Anda di halaman 1dari 14

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Untuk kelancaran, ketertiban, keamanan dalam melakukan praktikum ini, diharapkan praktikan
dapat mematuhi peraturan/tata tertib di bawah ini.
1. Setiap praktikum wajib memakai sepatu dan jas lab selama jam praktikum.
2. Sebelum memulai praktikum, praktikan wajib mengisi blanko bon peminjaman alat.
3. Setiap kali praktikum, praktikan harus membawa tisu.
4. Praktikan hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai.
5. Praktikan diizinkan memasuki dan meninggalkan laboratorium setelah diizinkan oleh asisten
laboratorium.
6. Sebelum praktikum dimulai, periksa semua alat yang dipakai.
7. Bersihkan alat sebelum dan sesudah digunakan.
8. Selama praktikum berlangsung, praktikan diawasi dan dibimbing oleh asisten, praktikan
diperbolehkan bertanya, minta petunjuk cara bekerja.
9. Setiap kali selesai melakukan percobaan, praktikan harus mengumpulkan laporan sementara.
10. Hati-hati dalam bekerja, terutama dalam mereaksikan dan memakai zat-zat yang berbahaya, untuk
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Baca etiket, jika ingin mengambil zat.
b. Sekali-kali jangan menuangkan air ke dalam asam pekat (terutama asam sulfat) melainkan dengan
cara hati-hati, asam sulfat dituangkan ke dalam air.
c. Bila direaksikan zat dalam tabung reaksi, jangan mengarahkan tabung reaksi pada diri sendiri atau
teman sekitar.
d. Bila ingin mencium gas, kipaskan zat tersebut ke hidung.
e. Tidak diperkenankan mencicipi, merasakan zat-zat kimia, kecuali atas perintah atau izin dari
asisten.
11. Bila dalam percobaan praktikan mengalami kegagalan, maka minta petunjuk kepada asisten dan
jangan pernah menyembunyikan kegagalan kepada asisten, sebab dari kegagalan itu praktikan akan
banyak memperoleh pengalaman.
12. Setelah selesai praktikum, alat dikembalikan pada piket dalam keadaan bersih dan kering.

KESELAMATAN DI LABORATORIUM
A. Perlengkapan yang harus digunakan selama kegiatan praktikum:

1. Jas lab panjang: gunanya untuk melindungi tangan dan badan dari percikan bahan-bahan kimia
yang dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar.
2. Sepatu tertutup: gunanya untuk melindungi kaki dari tumpahan zat kimia berbahaya.
3. Masker: gunanya untuk mencegah terhirupnya uap zat-zat kimia, contohnya: uap HCl, amoniak,
gas H2S, benzene, toluen, eter, dan lain-lain.
4. Sarung tangan: untuk mengambil bahan-bahan kimia yang beracun atau bersifat korosif.
5. Hal-hall yang memerlukan perhatian penuh selama praktikum, yaitub sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar.
2. Menggunakan bahan-bahan kimia yang menyebabkan luka bakar.
3. Menggunakan bahan-bahan kimia yang beracun.
4. Menggunakan alat pembakar gas (bunsen).

B. Cara-cara penanganan kecelakaan di laboratorium

1. Kebakaran: segera padamkan sumber api dengan menggunakan lap basah / alat pemadam
kebakaran, tergantung besar / kecilnya sumber api.
2. Percikan bahan kimia
a) Mengenai mata:
Segera basuh dengan air, setelah itu digunakan boorwater, dan mata jangan
disentuh/dipegang atau digososk dengan tangan.
b) Mengenai kulit
Asam: bersihkan dengan lap kering, kemudian bilas dengan air, setelah itu rendam dalam
alrutan natrium karbonat.
Basa: bilas dengan air.
Organik: bilas dengan air.
3. Penanganan khusus untuk:
a) Air raksa (Hg):
Disimpan dalam botol tertutup rapat. Bila tercecer, gunakan labu penghisap untuk
menampungnya. Bila sukar dihisap katrena terlalu sedikit, taburkan beleranga agar menjadi
HgS (untuk perlindungan sementara).
b) Pelarut organic
Jangan disimpan dekat api.
4. Terluka
Cuci luka dengan air bersih dan sabun, kemudian bersihkan dengan obat anti septik dan tutup
dengan kasa, biarkan luka mongering.
5. Luka bakar. Gunakan larutan asam pikrat.
6. Luka bakar brom, gunakan anti brom.

C.Peraturan untuk keselamatan dilaaboratorium:


1. Selama praktikum berlangsung, praktikan bekerja dibawah pengawasan asisten dan pemimipin
praktikum, tidak diizinkan bekerja sendiri tanpa pengawasan.
2. Bekerja harus sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan.
3. Bahan kimia harus ditempatkan pada tempat pada tempat yang telah ditentukan.
4. Wadah kimia segera ditutup setelah digunakan, supaya tidak mudah terkontaminasi oleh bahan
kimia yang lain / teroksidasi oleh udara.
5. Sebelum menggunakan instrument, praktikum harus mengerti prinsip dan cara kerja instrument
tersebut.
6. Menggunakan instrument, praktikan harus lapor pada yang berwenang.
7. Dilarang keras makan, minum, dan merokok selama dilaboratorium.
8. Peserta praktikum harus menjaga kebersihan laboratorium.
9. Pecahan gelas dan kertas-kertas bekas tidak boleh berserakan dimeja maupun dilantai, harus
dibersihkan.
10. Bahan-bahan kimia yang digunakan tidak boleh berserakan dimeja dan dilantai, harus
dibersihkan.
11. Sisa bahan-bahan kimia setelah praktikum harus dibuang pada botol-botol penampung yang telah
disediakan.
12. Praktikan harus mengetahui letak: pemadam kebakaran, kotak P3K, anti brom, asam pikrat.
13. Sebelum meninggalkan laboratorium, lakukan hal-hali berikut:
a) Padamkan sumber api.
b) Tutup kran gas
c) Tutup kran air
d) Periksa kebersihan laboratorium.
e) Matikan lampu.
PERCOBAAN I
ANALISA KUALITATIF
REAKSI-REAKSI PENGENALAN KATION GOLONGAN I, IV, DAN V

I. TUJUAN
Mengenal reaksi-reaksi pengenalan kation golongan I, II, III, IV, dan V.
II. TEORI
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation dapat diklaisfikasi menjadi lima
golongan berdasarkan sifat katon-kation tersebut terhadap beberapa reagensia. Dengan menggunakan
reagensia golongan, maka dapat diketahui ada tidaknya kation tersebut dalam golongannya, serta
dapat memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Reagensia golongan yang umum dipakai untuk klasifikasi golongan adalah Asam Klorida,
Hidrogen Sulfida, Amonium Sulfida, dan Amonium Karbonat. Klasifikasi ini didasarkan pada kation
dapat bereaksi dengan reagensia membentuk endapan atau tidak. Jadi bisa dikatakan klasifikasi yang
paling umum, didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation
tersebut.
Ada kelima golongan tersebut adalah:
A. Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan bila bereaksi dengan asam klorida
encer. Ion dapat mengendap pada golongan ini adalah Timbal (II), Merkuri (I), dan
Perak.
B. Golongan II, kation golongan ini tidak membentuk endapan bila bereaksi dengan asam
klorida, tetapi membentuk endapan bila bereaksi dengan hidrogen sulfida dalam suasana
asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Merkuri, Tembaga, Bismut, Cadmium,
Arsenik (III/V), Stibium (III/V), dan Timah (II/IV). Empat ion pertama merupakan sub-
golongan IIA, sementara sisanya golongan IIB. Sulfida dari golongan IIA tidak dapat
larut dalam amonium polisulfida, tetapi sulfida golongan IIB justru dapat larut dalam
amonium polisulfida.
C. Golongan III, kation golongan ini tidak mambentuk endapan bila bereaksi dengan Asam
Klorida ataupun Hidrogen Sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini
dapat membentuk endapan bila bereaksi dengan Amonium Sulfida dalam suasana netral
atau amoniakal. Ion golongan ini adalah Kobalt (II), Nikel (II), Besi (II/III), Kromium
(III), Alumunium, Zink, dan Mangan (II).
D. Golongan IV, kation golongan tidak bereaksi dengan reagensia golongan, I, II, dan III.
Kation golongan ini membentuk endapan dengan adanya Amonium Karbonat. Ion
golongan ini adalah Kalsium, Strontium, dan Barium.
E. Golongan V, kation-kation umum yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya. Ion pada golongan ini adalah Magnesium, Natrium, Kalium, dan
Amonium.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Rak tabung dan tabung reaksi Pipet tetes
Gelas kimia 100 ml Kertas saring
Corong Spatula
Penjepit Pembakar bunsen
Kawat kasa Kaki tiga
B. Alat
Sampel I (golongan I) Sampel II (golongan IV)
Ion Mg2+ dan NH4+ Pereaksi HCl 2M
K2CrO4 0,1 M NH4OH 1M
(NH4)2CO3 1M CH3COOH 1M
H2SO4 2M Na2HPO4 0,5M
NH4Cl 1M Reagensia Nessler

IV. PROSEDUR KERJA


A. Reaksi pengenalan kation golongan I
1. Panaskan sampel dengan menggunakan pembakar bunsen, sampai setengah volume
awal. Teteskan HCl 2M tetes demi tetes sampai berhenti membentuk endapan. Saring
endapan dengan menggunakan kertas saring. Masukkan endapan dalam gelas kimia
100 ml, tambahkan aquades sampai 20 ml. Panaskan gelas kimia dengan
menggunakan bunsen sekitar 5-10 menit. Pisahkan endapan dari filtratnya. Uji filtrat
dengan K2CrO4 0,1 M. Jika terdapat endapan kuning, sampel positif mengandung
Pb2+ .
2. Reaksi pengenalan kation golongan IV
Panaskan sampel dengan menggunakan bunsen, sampai setengah volume awal.
Teteskan (NH4)2CO3 tetes demi tetes sampai berhenti membentuk endapan. Saring
dengan menggunakan kertas saring. Larutkan endapan dalam 5 ml CH 3COOH 1M.
Pisahkan endapan dari filtratnya. Uji endapan dengan K 2CrO4 0,1 M, jika larutan
berwarna kuning maka positif mengandung Ba 2+. Uji filtrat dengan K2CrO4 0,1 M,
jika endapan berwarna kuning positif mengandung Sr 2+. Saring filtrat, kemudian
tambahkan H2SO4 2M tetes demi tetes, jika terbentuk endapan putih, maka positif
mengandung Ca2+.
3. Reaksi pengenalan kation golongan V
Masukkan 4 ml ion Mg2+ dalam tabung reaksi. Tambahkan Na2HPO4 0,5 M + NH4Cl
0,5M masing-masning 16 tetes, amati perubahan yang terjadi. Ambil tabung reaksi
lain, masukkan 4 ml NH4Cl. Tambahkan reagen nessler, amati perubahan yang
terjadi.

V. PERTANYAAN
1. Tuliskan mekanisme pemisahan golongan I yang disertai dengan reaksi yang terjadi
didalamnya?
2. Tuliskan mekanisme pemisahan golongan IV disertai dengan reaksi yang terjadi
didalamnya?
3. Jelaskan fungsi pemanasan endapan pemanasan endapan klorida pada percobaan
pengenalan golongan I?
4. Jelaskan fungsi penambahan Asam Asetat 1M pada percobaan pengenalan kation
golongan IV?
PERCOBAAN II
ANALISA KUALITATIF
REAKSI-REAKSI PENGENALAN KATION GOLONGAN II DAN III

I. TUJUAN
Mengenal reaksi-reaksi pengenalan kation golongan I, II, III, IV, dan V.

II. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Rak tabung dan tabung reaksi Pipet tetes
Gelas ukur 5 ml dan 10 ml Bunsen
Penjepit

B. BAHAN
1. Kation Hg2+, Cu2+, Sn2+, Fe2+, Al3+, Cr3+, Mn2+, dan Zn2+.
2. Pereaksi NaOH 1M, KI 0,1M, Na 2S2O3 0,1M, HgCl2 0,1M, Na2HPO4 0,5M, H2O2 5%, dan
NH4OH 1M.
3.
III. PROSEDUR KERJA
A. Pengenalan kation golongan II
CARA KERJA PENGAMATAN
A. Tes pengenalan ion Hg2+
Sediakan 2 tabung reaksi yang
mengandung ion Hg2+
1. Kedalam tabung 1 yang berisi 4 ml
ion Hg2+ tambahkan tetes demi
tetes NaOH 1M, amati yang terjadi.
Kemudian tambahkan lagi NaOH
1M amati perubahan yang terjadi.
2. Kedalam tabung 2 yang berisi 2 ml
ion Hg2+ tambahkan 4 ml KI 0,1 M,
amati perubahan yang terjadi.
Kemudian tambahkan lagi KI 4ml
0,1M, amati perubahan yang
terjadi.
B. Tes pengenalan ion Cu2+
1. Kedalam tabung 1 yang berisi 4 ml
ion Cu2+ tambahkan tetes demi
tetes NaOH 1M, amati yang terjadi,
kemudia panaskan dengan bunsen,
amati perubahan yang terjadi.
2. Kedalam tabung 2 masukkan 2ml
ion Cu2+ tambahkan 5 ml KI 0,1M,
amati, kemudian tambahkan
Na2S2O3 2 ml, perhatikan
perubahan yang terjadi.
C. Tes pengenalan Sn2+
1. Kedalam tabung 1 yang berisi 4 ml
ion Sn2+ tambahkan NaOH 1M
tetes demi tetes, amati, kemudian
tambahkan NaOH 1M berlebih,
perhatikan perubahan yang terjadi.
2. Kedalam tabung 2 masukkan 4 ml
ion Sn2+ dan 2 ml HgCl2, amati.

B. Pengenalan kation golongan III


CARA KERJA PENGAMATAN
A. Tes pengenalan Fe2+
Kedua tabung reaksi diisi 4 ml FeSO 4
dan 16 tetes NaOH 1M, tabung
pertama ditambahkan 2ml H2O2 5%,
tabung kedua dibiarkan beberapa saat,
bandingkan kedua tabung tersebut.
B. Tes pengenalan Al3+
1. Tabung pertyam isi dengan 4ml
Al3+, ditambahkan tetes demi tetes
NaOH 1M, amati, lanjutkan
penambahan NaOH, amati
perubahan yang terjadi.
2. Tabung kedua 4ml Al3+, tambahkan
16 tetes Na2HPO4 0,5 M, amati,
tambahkan NaOH 1M sampai
endapan yang terbentuk larut, apa
yang dapat disimpulkan?
C. Tes pengenalan Mn2+
1. 4 ml ion Mn2+, tambahkan NaOH
1M tetes demi tetes, amati
perubahan yang terjadi, didiamkan
beberapa saat, bandingkan!
2. 4 ml ion Mn2+, tambahkan 16 tetes
Na2HPO4 0,5 M dan 10 tetes
NH4OH 1M, amati!
D. Tes pengenalan Cr3+
1. 4 ml ion Cr3+, tambahkan NaOH
1M tetes demi tetes, tambahkan
lagi NaOH 1M, apa yang terjadi?
2. 4 ml ion Cr3+, tambahkan
Na2HPO40,5M, perhatikan
perubahan yang terjadi.
E. Tes pengenalan Zn2+
1. 4 ml ion Zn2+, tambahkan NaOH
1M tetes demi tetes, tambahkan
lagi NaOH 1M, amati apa yang
terjadi?
2. 4 ml ion Zn2+, tambahkan 16 tetes
Na2HPO4 dan 10 tetes NH4OH 1M,
amati apa yang terjadi.

IV. PERTANYAAN
1. Tuliskan reaksi pengenalan golongan II (Hg2+, Cu2+, dan Sn2+)?
2. Tuliskan reaksi pengenalan kation golongan II (yang tidak dilakukan)? minimal 3 reaksi
pengenalan!
3. Tuliskan reaksi pengenalan golongan III (Fe3+, Al3+, Cr3+, Mn2+, Zn2+)?
4. Tuliskan reaksi pengenalan kation golongan III (yang tidak dilakukan)? Minimal 3 reaksi
pengenalan!
5. Apa fungsi pemanasan pada tes pengenalan kation Cu 2+ tabung 1?
6. Apa fungsi penambahan hydrogen peroksida 5% pada tes pengenalan kation Fe 2+ tabung 1?
7. Apa fungsi penambahan Amonium Hidroksida pada tes pengenalan kation Mn 2+ tabung 2?
PERCOBAAN III
ASIDIMETRI – ALKALIMETRI

I. TUJUAN
Menetapkan zat uji bersifat asam atau basa.

II. PRINSIP
Reaksi netralisasi
III. TEORI
Asidimetri adalah jika asamnya diketahui konsentrasinya dan basa yang akan ditentukan
kadar atau konsentrasinya.
Alkalimetri adalah jika basa yang diketahui konsentrasinya dan asam yang ditentukan kadar
atau konsentrasinya.
Reaksi umum:
HA + BOH → AB + H2O
Atau:
H+ + OH- → H2O

Peniteran yang akan dilakukan pada praktikum ini adalah:


1. ASAM KUAT DAN BASA KUAT
Reaksi: NaOH + HCl → NaCl + H2O
2. BASA KUAT DAN ASAM LEMAH
Reaksi: NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
3. ASAM KUAT DAN BASA LEMAH
Reaksi: HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
4. ASAM LEMAH DAN BASA LEMAH
Reaksi: NH4OH + CH3COOH → CH3COONH4 + H2O

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Pipet tetes Kaca arloji
Spatula Batang pengaduk
Timbangan digital Pipet volume 10 ml
Buret Klem standar
Labu ukur Erlenmeyer
Gelas piala Corong
B. Bahan
1. Asidimetri
a) H2SO4 0,05 N
b) Na2CO3 Anhidrat
c) Aquadest
d) Indicator metil merah
2. Alkalimetri
a) NaOH 0,05 N
b) H2C2O4.2H2O
c) Indicator Phenolptalein

V. PROSEDUR KERJA
A. Asidimetri
1. Standarisasi H2SO4 dengan Na2CO3
Timbang dengan seksama 75 mg Na2CO3 anhidrat. Larutkan dalam 100 ml aquadest. Titrasi
dengan asam sulfat menggunakan indikator metil merah sampai warna merah orange. Panaskan
larutan hingga mendidih, dinginkan dan lanjutkan lagi titrasi hingga terbentuk warna merah
orange (tidak hilang) jika dididihkan kembali.
Hitung normalitas larutan:
Mgrek H2SO4 = Mgrek Na2CO3
g
L H2SO4. N H2SO4 = Na2CO3 atau
BE

V H2SO4. N H2SO4 = mg / BE Na2CO3


mg
N H2SO4 = Na2CO3
V . BE
B. Alkalimetri
1. Pembakuan larutan titer NaOH 0,05 N
Digunakan larutan baku primer H2C2O4.2H2O
a) Timbang dengan seksama 0,25 gram H2C2O4.2H2O yang telah dikeringkan pada suhu
2800C selama 2 jam.
b) Larutkan dalam 50 mL air bebas CO2 dalam labu Erlenmeyer.
c) Tambahkan 3 tetes PP
d) Titrasilah dengan larutan NaOH sampai menjadi warna merajh muda yang mantap,
hitung normalitas larutan.
Cara perhitungan normalitas menurut cara perhitungan pada pembakuan H2SO4.

VI. HASIL PENGAMATAN


A. Asidimetri

B. Alkalimetri

VII. PERTANYAAN
1. Berapakah normalitas HCl?
2. Berapakah gram NaOH untuk 0,1 N 250 mL?
3. Apakah yang dimaksud dengan asam dan basa?
4. Apa itu larutan standar?
5. Apa yang dimaksud larutan standar primer dan larutan standar sekunder? Berikan contoh!
6. Mengapa NaOH tidak dapat digunakan sebagai lautan standar primer bila disimpan lama?
7. Apakah yang dimaksud dengan analisa volumetri?
8. Apa yang dimaksud indicator asam basa? Berikan contoh!
9. Apakah yang dimaksud dengan alkalimetri dan asidimetri? Berikan contoh!
PERCOBAAN IV
PERMANGANOMETRI

I. TUJUAN
Menentukan kadar suatu zat secara permanganometri.

II. PRINSIP
Reaksi oksidasi – reduksi.

III. TEORI
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang
berbeda-beda tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda
sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda pula. Reaksi yang bermacam-macam ini
disebabkan oleh valensi mangan dari +1 sampai +7, dan hampir semunya stabil kecuali +1 dan
+5.
Reduksi MnO4 berlangsung sebagai berikut:
1. Dalam larutan asam (H+) 0,1 N atau lebih:
MnO4 + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O E = 1,51 Volt
2. Dalam larutan netral, pH 4 – 10
MnO4 + 4H+ 3e → MnO2 + H2O E = 1,71 Volt
3. Dalam larutan basa, OH- 1N atau lebih
MnO4 + e → MnO4

TITIK AKHIR TITRASI


Warna larutan KMnO4 sangat kelam dan dipakai untuk menunjukkan titik akhir. Hanya (2-4 x
10 ) sudah cukup untuk memberikan warna yang tampak dalam larutan. Selama titrasi berlangsung,
-5

KMnO4 lenyap bereaksi, tetapi setelah titrasi habis, maka kelebihan setetes KMnO 4 menimbulkan
warna yang dengan mudah dapat dipakai sebagai petunjuk bereaksinya titrasi.

KESTABILAN PEMBUATAN DAN PENYIMPANAN


Kalium permanganat mampu mengoksidasi air sebagai berikut:
4MnO2 + 2H2O → 4MnO2 + 3O2 + 4OH-
Adanya asam, basa, cahaya panas dan ion Mn 2+akan mempercepat reaksi tersebut. Tak heran
jika bekas buret dari KMnO4 sering tampak kecoklatan akibat MnO2 yang terbentuk.
Pembuatan larutan standar KMnO 4 tidak bisa langsung distandarisasi dengan zat baku,
penetapan standar dilakukan setelah didiamkan selama 9-10 hari setelah pembuatan, untuk menjaga
supaya larutan stabil dan tidak terjadi perubahan dari titernya, juga harus diperhatikan bahwa KMnO4
akan mengoksidasi karet gabus dan kertas, karena itu tidak boleh bersinggungan dengan zat tersebut.
Penyimpanannya harus didalam botol berwarna coklat.

IV. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Pipet volume 10 mL 1 buah
2. Buret 1 buah
3. Corong 1 buah
4. Erlenmeyer 1 buah
5. Gelas piala 250 mL 1 buah
6. Labu ukur 100 mL 1 buah
7. Neraca 1 buah
8. Thermometer 1 buah
9. Kaca arloji 1 buah
10. Kaki tiga 1 buah
11. Bunsen 1 buah
12. Spatula 1 buah

B. BAHAN
1. Kristal Na2C2O4 100 mg
2. H2SO4 pekat 4 mL
3. H2SO4 10% 10 mL
4. KMnO4 0,05 N
V. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan larutan titer KMnO4 0,05 N
Timbang 400 mg KMnO4, larutkan dalam aquades panas sampai 250 mL dalam labu ukur,
kocok sampai homogen.
B. Pembakuan larutan titer KMnO4 0,05N
Timbang 100 mg Natrium Oksalat/ asam oksalat yang telah dikeringkan pada suhu 110
0
C selama 2 jam. Larutkan dalam 50 mL air. Tambahkan 4 mL H 2SO4 (p),panaskan
hingga suhu kira-kira 700C. Titrasi segera selagi panas dengan larutan KMnO 4 sampai
terbentuk warna merah jambu pucat (tidak hilang selama 15 detik) dimana suhu akhir
minimum 600C. Catat volume KMnO4 yang terpakai. Hitung normalitas larutan.
C. Perhitungan

Gram mG
N= atau
BE x V (l) BE x V (mL)

VI. HASIL PENGAMATAN


A. Pembakuan larutan KMnO4

VII. PERTANYAAN
1. Apa itu reaksi oksidasi dan reduksi?
2. Mengapa titrasi dilakukan dalam keadaan panas?
3. Mengapa larutan KMnO4 harus disimpan pada botol berwarna gelap?
4. Apa fungsi H2SO4 dalam reaksi diatas?
5. Tuliskan persamaan reaksi pada reaksi diatas!
PERCOBAAN V
IODOMETRI

I. TUJUAN
Menetapkan kadar suatu zat secara iodometri.

II. PRINSIP
Reaksi oksidasi dan reduksi

III. TEORI
Iodometri adalah peniteran dengan iodium atau dari iodium dengan tio. Titrasi redoks ini
dapat dibedakan menjadi beberapa cara yaitu:
1. Na2S2O3 sebagai titran, dikenal sebagai iodometri tak langsung.
2. I2 sebagai titran, dikenal sebagai titrasi iodometri
Pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Iodometri dengan Na2S2O3 sebagai titran
Zat-zat yang bersifat sebagai pengoksidasi atau oksidator kita reaksikan dahulu
dengan kalium iodida (dalam lingkungan asam) lalu iodium yang dihasilkan kita titer
dengan Na-tiosulfat.
Reaksi:
oks
analat + I- → redanalat + I2
2S2O3 + I2 →S2O3 + 2I-
Reaksi yang berjalan cepat. Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator luar karean
warna I2 yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai. Warna itu mula-mula
coklat agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning muda, dan seterusnya sampai
akhirnya lenyap.
IV. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Neraca 1 buah
2. Labu ukur 1 buah
3. Gelas ukur 1 buah
4. Buret 1 buah
5. Erlenmeyer 1 buah
6. Statif 1 buah
7. Pipet gondok 10 mL 1 buah

B. BAHAN
1. Na2S2O3
2. CuSO4
3. HCl
4. KI
5. CH3COOH
6. Amilum
7. Aquadest
8. K2Cr2O7
V. PROSEDUR KERJA
Pembuatan larutan Na2S2O3
13 gram Na2S2O3tambah 100 mg Na2CO3, larutkan dalam 1 liter air mendidih.
Pembakuan larutan Na2S2O3 0,05 N
Timbang 0,25 gram K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 120 0C selama 4 jam.
Larutkan dalam 100 mL aquades, tambah 1,5 gram KI dan 2,5 mL HCl (p) labu segera
ditutup, sambil diaduk ditempat gelap selama 10 menit. Tutup Erlenmeyer dan dinding
sebelah dalam dibilas dengana aquadest. Lalu dititrasi dengan N 2S2O3 0,05N dengan
menggunakan indikator kanji.

Penetapan kadar
Timbang 0,5 gram CuSO4, larutkan dalam 50 mL aquadest. Tambahkan 1,5 gram KI dan 2,5
mL CH3COOH (p), titrasi dengan Na2S2O3 sampai berwarna kuning coklat. Tambahkan 0,5
mL larutan amilum, lanjutkan titrasi sampai berwarna putih susu, catat volume yang terjadi
dan hitung kadar CuSO4 tersebut.

Perhitungan
Kesetaraan: 1 mL Na2S2O3 0,05 N setara dengan 12,485 mG CuSO4 tersebut.

V x N x 12,485 mg
Kadar CuSO4 = x 100%
1 x 0,05 x berat sampel

VI. HASIL PENGAMATAN


1. Pembakuan larutan Na2S2O3 0,05 N

2. Penetapan kadar CuSO4

VII. PERTANYAAN
1. Apakah fungsi KI dan HCl pada percobaan diatas?
2. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi!
BAB VI
ARGENTOMETRI

I. TUJUAN
Menetapkan kadar garam-garam halogen.

II. PRINSIP
Reaksi pengendapan antara garam halogen dengan AgNO 3

III. TEORI
Argentometri yaitu titrasi yang menyangkut penggunaan larutan AgNO 3 yang berdasarkan
pengendapan ion klorida dan bromida.AgNO 3 adalah zat yang tidak hidroskopik dan dapat dibuat
dengan kemurnian yang tinggi. Hal ini sangat berguna dalam analisa volumetric. Analisa
argentometri ini telah dikembangkan menjadi bermacam-macam metode. Pada praktikum ini
akan digunakan metode MOHR.
Argentometri cara MOHR
Indikator yang digunakan adalah K 2Cr2O7 dan titrannya ialah AgNO 3. Terutama digunakan
untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung atau menentukan garam perak dengan
titrasi kembali setelah ditambah larutan baku NaCl berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu
asam maupun terlalu basa (antara 6 dean 10).

IV. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Neraca 1 buah
2. Labu ukur 1 buah
3. Gelas ukur 10 mL 1 buah
4. Buret 1 buah
5. Erlenmeyer 3 buah
6. Statif 1 buah
7. Pipet gondok 10 mL 1 buah

B. BAHAN
1. AgNO3
2. K2CrO4
3. NaCl
4. Aquadest

V. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Larutan AgNO3 0,05 N
Timbang 2,1875 g AgNO3, larutkan dalam air hingga 250 mL.

B. Standarisasi larutan AgNO3 0,05 N


Timbang NaCl p.a sebanyak 0,7375 g. Larutkan dalam labu ukur 250 mL dengan aquades
hingga tanda batas. Pipet sebanyak 10 mL. Masukkan dalam erlemeyer, tambahkan 0,5 mL
indikator Kalium Kromat 5%. Titrasi dengan larutan AgNO 3 sampai terbentuk warna merah
(tidak hilang bila dikocok). Hitung volume yang terpakai. Hitung Normalitas AgNO 3 yang
sebenarnya.

C. Penetapan Kadar
Timbang 75 g garam dapur yang telah dikeringkan. Larutkan dalam 50 mL aquades.
Tambahkan 0,5 mL indikator K2CrO4 5%. Titrasi dengan larutan AgNO 3 hingga terbentuk
warna merah stabil (tidak hilang kalau di kocok). Catat volume AgNO 3 yang terpakai. Ulangi
3 kali dan hitung kadar NaCl tersebut.

D. Perhitungan
Kesetaraan: 1 mL AgNO3 0,05 N setara dengan 2,922 mg NaCl
V NaCl x N NaCL
N AgNO3 =
V AgNO 3

V AgNO 3 x N AgNO 3 x 2,922


Kadar NaCl = x 100%
1 x 0,05 x berat sampel
VI. PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan argentometri?
2. Apakah fungsi K2CrO4 dan dapatkah diganti dengan yang lain? Jelaskan!
3. Mengapa AgCl lebih dahulu mengendap dibandingkan dengan Ag2CrO4?

Anda mungkin juga menyukai