Untuk kelancaran, ketertiban, keamanan dalam melakukan praktikum ini, diharapkan praktikan
dapat mematuhi peraturan/tata tertib di bawah ini.
1. Setiap praktikum wajib memakai sepatu dan jas lab selama jam praktikum.
2. Sebelum memulai praktikum, praktikan wajib mengisi blanko bon peminjaman alat.
3. Setiap kali praktikum, praktikan harus membawa tisu.
4. Praktikan hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai.
5. Praktikan diizinkan memasuki dan meninggalkan laboratorium setelah diizinkan oleh asisten
laboratorium.
6. Sebelum praktikum dimulai, periksa semua alat yang dipakai.
7. Bersihkan alat sebelum dan sesudah digunakan.
8. Selama praktikum berlangsung, praktikan diawasi dan dibimbing oleh asisten, praktikan
diperbolehkan bertanya, minta petunjuk cara bekerja.
9. Setiap kali selesai melakukan percobaan, praktikan harus mengumpulkan laporan sementara.
10. Hati-hati dalam bekerja, terutama dalam mereaksikan dan memakai zat-zat yang berbahaya, untuk
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Baca etiket, jika ingin mengambil zat.
b. Sekali-kali jangan menuangkan air ke dalam asam pekat (terutama asam sulfat) melainkan dengan
cara hati-hati, asam sulfat dituangkan ke dalam air.
c. Bila direaksikan zat dalam tabung reaksi, jangan mengarahkan tabung reaksi pada diri sendiri atau
teman sekitar.
d. Bila ingin mencium gas, kipaskan zat tersebut ke hidung.
e. Tidak diperkenankan mencicipi, merasakan zat-zat kimia, kecuali atas perintah atau izin dari
asisten.
11. Bila dalam percobaan praktikan mengalami kegagalan, maka minta petunjuk kepada asisten dan
jangan pernah menyembunyikan kegagalan kepada asisten, sebab dari kegagalan itu praktikan akan
banyak memperoleh pengalaman.
12. Setelah selesai praktikum, alat dikembalikan pada piket dalam keadaan bersih dan kering.
KESELAMATAN DI LABORATORIUM
A. Perlengkapan yang harus digunakan selama kegiatan praktikum:
1. Jas lab panjang: gunanya untuk melindungi tangan dan badan dari percikan bahan-bahan kimia
yang dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar.
2. Sepatu tertutup: gunanya untuk melindungi kaki dari tumpahan zat kimia berbahaya.
3. Masker: gunanya untuk mencegah terhirupnya uap zat-zat kimia, contohnya: uap HCl, amoniak,
gas H2S, benzene, toluen, eter, dan lain-lain.
4. Sarung tangan: untuk mengambil bahan-bahan kimia yang beracun atau bersifat korosif.
5. Hal-hall yang memerlukan perhatian penuh selama praktikum, yaitub sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar.
2. Menggunakan bahan-bahan kimia yang menyebabkan luka bakar.
3. Menggunakan bahan-bahan kimia yang beracun.
4. Menggunakan alat pembakar gas (bunsen).
1. Kebakaran: segera padamkan sumber api dengan menggunakan lap basah / alat pemadam
kebakaran, tergantung besar / kecilnya sumber api.
2. Percikan bahan kimia
a) Mengenai mata:
Segera basuh dengan air, setelah itu digunakan boorwater, dan mata jangan
disentuh/dipegang atau digososk dengan tangan.
b) Mengenai kulit
Asam: bersihkan dengan lap kering, kemudian bilas dengan air, setelah itu rendam dalam
alrutan natrium karbonat.
Basa: bilas dengan air.
Organik: bilas dengan air.
3. Penanganan khusus untuk:
a) Air raksa (Hg):
Disimpan dalam botol tertutup rapat. Bila tercecer, gunakan labu penghisap untuk
menampungnya. Bila sukar dihisap katrena terlalu sedikit, taburkan beleranga agar menjadi
HgS (untuk perlindungan sementara).
b) Pelarut organic
Jangan disimpan dekat api.
4. Terluka
Cuci luka dengan air bersih dan sabun, kemudian bersihkan dengan obat anti septik dan tutup
dengan kasa, biarkan luka mongering.
5. Luka bakar. Gunakan larutan asam pikrat.
6. Luka bakar brom, gunakan anti brom.
I. TUJUAN
Mengenal reaksi-reaksi pengenalan kation golongan I, II, III, IV, dan V.
II. TEORI
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation dapat diklaisfikasi menjadi lima
golongan berdasarkan sifat katon-kation tersebut terhadap beberapa reagensia. Dengan menggunakan
reagensia golongan, maka dapat diketahui ada tidaknya kation tersebut dalam golongannya, serta
dapat memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Reagensia golongan yang umum dipakai untuk klasifikasi golongan adalah Asam Klorida,
Hidrogen Sulfida, Amonium Sulfida, dan Amonium Karbonat. Klasifikasi ini didasarkan pada kation
dapat bereaksi dengan reagensia membentuk endapan atau tidak. Jadi bisa dikatakan klasifikasi yang
paling umum, didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation
tersebut.
Ada kelima golongan tersebut adalah:
A. Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan bila bereaksi dengan asam klorida
encer. Ion dapat mengendap pada golongan ini adalah Timbal (II), Merkuri (I), dan
Perak.
B. Golongan II, kation golongan ini tidak membentuk endapan bila bereaksi dengan asam
klorida, tetapi membentuk endapan bila bereaksi dengan hidrogen sulfida dalam suasana
asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Merkuri, Tembaga, Bismut, Cadmium,
Arsenik (III/V), Stibium (III/V), dan Timah (II/IV). Empat ion pertama merupakan sub-
golongan IIA, sementara sisanya golongan IIB. Sulfida dari golongan IIA tidak dapat
larut dalam amonium polisulfida, tetapi sulfida golongan IIB justru dapat larut dalam
amonium polisulfida.
C. Golongan III, kation golongan ini tidak mambentuk endapan bila bereaksi dengan Asam
Klorida ataupun Hidrogen Sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini
dapat membentuk endapan bila bereaksi dengan Amonium Sulfida dalam suasana netral
atau amoniakal. Ion golongan ini adalah Kobalt (II), Nikel (II), Besi (II/III), Kromium
(III), Alumunium, Zink, dan Mangan (II).
D. Golongan IV, kation golongan tidak bereaksi dengan reagensia golongan, I, II, dan III.
Kation golongan ini membentuk endapan dengan adanya Amonium Karbonat. Ion
golongan ini adalah Kalsium, Strontium, dan Barium.
E. Golongan V, kation-kation umum yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya. Ion pada golongan ini adalah Magnesium, Natrium, Kalium, dan
Amonium.
V. PERTANYAAN
1. Tuliskan mekanisme pemisahan golongan I yang disertai dengan reaksi yang terjadi
didalamnya?
2. Tuliskan mekanisme pemisahan golongan IV disertai dengan reaksi yang terjadi
didalamnya?
3. Jelaskan fungsi pemanasan endapan pemanasan endapan klorida pada percobaan
pengenalan golongan I?
4. Jelaskan fungsi penambahan Asam Asetat 1M pada percobaan pengenalan kation
golongan IV?
PERCOBAAN II
ANALISA KUALITATIF
REAKSI-REAKSI PENGENALAN KATION GOLONGAN II DAN III
I. TUJUAN
Mengenal reaksi-reaksi pengenalan kation golongan I, II, III, IV, dan V.
B. BAHAN
1. Kation Hg2+, Cu2+, Sn2+, Fe2+, Al3+, Cr3+, Mn2+, dan Zn2+.
2. Pereaksi NaOH 1M, KI 0,1M, Na 2S2O3 0,1M, HgCl2 0,1M, Na2HPO4 0,5M, H2O2 5%, dan
NH4OH 1M.
3.
III. PROSEDUR KERJA
A. Pengenalan kation golongan II
CARA KERJA PENGAMATAN
A. Tes pengenalan ion Hg2+
Sediakan 2 tabung reaksi yang
mengandung ion Hg2+
1. Kedalam tabung 1 yang berisi 4 ml
ion Hg2+ tambahkan tetes demi
tetes NaOH 1M, amati yang terjadi.
Kemudian tambahkan lagi NaOH
1M amati perubahan yang terjadi.
2. Kedalam tabung 2 yang berisi 2 ml
ion Hg2+ tambahkan 4 ml KI 0,1 M,
amati perubahan yang terjadi.
Kemudian tambahkan lagi KI 4ml
0,1M, amati perubahan yang
terjadi.
B. Tes pengenalan ion Cu2+
1. Kedalam tabung 1 yang berisi 4 ml
ion Cu2+ tambahkan tetes demi
tetes NaOH 1M, amati yang terjadi,
kemudia panaskan dengan bunsen,
amati perubahan yang terjadi.
2. Kedalam tabung 2 masukkan 2ml
ion Cu2+ tambahkan 5 ml KI 0,1M,
amati, kemudian tambahkan
Na2S2O3 2 ml, perhatikan
perubahan yang terjadi.
C. Tes pengenalan Sn2+
1. Kedalam tabung 1 yang berisi 4 ml
ion Sn2+ tambahkan NaOH 1M
tetes demi tetes, amati, kemudian
tambahkan NaOH 1M berlebih,
perhatikan perubahan yang terjadi.
2. Kedalam tabung 2 masukkan 4 ml
ion Sn2+ dan 2 ml HgCl2, amati.
IV. PERTANYAAN
1. Tuliskan reaksi pengenalan golongan II (Hg2+, Cu2+, dan Sn2+)?
2. Tuliskan reaksi pengenalan kation golongan II (yang tidak dilakukan)? minimal 3 reaksi
pengenalan!
3. Tuliskan reaksi pengenalan golongan III (Fe3+, Al3+, Cr3+, Mn2+, Zn2+)?
4. Tuliskan reaksi pengenalan kation golongan III (yang tidak dilakukan)? Minimal 3 reaksi
pengenalan!
5. Apa fungsi pemanasan pada tes pengenalan kation Cu 2+ tabung 1?
6. Apa fungsi penambahan hydrogen peroksida 5% pada tes pengenalan kation Fe 2+ tabung 1?
7. Apa fungsi penambahan Amonium Hidroksida pada tes pengenalan kation Mn 2+ tabung 2?
PERCOBAAN III
ASIDIMETRI – ALKALIMETRI
I. TUJUAN
Menetapkan zat uji bersifat asam atau basa.
II. PRINSIP
Reaksi netralisasi
III. TEORI
Asidimetri adalah jika asamnya diketahui konsentrasinya dan basa yang akan ditentukan
kadar atau konsentrasinya.
Alkalimetri adalah jika basa yang diketahui konsentrasinya dan asam yang ditentukan kadar
atau konsentrasinya.
Reaksi umum:
HA + BOH → AB + H2O
Atau:
H+ + OH- → H2O
V. PROSEDUR KERJA
A. Asidimetri
1. Standarisasi H2SO4 dengan Na2CO3
Timbang dengan seksama 75 mg Na2CO3 anhidrat. Larutkan dalam 100 ml aquadest. Titrasi
dengan asam sulfat menggunakan indikator metil merah sampai warna merah orange. Panaskan
larutan hingga mendidih, dinginkan dan lanjutkan lagi titrasi hingga terbentuk warna merah
orange (tidak hilang) jika dididihkan kembali.
Hitung normalitas larutan:
Mgrek H2SO4 = Mgrek Na2CO3
g
L H2SO4. N H2SO4 = Na2CO3 atau
BE
B. Alkalimetri
VII. PERTANYAAN
1. Berapakah normalitas HCl?
2. Berapakah gram NaOH untuk 0,1 N 250 mL?
3. Apakah yang dimaksud dengan asam dan basa?
4. Apa itu larutan standar?
5. Apa yang dimaksud larutan standar primer dan larutan standar sekunder? Berikan contoh!
6. Mengapa NaOH tidak dapat digunakan sebagai lautan standar primer bila disimpan lama?
7. Apakah yang dimaksud dengan analisa volumetri?
8. Apa yang dimaksud indicator asam basa? Berikan contoh!
9. Apakah yang dimaksud dengan alkalimetri dan asidimetri? Berikan contoh!
PERCOBAAN IV
PERMANGANOMETRI
I. TUJUAN
Menentukan kadar suatu zat secara permanganometri.
II. PRINSIP
Reaksi oksidasi – reduksi.
III. TEORI
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang
berbeda-beda tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda
sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda pula. Reaksi yang bermacam-macam ini
disebabkan oleh valensi mangan dari +1 sampai +7, dan hampir semunya stabil kecuali +1 dan
+5.
Reduksi MnO4 berlangsung sebagai berikut:
1. Dalam larutan asam (H+) 0,1 N atau lebih:
MnO4 + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O E = 1,51 Volt
2. Dalam larutan netral, pH 4 – 10
MnO4 + 4H+ 3e → MnO2 + H2O E = 1,71 Volt
3. Dalam larutan basa, OH- 1N atau lebih
MnO4 + e → MnO4
KMnO4 lenyap bereaksi, tetapi setelah titrasi habis, maka kelebihan setetes KMnO 4 menimbulkan
warna yang dengan mudah dapat dipakai sebagai petunjuk bereaksinya titrasi.
B. BAHAN
1. Kristal Na2C2O4 100 mg
2. H2SO4 pekat 4 mL
3. H2SO4 10% 10 mL
4. KMnO4 0,05 N
V. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan larutan titer KMnO4 0,05 N
Timbang 400 mg KMnO4, larutkan dalam aquades panas sampai 250 mL dalam labu ukur,
kocok sampai homogen.
B. Pembakuan larutan titer KMnO4 0,05N
Timbang 100 mg Natrium Oksalat/ asam oksalat yang telah dikeringkan pada suhu 110
0
C selama 2 jam. Larutkan dalam 50 mL air. Tambahkan 4 mL H 2SO4 (p),panaskan
hingga suhu kira-kira 700C. Titrasi segera selagi panas dengan larutan KMnO 4 sampai
terbentuk warna merah jambu pucat (tidak hilang selama 15 detik) dimana suhu akhir
minimum 600C. Catat volume KMnO4 yang terpakai. Hitung normalitas larutan.
C. Perhitungan
Gram mG
N= atau
BE x V (l) BE x V (mL)
VII. PERTANYAAN
1. Apa itu reaksi oksidasi dan reduksi?
2. Mengapa titrasi dilakukan dalam keadaan panas?
3. Mengapa larutan KMnO4 harus disimpan pada botol berwarna gelap?
4. Apa fungsi H2SO4 dalam reaksi diatas?
5. Tuliskan persamaan reaksi pada reaksi diatas!
PERCOBAAN V
IODOMETRI
I. TUJUAN
Menetapkan kadar suatu zat secara iodometri.
II. PRINSIP
Reaksi oksidasi dan reduksi
III. TEORI
Iodometri adalah peniteran dengan iodium atau dari iodium dengan tio. Titrasi redoks ini
dapat dibedakan menjadi beberapa cara yaitu:
1. Na2S2O3 sebagai titran, dikenal sebagai iodometri tak langsung.
2. I2 sebagai titran, dikenal sebagai titrasi iodometri
Pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Iodometri dengan Na2S2O3 sebagai titran
Zat-zat yang bersifat sebagai pengoksidasi atau oksidator kita reaksikan dahulu
dengan kalium iodida (dalam lingkungan asam) lalu iodium yang dihasilkan kita titer
dengan Na-tiosulfat.
Reaksi:
oks
analat + I- → redanalat + I2
2S2O3 + I2 →S2O3 + 2I-
Reaksi yang berjalan cepat. Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator luar karean
warna I2 yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai. Warna itu mula-mula
coklat agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning muda, dan seterusnya sampai
akhirnya lenyap.
IV. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Neraca 1 buah
2. Labu ukur 1 buah
3. Gelas ukur 1 buah
4. Buret 1 buah
5. Erlenmeyer 1 buah
6. Statif 1 buah
7. Pipet gondok 10 mL 1 buah
B. BAHAN
1. Na2S2O3
2. CuSO4
3. HCl
4. KI
5. CH3COOH
6. Amilum
7. Aquadest
8. K2Cr2O7
V. PROSEDUR KERJA
Pembuatan larutan Na2S2O3
13 gram Na2S2O3tambah 100 mg Na2CO3, larutkan dalam 1 liter air mendidih.
Pembakuan larutan Na2S2O3 0,05 N
Timbang 0,25 gram K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 120 0C selama 4 jam.
Larutkan dalam 100 mL aquades, tambah 1,5 gram KI dan 2,5 mL HCl (p) labu segera
ditutup, sambil diaduk ditempat gelap selama 10 menit. Tutup Erlenmeyer dan dinding
sebelah dalam dibilas dengana aquadest. Lalu dititrasi dengan N 2S2O3 0,05N dengan
menggunakan indikator kanji.
Penetapan kadar
Timbang 0,5 gram CuSO4, larutkan dalam 50 mL aquadest. Tambahkan 1,5 gram KI dan 2,5
mL CH3COOH (p), titrasi dengan Na2S2O3 sampai berwarna kuning coklat. Tambahkan 0,5
mL larutan amilum, lanjutkan titrasi sampai berwarna putih susu, catat volume yang terjadi
dan hitung kadar CuSO4 tersebut.
Perhitungan
Kesetaraan: 1 mL Na2S2O3 0,05 N setara dengan 12,485 mG CuSO4 tersebut.
V x N x 12,485 mg
Kadar CuSO4 = x 100%
1 x 0,05 x berat sampel
VII. PERTANYAAN
1. Apakah fungsi KI dan HCl pada percobaan diatas?
2. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi!
BAB VI
ARGENTOMETRI
I. TUJUAN
Menetapkan kadar garam-garam halogen.
II. PRINSIP
Reaksi pengendapan antara garam halogen dengan AgNO 3
III. TEORI
Argentometri yaitu titrasi yang menyangkut penggunaan larutan AgNO 3 yang berdasarkan
pengendapan ion klorida dan bromida.AgNO 3 adalah zat yang tidak hidroskopik dan dapat dibuat
dengan kemurnian yang tinggi. Hal ini sangat berguna dalam analisa volumetric. Analisa
argentometri ini telah dikembangkan menjadi bermacam-macam metode. Pada praktikum ini
akan digunakan metode MOHR.
Argentometri cara MOHR
Indikator yang digunakan adalah K 2Cr2O7 dan titrannya ialah AgNO 3. Terutama digunakan
untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung atau menentukan garam perak dengan
titrasi kembali setelah ditambah larutan baku NaCl berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu
asam maupun terlalu basa (antara 6 dean 10).
B. BAHAN
1. AgNO3
2. K2CrO4
3. NaCl
4. Aquadest
V. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Larutan AgNO3 0,05 N
Timbang 2,1875 g AgNO3, larutkan dalam air hingga 250 mL.
C. Penetapan Kadar
Timbang 75 g garam dapur yang telah dikeringkan. Larutkan dalam 50 mL aquades.
Tambahkan 0,5 mL indikator K2CrO4 5%. Titrasi dengan larutan AgNO 3 hingga terbentuk
warna merah stabil (tidak hilang kalau di kocok). Catat volume AgNO 3 yang terpakai. Ulangi
3 kali dan hitung kadar NaCl tersebut.
D. Perhitungan
Kesetaraan: 1 mL AgNO3 0,05 N setara dengan 2,922 mg NaCl
V NaCl x N NaCL
N AgNO3 =
V AgNO 3