

Orde I
• Orde II
A+B P
Laju reaksi = - = = - = k [A][B] = =
Jika :
- a dan b masing-masing konsentrasi awal dari A dan B
- x adalah jumlah mol A atau B yang bereaksi dalam waktu t.
Maka :
Faktor – faktor yang mempengaruhi
kecepatan reaksi
1. Temperatur
2. Kekuatan ion

3. Pengaruh pH
4. Adanya katalis
Metode Pengujian Stabilitas Obat

• Uji Stabilitas Jangka Panjang


• Uji Stabilitas Dipercepat
Uji Stabilitas Jangka Panjang

• Produk baru biasanya pengujian dilakukan pada suhu kamar


yang dikendalikan (30oC ± 2oC) dengan kelembapan nisbi
ruangan 75% ± 5%, kecuali untuk obat yang peka terhadap
suhu dilakukan pada suhu rendah (5oC ± 2oC) dengan rentang
waktu pengujian pada bulan 0, 3, 9, 12, 18, 24, 36, 48 dan 60.
Biasanya pengujian dilakukan sampai bulan ke -36, tetapi
apabila masih memenuhi syarat pengujian harus diteruskan
sampai bulan ke-60.
Uji Stabilitas Dipercepat
• Produk baru biasanya pengujian dilakukan pada suhu ekstrim yang
dikendalikan (40oC ± 2oC) dengan kelembapan nisbi ruangan 75% ±
5%, kecuali untuk obat yang peka terhadap suhu dilakukan pada
suhu ruangan (25oC ± 2oC) dengan kelembapan nisbi ruangan 60%±
5%. Rentang waktu pengujian untuk uji stabilitas dipercepat
dilakukan pada bulan 0, 1, 2, 3, dan 6. Biasanya pengujian dilakukan
sampai bulan ke-6, hanya untuk senyawa obat baru.
• Pengujian stabilitas dipercepat menggunakan alat “Climatic
Chamber” untuk menjaga agar suhu ekstrim dan kelembapan nisbi
terkendali.
Analisis Stabilitas Dipercepat

• Melakukan Test Stabilitas Dipercepat : Mengamati perubahan


konsentrasi pada suhu tinggi. Dengan membandingkan dua
harga k dan temperatur yang berbeda dapat dihitung energi
aktivitasnya, sehingga k pada suhu kamar pun dapat dihitung.
• Harga k pada suhu kamar dapat juga dihitung dari grafik
anatara log 1 dengan 1/T. Dengan demikian batas kadaluarsa
suatu sediaan farmasi dapat diketahui dengan tepat.
Penguraian Obat pada Suhu yang dinaikkan
Kurva Arrhenius untuk memperkirakan kestabilan obat pada
suhu kamar
VALIDITAS : Dekomposisi fenomena termal
Ea : 10 – 30 kkal/mol
Kurang bermakna :
- Difusi, fotokimia, pembekuan, kontaminasi mikroba, pengadukan
berlebihan
- Produk yang mengandung zat pensuspensi, protein
- Salep, supositoria
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai