Anda di halaman 1dari 69

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS II

STIKES TUJUH BELAS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, akhirnya buku Modul Praktikum


Kimia Analisis II ini dapat kami selesaikan. Buku ini dimaksudkan untuk membantu
praktikan dalam memahami dan mempraktikkan prinsip-prinsip analisis dalam ilmu
kimia dan farmasi.

Modul Praktikum Kimia Analisis ini berisi dua bagian. Bagian pertama adalah
analisis kualitatif yang membahas dasar-dasar identifikasi obat, dan bagian II adalah
analisis kuantitatif yang membahas tentang prinsip-prinsip dasar analisis kuantitatif
menggunakan metode konvensional.

Kami sadari bahwa buku petunjuk ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat.

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...…...3
TATA TERTIB PRAKTIKUM..……………………………………...…….…....4
BAGIAN I ANALISIS KUALITATIF ……………………………………….…5
A. PRAKTIKUM I …………………………………………………………..6
B. PRAKTIKUM II …………………………………………………………13
1. ANALISIS KUALITATIF …………………..……………………....17
2. APLIKASI ANALISIS VOLUMETRI ………………………………38
BAGIAN II ARGENTOMETRI …………………………………………………45
BAGIAN III BROMATOMETRI ………………………………………………..54

3
TATA TERTIB

Demi kelancaran dan keamanan pelaksanaan Praktikum Kimia Analisis, ada


beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Praktikan harus sudah hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai. Keterlambatan


dapat mengakibatkan praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
2. Selama praktikum, praktikan wajib mengenakan jas praktikum. Dilarang
mengenakan pakaian di luar ketentuan dan dilarang memakai sandal.
3. Selama praktikum, praktikan wajib menjaga ketenangan, kebersihan dan kerapian
laboratorium.
4. Selama praktikum, praktikan wajib mengenakan tanda pengenal (name tag) untuk
memudahkan identifikasi.
5. Apabila sudah selesai menggunakan larutan pereaksi, botol harus dikembalikan ke
tempat semula dengan rapi.
6. Tidak dibenarkan mengambil larutan dari botol secara berlebihan dan jangan
mengembalikan kelebihan larutan yang telah diambil ke dalam botol.
7. Pipet yang dipergunakan untuk mengambil larutan pereaksi harus bersih, dicuci
dan dibilas dengan air dan dikeringkan untuk menghindari kontaminasi.
8. Hati-hati sewaktu bekerja dengan asam-asam pekat. Usahakan melakukannya di
almari asam.
9. Sewaktu beristirahat (sholat dan makan) tidak diperbolehkan semua anggota
kelompok meninggalkan laboratorium secara bersama-sama.
10. Setelah selesai praktikum, alat-alat yang dipergunakan harus dicuci sampai bersih.

4
BAGIAN I ANALISIS
KUALITATIF
PRAKTIKUM IDENTIFIKASI KATION DAN ANION

A. Tujuan :
Memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang identifikasi
kation dan anion
B. Bahan kimia yang dibutuhkan :
1. Sejumlah larutan pereaksi
2. Sejumlah pelarut dan bahan kimia yang lain
C. Alat-alat yang harus disediakan :
1. 15 tabung reaksi 5 ml
2. 15 tabung reaksi 10 ml
3. 10 pipet panjang
4. 1 tang tabung (kayu/logam)
5. 1 serbet
6. 1 tempat akuades
7. 2 tempat pencuci pipet (wadah sabun cream dari plastik)
8. 1 beaker glass
9. 1 gelas pengaduk
10. 1 lempeng penetes (druppel plat)
11. 1 lampu spiritus
12. 2 cawan porselin
13. 10 obyek gelas
14. 1 buku tulis untuk catatan
15. 1 dos korek api

Selain alat-alat tersebut di atas, mahasiswa juga perlu mempersiapkan Alat Pelindung
Diri (APD) dan menguasai teknik-teknik keselamatan kerja di laboratorium. Mahasiwa
perlu mengingat kembali dan mengaplikasikan kedua hal penting tersebut agar
praktikum berjalan dengan tertib, aman dan lancar. Tidak kalah pentingnya selalu
berdoa kepada Allah SWT sebelum memulai praktikum dan untuk menjaga
konsentrasi selama pelaksanaan praktikum sampai dengan selesai.

5
PRAKTIKUM I
REAKSI-REAKSI IDENTIFIKASI KATION

1. Klasifikasi kation (ion logam) ke dalam golongan-golongan analitis


Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan
memakai apa yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan
ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-
golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagensia golongan yang dipakai untuk
klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida,
ammonium sulfida, dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah
suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau
tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas
perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai
berikut :

Golongan I

Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbal, merkurium (I) (raksa), dan perak.

Golongan II

Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini
adalah merkurium (II), tembaga, bismuth, cadmium, arsenic (III), arsenic (V), stibium
(III), stibium (V), timah (II), dan timah (III) (IV). Keempat ion yang pertama
merupakan sub-golongan IIa dan keenam yang terakhir sub-golongan IIb. Sementara
sulfida dari kation dalam golongan IIa tak dapat larut dalam ammonium polisulfida,
sulfida dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut.

6
Golongan III

Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan
dengan ammonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation
golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium (III),
aluminium, zink, dan mangan (II).

Golongan IV

Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-
kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya
ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan
ini adalah kalsium, strontium, dan barium.

Beberapa sistem klasifikasi golongan meniadakan pemakaian ammonium klorida di


samping ammonium karbonat sebagai reagensia golongan, dalam hal ini, magnesium
harus juga dimasukkan ke dalam golongan ini. Tetapi, karena dalam pengerjaan
analisis yang sistematis, ammonium klorida akan terdapat banyak sekali ketika kation-
kation golongan keempat hendak diendapkan, adalah lebih logis untuk tidak
memasukkan magnesium ke dalam golongan IV.

Golongan V

Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan


sebelumnya merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion
magnesium, natrium, kalium, ammonium, litium, dan hidrogen.

2. Bekerja dengan Waspada terhadap Reagensia

Kebanyakan reagensia sedikit banyak bersifat beracun, maka menggunakannya


haruslah dengan hati-hati. Reagensia yang sangat beracun atau berbahaya sekali, harus
diberi label khusus dan harus dipakai dengan luar biasa hati-hati. Dalam daftar reaksi,
reagensia ini akan diberi tanda (RACUN) atau (BAHAYA). Kita tak boleh memakai
reagensia ini bila sedang bekerja sendirian dalam laboratorium. Asisten atau seorang
rekan kerja harus selalu diberi tahu sebelum kita memakai zat-zat tersebut.

7
I. GOLONGAN I

+
1. Perak, Ag

Ambil kurang lebih 1 ml perak nitrat, masukkan larutan ini ke dalam tabung reaksi dan
kemudian tambahkan:

a. Asam klorida, akan terjadi endapan putih dari perak klorida. Endapan ini dapat
larut dalam ammonium hidroksida
b. Alkali hidroksida, maka akan terjadi endapan coklat dari perak oksida.
Endapan dapat larut dalam asam nitrat dan ammonium.
c. Ammonia, maka pada tetes pertama terjadi endapan putih dari AgOH dan cepat
berubah menjadi coklat disebabkan terjadi Ag2O. endapan ini dapat larut dalam
ammonia berlebihan.
d. Kalium kromat, akan terjadi endapan coklat merah dari perak kromat. Endapan
dapat larut dalam ammonia, asam nitrat.
e. Kalium iodide, maka terjadi endapan kuning dari perak iodide. Praktis tidak
larut dalam ammonia, larut dalam larutan natrium tiosulfat.

++
2. Timbal, Pb

Ambil 1 ml larutan timbal nitrat, masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan :

a. Asam klorida atau garam klorida, maka terjadi endapan putih dari timbal
klorida. Endapan sukar larut dalam air dingin tetapi larut dalam air panas.
b. Alkali hidroksida, maka terjadi endapan putih timbal hidroksida. Endapan larut
dalam basa berlebihan (NaOH atau KOH) karena terbentuk asam plumbit.
c. Kalium kromat, akan terjadi endapan kuning timbal kromat. Endapan tidak
larut dalam asam asetat tetapi larut dalam asam nitrat encer.
d. Kalium iodida, maka akan terjadi endapan kuning dari timbal iodide.
e. Asam sulfat atau larutan garam sulfat, maka terjadi endapan putih PbSO4

II. GOLONGAN II

+++
1. Bismut, Bi

Ambil 1 ml larutan Bismut sulfat atau bismut nitrat, dan masukkan ke dalam tabung
reaksi kemudian tambahkan:

8
a. Alkali karbonat, maka akan terjadi endapan bismut karbonat basa.
Terbentuknya endapan tergantung pada suhu dan konsentrasi.
b. Alkali hidroksida, akan terjadi endapan bismut hidroksida putih, jika dipanasi
menjadi kuning dengan terbentuknya BiO(OH).
c. Kalium iodide, akan terjadi endapan hitam bismut iodide. Endapan dapat larut
dalam KI berlebihan dan terjadi larutan kuning.

++
2. Kupri, Cu

Ambil 1 ml larutan kupri sulfat, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan:

a. Alkali hidroksida, akan terjadi endapan biru dari kupri hidroksida. Jika
dipanasi maka endapan berubah menjadi merah bata dari CuO
b. Amonia, akan terjadi endapan hijau dari garam basa, jika ditambah ammonia
berlebihan endapan larut terjadi larutan dengan warna biru intensif.
c. Kalium iodide, akan terjadi endapan putih kupro iodide, tetapi larutan
berwarna agak kuning disebabkan karena adanya I2 bebas.

3+
3. Antimon, Sb (valensi3)

Ambil larutan garam antimon klorida (SbCl3) dan masukkan ke dalam tabung reaksi
dan tambahkan:

a. Kalium hidroksida, ammonia dan alkali karbonat, maka terjadi endapan hidrat
oksida dari Sb2O3.xH2O.
b. Natrium tiosulfat, bila larutan tersebut bersuasana asam maka terjadi endapan
Sb2S3.
c. Pengenceran dengan air suling menyebabkan terjadinya hidrolisis dan terjadi
garam basa.

9
III. GOLONGAN III

+++
1. Aluminium, Al

Ambil 1 ml larutan gram aluminium masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
:
a. Ammonia, akan terjadi endapan aluminium hidroksida koloidal, sedikit larut
larut dalam air, jika ada garam ammonium maka aluminium hidroksida tidak
larut.
b. Kalium hidroksida, maka terjadi endapan putih aluminium hidroksida.
Endapan ini larut dalam KOH berlebihan terjadi tetrahidroksoaluminat. Jika
aluminat ditambah dengan asam, akan terjadi endapan Al(OH)3 lagi, yang akan
larut lagi bila ditambah dengan asam berlebihan.
c. Natrium fosfat, maka akan terjadi endapan putih koloidal dari aluminium
fosfat.
d. Sedikit larutan NaOH dalam lempeng tetes (druppel plat) hingga timbul
endapan putih, kemudian tambahkan 1 tetes pereaksi alizarin-S, maka terjadi
warna ungu, lalu tambahkan asam asetat hingga warna ungu tepat hilang dan
lebihkan 1 tetes maka endapan akan berwarna merah.

+++
2. Feri, Fe

Ambil 1 ml larutan besi (III) klorida, masukkan ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan:

a. Natrium hidroksida, maka akan terjadi endapan coklat dari feri hidroksida yang
larut dalam asam
b. Alkali asetat, pada keadaan dingin terjadi larutan coklat yang akan menjadi
endapan bila dipanaskan.
c. Kobalt klorida dan HCl pekat, terjadi larutan biru. Jika sedikit dari larutan
tersebut ditambahkan kepada larutan yang mengandung sedikit ion feri maka
akan terjadi larutan berwarna hijau
d. Kalium fero sianida, pada larutan yang netral akan terjadi endapan biru fero
sianida.
e. Kalium tiosianat, akan terjadi warna merah darah dari kompleks feri tiosianat.

10
++
3. Kobalt, Co

Ambil 1 ml larutan kobalt klorida masukkan dalam tabung reaksi dan tambahkan :

a. Natrium hidroksida, dalam keadaan dingin akan terjadi endapan garam basa
berwarna biru, jika dipanasi dengan pereaksi berlebihan akan terjadi kobalt
hidroksida berwarna merah jambu.
b. Ammonia, akan terjadi endapan biru dari basanya. Endapan larut dalam
NH4OH atau NH4Cl berlebihan.
c. Ammonium tiosianat pekat, akan terjadi larutan yang berwarna biru
disebabkan terjadinya ammonium kobaltotiosianat.

4. Seng, Zn++

Ambil larutan seng sulfat (ZnSO4) masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan:

a. Natrium hidroksida, akan terjadi endapan putih Zn(OH)2. Endapan larut dalam
pereaksi berlebihan.
b. Natrium fosfat, akan terjadi endapan putih seng fosfat. Endapan larut dalam
ammonia dan asam encer.
c. Kalium ferosianida, akan terjadi endapan putih dari seng ferosianida. Endapan
tidak larut dalam asam encer tetapi larut dalam alkali. Reaksi ini dapat untuk
membedakan seng dengan aluminium.

IV. GOLONGAN IV

++
1. Kalsium, Ca

Ambil 1 ml larutan kalsium klorida, masukkan tabung reaksi dan tambahkan:

a. Kalium ferosianida berlebih, maka akan terbentuk endapan putih.


b. Ammonium oksalat, dalam larutan yang dibuat alkalis dengan NH4OH dan
NH4Cl akan terjadi endapan kalsium oksalat yang tidak larut dalam asam asetat
tapi larut dalam asam mineral.
c. Kalium kromat, pada larutan sedikit basa akan terjadi endapan kekuningan,
yang larut dalam asam mineral encer.

11
++
2. Barium, Ba

Ambil 1 ml larutan barium klorida masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan:

a. Ammonium oksalat, terjadi endapan putih barium oksalat. Endapan larut dalam
asam asetat
b. Kalium kromat, terjadi endapan kuning barium kromat. Endapan larut dalam
asam mineral tapi tidak larut dalam asam asetat
c. Asam sulfat encer, terjadi endapan putih yang tidak larut dalam asam mineral

V. GOLONGAN V

1. Kalium, K+

Ambil 1 ml larutan kalium klorida, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan:

a. Asam pikrat, terjadi endapan kuning K-Na kobaltrinitrit


b. Asam tartrat, terjadi endapan putih kalium hidrogen tartrat

4. Ammonium NH4+

Ambil 1 ml larutan ammonium klorida, masukkan ke dalam tabung reaksi dan


tambahkan:

Natrium hidroksida, jika ke dalam tabung dimasukkan batas gelas pengaduk yang
sudah dibasahi dengan ammonia, maka akan terlihat kabut putih di dalam tabung.

12
PRAKTIKUM II
REAKSI-REAKSI IDENTIFIKASI ANION
-
1. Klorida, Cl

Ambil 1 ml larutan Natrium klorida atau garam klorida yang lain, masukkan ke dalam
tabung reaksi dan tambahkan :

a. Perak nitrat, akan terjadi endapan putih dari perak nitrat yang larut dalam
ammonia berlebihan.
b. Timbal asetat, akan terjadi endapan putih. Bila dipanaskan akan larut dan
mengendap lagi jika didinginkan. Perhatikan bentuk kristalnya.

-
2. Bromida, Br

Ambil 1 ml larutan kalium bromide atau garam bromida yang lain, masukkan ke
dalam tabung reaksi dan tambahkan

a. Asam sulfat encer, pada suhu kamar tidak timbul gas. Jika dipanaskan akan
timbul gas HBr yang berwarna coklat kuning.
b. Asam sulfat pekat, campur dan tambahkan kloroform, akan terjadi perubahan
warna pada lapisan kloroform.
c. Perak nitrat, timbul endapan kuning yang tidak larut dalam asam nitrat, tetapi
larut dalam ammonia dan natrium fosfat.
d. Fluorescein, terjadi perubahan warna menjadi merah

-
3. Iodida, I

Ambil 1 ml larutan kalium iodida atau garam iodida yang lain, masukkan ke dalam
tabung reaksi dan tambahkan:

a. Asam sulfat pekat, campur dan tambahkan kloroform, akan terjadi perubahan
warna pada lapisan kloroform.
b. Perak nitrat, timbul endapan kuning yang tidak larut dalam asam nitrat, tetapi
larut dalam ammonia dan natrium tiosulfat.
c. Kupri sulfat, akan terjadi endapan coklat. Jika ditambah dengan natrium
tiosulfat akan terjadi perubahan warna. Perhatikan

13
6+
4. Ferosianida, Fe(CN)

Ambil 1 ml larutan kalium ferosianida [K4Fe(CN)6], masukkan ke dalam tabung reaksi


dan tambahkan:

Timbal asetat, akan terjadi endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat encer.

-
5. Tiosianat, CNS

Ambil 1 ml larutan kalium tiosianat, masukkan ke dalam tabung reaksi dan


tambahkan:

a. Perak nitrat, akan terjadi endapan putih dari perak tiosianat


b. Besi (III) klorida terjadi perubahan warna menjadi merah darah dari feri rhoda-
nida.

-
6. Nitrit, NO2

Ambil 1 ml larutan natrium nitrit (NaNO2), masukkan ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan :

a. Asam sulfat encer, akan timbul gas berwarna coklat


b. KI dan diasamkan dengan asam sulfat akan terbebaskan I2. Bila ditambahkan
kloroform maka lapisan kloroform akan berwarna ungu.

2-
7. Karbonat, CO3

Ambil 1 ml larutan natrium karbonat, masukkan ke dalam tabung reaksi dan


tambahkan:

a. Asam sulfat encer akan timbul gelembung gas. Bila gas tersebut ditangkap
dengan batang gelas yang dibasahi dengan Ba(OH)2 maka tetes air barit terseut
akan menjadi putih.
b. Perak nitrat akan terjadi endapan putih perak karbonat. Bila ditambah dengan
perak nitrat berlebihan maka larutan berubah menjadi kuning
c. Barium klorida, akan terjadi endapan putih dari barium karbonat yang larut
dalam asam nitrat atau asam klorida encer
d. Timbal nitrat akan terbentuk endapan putih dari timbal karbonat yang larut
dalam asam asetat.
2-
8. Asam oksalat, C2O4

Ambil 1 ml larutan natrium oksalat masukkan dalam tabung reaksi dan tambahkan:

a. Perak nitrat akan terjadi endapan putih dari perak oksalat. Endapan tersebut
dapat larut dalam ammonia dan asam nitrat encer.
b. Air barit {Ba(OH)2}, terjadi endapan putih barium oksalat yang larut dalam
asam asetat
c. Kalsium klorida, terjadi endapan putih dari kalsium klorida yang larut dalam
asam klorida dan asam nitrat.
d. Ammonium moibdat kemudian asamkan dengan penambahan HNO3. Biarkan
beberapa lama sampai timbul endapan kuning dari ammonium fosfomolibdat.
Untuk mempercepat reaksi dapat dipanaskan.
e. Besi (III) klorida, akan terjadi endapan putih kekuningan dari feri fosfat

3-
9. Fosfat, PO4

Ambil 1 ml larutan natrium fosfat masukkan dalam tabung reaksi dan tambahkan :

Perak nitrat dan panaskan maka akan terjadi endapan kuning perak fosfat. Endapan ini
larut dalam asam nitrat dan ammonia

2-
10. Tiosulfat, S2O3

Ambil 1 ml larutan natrium tiosulfat masukkan dalam tabung reaksi dan tambahkan

a. Asam sulfat encer, akan timbul gas yang berbau merangsang dan endapan
sulfur
b. Perak nitrat, terjadi endapan putih yang segera berubah menjadi kuning coklat
akhirnya hitam karena terbentuknya perak sulfida
c. Kupri sulfat, akan terjadi reduksi kupri sulfat menjadi garam kupro dan
natrium tetrationat. Garam kupro ini kemudian akan bereaksi dengan Na
tiosulfat lagi menjadi kupro tiosulfat.
d. Larutan iodium, akan memucatkan warna larutan iodium
3-
11. Nitrat, NO

Ambil 1 ml larutan natrium nitrat masukkan dalam tabung reaksi dan tambahkan

a. Asam sulfat pekat, bila dipanaskan akan timbul gas yang berwarna coklat
(jangan dihirup)
b. Asam sulfat pekat setelah dipanaskan sebentar, didinginkan. Tambahkan
larutan fero sulfat (FeSO4) jenuh melalui dinding tabung sehingga membentuk
lapisan di atasnya, akan terjadi cincin coklat.

2-
12. Sulfat, SO4

Ambil 1 ml larutan natrium sulfat masukkan dalam tabung reaksi dan tambahkan:

a. Barium klorida, terjadi endapan putih dari barium sulfat yang tidak larut dalam
asam nitrat atau asam klorida pekat.
b. Timbal asetat, akan terjadi endapan putih timbal sulfat. Endapan tersebut larut
dalam asam sulfat pekat atau ammonium asetat.

2-
13. Borat, BO3

Ambil 1 ml larutan natrium tetraborat (boraks) masukkan dalam tabung reaksi dan
tambahkan :

a. Asam sulfat pekat dan alkohol atau methanol pada drupelplat, jika dibakar
akan memberikan nyala hijau.
b. Perak nitrat, akan terjadi endapan putih dari perak metaborat. Pada pemanasan
akan terjadi endapan Ag2O yang berwarna hitam.
c. Barium klorida jenuh, akan terjadi endapan putih barium metaborat.
ANALISIS KUALITATIF

PRAKTIKUM KEMURNIAN DAN CARA PEMISAHAN OBAT

A. Tujuan :

Memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang identifikasi,


pemurnian dan pemisahan obat

B. Bahan kimia yang dibutuhkan :

1. Sejumlah larutan pereaksi


2. Sejumlah pelarut dan bahan kimia yang lain

C. Alat-alat yang harus disediakan :

1. 15 tabung reaksi 5 ml
2. 15 tabung reaksi 10 ml
3. 10 pipet panjang
4. 1 tang tabung (kayu/logam)
5. 1 serbet
6. 1 tempat akuades
7. 2 tempat pencuci pipet (wadah sabun cream dari plastik)
8. 1 beaker glass
9. 1 gelas pengaduk
10. 1 lempeng penetes (druppel plat)
11. 1 lampu spiritus
12. 2 cawan porselin
13. 10 obyek gelas
14. 1 buku tulis untuk catatan
15. 1 dos korek api
BAHAN OBAT UNTUK IDENTIFIKASI

I. Turunan Salisilat

1. Asam salisilat
2. Na salisilat
3. Salisilamida
4. Bismuth subsalisilat
5. Asetosal

II. Turunan Anilin

1. Asetanilida
2. Parasetamol

III. Turunan Pyrazolon

1. Antipirin
2. Piramidon
3. Antalgin

IV. Turunan Asam Barbiturat

1. Barbital
2. Luminal

V. Alkaloida Ksantan

1. Kafein
2. Kafein sitrat
3. Theobromin
4. Theofilin
5. Aminofilin

VI. Turunan Pyridin

1. INH
2. Nikotinamida
3. Piperazin sitrat
VII. Bahan lain

1. Talk
2. Bolus alba
3. ZnO
4. Bismut subnitrat
5. Bismuth subkarbonat
6. Bismuth subgalat
7. Ca laktat
8. Ca glukonat

VIII. Golongan Sulfa

1. Sulfanilamida
2. Sulfaguanidin
3. Sulfadiazin
4. Sulfamerazin
5. Sulfamezatin
6. Sulfasetamida
7. Sulfathiazol
8. Ptalil sulfathiazole
9. Elkosin

IX. Lokal Anestetik

1. Prokain HCl
2. Benzokain
3. Lidokain

X. Antibiotik

1. Kloramfenikol
2. Tetrasiklin
3. Penicillin
4. Ampicillin Na
5. Hexamine
6. Rivanol
XI. Pemanis dan Pengawet

1. Na Benzoat
2. Nipagin
3. Siklamat Na
4. Sakarin Na

XII. Alkaloida

1. Papaverin HCl
2. Efedrin HCl
3. Atropin Sulfat
4. Strychnin nitras
5. Kodein fosfat
6. Kinin sulfat/HCl
7. Eukinin
8. Kinin tanat

XIII. Antihistamin

1. CTM
2. Prometazin

XIV. Vitamin

1. Vitamin B1
2. Vitamin B2
3. Vitamin B6
4. Vitamin C
SISTEMATIKA DALAM BEKERJA

1. Organoleptis

Pekerjaan ini sebagai petunjuk pendahuluan dengan menggunakan indera kita, dilihat,
diraba kehalusannya dengan ujung jari, dibau, dirasakan.

Contoh :

a. Diraba kehalusannya : talk


b. Dibau : vitamin B1, nipagin
c. Dirasakan : vitamin B1 (rasa spesifik), benzokain (pati rasa),
nipagin (spesifik), alkaloida (pahit)

2. Kelarutan

a. Dicoba zat yang diselidiki dengan bermacam-macam pelarut


b. Dengan pelarut anorganik : air, asam, basa
c. Dengan pelarut organik : alkohol, aseton, pH larutan ditentukan dengan kertas
pH universal

Catatan :

a. Senyawa obat yang larut dalam asam biasanya bersifat basa, sedangkan yang
larut dalam basa biasanya bersifat asam.
b. Senyawa yang larut dalam pelarut anorganik biasanya : senyawa anorganik,
senyawa organik yang sudah larut dalam bentuk garam.
c. Senyawa yang larut dalam pelarut organik biasanya senyawa organik

Contoh :

a. Kinin larut dalam eter. Kinin sukar larut dalam air. Kinin-HCl atau Kinin
sulfas larut dalam air
b. Efedrin sukar larut dalam air. Efedrin-HCl atau efedrin sulfas larut dalam air.

3. Fluoresensi di bawah lampu ultraviolet

Bentuk serbuk dalam larutan dilihat di bawah sinar ultraviolet : kinina berfluoresensi
hijau, salisilat berfluoresensi ungu.
4. Pengarangan dan pemijaran

Zat yang akan diselidiki dipanaskan dan kemudian dipijarkan di atas cawan porselin
sampai didapatkan sisa. Perlu diamati warna mula-mula, pada waktu meleleh, terjadi
asap atau uap dan warna dari sisa pijar. Untuk mengoksidasi senyawa tersebut dapat
ditambah dengan HNO3 pekat dan dilihat sisa pijarnya. Perlu diperhatikan
penambahan HNO3 harus dilakukan di almari asam.

Keuntungan

a. Mengetahui zat itu organik atau anorganik

Zat organik mempunyai karbon pada permukaan dari pengarangan menjadi hitam.
Hitam pada pemijaran : Cu, Mn. Jika hitam dari logam (Oksida logam) jika ditambah
HCl/H2SO4 atau HNO3 hitam akan hilang (oksida logam + asam  garam). Hitam +
HCl/H2SO4/HNO3  tetap berarti karbon masih belum habis, maka penambahan
asam dan pemanasan dilanjutkan.

b. Mengetahui zat itu mengandung kation atau tidak

Zat yang mengadung logam jika dipijarkan meninggalkan sisa dengan member warna
yang bermacam-macam untuk tiap-tiap kation sebagai oksida logam.

Sisa putih : Na, K, Ca, Ba, Mg, Al, Zn (pada waktu panas berwarna kuning)

Sisa coklat : Fe

Sisa kuning : Bi, Pb

Sisa hitam : Cu, Mn

5. Analisis elemen

Dilakukan seperti pada praktikum kimia organik untuk mengetahui unsure-unsur


penyusun senyawa tersebut seperti : C, H, O, N, S, P, halogen (Cl, Br, I)

6. Analisis gugus

Pada identifikasi adanya : inti benzene, fenol, alkohol polivalen, gugus mereduksi,
amina aromatis, gugus sulfon, gugus aldehida, dan lain-lain.
7. Analisis pendahuluan

Hal ini dilakukan untuk mengetahui termasuk golongan apa senyawa yang diselidiki

1) Golongan karbohidrat (misalnya sakarin)

a. Reaksi Molisch : larutan senyawa ditambah larutan naftol dalam alkohol,


kemudian asam sulfat pekat melalui dinding, maka jika positif akan terjadi
cincin berwarna violet.
b. Aldolkondensasi senyawa ditambah larutan NaOH, kemudian dipanaskan akan
terjadi warna kuning jika terjadi aldolkondensasi (reaksi positif)
c. Reaksi kuprifil: larutan senyawa dalam sedikit alkalis ditambah larutan kupri
sulfat, jika positif akan terjadi larutan lebih biru atau violet. Hal ini untuk
membuktikan adanya gugus alkohol polivalen.

2) Golongan fenol/salisilat (misalnya asetosal)

a. Senyawa ditambahkan larutan FeCl3 terjadi warna ungu-biru (fenol dan


salisilat). Bila ditambah etanol warna akan tetap, salisilat. Warna ungu-biru
setelah ditambah 2 volume etanol warnanya menjadi kuning (fenol)
b. Senyawa ditambah methanol ditambah asam sulfat pekat dipanaskan, bau yang
terjadi bau gondopuro (metil salisilat); salisilat positif.

3) Golongan anilin (misalnya parasetamol)

a. Reaksi isonitril: zat ditambah NaOH dan etanol dipanaskan, bau isonitril (bau
busuk) berarti aniline (turunan amina aromatis) positif.
b. Reaksi indofenol: senyawa ditambah amoniak dan natrium hipoklorit,
ditambah fenol kemudian dihangatkan terjadi warna hijau-biru. Pada
pemanasan selanjutnya menjadi merah.

4) Golongan barbiturate (misalnya luminal)

Reaksi Parri : zat ditambah etanol ditambah pereaksi parri dan uap anomiak (NH3)
akan terjadi warna ungu.

5) Golongan pirazolon (misalnya antalgin)

a. Zat+Meyer tidak terjadi endapan, setelah ditambah HCl terjadi endapan.


b. Senyawa ditambah FeCl3 terjadi warna : biru (novalgin), ungu (piramidin),
merah (antipirin).
c. Zat ditambah HCl dan natrium nitrit; terjadi warna hijau (antipirin), ungu
(piramidin), hijau-kuning (salisilat).

6) Golongan sulfonamide (misalnya sulfadiazine)

a. Reaksi Ehrich dengan pDAB: senyawa + DAB-HCl terjadi warna kuning


sampai jingga. Kuning sitrun (sulfamezatin, sulfadiazine, sulfamerazin);
Kuning (alkasin); Kuning tua (sulfanilamide); jingga (sulfaguanidin)
b. Reaksi korek api: larutan senyawa dalam asam klorida encer, ke dalamnya
dicelupkan batang korek api, maka tak lama kemudian timbul warna jingga
intensif sampai kuning-jingga. Asam sulfanilamide warna kuning.
c. Reaksi diazo: untuk amina aromatic primer. Senyawa dilarutkan dalam HCl 2
N dan 1 mL air ditambah NaNO2 kemudian diteteskan larutan β-naftol dalam
NaOH terjadi endapan jingga kemudian merah. Jika β-naftol diganti dengan α-
naftol warna menjadi merah ungu.
d. Uji bromat : senyawa ditambah asam sulfat pekat ditambah kristal KBrO3,
terjadi warna coklat.

7) Golongan alkaloida (misalnya kafein, teofilin, aminofilin, quinine/chinin)

a. Reaksi Meyer: larutan senyawa ditambah HCl Meyer terjadi endapan


b. Reaksi asam pikrat: larutan senyawa ditambah larutan asam pikrat terjadi
endapan (lihat dengan mikroskop)
c. Larutan senyawa dengan larutan sublimat terjadi endapan (lihat mikroskopik)

8) Reaksi Penjurusan

1. Dengan fehling A dan fehling B, Barfoed, Luff untuk membedakan adanya


laktosa dan glukosa. Glukosa (Barfoed +, Luff -), Laktosa (Barfoed -, Luff +)
2. Vanillin test : zat + H2SO4 pekat dan kristal vanillin dipanaskan, warna merah
untuk sulfamerazin dan sulfametazin
3. Fluoresensi larutan dalam H2SO4 encer untuk alkaloida kinin (hijau)
4. Reaksi Murexide : Senyawa + KClO3 + HCl 25% dipanaskan di atas penangas
air sampai kering, ditambah ammonia akan berwarna ungu (untuk larutan
xanthine)
5. Reaksi Marquis : Senyawa ditambah formalin dan asam sulfat pekat, terjadi
warna ungu (untuk alkaloida opium: morfin, kodein, dan lain-lain)
6. Reaksi Vitalli : Senyawa ditambah HNO3 berasap diusapkan di atas penangas
air sampai kering, ditambah spiritus alkali, terjadi warna ungu tahan dalam
aseton (strichnin)
7. Kuprifil Chan&Kao (untuk alkaloida efedrin) : senyawa ditambah 1 ml air dan
1 tetes larutan garam CuSO4 dan 1 ml NaOH, dikocok dengan eter maka eter
menjadi merah-ungu.

9. Reaksi khusus

Sebagai contoh, ada uji borat yaitu borat ditambah methanol kemudian dibakar, akan
timbul nyala hijau. Sedangkan reaksi khusus yang lain seperti reaksi kristal dengan :

1. Aseton-air
2. Alkohol-air
3. Reaksi pendesakan
4. Asam pikrat
5. Sublimat
6. Banchardat
7. Dragendorf
8. Air (mikroskopi dalam air-pati, laktosa)
9. Sublimasi
REAKSI KHUSUS DARI SENYAWA YANG MENGANDUNG UNSUR C,H,O

I. Ester Asam Karboksilat

1. Nipagin

a. Didihkan sedikit nipagin dalam ± 5 ml air, dinginkan, tambahkan 1 tetes besi


(II) klorida; terjadi warna ungu kemerahan yang kemudian menjadi oksalat.
b. Panaskan dengan jumlah yang sama banyaknya larutan zat dalam alkohol dan
pereaksi Millon. Setelah 10 menit terbentuk endapan, larutan di atasnya
berwarna merah (idem b)
c. Larutkan nipagin dalam aseton, kemudian teteskan larutan ini di atas setetes air
di obyek gelas. Amati kristal yang terjadi di bawah mikroskop.

2. Asetosal

a. Tambahkan 1-2 tetes besi (III) klorida pada asetosal, setelah dipanaskan akan
memberikan warna violet.
b. Tambahkan etanol dan asam sulfat pekat pada asetosal, didihkan perlahan.
Setelah dingin tambahkan air ke dalam tabung reaksi hingga penuh, akan
berbau etil asetat (menunjukkan adanya asetat)
c. Tambahkan methanol dan asam sulfat pekat pada asetosal di dalam tabung
reaksi, didihkan, akan memberikan bau metil salisilat (bau akan mudah tercium
bila tabung dipenuhi air dingin).

II. Turunan Salisilat

1. Natrium Salisilat

a. Satu mg zat ditambah 2 tetes FeCl3 akan memberikan warna ungu yang tetap
walaupun ditambah alkohol.
b. Satu mg zat ditambah 2 ml methanol, ditambah 3-4 tetes H2SO4 pekat,
panaskan perlahan-lahan hingga terjadi bau metil salisilat (gondopuro). Bau
akan lebih jelas apabila diencerkan dengan air.
c. Satu mg zat ditambah HCl pekat, setelah timbul endapan lihat kristalnya (putih
jarum).
REAKSI KHUSUS DARI SENYAWA YANG MENGANDUNG UNSUR
C,H,O,N

I. Turunan Anilin

1. Parasetamol

a. 10 mg zat dilarutkan dalam 10 ml air dan ditambah 1 tetes larutan FeCl3, akan
berwarna biru-violet
b. 10 mg zat ditambah 1 ml NaOH 3 N dipanaskan, setelah dingin ditambah 1 ml
larutan asam sulfanilat dan beberapa tetes larutan natrium nitrit, akan terjadi
warna merah.
c. Didihkan ± 100 mg parasetamol dalam 1 ml HCl pekat selama 3 menit, tambah
10 ml air dinginkan, tambahkan 1 tetes kalium bikromat, akan timbul warna
violet yang tak berubah menjadi merah.
d. Di atas lempeng penetes, tambahlah serbuk parasetamol dengan HNO3 encer,
amati warna yang terjadi.

II. Turunan Pirazolon

Metampiron=Antalgin

a. 3 ml larutan 10% di dalam tabung reaksi ditambah 1 ml asam klorida encer dan
1 ml larutan FeCl3 akan terbentuk warna biru yang bila dibiarkan menjadi
merah dan kemudian menjadi tak berwarna.
b. 1 ml larutan 4% di dalam tabung reaksi ditambah 1 ml larutan perak nitrat
terbentuk warna ungu dengan endapan perak metalik (lihat pada mikroskop
medan gelap)
c. Reaksi kristal dengan K4Fe(CN)6

III. Turunan Xanthin

Reaksi umum terhadap turunan xanthin adalah reaksi murexide. Pada cawan porselin,
sedikit zat + serbuk KClO3 + beberapa tetes asam klorida pekat dan dipanaskan pelan-
pelan hingga kering (jangan sampai gosong), kemudian ditambah 1 tetes ammonia
akan berwarna ungu.
1. Kafein

a. Larutan yang jenuh ditambah larutan Iod, tidak terjadi endapan coklat
(bandingkan dengan turunan xanthin yang lain).
b. Larutan yang jenuh ditambah larutan sublimat 5% terjadi endapan putih yang
larut pada pemanasan dan menghablur lagi pada pendinginan (lihat kristalnya
yang spesifik).

2. Teofilin

a. Larutan yang jenuh diasamkan dengan asam asetat ditambah merkuri asetat,
memberikan endapan. Lihat kristalnya (bedakan dengan kafein)
b. 10 mg zat dipanaskan dalam 1 ml NaOH kemudian setelah dingin ditambah 0,5
ml pereaksi asam sulfanilat dan ditambah bertetes-tetes NaNO2 10%, ditambah
NaOH sampai terjadi warna ungu.
c. 10 mg zat ditambah 2 tetes alkohol ditambah pereaksi Parri ditambah 1 tetes
ammonia pekat memberikan warna violet.
d. Reaksi kristal dengan pereaksi Dragendorf (caranya pada obyek gelas 2 mg zat
ditambah 3 tetes HCl dipanaskan sampai larut ditambah pereaksi Dragendorf
jika perlu dipanaskan lagi, amati kristal yang terjadi)
e. 10 mg zat ditambah larutan asam asetat padat ditambah piramidon ditambah
asam asetat digerus ungu.
f. Larutkan 10 mg zat dalam 1 ml ammonia pekat P, tambahkan 2 ml perak nitrat
LP, akan terbentuk endapan mirip gelatin yang larut dalam 2 ml asam nitrat P.

3. Aminofilin

a. 10 mg zat ditambah serbuk Cu asetat pada drupple plat ditambah 1 tetes air,
terjadi warna violet (bandingkan dengan xanthin yang lain).
b. 20 mg zat pada drupple plat ditambah 10 mg piramidon/amidipirin ditambah 2
tetes kupri sulfat, amati warna yang terjadi (bandingkan dengan xanthin yang
lain).
c. Reaksi kristalnya seperti cara untuk xanthin yang lain (reaksi kristal dengan
sublimat dan reaksi kristal dengan Dragendorf).
IV. Turunan Asam Barbiturat

Fenobarbital=Luminal

a. 10 mg zat + 2 tetes NaOH (jika perlu dipanaskan untuk melarutkan), ditambah


2 tetes HCl encer, lihat kristal yang terjadi.
b. Didihkan 20 mg zat dengan 10 ml NaOH, terjadi gas yang membirukan kertas
lakmus merah.
c. Kira-kira 10 mg zat ditambah sedikit natrium nitrit, akan menjadi arang (beda
dengan barbital)
d. Larutkan 10 mg luminal dalam 0,5 ml air dan tambahkan bertetes-tetes larutan
NaOH, tambahkan 1 ml larutan asam sitrat, akan terjadi endapan putih (beda
dengan barbital).

V. Alkaloida Opium

1. Papaverin

a. Reaksi Coralyn: 10 mg zat ditambah 1 ml asam asetat anhidrida + 3 tetes asam


sulfat pekat, terjadi fluoresensi kuning kehijauan.
b. 10 mg zat dilarutkan dalam 10 ml air yang mengadung 0,5 ml HCl encer
ditambah 5 tetes kalium ferrisianida, terjadi endapan kuning jeruk. Lihat
kristalnya (bedakan dengan alkaloid opium yang lain).
c. Reaksi Marquis, pada drupple plat 10 mg zat ditambah 1 ml campuran asam
sulfat pekat dengan formalin sama banyak. Amati warnanya, bedakan dengan
alkaloida opium yang lain.
d. Reaksi kristal :
1) 10 mg zat pada obyek gelas ditambah 1 tetes HCl encer + 1 tetes larutan ZnCl 2,
panaskan sebentar, lihat bentuk kristalnya (kristal bentuk amplop).
2) 10 mg zat + 1tetes HCl + 1-2 tetes HgCl2, coba juga dengan HgCl3, lihat
kristalnya, bedakan dengan alkaloida opium yang lain.
e. Panaskan 10 mg papaverin dengan 5 ml H2SO4 encer dan tambah 1-2 tetes
larutan besi (III) klorida, akan terbentuk warna violet. Dinginkan, tambah 1
tetes asam nitrat pekat, akan terjadi warna merah.
f. Amati warna serbuk papaverin langsung di bawah sinar ultraviolet.
Bandingkan dengan aminofilin.
2. Kodein

a. 10 mg zat + 2 ml asam sulfat + 1 ml FeCl3 dipanaskan, terbentuk warna biru


yang akan berubah menjadi merah kecoklatan bila ditambah 1 tetes asam nitrat
pekat.
b. Pada drupple plat 5 mg zat + 2 tetes asam nitrat pekat, terjadi warna oranye
yang segera menjadi kuning kehijauan (beda dengan morfin)
c. 5 mg zat dilarutkan dalam 2 ml asam sulfat encer dan beberapa tetes kalium
ferrisianida dan 1 tetes FeCl3, terbentuk warna kuning kehijauan.
d. Larutkan sedikit zat dalam air (jenuh) + kristal asam jodat, lihat kristalnya

3. Morfin

a. Reaksi Marquis, ungu cepat (bedakan dengan yang lain)


b. 10 mg zat + 1 ml FeCl3, warna biru violet.
c. Lakukan seperti reaksi c pada kodein
d. 1 mg morfin + 1 tetes air + 1 kristal asam jodat, lihat kristalnya.
e. 20 mg zat dilarutkan dalam 2 ml asam sulfat encer, 0,5 ml larutan kalium jodat
jenuh, terbentuk warna merah amber yang akan berubah menjadi kehitaman
bila ditambah 1 ml ammonia pekat (bedakan dengan yang lain)
f. Sedikit zat + larutan HgCl2, lihat kristal yang terjadi (bedakan dengan alkaloida
opium yang lain).
g. 10 mg zat + 5 ml asam sulfat pekat, panaskan di atas penangas air selama 15
menit, dinginkan dan ditambah beberapa tetes asam nitrat encer, warna merah
darah.

VI. Senyawa-senyawa Anestetika Lokal (Senyawa Ester)

1. Anestein = Benzokain

Reaksi Diazo Positif, sedikit zat dilarutkan dalam 10 tetes HCl encer dan ditambah
NaNO2 dan larutan β-naftol dalam NaOH, maka akan terjadi warna merah.

Sedikit zat ditambah asam asetat 1 ml ditambah asam pikrat jenuh, dipanaskan
kemudian didinginkan, terjadi kristal yang larut lagi pada pemanasan dan setelah
didinginkan lagi terbentuk kristal yang bagus.
Panaskan 50 mg benzokain dengan 2 tetes asam asetat dan 5 tetes asam sulfat pekat,
terjadi bau etil asetat.

VII. Alkaloida Solanaceae

Untuk alkaloida ini ada reaksi penunjukkan yang merupakan reaksi umumnya, yang
dikenal dengan nama Reaksi Vitalli (Vitalli test). Sedikit zat pada cawan porselin
ditambah 4-5 tetes asam nitrat pekat, dipanaskan sampai kering (tidak gosong),
kemudian residu ditambah dengan 2-3 tetes KOH dalam alkohol, terjadi warna biru
violet. Tambahkan aseton, amati warnanya.

1. Atropin dan Garamnya

a. Vitalli test positif dan pada penambahan aseton warna tetap.


b. Reaksi kristal dengan pereaksi Bouchardat.
c. Campur 1 mg zat dengan 5 tetes asam nitrat berasap P, uapkan di atas penangas
air sampai kering. Pada sisa yang telah dingin, tambahkan 2 ml aseton P,
kemudian 2-4 tetes larutan KOH P 3% b/v dalam methanol P, terjadi warna
lembayung tua.
d. Larutkan 10 mg zat dalam 2 ml air, tambahkan beberapa tetes HCl encer,
kemudian teteskan larutan BaCl2 akan terjadi endapan putih.

2. Efedrin HCL

a. Larutkan ± 50 mg zat dalam 1 ml air dan tambahkan 1-2 tetes larutan CuSO4
dan 1 ml larutan NaOH, kocok, kemudian tambah 2 ml amil alkohol atau butyl
alkohol dan kocok lagi, amati warna pada lapisan alkohol.
b. Larutkan ± 50 mg zat dalam 5 ml air, tambahkan beberapa tetes larutan NaOH
dan 3 ml larutan kalium ferri sianat, panaskan, adakah bau benzaldehida?
REAKSI-REAKSI KHUSUS SENYAWA YANG MENGANDUNG UNSUR
C, H, O, N, S
I. Turunan Sulfonamida

Salah satu reaksi umum untuk turunan Sulfonamida adalah sebagai berikut :

Pada tabung reaksi dilarutkan sulfa dengan larutan NaOH, kelebihan alkali dinetralkan
dengan asam (jangan sampai asam), tambahkan 1-2 tetes larutan CuSO4, kocok, amati
warna larutan dan bandingkan dengan tiap-tiap obat sulfa.

1. Sulfanilamida

a. Lihat kristalnya pada pendesakan dengan aseton-air.


b. Panaskan ± 10 mg zat dalam tabung reaksi kering, terjadi warna biru
lembayung intensif yang dengan pemanasan selanjutnya terjadi bau aniline dan
amoniak.
c. Pada obyek gelas teteskan larutan sulfanilamide dalam NaOH, kemudian tetesi
dengan HCl/asam asetat encer, amati kristal yang terjadi di bawah mikroskop.

2. Sulfadiazin

a. Kira-kira 20 mg zat dilarutkan dalam NaOH, diencerkan dengan air, tambah


HCl sampai netral, tambahkan beberapa tetes larutan CuSO4, amati endapan
yang terjadi (bandingkan dengan sulfa yang lain).
b. Leburkan ± 50 mg zat dalam tabung reaksi kering, terjadi warna coklat
kemerahan dan asap yang tidak member warna pada kertas timbal asetat P.
c. Larutkan 10 mg zat dalam campuran 10 ml air dan 1 ml NaOH 0,1 N,
tambahkan 0,5 ml CuSO4 LP, terbentuk endapan hijau zaitun yang jika
dibiarkan berubah menjadi kelabu ungu.
d. Kerjakan pendesakan aseton-air, amati kristal yang terjadi di bawah
mikroskop.
e. Larutkan sulfadiazine dalam larutan NaOH encer, teteskan larutan ini pada
obyek gelas, tetesi dengan HCl/asam asetat, amati kristal yang terjadi di bawah
mikroskop.
3. Sulfamerazin dan Sulfamezatin

a. Sedikit zat + 5 mg vanillin + 2 ml asam sulfat pekat, dipanaskan, terjadi warna


merah darah. Bandingkan dengan sulfa yang lain.
b. Larukan 10 mg zat dalam campuran yang terdiri dari 10 ml air dan 1 ml NaOH
0,1 N, tambahkan 0,5 ml CuSO4 LP, terjadi endapan hijau zaitun yang jika
dibiarkan berubah menjadi kelabu tua
c. Kerjakan pendesakan aseton-air, amati kristal yang terjadi di bawah
mikroskop.
d. Larutkan sulfamerazin dalam larutan NaOH encer, teteskan larutan ini pada
obyek gelas, tetesi dengan HCl/asam asetat, amati kristal yang terjadi di bawah
mikroskop.

II. Pemanis Buatan

1. Natrium Siklamat

a. Larutkan 10 mg zat dalam 10 ml air, tambahkan 1 ml HCl dan 2 ml larutan


BaCl2, larutan tetap jernih. Tambahkan 1 ml larutan NaNO2 10%, terbentuk
endapan putih.
b. Menunjukkan reaksi positif terhadap logam Na.

2. Sakarin Na

a. 10 mg sakarin Na dan 1 ml NaOH 5% diuapkan sampai kering, sisanya dilebur


dengan hati-hati dengan suhu peleburan dijaga jangan melebihi 320° C sampai
berbau amoniak, dinginkan. Hasil leburan dilarutkan dalam 2-3 ml air panas,
saring. Filtrate diasamkan dengan asam sulfat encer kemudian diekstraksi
dengan eter. Eter diuapkan, sisa dilarutkan dalam 1 ml air, tambahkan 1 ml
FeCl3, terjadi warna ungu.
b. 1 mg sakarin Na ditambah 1 mg resorcin dan 2 tetes H2SO4 pekat, panaskan
sampai terbentuk uap dan larutan berwarna coklat hijau. Sesudah dingin,
tambahkan 5 ml air dan dibasakan dengan ammonia pekat, terjadi larutan
berwarna ungu terang yang jika diencerkan dengan air terjadi fluoresensi hijau
kuat.
REAKSI-REAKSI KHUSUS YANG MENGANDUNG UNSUR C, H, O, N
YANG LAIN

I. Vitamin-vitamin

1. Aneurin HCl atau Mono Nitrat = Vitamin B1

a. Larutkan ± 5 mg zat dalam 2 ml NaOH, tambahkan 0,5 ml kalium ferrisianida


dan 1 ml alkohol, gojog kuat-kuat, biarkan memisah. Lapisan amil alkohol
akan berfluoresensi biru terang. Bila diasamkan hilang dan timbul lagi bila
dibasakan.
b. Dengan asam pikrat memberikan endapan. Periksa kristalnya.
c. Panaskan serbuk vitamin B1 pada cawan porselin, berbau khas
d. Dengan pereaksi Luff pada keadaan dingin terjadi warna hijau, kemudian
endapan kuning.
e. Dengan pereaksi Meyer terjadi endapan putih kekuningan

2. Riboflavin = Vitamin B2

a. Sedikit zat ditambah air, di bawah sinar ultraviolet akan berfluoresensi yang
hilang bila ditambah HCl encer.
b. Mereduksi Fehling
c. Larutkan 0,1 mg zat dalam 10 ml air, dilihat dengan cahaya yang diteruskan
larutan berwarna kuning pucat kehijauan, berfluoresensi hijau kekuningan
intensif yang dengan penambahan asam mineral atau alkali fluoresensi hilang.

3. Piridoksin = Vitamin B6

a. Sedikit zat ditambah FeCl3 berwarna merah


b. Reaksi kristal dengan pereaksi Dragendorf

4. Vitamin C

a. Pada 2 ml larutan 2% b/v zat, tambahkan 2 ml air, 10 mg natrium bikarbonat,


20 mg ferro sulfat, kocok, biarkan beberapa saat. Terjadi warna ungu yang bila
ditambah asam sulfat encer akan hilang.
b. Segera mereduksi pereaksi-pereaksi Fehling, perak nitrat, KMnO4.
c. Segera mereduksi pereaksi Barfoed pada keadaan dingin.
d. Segera mereduksi pereaksi Luff pada keadaan dingin
e. Pada drupple plat, vitamin C ditetesi alkohol. Kemudian tambahkan pereaksi
Parri, dibasakan dengan ammonia, berwarna ungu.

II. Senyawa-senyawa dengan inti Piridin

INH

a. Reaksi kristal dengan pereaksi Dragendorf


b. Sedikit zat ditambah larutan NaOH kemudian ditambah larutan iodium, akan
timbul warna merah-coklat dan gas.
c. Pada drupple plat, zat ditambah larutan FeCl3, amati warna yang terjadi dan
gelembung gas yang timbul.
d. Panaskan 50 mg zat dengan 1 g natrium karbonat anhidrat LP, terjadi bau
piridin.

III. Antihistamin

CTM

a. Kuprifil positif
b. Reaksi kristal dengan aseton-air

IV. Antibiotika

1. Streptomisin

Sedikit zat dilarutkan dalam NaOH, panaskan beberapa menit, kemudian diasamkan
dengan HCl, tambah beberapa tetes FeCl3, menjadi ungu.

2. Penicillin

a. Dengan larutan iodium terbentuk endapan coklat


b. Dengan pereaksi Mayer terbentuk endapan putih
c. 10 mg zat ditambah 1 ml NaOH encer, biarkan selama 1 menit kemudian
ditambah eter, kocok, ambil lapisan eter, masukkan tabung lain, uapkan hingga
kering. Tambahkan asam asetat glacial dan 1 ml larutan kalium bikromat.
Terjadi endapan kuning keemasan.

V. Lain-lain
1. Asam Benzoat

a. Panaskan asam benzoate di atas cawan porselin, perlahan-lahan akan meleleh


kemudian menyublim
b. 10 mg zat dilarutkan dalam 5 ml air, panaskan. Setelah dingin disaring. Filtrat
ditambah 4-5 tetes FeCl3, diperoleh endapan warna coklat kemerahan, bila
ditambah HCl endapan larut kembali.
c. Pada tabung reaksi 10 mg asam benzoate, 0,5 ml etanol dan 1 ml asam sulfat
pekat dipanaskan hingga terjadi esterifikasi, dinginkan, encerkan dengan air
hingga hampir penuh, akan tercium bau etil benzoat.

2. Asam borat

a. Basahkan sepotong kertas kurkuma dalam larutan encer zat yang telah
diasamkan dengan HCl, keringkan. Warna kertas berubah menjadi merah
kecoklatan yang jika dibasakan dengan ammonia encer berubah menjadi hitam
kehijauan.
b. Panaskan sejumlah zat dalam cawan porselin hingga melebur, tambahkan
methanol, bubur akan nampak nyala warna hijau.

3. Kalsium Laktat

a. Memberikan reaksi identifikasi positif pada Ca


b. Larutkan kalsium laktat diasamkan dengan asam sulfat pekat, hangatkan
dengan KMnO4, terjadi bau asetaldehid (tes adanya aldehid)
c. Larutan kalsium laktat ditambah larutan NaOH dan 1-2 tetes larutan CuSO4,
kocok, memberikan supernatan warna biru (kuprifil positif).

4. Rivanol

a. Larutkan 1 mg zat dalam 10 ml air, berwarna kuning kehijauan dan


berfluoresensi hijau tua di bawah cahaya ultraviolet, sesudah ditambahkan 5 ml
HCl, fluoresensi tetap ada.
b. Ke dalam larutan 2 mg zat ditambahkan 4 tetes larutan natrium nitrat 10%,
terbentuk warna merah tua.
5. Talk

a. Zat + natrium karbonat, dibakar, kemudian ditambah HCl hingga larut,


selanjutnya ditambah NaOH hingga alkalis, jika ditambah titan yellow terjadi
warna jambon.
b. Zat + H2SO4/HCl pekat, dididihkan, kemudian dicuci dengan air, amati kristal
bawah mikroskop.

6. ZnO

a. Sisa pemijaran panas berwarna kuning, dingin berwarna putih


b. Pada obyek gelas, sisa pemijaran + asam asetat + serbuk papaverin HCl,
hangatkan bila perlu, amati kristal yang terjadi.
c. Sisa pemijaran + HCl encer + reagen parri, kemudian kertas dibakar, sisa abu
berwarna hijau.
d. Sisa pemijaran memberikan reaksi positif Zn.

7. Garam-garam Bismuth

Bismuth subnitrat (tes nitrat)

Tes logam Bi :

a. Sisa pemijaran berwarna oranye waktu panas, dingin kuning (Bi positif)
b. Sisa pemijaran ditambah asam sulfat pekat dan NaHSO4 kristal pada obyek
gelas, hangatkan bila perlu, amati kristal yang terjadi.
c. Sisa pemijaran + HCl encer hingga larut, celupkan kawat Cu (klip, ballpoint),
akan timbul noda hitam pada kawat Cu.
APLIKASI ANALISIS VOLUMETRI
I. ASIDI-ALKALIMETRI

A. PENDAHULUAN
Asidi-alkalimetri merupakan metode yang mendasarkan pada reaksi
netralisasi, yaitu reaksi antara ion hidrogen (berasal dari asam) dan ion hidroksida
(berasal dari basa) yang membentuk molekul air. Asidimetri adalah penetapan
kadar basa dari suatu sampel dengan menggunakan larutan baku baku asam yang
sesuai. Sebaliknya, alkalimetri adalah penetapan kadar asam dari suatu sampel
dengan menggunakan larutan baku basa yang sesuai.
Dalam asidi-alkalimetri, suatu asam didefinisikan sebagai suatu spesi
(molekul atau ion) yang dalam larutannya dapat memberikan protaon (donor
proton). Sedangkan basa didefinisikan sebagai suatu spesi yang dapat menerima
proton (akseptor proton). Contoh molekul asam adalah HCl, H2SO4, HNO3, H2S,
+ +
CH3COOH, dll, asam kation adalah H3O , NH4 ; asam anion adalah H2SO4− ,
− −
HCO3 , H2PO4 , dll. Sedangkancontoh molekul basa adalah NH3, NaOH,
+ − 2- 2-
Ca(OH)2, dll; basa kation adalah Ag(NH3)2 : basa anion adalah OH , SO4 , CO3 ,

CH3COO , dll.
Titik akhir titrasi dapat ditunjukkan dengan berbagai indikator seperti
terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Trayek pH dan perubahan warna berbagai indikator yang biasa
digunakan

Warna
Indikator Trayek pH
Asam Basa
Kuning metil 2,4 – 4,0 Merah Kuning
Biru bromfenol 3,0 – 4,6 Kuning Biru
Jingga metil 3,1 –4,4 Jingga Metil
Hijau bromkesol 3,8 – 5,4 Kuning Biru
Merah metil 4,2 – 6,3 Merah Kuning
Ungu bromkesol 5,2 – 6,8 Kuning Ungu
Biru bromtimol 6,1 – 7,6 Kuning Biru
Merah fenol 6,8 – 8,4 Kuning Merah
Merah kresol 7,2 – 8,8 Kuning Merah
Biru timol 8,0 – 9,6 Kuning Biru
Fenolftalein 8,2 – 10,0 Tak berwarna Merah
Timolftalein 9,3 – 10,5 Tak berwarna Biru
Petunjuk pemilihan indikator :
1. Gunakan 3 tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain.
2. Jika asam kuat dititrasi dengan basa kuat, atau basa kuat dititrasi dengan asam
kuat, dapat digunakan indikator jingga metil, merah metil, atau fenolftalein.
3. Jika asam lemah dititrasi dengan basa kuat, digunakan indikator fenolftalein.
4. Jika basa lemah dititrasi dengan asam kuat, digunakan indikator merah metil.
5. Jangan melakukan titrasi terhadap basa lemah dengan asam lemah, atau
sebaliknya karena tidak ada indikator yang dapat menunjukkan titik akhir
dengan jelas.
6. Lebih mudah mengamati timbulnya warna daripada hilangnya warna.
B. INDIKATOR DAN PEREAKSI
1. Fenolftalein
Pembuatan :
Larutan 200 mg fenolftalein, C20H14O4 dalam 60 mL etanol 90%,
tambahkan air secukupnya hingga 100 mL
2. Jingga metil
Pembuatan :
Larutkan 20 mg Natrium p-dimetilamino azobenzen sulfonat, C14
H14N3NaO3S dalam 50 mL etanol 20%
3. Merah fenol
Pembuatan :
Larutkan 50 mg fenol, C6H6O dalam campuran 2,85 mL NaOH 0,05 N
dan 5 mL etanol 90%, setelah larut sempurna tambahkan etanol secukupnya
hingga 250 mL
4. Timolftalein
Pembuatan :
Larutkan 100 mg timolftalein, C28H30O4 dalam 100 mL etanol 95%.
Saring jika perlu.
5. Larutan Barium klorida 1%
Pembutan :
Timbang secara seksama 1,0 g BaCl2.2H2O (BM = 244,262), larutkan
dalam air hingga volume 100 ml.
6. Gliserol netral
Pembuatan :
Kedalam 50 mL gliserol tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein,
kemudian tambahkan secara bertetes-tetes larutan NaOH 0,1 N hingga larutan
berwarna merah jambu
7. Etanol netral
Kedalam 15 mL etanol 95% tambahkan 1 tetes merah fenol, kemudian
tambahkan secara bertetes-tetes larutan NaOH 0,1 N hingga larutan berwarna
merah
8. Air bebas CO2
Didihkan sejumlah air selama beberapa menit, kemudian dinginkan
dalam eksikator. Selama penyimpanan, hindarkan dari udara luar

C. LARUTAN BAKU
1. Larutan Baku Asam Klorida (HCl) 0,1 N
Tujuan :
Mampu membuat dan membakukan larutan baku asam menggunakan
senyawa baku sekunder yang berupa cairan
Alat dan Bahan
Buret 50 mL Natrium karbonat anhidrat
Beaker glass Asam klorida pekat
Gelas ukur 100 mL Indikator merah metil
Labu ukur 1000 mL
Erlenmeyer
Pembuatan :
SejumLah asam klorida yang diketahui kadarnya diencerkan dengan air
secukupnya hingga tiap 1000 mL larutan menggunakan 3,647 g asamklorida.
Pembakuan :
Lebih kurang 200 mg Na2CO3 anhidrat ditimbang saksama yang
sebelumnya telah dikeringkan dalam oven pada suhu 270°C selama 1 jam.
Larutkan dalam 50 mL air. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N menggunakan
indikator merah metil hingga warna kuning berubah merah.
Tiap 1 mL larutan HCl 0,1 N setara dengan 5,299 mg Na2CO3
Reaksi :
Na2CO3 + 2 HCl 2 NaCl + CO2 + H2O
39
Perhitungan :

2 × mgNa2CO3
Normalitas=
BM Na2CO3 × mLHCl yang digunakan

2. Larutan Baku Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N


Tujuan :
Mampu membuat dan membakukan larutan baku asam menggunakan
senyawa baku sekunder yang berupa padatan.
Alat dan Bahan :
Buret 50 mL Kalium biftalat Gelas
ukur 100 mL Natrium hidroksida
Labu ukur 1000 mL Indikator fenolftalein
Erlenmeyer
Pembuatan :
Sebanyak 4,001 g NaOH kristal dilarutkan dalam air bebas CO2 hingga
volume 1000 mL
Pembakuan :
Lebih kurang 400 mg kalium biftalat CO2H.C6H4.CO2K (BM =
204,221) ditimbang secara saksama yang sebelumnya telah dikeringkan, gerus
jika perlu, masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 75 mL air bebas CO2,
tutup erlenmeyer kocok-kocok sampai larut. Titrasi dengan larutan NaOH
menggunakan indikator fenolftalein hingga warna berubah menjadi merah.
Tiap 1 mL larutan NaOH 0,1 N setara dengan 20,42 mg kalium biftalat
Reaksi :

KHC8H4O4 + NaOH KnaC8H4O4 + H2O

Perhitungan :

mgK2HC8H4O4
Normalitas =
mL NaOH × BMK2HC8H4O4

40
Catatan : untuk pembakuan NaOH, selain menggunakan kalium biftaltat
dapat digunakan juga asam klorida atau asam oksalat.

D. PENGGUANAAN
1. Penetapan Kadar Campuran NaOH dan Na2CO3
Tujuan :
Mampu menetapkan kadar campuran alkali dengan menggunakan
indikator yang berbeda trayek pH-nya.
Alat dan Bahan :
Buret 50 mL Asam klorida 0,1 N
Pipet volume 25 mL Barium Klorida 1%
Labu ukur 500 mL Indikator fenolftalein dan merah metil
Erlenmeyer
Prosedur :
Lebih kurang 500 mg bahan yang ditimbang dengan saksama
dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL tambahkan air hingga batas.
a) Ambil 25,0 mL larutan sampel, masukkaan ke dalam erlenmeyer, titrasi
dengan larutan baku HCl 0,1 N menggunakan indikator merah metil
hingga warna berubah dari kuning menjadi jingga (catat sebagai Vmo).
b) Ambil 25,0 mL larutan sampel baru, masukkan erlenmeyer, kemudian
dipanaskan diatas penangas air (70°C), tambahkan larutan BaCl2 1%
secara bertetes-tetes hingga tidak terbentuk endapan lagi. Dinginkan
larutan tersebut, titrasi dengan larutan baku HCl 0,1 N menggunakan
indikator fenolftalein hingga warna merah hilang menjadi tak berwarna
(catat sebagai Vpp).

Reaksi :

 NaOH + HCl NaCl + H2O


Na2CO3 + 2 HCl 2 NaCl + H2O + CO2
 Na2CO3 + BaCl2 BaCO3 + 2 NaCl

Perhitungan :

Kadar Na2CO3 =

41
Kadar NaOH =

2. Penetapan Kadar Asam Borat


Tujuan :
Mampu menetapkan kadar asam lemah dengan menambah pereaksi
tertentu untuk menaikkan keasamannya, sehingga dapat dititras dengan baku
alkali.
Alat dan Bahan :
Buret 50mL Natrium hidroksida 0,1 N
Gelas ukur 50 mL Gliserol netral
Beaker glass Indikator fenolftalein
Erlenmeyer
Prosedur :
Lebih kurang 200 mg sampel ditimbang secara saksama, larutkan
dalam 30 mL air, tambahkan 50 mL gliserol netral. Titrasi dengan larutan
baku NaOH 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein hingga warna berubah
menjadi merah jambu.
Tiap 1 mL larutan NaOH 0,1 N setara dengan 6,183 mg H3BO3
Reaksi :
H2BO3 + NaOH NaB2BO3 + H2O
Perhitungan :

Kadar asam =

3. Penetapan Kadar Barbital


Tujuan :
Mampu menetapkan kadar obat secara asidi-alkalimetri
Alat dan Bahan :
Buret 25 mL Natrium hidroksida 0,1 N
Gelas ukur 50 mL Etanol netral
Beaker glass, Erlenmeyer Indikator timol blue
Prosedur :
Lebih kurang 400 mg sampel yang ditimbang secara saksama,
dilarutkan dalam campuran 40 mL etanol 95% dan 25 mL air. Titrasi dengan
larutan baku NaOH 0,1 N menggunakan indikator 7 tetes timol blue hingga

42
warna berubah dari tidak berwarna menjadi biru. Lakukan juga titrasi terhadap
blanko.
Tiap 1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 18,420 mg C6H12N2O3
Reaksi :

Perhitungan :

Kadar asam barbital =

4. Penetapan Kadar Asam Salisilat


Tujuan :
Mampu menetapkan kadar asam yang tidak larut dalam air
Alat dan Bahan :
Buret 25 mL Natrium hidroksida 0,1 N
Gelas ukur 50 mL Etanol netral
Erlenmeyer Indikator merah fenol
Prosedur :
Lebih kurang 250 mg sampel yang ditimbang secara saksama
dilarutkan dalam 15 mL etanol 95% netral. Tambahkan 20 mL air. Titrasi
dengan larutan baku NaOH 0,1 N menggunakan indikator merah fenol hingga
warna larutan berubah dari kuning menjadi merah.
Tiap 1 mL larutan NaOH 0,1 N setara dengan 13,812 mg C7H6O3
Reaksi :

Perhitungan :

Kadar asam salisilat =

43
5. Penetapan Kadar Asam Sitrat
Tujuan :
Mampu menetapkan kadar asam bervalensi lebih dari satu
Alat dan Bahan :
Buret 25 mL Natrium hidroksida 0,1 N
Erlenmeyer Etanol netral
Indikator merah fenol
Prosedur :
Lebih kurang 300 mg sampel yang ditimbang secara saksam dilarutkan
dalam 100 mL air. Titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N menggunakan
indikator fenolftalein hingga warna larutan berubah dari tak berwarna menjadi
merah jambu.
Tiap 1 mL larutan NaOH 0,1 N setara dengan 7,005 mg C6H8O7.H2O
Reaksi :

Perhitungan :

Kadar asam sitrat =

44
II. ARGENTOMETRI

A. PENDAHULUAN
Metode Argentometri disebut juga metode pengendapan adalah titrasi yang
melibatkan reaksi pengendapan. Pada reaksi ini berlangsung pembentukan
senyawa yang relatif tidak larut atau sukar larut, sehingga terbentuk endapan.
Reaksi ini cukup sempurna sehingga dapat diukur secara kuantitatif. Prinsip hasil
kali kelarutan dapat diterapkan pada semua reaksi pengendapan.
Metode Argentometri merupakan metode yang umum digunakan untuk
penetapan kadar halogenida, yaitu senyawa yang mengandung atom halogen, atau
senyawa-senyawa yang dapat membentuk endapan dengan perak nitrat, AgNO3
pada suasana tertentu, misalnya kloramfenikol, dimana atom klor diubah dahulu
menjadi klorida.
Ada beberapa metode yang dikenal dalam titrasi Argentometri, yaitu :
1. Metode Mohr, atau disebut juga metode langsung; halogen diendapkan dalam
suasana netral dengan larutan AgNO3 menggunakan indikator larutan kalium
kromat, K2CrO4. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak halida dan
setelah tercapai titik ekuivalen, maka dengan penambahan sedikit AgNO3
akan bereaksi dengan kromat membentuk endapan perak kromat, Ag2CrO4
yang berwarna merah.
2. Metode Volhard, atau disebut juga metode tak langsung; larutan sampel
halegenida ditambah dengan larutan perak nitrat berlebihan hingga terbentuk
endapan perak halida, kemudian kelebihan perak diendapkan dengan larutan
baku kalium atau amonium tiosianat. Indikator yang digunakan adalah larutan
ferri amonium sulfat. Titrasi ini harus berlangsung dalam suasana asam (pH
dibawah 3). Setelah tercapai titik ekivalen, kelebihan sedikit tiosianat
bereaksi dengan indikator ferri membentuk endapan merah ferri tiosianat.
3. Metode Fajans, digunakan indikator adsorbsi, misalnya eosin dan
diklorfluoresin. Pada titik ekivalen indikator teradsorbsi oleh endapan yang
memberikan perubahan warna. Indikator ini tidak memberikan perubahan
warna pada larutan tetapi pada permukaan endapan.
4. Metode Liebig, titik akhir titrasi ditandai bukan oleh indikator melainkan
dengan terjadinya kekeruhan.

45
B. INDIKATOR
1. Kalium Kromat, K2CrO4 5%
Pembuatan :
Timbanglah secara saksama 5,0 g kalium kromat, larutkan dengan air
secukupnya, masukkan ke dalam labu takar 100 mL, encerkan dengan air
sampai batas.
2. Eosin
Pembuatan :
Timbanglah secara seksama 500 mg Dinatrium tetrabromofluoresina,
C20H6Br4Na2O5; dilarutkan dalam air hingga volume 100 mL.
C. LARUTAN BAKU
1. Larutan Baku Perak Nitrat AgNO3
Tujuan :
Mampu membuat dan membakukan larutan perak nitrat 0,1 N
Alat dan Bahan :
Buret 50 mL Perak Nitat
Pipet volume 25 mL Natrium Klorida P
Pipet ukur 5 mL Kalium Kromat 5%
Labu takar 500 dan 1000 mL
Erlenmeyer
Pembuatan :
Sebanyak 16,99 g AgNO3 yang dilarutkan dalam air hingga volume
1000 mL.
Pembakuan :
SejumLah Natrium Klorida P, NaCl (BM = 58,442), dikeringkan dalam
oven pada suhu 100-120°C. Timbang saksama lebih kurang 250 mg, larutkan
dengan air secukupnya. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N
menggunakan indikator 1 mL larutan K2CrO4 5% hingga terbentuk warna
coklat merah lemah.
Tiap 1 mL AgNO3 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl
Reaksi :
+ -
Ag + Cl AgCl
+ 2-
2 Ag + CrO4 Ag2CrO4

46
Perhitungan :

Normalitas AgNO3 =

2. Larutan Baku Amonium tiosianat (NH4)2SCN 0,I N


Tujuan :
Mampu membuat dan membakukan larutan Amonium tiosianat 0,1 N
Alat dan Bahan :
Buret 50 mL Perak nitrat 0,1 N
Pipet volume 25 mL Besi (III) amonium sulfat
Labu takar 1000 mL Amonium tiosianat
Erlenmeyer Asam nitrat P
Pipet ukur 5 mL
Pembuatan :
Timbang saksama Amonium tiosianat (NH4)2SCN (BM = 76,121)
larutkan dalam air hingga volume 1000 mL.
Pembakuan :
Masukkan 30 mL larutan AgNO3 0,1 N yang ditakar saksama kedalam
erlenmeyer, encerkan dengan 50 mL air, tambahkan 2 mL asam nitrat P.
Titrasi dengan larutan (NH4)2SCN menggunakan indikator 2 mL larutan besi
(III) amonium sulfat hingga mulai terjadi warna coklat merah.
Reaksi :
+ -
Ag + SCN AgSCN
3+ - 3-
Fe + 6 SCN Fe(SCN)6
Perhitungan :

25 × N AgNO3
Normalitas NH4SCN =
mL NH4SCN

47
D. PENGGUNAAN
1. Penetapan Kadar Kalium Klorida
Tujuan :
Mampu menetapkan kadar yodida dengan menggunakan metode Mohr.

Alat dan Bahan :


Buret 50 mL Perak nitrat 0,1 N
Erlenmeyer Kalium kromat 5%
Labu takar 50 mL
Pipet ukur 5 mL
Prosedur :
Lebih kurang 250 mg sampel ditimbang dengan saksama, larutkan
dalam 500 mL air. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N menggunakan
indikator 1 mL larutan K2CrO4 5% hingga terbentuk warna coklat merah
lemah.
Tiap 1mL AgNO3 0,1 N setara dengan 7,455 mg KCl.
Perhitungan :

Kadar KCl =

2. Penetapan Kadar Kalium Iodida


Tujuan :
Mampu menetapkan kadar yodida secara argentometri dan menggunakan
indikator adsorbsi (metode fajans).
Alat dan Bahan :
Buret 50 mL Perak nitrat 0,1 N
Erlenmeyer Asam asetat encer
Pipet ukur 5 mL Eosin LP
Gelas ukur 25 mL
Prosedur :
Lebih kurang 300 mg sampel yang ditimbang saksama larutkan dalam 25 mL
air tambahkan 1,5 mL asam asetat encer P. Titrasi dengan larutan baku
AgNO30,1 N menggunakan indikator 2 tetes eosin LP hingga terbentuk warna
endapan yang berubah menjadi merah.

48
Reaksi :
+
Ag + I AgI

Perhitungan :

Kadar KI =

III. REDUKTO – OKSIDIMETRI


III.1. YODO – YODIMETRI

A. PENDAHULUAN
Yodium merupakan oksidator yang relatif lemah. Potensial reduksi dari
sistem yodium-yodida ini jauh kecil dibandingkan dengan sistem oksidator yang
lain.
I2 + 2e 2I E° = + 0,535 volt
Walaupun demikian yodium masih mampu mengoksidasi reduktot-reduktot kuat.
Dengan demikian yodium bereaksi sempurna dengan reduktor kuat seperti SnCl2,
H2SO3, H2S, Na2S2O3, dll.
Metode titrasi ini dalam penggunaannya sering terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Yodimetri : merupakan titrasi langsung dengan larutan baku yodium terhadap
senyawa dengan potensial oksidasi lebih rendah.
2) Yodometri : merupakan titrasi tidak langsung yang diterapkan terhadap
senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih tinggi. Yodium yang
dibebaskan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.
B. INDIKATOR
Larutan yodium sendiri dapat digunakan sebagai indikator, dimana satu tetes
larutan yodium 0,1 N dalam 100 mL air memberikan warna kuning pucat. Namun
untuk menaikkan kepekaan titik akhir biasa digunakan indikator kanji. Dalam
-4
konsentrasi yodium 4 × 10 M sudah memungkinkan yodium dalam konsentrasi
-5
2 × 10 M yang akan memberikan warna biru yang nyata dari komplek antara
kanji dan yodium. Penyusun utama kanji adalah amilosa dan amilopektin dengan
yodium membentuk warna merah.

49
Titik akhir juga dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator karbon
tetraklorida (CCl4). Adanya yodium dalam lapisan organik akan berwarna ungu.

C. LARUTAN BAKU
1. Larutan Baku Yodium 0,1 N
Tujuan :
Mampu membuat dan membakukan larutan yodium yang merupakan
baku sekunder.

Alat dan Bahan :


Buret 50 mL Yodium
Erlenmeyer 250 mL Kalium yodida
Labu takar 1000 mL Natrium bikarbonat
Gelas ukur 50 mL Asam klorida
Corong gelas Arsen triklorida
Gelas arloji Kanji
Merah metil
Pembakuan :
Larutkan 18,0 g KI yang telah ditimbang saksama dalam 30 mL air
dalam labu bertutup. Timbang saksama 12,69 g yodium (I2) dalam gelas arloji,
tambah sedikit demi sedikit kedalam larutan kalium yodida pekat. Tutup labu
dan kocok sampai yodiumnya larut. Diamkan larutan pada suhu kamar dan
tambahkan air hingga volume 1000 mL.

Pembakuan :
Lebih kurang 150 mg arsentriklorida (As2O3)yang ditimbang saksama,
larutkan dalam 20 mL larutan NaOH 1 N dan panaskan jika perlu. Encerkan
dengan 40 mL air, tambahkan 2 tetes merah metil dan lanjutkan dengan
penambahan HCl encer hingga warna kuning berubah menjadi jingga.
Kemudian tambahkan 2 g NaHCO3 20 mL air dan 3 mL larutan kanji. titrasi
larutan dengan baku yodium perlahan-lahan hingga timbul warna biru tetap.
Reaksi :
As2O3 + 6 NaOH 2 Na3AsO3 + 3 H2O
Na3AsO3 + I2 + 2 NaHCO3 Na3AsO4 + 2 NaI + 2 CO2 + H2O

50
Perhitungan :

Normalitas I2=

2. Larutan Baku Natrium Tiosulfat 0,1 N


Tujuan :
Mampu membuat dan membakukan larutan Natrium tiosulfat.

Alat dan Bahan :


Buret 50 mL Kalium bikromat 0,1 N
Erlenmeyer 250 mL Kalium yodida
Labu takar 1000 mL Natrium tiosulfat 0,1 N
Gelas ukur 50 mL Asam klorida P
Gelas ukur 50 ml dan 100 ml Kanji
Indikator merah metil
Pembuatan :
Timbang saksama 24,819 mg Na2S2O3.5H2O dalam air secukupnya,
aduk hingga larut. Pindahkan larutan kedalam labu takar 1000 ml, tambah air
hingga batas.
Pembakuan :
Pindahkan lebih kurang 30 ml larutan K2Cr2O7 0,1 N yang ditakar
saksama kedalam erlenmeyer bertutup kaca, encerkan dengan 50 ml air.
Tambahkan 2 g KI dan 5 ml HCl P, tutup, biarkan selama 10 menit. Encerkan
dengan 100 ml air dan titrasi yodium yang dibebaskan dengan larutan Na2S2O3
0,1 N menggunakan indikator kanji.
Reaksi :
- 2- + 2+
6 I + Cr2O7 + 14 H 3 I2 + 2 Cr + 7 H2O
2- 2-
3 I2 + 6 S2O3 3 S4O 6 + 6 I-
Perhitungan :

Normalitas =

51
D. PENGGUNAAN
1. Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4
Tujuan :
Mampu menetapkan kadar kupri dalam yodometri
Alat dan Bahan :
Buret 50 mL Natrium tiosulfat 0,1 N
Erlenmeyer 250 mL Kalium yodida
Labu takar 100 mL Asam asetat
Pipet volume 25 ml Kanji
Gelas beker
Prosedur :
Lebih kurang 2 g tembaga sulfat (CuSO4.5H2O; BM = 249, 685) yang
ditimbang saksama, larutkan dalam air dalam gelas beker, pindahkan kedalam
labu takar 100ml secara kuantitatif dan tetapkan volumenya. Pipet 2 ml
larutan, tambahkan 2ml asam asetat dan 1,5 g KI.Titrasi yodium yang
dibebaskan dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan
indikator kanji.
Tiap ml larutan Na2S2O30,1 N setara dengan 6,345 mg Cu atau 24,969 mg
CuSO4.5H2O
Reaksi :
2 CuSO4 + 4 KI 2 CuI2 + 2 K2SO4
2 CuI2 Cu2I2 + I2
2- 2-
I2 + 2 S2O3 2 I + S4O6
Perhitungan :

Kadar Cu =

2. Penetapan Kadar Vitamin C


Tujuan :
Mampu menetapkan kadar obat secara yodimetri
Alat dan Bahan :
Buret 50 mL Yodium 0,1 N Air Bebas CO2
Erlenmeyer 250 mL Kalium yodida
Labu takar 100 mL Asam sulfat encer
Pipet volume 25 ml Kanji
Prosedur :
Lebih kurang 400 mg vitamin C yang ditimbang saksama, larutkan
dalam campuran yang terdiri dari 100 ml air bebas CO2 dan 25 ml H2SO4
encer. Titrasi segera dengan yodium 0,1 N menggunakan indikator kanji
hingga menghasilkan warna biru mantap selama 1 menit.
Tiap ml yodium setara dengan 8,806 mg C6H8O6
Perhitungan :

Kadar Vitamin C =
III.2. BROMATOMETRI

A. PENDAHULUAN
Dalam suasana asam, kalium bromat akan mengoksidasi bromida menjadi
brom.
+
BrO3 + 5 Br + 6 H 3 Br2 + 3 H2O
Titrasi secara bromatometri dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Titrasi langsung dengan kalium bromat.
Pada titik akhir titrasi akan terbentuk brom bebas yang langsung dapat
dipakai sebagai petunjuk bahwa titik akhir titrasi telah tercapai yaitu dengan
timbulnya warna kuning dalam larutan. Tetapi dengan menggunakan indikator
seperti metil merah, titik akhir dapat diamati lebih jelas. Merah metil
berwarna merah dalam lingkungan asam yang oleh brom akan dirusak menjadi
berwarna kuning. Perubahan warna ini tidak reversibel. Dalam asam kuat,
reaksi ini berlangsung cepat dan karena perubahan warna ini tidak reversibel,
kemungkinan adanya brom disuatu tempat akan bereaksi dengan indikator
sebelum titik akhir tercapai. Karena itu, menjelang titik akhir perlu ditambah
sedikit indikator.
2. Titrasi tidak langsung
Beberapa senyawa tidak dapat dititrasi langsung dengan kalium bromat
karena reaksinya sangat lambat, tetapi dapat bereaksi secara kuantitatif dengan
brom berlebih. Untuk menetapkan senyawa seperti itu perlu ditambahkan
brom berlebih. Setelah didiamkan beberapa saat, kelebihan brom dititrasi
dengan natrium tiosulfat setelah lebih dulu ditambahkan kalium yodida.
Karena brom dapat menguap, penetapan ini dilakukan dengan labu erlenmeyer
bertutup.

B. LARUTAN BAKU
1. Larutan Baku Kalium Bromat 0,1 N
Tujuan :
Mampu membuat dan menghitung normalitas larutan-larutan senyawa
baku primer.
Alat dan Bahan :
Labu takar 1000 ml Kalium bromat p.a
Pembuatan :
Sejumlah kalium bromat ditimbang saksama, kemudian larutkan dalam
air secukupnya hingga tiap 1000 ml mengandung 2,784 g KBrO3.
Perhitungan :
Karena kalium bromat mengandung senyawa baku primer, maka tidak
perlu dibakukan dengan senyawa lain. Normalitasnya dihitung sesuai dengan
berat yang dilarutkan.

Normalitas =

2. Larutan Baku Natrium Tiosulfat 0,1 N


Tujuan :
Mampu membuat dan membakukan larutan natrium tiosulfat 0,1 N.
Alat dan Bahan :
Buret 50 ml Larutan Kanji
Labu takar 1000 ml Natrium tiosulfat
Pipet volume 25 ml Kalium bromat
Erlenmeyer bertutup Kalium yodida
Asam klorida
Pembuatan :
Sejumlah natrium tiosulfat dilarutkan dalam air secukupnya hingga tiap
1000 ml larutan mengandung 24,82 g Na2S2O3.5H2O. gunakan air yang telah
dididihkan. Jika dalam air akan digunakan selama beberapa hari, tambahkan
0,1 g Na2CO3 atau teteskan kloroform untuk tiap 1 L.
Pembakuan :
Pindahkan 25 ml kalium bromat 0,1 N kedalam erlenmeyer bersumbat
kaca, encerkan dengan 50 ml air. Tambahkan 2 g KI dan 5 ml HCl, tutup.
Biarkan selama 5 menit. Encerkan dengan 100 ml air dan titrasi yodium bebas
dengan larutan natrium tiosulfat menggunakan indikator kanji.
3- - +
Reaksi : BrO + 5 Br + 6 H 3 Br2 + 3 H2O
- -
2 I + Br2 I2 + 2 Br
Na2S2O3 + I2 2 NaI + Na2S4O6
Perhitungan :

Normalitas =
C. PENGGUNAAN
1. Penetapan Kadar Arsentrioksida
Tujuan :
Mampu menetapkan kadar senyawa anorganik secara bromatometri.
Alat dan Bahan :
Buret 50 ml Kalium bromida
Erlenmeyer 250 ml Kalium bromat 0,1 N
Gelas ukur 25 ml Natrium hidroksida 2 N
Asam klorida pekat
Merah metil
Prosedur :
Lebih kurang 200 mg arsentrioksida yang ditimbang saksama,
tambahkan 20 ml air mendidih dan larutkan NaOH 2 N sampai larut
sempurna. Tambahkan 25 ml air, 15 ml HCl pekat, 0,5 g KBr dan 1-2 tetes
indikator merah metil. Titrasi perlahan-lahan dengan baku kalium bromat 0,1
N sambil larutan digojog terus-menerus. Pada saat mendeteksi titik akhir
titrasi, tambahkan penitrir setetes demi setetes dengan interval waktu beberapa
detik sampai larutan merah berubah menjadi kuning muda atau tidak
berwarna. Tambahkan setetes indikator lagi dan titrasi sampai larutan berubah
menjadi kuning muda atau tidak berwarna.
Tiap ml larutan KBrO3 0,1 N setara dengan 4,946 mg As2O3
Reaksi :
-
AsO3 + 2 OH AsO2 + H2O
- +
AsO2 + H + H2O H3AsO3
- + -
3 H3AsO3 + BrO3 + H H3AsO4 + Br

Perhitungan :

Kadar As2O3=

2. Penetapan Kadar Fenol


Tujuan :
Mampu menetapkan kadar senyawa organik yang dapat bereaksi secara
kuantitatif dengan brom berlebih.
Alat dan Bahan :
Buret 50 ml Natrium tiosulfat 0,1 N
Erlenmeyer bertutup 250 ml Kalium bromat 0,1 N
Labu takar 500 ml Kalium bromida
Pipet volume 50 ml Asam Klorida encer (10%)
Gelas ukur 10 ml Kalium yodida 8,3%
Kloroform
Prosedur :
Lebih kurang 500 mg fenol ditimbang saksama dilarutkan dalam air
secukupnya hingga 500 ml. Ambil 25 ml dan masukkan kedalam erlenmeyer
bertutup, tambahkan 25 ml kalium bromat 0,1 N; 1 g KBr dan 10 ml asam
klorida encer. Tutup erlenmeyer dengan sumbat yang telah dibasahi dengan
beberapa tetes larutan KI, biarkan ditempat selama 20 menit sambil sering
digojog. Tambahkan 10 larutan KI, kocok dan biarkan ditempat gelap selama
5 menit. Bilas sumbat dan leher labu dengan air, kemudian dengan natrium
tiosulfat 0,1 N.
Tiap ml larutan KBrO3 0,1 N setara dengan 1,589 mg C6H5OH
Reaksi :
- - +
BrO3 + 5 Br + 6 H 3 Br2 + 3 H2O

3. Penetapan Kadar INH


Alat dan Bahan :
Buret 50 ml Natrium tiosulfat 0,1 N
Erlenmeyer bertutup Kalium bromat 0,1 N
Labu takar 250 ml Kalium bromida
Pipet volume 50 ml Asam Klorida
Kalium yodida
Kanji
Prosedur :
Lebih kurang 250 mg isoniasid (INH) yang ditimbang saksama
dilarutkan dalam air secukupnya hingga 250 ml. Ambil 50 ml larutan,
tambahkab 250 ml kalium bromat 0,1 N; 2,5 mg KBr dan 10 ml asam klorida,
biarkan selama 15 menit. Tambahkan hati-hati 1 g KI dalam 5 ml air. Titrasi
57
dengan baku natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator kanji. Lakukan
juga titrasi blanko.
Tiap ml KI 0,1 N setara dengan 3,496 mg isoniasid
- - +
Reaksi : BrO3 + Br + H KBr + Br2 + H2O
+
C6H7N3O + Br2 + H C6H7N3OBr2 + 2 HBr
Br2 + KI KBr + I2
I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
Perhitungan :

Kadar INH =

4. Penetapan Kadar Sulfanilamida


Tujuan :
Mampu menetapkan kadar amina primer aromatis secara titrasi
langsung.
Alat dan Bahan :
Buret 25 ml Kalium bromida
Erlenmeyer 250 ml Kalium bromat 0,1 N
Gelas ukur 25 ml Natrium hidroksida 2 N
Asam asetat glasial
Merah metil
Prosedur :
Lebih kurang 300 mg sulfanilamida yang ditimbang saksama dilarutkan
dalam 20 ml NaOH 2 N. Pada larutan ini ditambahkan 80 ml asam asetat
glasial, 3 g KBr dan 2 ml asam klorida pekat. Titrasi dengan kalium bromat
0,1 N menggunakan 5 tetes indikator merah metil hingga warna merah
menjadi kuning. Tambahkan 1 tetes merah metil lagi dan titrasi lanjutkan
sampai titik akhir.
Tiap ml larutan KBrO3 0,1 N setara dengan 4,305 mg C12H12N4O2S
Reaksi :

Perhitungan :

Kadar sulfanilamid =

58
III.3. YODATOMETRI

A. PENDAHULUAN
Kalium yodat merupakan oksidator yang kuat. Dalam kondisi tertentu,
kalium yodat dapat bereaksi secara kuantitatif dengan yodida atau yodium. Dalam
larutan yang tidak terlalu asam, reaksi yodat dengan garam yodida seperti kalium
yodida akan berhenti jika yodat telah tereduksi menjadi yodium.
- + -
IO3 + 6 H + 5 I 3 H2O + 3 I2
I2 yang terbentuk dapat dititrasi dengan natrium tiosulfat baku. Jika
konsentrasi asamnya tinggi (lebih dari 4 NaO, yodium yang terbentuk pada reaksi
diatas akan dioksidasi oleh yodat menjadi kation yodium. Konsentrasi ion klorida
yang tinggi menyebabkan terbentuknya yodium monoklorida yang stabil terhadap
hidrolisis karena adanya asam klorida.
- - -
IO3 + 2 I + 3 Cl 3 ICl + 2 H2O
Pada reaksi ini, untuk mengamati titik akhir reakis dapat digunakan
kloroform atau karbon tetraklorida. Pada awal titrasi timbul yodium sehingga
kloroform berwarna ungu. Pada titrasi selanjutnya, yodium yang terbentuk akan
dioksidasi lagi menjadi I dan lapisan kloroform menjadi tak berwarna.
Berbeda dengan kebiasaan, larutan yodat lazimnya dinyatakan dalam molar
(M), bukan dalam normal (N), ini disebabkan larutan kalium yodat sering
digunakan dalam titrasi langsung yang mengandung yodida atau yodium bebas,
dan kesetaraan kalium yodat dalam reaksinya dengan kalium yodida lain dari
kesetaraannya jika bereaksi dengan yodium.
Larutan baku yodat dinyatakan dalam molaritas karena normalitas yodat
tergantung pada sifat reaksi itu. Suatu ketika yodat 0,5 M sama dengan reaksi 0,3
N; pada keadaan lain 0,05 M sama dengan 0,25 M.
B. LARUTAN BAKU
1. Larutan baku kalium yodat 0,05 M
Alat dan Bahan :
Labu takar 1000 ml
Kalium yodat p.a (KIO3)

59
Pembuatan :
Lebih kurang 10,70 mg kalium yodat yang telah dikeringkan pada suhu
110°C−120°C selama 1 jam ditimbang saksama, larutkan dalam air hingga
1000 ml.
Perhitungan :
Kalium yodat stabil dan terdapat sangat murni, maka larutan bakunya
dapat diperoleh hanya dengan menghitung berat yang dilarutkan dalam
sejumlah air.

Molaritas =

C. PENGGUNAAN
1. Penetapan kadar kalium yodida
Tujuan :
Mampu menetapkan kadar garam yodida dengan cara yodatometri
dengan indikator kloroform.
Alat dan Bahan :
Buret 50 ml Kalium yodat 0,05 M
Gelas ukur 10 ml Kalium yodida
Asam klorida pekat
Kloroform
Prosedur :
Lebih kurang 500 mg kalium yodida yang ditimbang saksama
dilarutkan dalam ± 10 ml air; 35 ml HCl pekat dan 5 ml kloroform. Titrasi
dengan kalium yodat 0,05 M sampai warna ungu dari yodium hilang pada
lapisan kloroform. Tambahkan bagian terakhir dari larutan yodat sambil labu
dikocok kuat-kuat dan terus menerus. Setelah lapisan kloroform tak berwarna,
biarkan campuran selama 5 menit. Jika lapisan kloroform berwarna ungu lagi,
titrasi lagi dengan kalium yodat.
Tiap ml larutan KIO3 0,1 N setara dengan 16,60 mg
Reaksi :
KIO3 + 5 KI + 6 HCl 3I2 + 6 KCl + 3 H2O

60
Perhitungan :

Kadar KI =

61
III.4. PERMANGANOMETRI

A. PENDAHULUAN
Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan atas reaksi
oksidasi reduksi dengan KmnO4, dalam suasana asam, reaksi dapat dituliskan
sebagai berikut :
- + - +
MnO4 + 8 H + 5 e 2 Mn + 4 H2O
Dengan demikian, berat ekivalennya seperlima dari berat molekulnya atau
31,606.
Asam sulfat merupakan asam yang paling cocok karena tidak bereaksi
dengan permanganat, sedangkan asam klorida terjadi reaksi :
- + - 2+
2 MnO4 + 16 H + 10 Cl 2 Mn + 5 Cl2 + 8 H2O
Sejumlah permanganat digunakan pada pembentukan klorin. Kejadian ini dapat
diabaikan jika hanya sedikit kelebihan asam, larutan sangat encer, suhu rendah
dan titrasi pelan-pelan dengan digojog terus menerus. Oleh karena itu, beberapa
penetapan seperti arsenklorida, hidrogen peroksida dapat ditetapkan dengan
adanya asam klorida.
Untuk larutan tak berwarna, tidak perlu mengunakan indikator karena 0,01
ml kalium permanganat 0,01 M dalam 100 ml larutan telah memberikan warna
ungu. Untuk memperjelas titik akhir dapat ditambahkan indikator redoks seperti
feroin, asam N-fenil antranilat. Penambahan indikator ini biasanya tidak
diperlukan, hanya digunakan jika menggunakan kalium permanganat 0,01 N.
Kalium permanganat bukan senyawa baku primer, biasanya mengandung
mangan dioksida. Adanya senyawa ini akan mempercepat peruraian sendiri
larutan permangant pada pendiaman.
B. LARUTAN BAKU
1. Larutan Baku KmnO4 0,1 N
Alat dan Bahan :
Buret 50 ml Kalium permanganat Botol Coklat
Gelas piala 1000 ml Asam klorida
Labu godog 1000 ml Arsentrioksida
Corong dan glass wool Natrium hidroksida 20%
Labu takar 1000 ml Kalium yodida 0,0025 M

62
Pembuatan :
Sejumlah kalium permanganat dilarutkan dalam air secukupnya
hingga tiap 1000 ml larutan mengandung 3,161 g KMnO4. Panaskan larutan
sampai mendidih, pelan-pelan selama 15-30 menit, dinginkan pada suhu
kamar. Saring larutan melalui corong yang diberi glass wool atau melalui
krus Gooch yang diberi asbes atau dengan penyaringan kaca masir.
Tampung filtrat dalam botol yang telah dicuci dengan campuran asam
kromat atau telah dibilas, kemudian simpan dalam botol berwarna gelap
(coklat).
Pembakuan :
Lebih kurang 250 mg arsentrioksida ditimbang seksama, yang
sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 110-150°C selama 1-2 jam,
larutkan dalam 10 ml NaOH 20%. Diamkan sambil diaduk selama 10 menit.
Encerkan dengan 100 ml air. Tambahkan 10 ml HCl dan 1 tetes KI 0,0025
M. Titrasi dengan larutan permanganat 0,1 N sampai timbul warna ungu
mantap selama 30 detik.
Reaksi :
- + 2+
5 I2 + 2 MnO4 + 10 Cl + 16 H 10 ICl + 2 Mn + 8 H2O
+ -
10 ICl + 5 As2O3 + 5 H2O 5 I2 + 5 H3AsO4 + 10 H + 10Cl
Perhitungan :

Normalitas =

C. PENGGUNAAN
1. Penetapan Kadar Natrium Oksalat
Tujuan :
Mampu menetapkan kadar senyawa oksalat.
Alat dan Bahan :
Buret 50 ml Kalium permanganat 0,1 N
Penangas air Asam sulfat pekat
Erlenmeyer
Prosedur :
Lebih kurang 200 mg natrium oksalat yang ditimbang seksama
dilarutkan dalam air. Tambahkan 7 ml asam sulfat pekat, panaskan sekitar

63
70°C. Titrasi pelan-pelan dengan kalium permanganat 0,1 N dengan diaduk
sampai timbul warna ungu mantap selama 15 detik. Suhu akhir titrasi tidak
boleh kurang dari 60°C.
Tiap ml larutan KMnO4 0,1 N setara dengan 6,70 mg Na2C2O4
Reaksi :
- + 2- 2+
2 MnO4 + 16 H + 5 C2O4 2 Mn + 10 CO2 + 8 H2O
Perhitungan :

Kadar =

2. Penetapan Kadar Besi(II)sulfat


Tujuan :
Mampu menetapkan kadar besi(II).
Alat dan Bahan :
Buret 50 ml Kalium permanganat 0,1 N
Erlenmeyer Asam sulfat encer
Prosedur :
Lebih kurang 500 mg besi(II)sulfat yang ditimbang seksama
dilarutkan dalam 25 ml air dan 25 ml asam sulfat encer. Titrasi dengan
kalium permanganat 0,1 N hingga timbul warna ungu mantap.
Tiap ml larutan KMnO4 0,1 N setara dengan 27,80 mg FeSO4.7H2O
Reaksi :
- + 2+ 2+ 3+
MnO4 + 8 H + 5 Fe Mn + 5 Fe + 4 H2O
Perhitungan :

Kadar =

3. Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida


Tujuan :
Mampu menetapkan peroksida secara permanganat
Alat dan Bahan :
Buret 50 ml Kalium permanganat 0,1 N
Erlenmeyer Asam sulfat P
Piper volume 2 ml

64
Prosedur :
Lebih kurang 2 ml hidrogen peroksida yang diukur seksama
diencerkan dengan 20 ml air, tambah denga 2,5 ml asam sulfat P dan titrasi
dengan kalium permanganat 0,1 N.
Tiap ml larutan KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg H2O3
Reaksi :
2 KMnO4 + 3 H2SO4 + 5 H2O 2 MnSO4 + 5 O2 + 2 K2SO4 + 8 H2O
Perhitungan :

Kadar =

65
66

Anda mungkin juga menyukai