Anda di halaman 1dari 44

PENUNTUN PRAKTIKUM

SEMESTER GANJIL

Kimia Analisis Farmasi

PENYUSUN :
Zaldy Rusli, M.Farm.
Dra. Trirakhma Sofihidayati, M.Si.
Dra. Eka Herlina, M.Pd.
Rikkit Sihombing, M.Farm.

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BOGOR
2023
TATA TERTIB PRAKTIKUM
METODE KIMIA ANALISIS FARMASI

Bacalah dan pahamilah semua petunjuk di bawah ini dengan seksama demi
KELANCARAN dan KESELAMATAN berpraktikum di laboratorium !
A. KEBERSIHAN TEMPAT BEKERJA
1. Untuk mahasiswa telah tersedia meja tertentu yang akan digunakan untuk
mengerjakan jenis objek praktikum.
2. Selama bekerja, meja tidak boleh kotor atau basah atau pun penuh dengan dengan
barang lain yang tidak berguna.
3. Lantai juga harus bersih dan kering. Setelah praktikum selesai mahasiswa boleh
meninggalkan laboratorium hanya setelah laboratorium bersih, kering dengan
kursi sudah dinaikkan ke atas meja.
4. Di dalam laboratorium praktikan harus memakai sepatu, tidak boleh memakai
sandal, tidak boleh merokok. Setiap mahasiswa harus memakai jaslab.

B. ABSENSI DAN DAFTAR HADIR


1. Setiap praktikan, asisten dan dosen yang terlibat dalam praktikum wajib mengisi
daftar hadir.
2. Jika seorang mahasiswa berhalangan mengikuti praktikum karena alasan sakit atau
hal penting lainnya, hendaklah segera dilaporkan kepada Dosen/Asisten pengawas
supaya dapat diatur pergeseran jadwal ganti pada hari yang lain.
3. Absensi tanpa bukti alasan yang sah (Surat Keterangan Sakit dari Dokter dan
lainnya) akan menyulitkan mahasiswa itu sendiri dan tidak akan direspon.

C. PETUNJUK PERCOBAAN
1. Untuk setiap percobaan disediakan petunjuk percobaan yang akan diberikan
kepada yang bersangkutan pada awal praktikum.
2. Mahasiswa harus melengkapi pengetahuan dasar percobaan teersebut dari bahan
kuliah dan literatur lainnya.

D. LEMARI PRAKTIKUM
1. Tiap kelompok praktikum memiliki lemari tersendiri.
2. Kuncinya dapat diminta sebelum melakukan percobaan dan harus diserahkan
kembali setelah percobaan selesai kepada asisten yang bersangkutan.
3. Selama melakukan percobaan isi lemari harus dicek, bila ada
kekurangan/kerusakan harus segera dilaporkan. Selesai melakukan percobaan isi
lemari dicek lagi sesuai daftar alat-alat yang tersedia dalam lemari, bersama
asisten.

ii
4. Alat harus kembali dalam keadaan utuh dan bersih.
5. Bila mahasiswa memecahkan/merusakkan alat maka kelompoknya harus membuat
bon alat pecah kepada asisten/laboran dan mengganti alat tersebut pada praktikum
berikutnya.

E. ALAT GELAS, INSTRUMENT DAN LAIN-LAIN


1. Alat-alat gelas atau alat lain yang tidak terdapat dalam lemari percobaan dapat
dipinjam kepada asisten/laboran dan langsung ditanggungjawabkan.
2. Penggunaan alat mintalah bantuan asisten.
3. Untuk penggunaan peralatan yang agak rumit mahasiswa dapat berhubungan
langsung dengan laboran/teknisi untuk menghindari kerusakan teknis.

F. KEAMANAN DAN KESELAMATAN


Dosen/Asisten akan memberikan petunjuk dan menjelaskan tentang tindakan yang akan
membahayakan dan hendaklah mahasiswa mematuhi segala peraturan diantaranya :
1. Bila memanaskan atau mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi janganlah
tabung tersebut diarahkan ke muka teman atau muka sendiri.
2. Jangan mencicipi suatu zat kimia kecuali ada indikasi yang membolehkan. Dan
kalaupun mencium zat janganlah mencium dengan hidung secara langsung, tetapi
kibaskanlah dengan tangan ke muka.
3. Jangan menuangkan air ke dalam asam pekat, tapi asam pekat itulah yang harus
dituangkan ke dalam air.
4. Sebelum mengambil zat dari botol, periksa benar dulu etiket dan nama zat dengan
benar. Kesalahan mengambil zat atau kekeliruan akan berakibat fatal.
5. Praktikan harus disiplin pada peraturan dan petunjuk yang ada untuk bekerja di
laboratorium.

G. PENUNTUN DAN LAPORAN PRAKTIKUM


1. Di dalam buku penuntun ini terdapat tugas pokok praktikan tanpa dijelaskan teori
yang panjang lebar dan persamaan reaksi yang detil. Oleh sebab itu pelajarilah
sebelum praktikum dan buatlah persiapan baik mengenai prinsip teori maupun
persamaan reaksi. Lalu berusahalah semaksimal mungkin untuk memahami serta
menguasai prosedur kerja yang akan dilakukan.
2. Sebelum praktikum, mahasiswa hatrus mengikuti Quiz/Responsi. Sebelum
melakukan praktikum mahasiswa juga harus menyerahkan laporan awal/jurnal
praktikum tersebut kepada asisten dan setelah praktikum membuat laporan akhir
yang diserahkan pada pertemuan selanjutnya bersama laporan awal praktikum
selanjutnya.
3. Penilaian Mata Kuliah Praktikum Kimia Fisika didasarkan atas tiga aspek penting
yaitu,
 nilai Quiz/Responsi/ Laporan,

iii
 nilai UTS dan UAS, dan
 nilai kerja.
 Selain itu absen/kehadiran, sikap dan keaktifan selama berpraktikum, turut
menjadi bahan pertimbangan.

H. BAHAYA-BAHAYA DI LABORATORIUM
Di laboratorium selalu ada kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan. Satu-satunya jalan
untuk menghindarkan adalah dengan bekerja secara hati-hati dan waspada. Kuasai prosedur
dengan benar. Selain itu, patut diketahui beberapa karakteristik bahan kimia yang
berbahaya seperti :
1. Bahan-Bahan yang bersifat alkalis atau merusak kulit
Asam-asam kuat : Asam sulfat, Asam Nitrat, Asam Fluorida
Basa-basa Kuat : NaOH, KOH
Asam/basa lemah : Asam Asetat,
Amoniak Lain-lain : Hidrogen Peroksida, Brom cair, persenyawaan khrom,
persulfat, kapur khlor, Ammonium Sulfida, dan sebagainya.

Penghindaran kulit/mata dari bahan-bahan kimia, waktu menuang cairan/


mengambil bahan dengan menjaga agar jangan sampai ada bahan yang tercecer di
lantai atau di meja. Beberapa hal penting berikut perlu diingat !
 Jangan memanaskan bahan-bahan kimia terlalu cepat
 Jangan menuangkan air ke dalam asam kuat.
 Jangan mencampurkan asam pekat dengan basa pekat.
 Jangan memasukkan kristal NaOH atau KOH ke dalam air.
 Jangan melihat ke dalam cawan/pinggan yang sedang digunakan untuk
pemijaran.

2. Gas-Gas Beracun
Untuk menghindari termakannya bahan-bahan kimia, maka janganlah
makan/minum dengan alat-alat laboratorium dan hindarkan merokok, karena bisa
menimbulkan bahaya kebakaran. Selain itu merokok juga memungkinkan
terhirupnya uap gas beracun.

 Karbon Monoksida (CO)


Di laboratorium gas ini terbentuk bila asam formiat atau asam oksalat
dipanaskan dengan asam sulfat pekat. Gas ini juga sering terdapat pada gas
lampu.
 Hidrogen Sulfida (H2S)

iv
Gas ini adalah racun kuat. Kepekatan 1 : 1000 dalam waktu singkat dapat
mematikan manusia. Konsentrasi 1 : 10.000 sesudah satu jam berbahaya sekali
untuk mata dan paru-paru. Kepekatan 1 : 10.000.000 baunya sudah nyata.
 Uap Merkuri (Hg) atau Air raksa
Bernafas terlalu lama dengan udara yang bercampur uap air raksa berakibat
sakit kepala, badan kurus, tangan gemetaran dan gigi sakit. Jika air raksa
tumpah, lama kelamaan terbentuk uap. Lantai harus disapu dengan suatu
campuran tepung belerang dan soda kering. Dengan demikian terbentuk HgS
yang tidak berbahaya lagi.
 Asam Sianida (HCN)
Asam Sianida dan garam-garamnya adalah zat-zat yang sangat beracun.
Larutannya tidak boleh dipipet dengan mulut.
 Nitrogen Dioksida (NO2)
Gas ini beracun dan berbahaya karena selalu mungkin terjadi bila
mempergunakan Asam Nitrat pekat dan logam-logam atau zat-zat organik,
paru-paru akan dipengaruhi sehingga menyebabkan batuk.
 Khlor dan Brom (Cl2 dan Br2)
Seperti NO2, kedua gas ini dapat merusak alat-alat pernafasan, akan tetapi
berkat sifat itu orang mulai batuk sebelum tercapai kepekatan yang berbahaya.
 Pelarut-pelarut Karbon Disulfida (CS2)
Benzena, Khloroform dan Karbon Tetraklorida, menghasilkan uap beracun.

3. Zat-zat Yang Eksplosif


Pada pengerjaan analisa, mungkin terjadi zat-zat pekat, seperti Mangan Dioksida
dari Kalium Permanganat dan Asam Sulfat, nitrida-nitrida logam berat serta
hidrogen, endapan hitam yang lambat laun terjadi dalam larutan perak bromida,
asam perklorat jika ada zat-zat organik, natium peroksida dengan karbon, belerang
atau zat-zat organik yang bisa menimbulkan ledakan. Serbuk Mg bila dipanaskan
dengan zat-zat lembab, gas letus vii yang mungkin sekali terjadi jika mengalirkan
hidrogen ke dalam suatu alat, peroksidaperoksida eter, asam pikrat dan sebagainya .
Juga campuran yang mengandung nitrat atau klorat padat sering dapat meledak bila
dipanaskan.

4. Bahaya Kebakaran dan Penanggulangannya


 Alkohol, eter, benzene, karbon disulfida, aseton, petroleoum eter adalah cairan
yang mudah sekali terbakar. Kadang air tidak dapat digunakan. Untuk hal ini
pemadam yang paling tepat adalah pasir kering. Kain tebal dapat digunakan
untuk menyelubungi api yang berasal dari cairan yang mudah terbakar seperti
eter.
 Nyala minyak dapat dipadamkan dengan natrium karbonat.

v
 Disamping itu juga disediakan pemadam api tetra, karena tetra membentuk
fosgen, suatu zat yang sangat beracun, maka ruangan harus diperanginkan.
 Jika pakaian kena api orang biasanya lari sekencang-kencangnya. Ini tindakan
salah. Karena kalau lari, api malah akan bertambah besar. Yang benar adalah,
dia harus bertahan di tempat diselimuti dengan kain atau handuk tebal, lalu
bergulinganlah di lantai atau lapangan setempat. InsyaALLAH anda selamat.

5. Tindakan Pertolongan di Laboratorium


 Kena asam pada kulit dan baju, harus dicuci dengan air sebanyak-banyaknya
dan dinetralkan dengan larutan ammonia 5 %.
 Jika kena basa dicuci dengan air, kemudian diberi larutan boraks 4 5 atau asam
asetat 1 %.
 Apabila basa kuat masuk ke dalam mulut, berkumurlah dengan air sebanyak-
banyaknya, lalu netralkan dengan barium bikarbonat 5 % dan berilah sedikit
mineral oil pada bibir untuk menghindarkan dehidrasi.

vi
DAFTAR ISI

MODUL 1 RESPONSI DAN K3 LABORATORIUM ................................................................................... 1


MODUL 2 ALAT-ALAT LABORATORIUM............................................................................................... 3
MODUL 3 REAKSI KIMIA .................................................................................................................... 14
MODUL 4 ANALISIS KATION .............................................................................................................. 16
MODUL 5 ANALISIS ANION................................................................................................................ 20
MODUL 6 PEMBUATAN LARUTAN .................................................................................................... 22
MODUL 7 ANALISIS GRAVIMETRI ...................................................................................................... 26
MODUL 8 TITRASI ASAM-BASA ......................................................................................................... 27
MODUL 9 TITRASI PENGENDAPAN .................................................................................................... 29
MODUL 10 TITRASI REDOKS .............................................................................................................. 31
MODUL 11 TITRASI KOMPLESOMETRI .............................................................................................. 33
MODUL 12 POTENSIOMETRI ............................................................................................................. 35

vii
MODUL 1
RESPONSI DAN K3 LABORATORIUM

A. Tujuan
Mahasiswa mengetahui percobaan-percobaan dalam praktikum ini.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan klasifikasi bahan-bahan berbahaya

B. Aturan Praktikum
a. Kehadiran praktikum wajib 100%
b. Praktikan dapat membaca tata tertib praktikum yang terdapat di halaman depan
buku penuntun
c. Hal-hal yang tidak tercantum dalam buku penuntun ini, akan disampaikan pada
saat responsi berlangsung

C. Lambang Zat
Zat yang terdapat di laboratorium kimia sering disertai dengan lambang tertentu pada
label/etiket kemasannya, terutama dimaksudkan pada bahaya atau akibat yang dapat
ditimbulkan oleh zat yang bersangkutan. Beberapa lambang yang sering dijumpai
pada berbagai macam kemasan zat adalah sebagai berikut:

1
D. Tugas
Buatkan keterangan dan informasi bahan-bahan yang ada di laboratorium anda!

No. Rumus Kimia Nama Bahan Simbol bahan kimia Keterangan

1. HCl

2. NaOH

3. CuSO 4

4. H 2 SO 4

5. NaCl

6. CH 3 COOH

7. C 2 H 5 OH

8. HgSO 4

2
MODUL 2
ALAT-ALAT LABORATORIUM

A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mengetahui beberapa macam alat yang digunakan di laboratorium serta
mengetahui fungsi dan cara penggunaannya.

B. Teori
Di dalam laboratorium, ada berbagai macam alat, mulai dari yang sederhana sampai
pada peralatan yang cukup rumit. Oleh karena itu, pada praktikum ini, mahasiswa akan
diperkenalkan dan diajarkan menggunakan alat-alat yang umum digunakan di
laboratorium kimia, sehingga setelah melakukan praktikum, mahasiswa akan memiliki
keterampilan dalam mempergunakan peralatan kimia tersebut.
Berikut beberapa alat yang digunakan, antara lain:
1. Tabung reaksi
Terbuat dari kaca atau plastic dan terdapat dalam berbagai ukuran, digunakan
sebagai wadah untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit
Cara penggunaan:
a. Tabung reaksi dipegang pada lehernya, miringkan lebih kurang 60°C lalu diisi
dengan larutan yang akan diperiksa.
b. Bila tabung beserta isinya akan dipanaskan, tabung dipegang dengan penjepit
tabung dan pemansan dilakukan pada daerah 1/3 bagian cairan di bawah.
Mulut tabung harus diarahkan ke tempat yang aman (jangan ke arah muka
sendiri atau muka orang lain).
c. Tabung yang panas tidak boleh didinginkan secara mendadak.

2. Rak tabung reaksi


Terbuat dari kayu atau logam, dipakai untuk menaruh tabung reaksi.

3. Penjepit
Terbuat dari kayu atau logam, dipakai untuk memegang tabung reaksi, misalnya
waktu pemanasan atau mereaksikan zat-zat yang merusak kulit dan sebagainya.

4. Batang pengaduk
Fungsi : sebagai pereaksi
Berbentuk tabung yang tidak berlubang di dalamnya, dipakai untuk mengaduk
suatu campuran atau larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi
kimia, juga dipakai untuk membantu pada waktu menuangkan/mendekantasi
cairan dalam proses penyaringan dan pemisahan.

3
5. Corong
Biasanya terbuat dari gelas. Corong yang baik berbentuk kerucut bersudut 60º,
dipakai untuk memasukkan suatu cairan ke dalam suatu tempat yang mulutnya
sempit seperti botol, labu ukur, buret dan sebagainya. Selain itu corong juga
digunakan untuk menyaring. Corong yang tangkainya berdiameter relatif agak
besar dipakai untuk memasukkan zat berbentuk serbuk ke dalam bejana bermulut
kecil.

6. Gelas (kaca) arloji


Digunakan untuk menimbang zat berbentuk kristal. Juga digunakan untuk
menutup gelas beker yang berisi larutan (waktu pemanasan) atau untuk
menguapkan cairan.

7. Gelas ukur
Dipakai untuk mengukur volumen zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini
mempunyai skala, ukurannya bermacam-macam.
Gelas ukur merupakan alat pengukur yang kasar. Tidak dapat digunakan untuk
pengukuran yang teliti (kuantitatif). Larutan yang akan dititrasi tidak boleh
diambil/diukur dengan gelas ukur, tetapi diambil dengan pipet volume.

8. Gelas piala
Alat ini bukan sebagai alat pengukur. Tanda volume yang ada merupakan taksiran
kasar. Terdapat dalam berbagai ukuran. Digunakan untuk:
a. Wadah sementara larutan/reagent
b. Memanaskan larutan
c. Menguapkan pelarut atau memekatkan

9. Erlenmeyer
Alat ini juga bukan alat pengukur. Digunakan dalam analisis volumetri, untuk
wadah suatu volume tertentu dari suatu larutan. Kadang-kadang dipakai untuk
memanaskan larutan.
Ada 2 jenis erlenmeyer yaitu :
a. Erlenmeyer tanpa tutup gelas, dipakai untuk titrasi larutan yang tidak
mudah menguap.
b. Erlenmeyer dengan tutup gelas, dipakai untuk titrasi larutan yang mudah
menguap.

10. Labu ukur / labu takar


Suatu bejana dengan leher panjang, sempit dan dasar yang datar. Dilengkapi
dengan tanda batas volumen. Mempunyai kapasitas tampung sesuai dengan ukuran
yang tercantum. Bila pada alat tertulis 20°C dan 100 mL maka alat tersebut dapat
menampung cairan pada 20°C tepat sebanyak 100 mL sampai garis tanda yang
terdapat pada leher alat. Digunakan untuk membuat larutan standar (baku) pada

4
análisis volumetri. Sering juga dipakai untuk pengenceran sampai volume tertentu.
Jangan digunakan untuk mengukur larutan atau pelarut yang panas.

Cara penggunaan:
a. Cuci dengan detergent dan selanjutnya dengan air ledeng.
b. Bilas dengan air suling.
c. Bahan cairan atau padatan dimasukkan hati-hati dengan bantuan corong
ke dalam labu ukur.
d. Tambahkan air suling / bahan pengencer lain yang diperlukan melalui
corong tadi sampai kurang lebih 4/5 bagian yang penuh, kemudian gojog
sampai diperoleh campuran yang homogen.
e. Tambahkan lagi pengencer sampai sedikit di bawah garis tanda. Bila
penambahan sampai di atas tanda, berarti terjadi suatu kesalahan yang tidak
bias diperbaiki dan pekerjaan harus diulang dari permulaan.
f. Tambahkan kekurangan pengencer (pelarut) dengan hati-hati memakai
pipet tetes sampai miniskus bagian bawah (untuk larutan yang tidak
berwarna) tetapi segaris dengan baris tanda.
g. Bila di atas garis tanda terdapat bintik-bintik pelarut/pengencer maka
butir-butir cairan itu dibersihkan dengan kertas/lap bersih.
h. Labu ukur lalu ditutup dengan tutupnya kemudian labu beserta isinya
dibolak-balik beberapa kali sehingga di dapatkan larutan yang homogen.

11. Pipet volume / pipet gondok


Di bagian tengah dari pipet ini ada bagian yang membesar (gondok), ujungnya
runcing dan pada bagian atas ada tanda goresan melingkar. Tepat sampai tanda
tersebut, volume larutan di dalam pipet sama dengan angka yang tertera pada pipet
tersebut. Alat ini dipakai untuk mengambil dan memindahkan larutan secara tepat
suatu volumen tertentu sesuai kapasitas alat. Pipet volume merupakan alat
pengukur yang lebih tepat dari gelas ukur.
Cara penggunaannya :
a. Cuci pipet dengan detergent dan selanjutnya dicuci dengan air ledeng.
b. Bilas dengan air suling
c. Bilas dengan larutan yang akan diambil / dipindahkan.
d. Larutan disedot pelan-pelan dengan bola hisap sampai 1 s/d 2 cm di atas
garis tanda.
e. Pipet diangkat vertikal, bersihkan cairan yang menmpel pada ujung
pipet dengan kertas saring atau lap bersih. Tanda batas volume pada pipet
dipempelkan horizontaldengan mata, lalu cairan dikeluarkan secara
pelan-pelan sampai miniskus bawah tepat pada garis tanda (batas
volume).
f. Tuangkan isi pipet ke dalam erlenmeyer atau penampung lain yang
digunakan. Pada waktu menuangkan isinya, pipet harus dalam
kedudukan vertikal. Penuangan isi pipet diatur sedemikian rupa sehingga

5
isi pipet sejumlah 25 ml ddiperlukan waktu kurang lebih 30 detik. Pada
saat-sat terakhir biarkan ujung-ujung pipet pada sisi dalam penampung
selama 15 detik, untuk memberikan kesempatan pada zat cair yang
masih di dalam pipet untuk keluar. Sisa zat cair yang tertinggal pada
ujung pipet tidak boleh diikutkan / dikeluarkan baik dengan cara meniup
ataupun dengan cara-cara lain. Bila akan dipakai untuk
mengambil/memindahkan zat lain, pipet dicuci kembali dan selanjutnya
sesuai dengan petunjuk cara penggunaanya.

12. Pipet ukur


Berupa tabung gelas yang agak panjang dengan ujung runcing dan mempunyai
skala. Teknik penggunaannya sama dengan pipet volume, hanya isi pipet dapat
dipindahkan sebagian- sebagian disesuaikan dengan keperluan. Jumlah cairan
yang dituangkan dapat disesuaikan dengan skala yang ada. Tidak dapat digunakan
untuk pengukuran yang teliti (kuantitatif).

13. Pipet tetes


Pipet ini tidak mempunyai ukuran volume atau skala lainnya.
Digunakan untuk memindahkan sedikit zat cair /larutan yang tidak mempunyai
ketelitian tinggi.

14. Buret
Berupa tabung gelas panjang dengan pembagian skala dan ujung bawah
dilengkapi dengan kran. Digunakan untuk titrasi / mengukur volume titran yang
dipakai.
Berdasarkan tingkat ketelitian/pembagian skalanya, buret ada 2 jenis :
a. Makro buret dengan pembagian skala 0,10 – 0,05 ml
b. Mikro buret dengan pembagian skala 0,01 ml

Bentuk buret disamping lurus, ada juga buret yang ujungnya bengkok. Buret yang
ujungnya bengkok digunakan untuk titrasi yang menggunakan pemanas.
Cara penggunaanya :
a. Cuci dengan sabun / detergent, kemudian cuci dengan air ledeng.
b. Bilas dengan air suling.
c. Bilas dengan larutan / titran yang akan dimasukkan ke dalam buret, larutan
pembilas dibuang.
d. Periksa kran buret apakah bocor dan kalau dianggap perlu oleskan vaselin pada
kran buret dengan hati-hati supaya jangan sampai lobang kran tersumbat.
e. Tempatkan buret pada estándar buret dengan memakai klem buret dan
kemudian buret dibuat vertikal.
f. Dengan memakai corong, buret diisi dengan titran sampai sedikit di atas
garis nol.

6
g. Dalam pengisian buret harus diusahakan agar tidak ada gelembung udara
sepanjang cairan dalam kolom.
h. Corong dilepas/dipindahkan dan bagian sisi dalam dari buret yang terletak di
atas titran dibersihkan dengan kertas saring yang bersih dan kering.
i. Turunkan permukaan larutan dalam buret perlahan-lahan dengan jalan
membuka kran sampai miniskus bawah zat cair (untuk zat cair yang tidak
berwarna atau zat cair berwarna terang) tepat pada garis nol. Bila lewat sampai
di bawah garis nol, pekerjaan tidak perlu diulang tetapi langsung dibaca dengan
teliti. Pembacaan akan lebih teliti apabila miniskus bawah tepat ada pada garis
skala buret.
j. Buret siap untuk digunakan.
k. Pada waktu menitrasi, kran buret dipegang dengan tangan kiri, sedangkan
Erlenmeyer tempat titrat dipegang dengan tangan kanan dan mengeluarkan isi
buret (titran) tidak boleh terlalu cepat. Dalam pemakaian titran minimum
cairan yang tersisa 20 %.

15. Bola hisap (Suction Bulb)


Pengambilan suatu larutan atau cairan menggunakan pipet volume dapat dilakukan
dengan bantuan bola hisap karet. Bola hisap ini terdiri dari satu bola dengan ujung
pendek diatas dan ujung bawah agak panjang. Ujung bawah mempunyai cabang
ke samping. Sebelum dipakai untuk mengambil cairan, bola dikosongkan dengan
menekan bola dan bagian ujung atas. Masukkan pipet volumen ke dalam lobang
ujung bawah bola hisap tetapi jangan melewati pipa cabang. Pijit bagian ujung
bawah maka cairan akan terhisap masung ke dalam pipet. Kalau pijatan dilepas
maka hisapan akan terhenti. Cairan dapat dikeluarkan dengan memijit bagian pipa
cabang. Sehabis menggunakan bola hisap ini pipet dilepas dan biarkan udara
masuk sehingga bola menggelembung kembali seperti semula.
Catatan : cairan yang dihisap jangan sampai masuk ke bola.

16. Botol semprot


Botol semprot plastik dipakai untuk menyimpan air suling yang akan digunakan
sebagai pelarut zat, pencuci endapan, membersihkan dinding bejana dari sisa-sisa
endapan atau membilas alat-alat yang telah dicuci. Botol semprot plastik ini dapat
dipegang dengan satu tangan dan dengan pijatan yang lemah cairan akan keluar.

17. Cawan uap


Alat ini digunakan untuk menguapkan larutan sehingga menjadi lebih pekat atau
menjadi kering atau menjadi kristal.

18. Krus porselin


Krus porselin biasanya digunakan sebagai tempat mengabukan kertas saring dan
memijarkan endapan sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Krus porselin yang

7
baik dapat dipanaskan hingga suhu 1200°C. Krus porselin yang masih panas tidak
boleh didinginkan mendadak (dengan air dingin) karena bisa pecah.

19. Plat tetes


Plat tetes digunakan untuk mereaksikan zat-zat dalam jumlah sedikit. Alat ini
tidak boleh dipanaskan.

20. Lumpang
Lumpang digunakan untuk menggerus/menghaluskan zat. Ada berjenis-jenis
lumpang yang digunakan di laboratorium kimia seperti lumping porselin, lumping
akik (agate) dan lumping alumina.

21. Neraca analitik


Neraca analitik merupakan alat timbang yang dioperasikan menggunakan aliran
arus listrik.

C. Lembar Kerja
a. Amati dan gambar
b. Catat hal-hal yang perlu, seperti spesifikasinya, fungsi dan cara penggunaan.
Gambar Alat Nama Alat Fungsi Keterangan

8
Gambar Alat Nama Alat Fungsi Keterangan

9
Gambar Alat Nama Alat Fungsi Keterangan

10
Gambar Alat Nama Alat Fungsi Keterangan

11
Gambar Alat Nama Alat Fungsi Keterangan

12
Gambar Alat Nama Alat Fungsi Keterangan

D. Tugas
Sebutkan 3 alat yang memiliki ketelitian tinggi dan dapat digunakan dalam analisis
kuantitatif !

13
MODUL 3
REAKSI KIMIA

A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mengetahui beberapa jenis reaksi kimia

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Pipet tetes

2. Bahan :
a. Larutan Timbal(II) Nitrat, e. Larutan Asam Klorida, HCl
Pb(NO3)2 f. Larutan Kalium Kromat, K2CrO4
b. Larutan Kalium Klorida., KI g. Larutan Natrium Karbonat,
c. Larutan Tembaga(II) Sulfat. Na2CO3
CuSO4 h. Natrium Asetat, CH3COONa
d. Larutan Natrium Hidroksida, i. Batu Kapur
NaOH j. Zink

3. Prosedur
a. Masukkan 1 mL Larutan timbal(II) nitrat, Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 2 mL larutan kalium iodida, KI. Amati dan catat reaksi yang terjadi.
b. Masukkan 1 mL larutan tembaga (II) sulfat, CuSO4 ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 2 mL larutan natrium hidroksida, NaOH. Amati dan catat reaksi yang
terjadi.
c. Masukkan 1 mL larutan kalium kromat, K2CrO4 ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 2 mL larutan asam klorida, HCl. Amati dan catat reaksi yang terjadi.
d. Masukkan 1 mL larutan natrium karbonat, Na2CO3 ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 2 mL larutan asam klorida, HCl. Amati dan catat reaksi yang terjadi.
e. Masukkan 2 mL larutan natrium hidroksida, NaOH ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 2 mL larutan asam klorida, HCl. Amati dan catat reaksi yang terjadi.
f. Masukkan setengah sendok teh natrium asetat, CH3COONa ke dalam tabung raksi
dan ditambahkan 2 mL larutan asam klorida, HCl. Amati dan catat reaksi yang
terjadi.
g. Masukkan sekeping pualam ke dalam tabung reaksi dan tambahkan larutan asam
klorida, HCl. Amati dan catat reaksi yang terjadi.

14
h. Masukkan sekeping Zink kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan
tembaga (II) sulfat, CuSO4. Amati dan catat reaksi yang terjadi.

C. Tugas
1. Lengkapi tabel berikut sesuai hasil pengamatan anda.
No. Reaktan Tanda-tanda Produk Hasil
terjadinya reaksi Reaksi
1 Pb(NO3)2 (aq) +
KI(aq)
2 CuSO4 (aq) +
NaOH (aq)
3 K2CrO4 (aq) +
HCl (aq)
4 Na2CrO4 (aq) +
HCl (aq)
5 NaOH (aq) +
HCl (aq)
6 CH3COONa (aq)
+ HCl (aq)
7 Batu kapur (s) +
HCl(aq)
8 Zn (s) + CuSO4 (aq)

2. Tuliskan persamaan reaksi kimia (lengkap dengan wujud zatnya) dari reaksi yang
terjadi pada soal no.1 disertai cara penyetaraanya baik utuk reaksi sederhana
maupun reaksi yang rumit!
3. Mengapa pada percobaan-percobaan ini, volume masing-masing larutan dan massa
zat padat tidak perlu diukur/ditimbang?

15
MODUL 4
ANALISIS KATION

A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mengenal reaksi-reaksi identifikasi kation-kation zat anorganik.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam setiap
reaksi identifikasi kation.
3. Mahasiswa dapat menuliskan persamaan-persamaan reaksi yang terjadi.

B. Petunjuk Umum
1. Untuk setiap reaksi pengujian, gunakanlah masing-masing paling banyak 0.5 mL
larutan yang mengandung kation yang akan diteliti.
2. Gunakan pereaksi sesuai dengan keperluan (jangan terlalu banyak).
3. Pengamatan meliputi perubahan warna, pembentukan endapan/ kekeruhan,
pelarutan kembali dan yang lain, catatlah semua pengamatan dalam kolom yang
tersedia.
4. Carilah reaksi-reaksi kimia yang diramalkan akan terjadi sebelum pengerjaan
dimulai dengan melihat dari buku Vogel Kualitatif dan yang lain.
5. Reaksi-reaksi kimia yang dituliskan dalam laporan resmi dalam bentuk reaksi ion.

C. Identifikasi Kation
1. Golongan I (Perak)
1) Perak (Ag+)
a) Larutan AgNO3 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan AgNO3 + lar. KI (lakukan pengamatan)
c) Larutan AgNO3 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)
d) Larutan AgNO3 + lar. K2CrO4 (lakukan pengamatan)

2) Merkuro (Hg22+)
a) Larutan Hg2(NO3)2 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan Hg2(NO3)2 + lar. KI (lakukan pengamatan)
c) Larutan Hg2(NO3)2 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)
d) Larutan Hg2(NO3)2 + lar. K2CrO4 (lakukan pengamatan)

3) Timbal (Pb2+)
a) Larutan Pb(CH3COO)2 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
Endapan + air panas (lakukan pengamatan)
b) Larutan Pb(CH3COO)2 + lar. KI (lakukan pengamatan)
c) Larutan Pb(CH3COO)2 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)

16
d) Larutan Pb(CH3COO)2 + lar. K2CrO4 (lakukan pengamatan)

2. Golongan II
a. Golongan IIA (Tembaga)
1) Merkuri (Hg2+)
a) Larutan Hg(NO3)2 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan Hg(NO3)2 + lar. H2S (lakukan pengamatan)
Endapan + (NH4)2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan Hg(NO3)2 + lar. KI (lakukan pengamatan)
d) Larutan Hg(NO3)2 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)

2) Merkuri (Bi2+)
a) Larutan Bi(NO3)2 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan Bi(NO3)2 + lar. H2S (lakukan pengamatan)
Endapan + (NH4)2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan Hg(NO3)2 + lar. KI (lakukan pengamatan)
d) Larutan Hg(NO3)2 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)

3) Merkuri (Cu2+)
a) Larutan CuSO4 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan CuSO4 + lar. H2S (lakukan pengamatan)
Endapan + lar. (NH4)2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan CuSO4 + lar. KI (lakukan pengamatan)
d) Larutan CuSO4 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)

b. Golongan IIB (Arsen)


1) Timah (Sn2+)
a) Larutan SnCl2 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan SnCl2 + lar. H2S (lakukan pengamatan)
Endapan + lar. (NH4)2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan SnCl2 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)

3. Golongan III (Besi)


1) Besi II (Fe2+)
a) Larutan FeSO4 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan FeSO4 + lar. H2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan FeSO4 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)
d) Larutan FeSO4 + lar. K4Fe(CN)6 (lakukan pengamatan)

2) Besi III (Fe3+)


a) Larutan FeCl3 + lar. HCl (lakukan pengamatan)

17
b) Larutan FeCl3 + lar. H2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan FeCl3 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)
d) Larutan FeCl3 + lar. K4Fe(CN)6 (lakukan pengamatan)

3) Aluminium (Al2+)
a) Larutan Al2(SO4)3 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan Al2(SO4)3 + lar. H2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan Al2(SO4)3 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)
d) Larutan Al2(SO4)3 + lar. Na2CO3 (lakukan pengamatan)

4. Golongan IV
1) Barium (Ba2+)
a) Larutan BaCl2 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan BaCl2 + lar. H2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan BaCl2 + lar. (NH4)2C2O4 (lakukan pengamatan)
d) Larutan BaCl2 + lar. K2CrO4 (lakukan pengamatan)

2) Kalsium (Ca2+)
a) Larutan CaCl2 + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan CaCl2 + lar. H2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan CaCl2 + lar. (NH4)2C2O4 (lakukan pengamatan)
d) Larutan CaCl2 + lar. K2CrO4 (lakukan pengamatan)

5. Golongan V
1) Narium (Na+)
a) Larutan NaCl + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan NaCl + lar. H2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan NaCl + lar. (NH4)2C2O4 (lakukan pengamatan)
d) Larutan NaCl + lar. K2CrO4 (lakukan pengamatan)
e) Kawat dicelupkan ke dalam larutan NaCl, lalu dipijar pada nyala api (lakukan
pengamatan)

2) Kalium (Na+)
a) Larutan KOH + lar. HCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan KOH + lar. H2S (lakukan pengamatan)
c) Larutan KOH + lar. (NH4)2C2O4 (lakukan pengamatan)
d) Larutan KOH + lar. K2CrO4 (lakukan pengamatan)
e) Kawat dicelupkan ke dalam larutan KOH, lalu dipijar pada nyala api (lakukan
pengamatan)

18
D. Tugas
1. Sebutkan kation-kation yang terdapat dalam golongan I-V !
2. Lengkapi tabel berikut sesuai hasil pengamatan anda.
No. Sampel Reagen Hasil Pengamatan Hasil teoretis Reaksi

19
MODUL 5
ANALISIS ANION

A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mengenal reaksi-reaksi identifikasi anion-anion zat anorganik.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam setiap
reaksi identifikasi anion.
3. Mahasiswa dapat menuliskan persamaan-persamaan reaksi yang terjadi.

B. Petunjuk Umum
1. Untuk setiap reaksi pengujian, gunakanlah masing-masing paling banyak 0.5 mL
larutan yang mengandung anion yang akan diteliti.
2. Gunakan pereaksi sesuai dengan keperluan (jangan terlalu banyak).
3. Pengamatan meliputi perubahan warna, pembentukan endapan/ kekeruhan,
pelarutan kembali dan yang lain, catatlah semua pengamatan dalam kolom yang
tersedia.
4. Carilah reaksi-reaksi kimia yang diramalkan akan terjadi sebelum pengerjaan
dimulai dengan melihat dari buku Vogel Kualitatif dan yang lain.
5. Reaksi-reaksi kimia yang dituliskan dalam laporan resmi dalam bentuk reaksi ion.

C. Identifikasi Anion
1. Karbonat (CO32-)
a) Larutan Na2CO3 + lar. H2SO4, uji dengan pengaduk yang dibasahi Ca(OH)2
yang didekatkan ke mulut tabung (lakukan pengamatan pada batang pengaduk)
b) Larutan Na2CO3 + lar. AgNO3 (Endapan dibagi 2)
Endapan + lar asam nitrat (lakukan pengamatan)
Endapan + ammonia (lakukan pengamatan)
c) Larutan Na2CO3 + lar. NaOH (lakukan pengamatan)
d) Larutan Na2CO3 + lar. K2CrO4 (lakukan pengamatan)
2. Sulfat (SO42-)
a) Larutan Na2SO4 + lar. BaCl (lakukan pengamatan)
b) Larutan Na2SO4 + lar. Pb.asetat (lakukan pengamatan)
3. Tiosulfat (S2O32-)
a) Larutan Na.tiosulfat + lar. I2 (lakukan pengamatan)
b) Larutan Na.tiosulfat + lar. BaCl2 (lakukan pengamatan)
4. Nitrat (NO3-)
Larutan 1 mL Na Nitrat + 1 mL Fe(II) sulfat, kemudian alirkan Asam Sulfat pekat
melalui dinding tabung (lakukan pengamatan)
5. Klorida (Cl-)

20
Larutan NaCl + lar. AgNO3
Endapan + ammonia (lakukan pengamatan)

6. Bromida (Br-)
Larutan NaBr + lar. AgNO3 (Endapan dibagi 2)
a) Endapan + ammonia pekat (lakukan pengamatan)
b) Endapan + larutan Na.tiosulfat (lakukan pengamatan)
7. Iodida (I-)
Larutan NaBr + lar. AgNO3 (Endapan dibagi 2)
a) Endapan + Amonia pekat (lakukan pengamatan)
b) Endapan + lar. Nitrat (lakukan pengamatan)

D. Tugas
1. Sebutkan hukum kelarutan garam
2. Lengkapi tabel berikut sesuai hasil pengamatan anda.
No. Sampel Reagen Hasil Pengamatan Hasil teoretis Reaksi

21
MODUL 6
PEMBUATAN LARUTAN

A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat membuat larutan dari bahan cair dan padat dengan konsentrasi
tertentu

B. Teori
Banyak bahan kimia yang digunakan untuk praktikum berbentuk larutan. Untuk
membuat larutan pada umumnya digunakan pelarut air. Ada beberapa larutan yang
menggunakan pelarut lain.
Larutan hendaknya dibuat secukupnya saja, misalkan untuk keperluan satu
semester. Tetapi harus diingat bahwa ada larutan yang tidak tahan disimpan lama,
misalkan larutan kanji, larutan kalium heksasianoferat(III) dan lain-lain. Larutan-
larutan semacam itu hendaknya dibuat kalau akan digunakan. Jenis serta banyaknya
larutan yang dibuat bergantung pada jumlah percobaan yang akan dilakukan serta
jumlah praktikan yang akan melakukan percobaan itu.
Membuat larutan bukanlah sekedar melarutkan zat padat ke dalam suatu pelarut
yang dikehendaki. Kadang-kadang untuk melakukan suatu percobaan diperlukan
suatu larutan dengan konsentrasi tertentu. Untuk itulah maka sebelum kita membuat
larutan harus kita ketahui lebih dahulu larutan apa yang akan dibuat dan dengan
jumlah/banyak dan konsentrasi berapa.
Cara untuk menyatakan konsentrasi larutan biasanya menggunakan molar (M),
normal (N), persen massa, persen volume, part per million.


( )

( )

22
C. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Batang pengaduk h. Kaca arloji
b. Botol reagen 100 mL i. Kertas label
c. Botol reagen 50 mL j. Labu ukur 50 mL
d. Botol semprot 250 mL k. Labu ukur 100 mL
e. Botol timbang l. Pipet skala 25 mL
f. Corong saring m. Timbangan
g. Gelas kimia 100 mL

2. Bahan :
1) Aquades 5) Padatan natrium hidroksida, NaOH
2) Larutan cuka, CH3COOH 25% 6) Padatan tembaga(II) sulfat penta
3) Larutan asam klorida, HCl pekat hidrat, CuSO4.5H2O
4) Larutan asam sulfat, H2SO4
pekat

3. Prosedur
1) Pembuatan 100 mL Larutan CuSO4 4% dari padatan CuSO4.5H2O
 Hitung Padatan CuSO4.5H2O kemudian timbang padatan tersebut
 Larutkan dengan sedikit aquades di dalam gelas kimia, aduk sampai semua
padatan larut,
 Masukkan ke dalam labu takar 100 mL dan tambahkan aquades sampai tanda
batas.
 Homogenkan dan masukkan ke dalam botol yang telah dicuci bersih dan
kering.
 Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal
pembuatan dan sifat larutan.

2) Pembuatan 100 mL larutan NaOH 2 M dari padatan NaOH


 Hitung berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL larutan
NaOH 2 M.
 Timbang padatan NaOH sejumlah hasil perhitungan (gunakan botol timbang).
 Masukkan padatan NaOH yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia,
tambahkan aquades dan aduk sampai larut.
 Bilas botol timbang dengan aquades dan hasil bilasan dimasukkan ke dalam
gelas kimia yang berisi larutan natrium hidroksida.
 Dinginkan larutan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan
aqudes sampai tanda batas.

23
 Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan
kering.
 Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal
pembuatan dan sifat larutan.

3) Pembuatan 50 mL larutan NaOH 0,5 M dari larutan NaOH 2 M


 Hitung volume larutan NaOH 2 M yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL
larutan NaOH 0,5 M.
 Pipet larutan NaOH 2 M sejumlah hasil perhitungan.
 Masukkan larutan NAOH yang telah dipipet ke dalam labu ukur 50 mL,
tambahkan aquades sampai tanda batas.
 Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan
kering.
 Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal
pembuatan dan sifat larutan.

4) Pembuatan 100 mL Larutan HCl 2 N dari larutan HCl pekat


 Tentukan konsentrasi larutan HCl pekat.
 Hitung volume larutan HCl pekat yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL
larutan HCl 2 N.
 Masukkan sedikit aquades ke dalam labu ukur 100 mL.
 Pipet larutan asam klorida pekat sejumlah hasil perhitungan (b).
 Masukkan larutan HCl pekat yang telah dipipet ke dalam labu ukur 100 mL (c),
tambahkan aquades sampai tanda batas.
 Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan
kering.
 Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal
pembuatan dan sifat larutan.

5) Pembuatan 100 mL larutan H2SO4 2 M dari larutan H2SO4 pekat


 Tentukan konsentrasi larutan H2SO4 pekat.
 Hitung volume larutan H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL
larutan H2SO4 2 M.
 Masukkan sedikit aquades ke dalam labu ukur 100 mL.
 Pipet larutan asam sulfat pekat sejumlah hasil perhitungan (b).
 Masukkan larutan H2SO4 yang telah dipipet ke dalam labu ukur 100 mL,
tambahkan aquades sampai tanda batas.
 Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan
kering.

24
 Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal
pembuatan dan sifat larutan.

D. Tugas
1. Buatlah catatan urutan/langkah-langkah pembuatan larutan dari bahan cair dan
padat disertai hal-hal lain yang dianggap perlu dalam kolom berikut.
No. Nama Larutan Prosedur Pembuatan Perhitungan
1.

2.

3.

4.

5.

6.

2. Tentukan Mr CuSO4.5H2O, NaOH, HCl dan H2SO4! (Data Ar dapat dilihat dalam
tabel periodik).
3. Tentukan massa CuSO4.5H2O dalam 100 mL CuSO4 4% dan tentukan kadar
larutan tersebut dalam bpj, molaritas dan normalitas!
4. Tentukan massa NaOH dalam 100 mL larutan NaOH 1M!
5. Tentukan volume NaOH 1M yang diperlukan dalam membuat 50 mL NaOH
0,1M!
6. Tentukan molaritas HCl pekat! (massa jenis = 1,19 Kg/L, % = 37%).
7. Tentukan molaritas H2SO4 pekat! (massa jenis = 1,84 Kg/L, % = 96%).

25
MODUL 7
ANALISIS GRAVIMETRI

A. Tujuan Percobaan
- Mahasiswa mengetahui cara penentuan kadar air dalam suatu bahan pangan
- Mahasiswa mengetahui jumlah kadar air yang ada dalam suatu bahan pangan

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
1) Lumping 4) Oven
2) Eksikator 5) Timbangan analitik
3) Cawan 6) Penjepit

2. Bahan :
Beraneka bahan/produk pangan

3. Prosedur :
a. Cawan dioven pada suhu 105°C
b. Dinginkan dalam eksikator (±15 menit)
c. Ditimbang berat cawan kosong, catat bobotnya (W0)
d. Ditimbang saksama ±3 gram sampel ke dalam cawan, catat bobot total (W1)
e. Dimasukkan ke dalam oven (± 3 jam dengan suhu 105°C)
f. Dinginkan dalam eksikator (±15 menit)
g. Ditimbang, catat bobotnya (W2)
h. Ulangi tahap e-g hingga diperoleh bobot konstan (0,25% dari bobot sampel)
i. Tabel pengamatan

Jenis Sampel W0 W1 W2 Kadar air


Bobot Awal Bobot cawan+sampel Bobot Akhir (%)
(g) (g) (g)
1
2
3
4
….
1
2
3
4
….

26
MODUL 8
TITRASI ASAM-BASA

A. Tujuan Percobaan
- Mahasiswa dapat membuat larutan standar dalam alkalimetri
- Mahasiswa dapat menstandarisasi larutan titer NaOH dengan menggunakan asam
oksalat
- Mahasiswa dapat menentukan kemurnian asam dalam asam cuka yang
diperdagangkan

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
1) Batang pengaduk 8) Bulp
2) Gelas piala 9) Labu ukur
3) Botol semprot 250 mL 10) Neraca digital
4) Buret 11) Pipet tetes
5) Corong kaca 12) Pipet volume
6) Erlenmeyer 13) Statif dan klem
7) Kaca arloji

2. Bahan :
1) Aquades 4) Natrium hidroksida
2) Larutan cuka, CH3COOH 5) Phenolptalein (PP)
3) Asam oksalat

3. Prosedur :
1) Preparasi larutan
 Buat larutan natrium hidroksida 0,1 N sebanyak 100 mL
 Buat larutan baku (standar) primer asam oksalat 0,5 N sebanyak 100 mL
2) Standarisasi NaOH dengan larutan baku primer asam oksalat
 Pipet 10 mL larutan asam oksalat ke dalam Erlenmeyer
 Tambahkan indikator PP sebanyak 3-5 tetes
 Lakukan titrasi dengan larutan NaOH sampai warna larutan berubah dari bening
tidak berwarna menjadi warna merah muda
 Amati dan catat hasilnya
 Ulangi percobaan sampai 3 kali
3) Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan
 Timbang beakerglass kosong, catat bobotnya

27
 Masukkan 5 mL sampel asam cuka ke dalam beakerglass, lalu timbang kembali
dan catat bobotnya
 Tambahkan aquades secukupnya dan pindahkan ke dalam labu ukur
 Ulangi beberapa kali untuk membilas beakerglass
 Tepatkan labu ukur hingga tanda batas menggunakan akuadest
 Pipet 10 mL kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer
 Tambahkan 3-5 tetes indikator PP
 Lakukan titrasi dengan larutan NaOH sampai warna larutan berubah dari bening
tidak berwarna menjadi warna merah muda
 Amati dan catat hasilnya
 Ulangi percobaan sampai 3 kali

C. Tugas
1. Sebut dan jelaskan 2 jenis larutan baku (standar)!
2. Tuliskan prosedur preparasi larutan!
3. Pembakuan larutan NaOH 0,1 N
No Berat Pembacaan skala buret Volume Normalitas
(g) Titik awal Titik akhir Titrasi NaOH
titrasi titrasi (mL)

4. Penetapan kadar asam cuka


No Berat Pembacaan skala buret Volume Kadar
(g) Titik awal Titik akhir Titrasi asam cuka
titrasi titrasi (mL)

28
MODUL 9
TITRASI PENGENDAPAN

A. Tujuan Percobaan
- Mahasiswa dapat membuat larutan standard dalam argentometri
- Mahasiswa dapat menstandarisasi larutan titer AgNO3 dengan menggunakan NaCl
- Mahasiswa dapat menentukan kemurnian garam NaCl yang diperdagangkan

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
1) Batang pengaduk 8) Bulp
2) Gelas piala 9) Labu ukur
3) Botol semprot 250 mL 10) Neraca digital
4) Buret 11) Pipet tetes
5) Corong kaca 12) Pipet volume
6) Erlenmeyer 13) Statif dan klem
7) Kaca arloji

2. Bahan :
1) Aquades 3) NaCl
2) AgNO3 4) K2CrO4

3. Prosedur :
1) Preparasi larutan
 Buat larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 100 mL
 Buat larutan baku (standar) primer NaCl 0,5 N sebanyak 100 mL
2) Standarisasi AgNO3 dengan larutan baku primer NaCl
 Pipet 10 mL larutan baku primer NaCl 0,1 N ke dalam Erlenmeyer
 Tambahkan kurang lebih 5 mL indikator kalium kromat 1%
 Lakukan titrasi dengan larutan AgNO3 sampai warna larutan menjadi berwarna
merah bata dan terdapat endapan putih
 Amati dan catat hasilnya
 Ulangi percobaan sampai 3 kali
3) Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan
 Masukkan 10 mL sampel garam NaCl ke dalam labu ukur
 Tepatkan labu ukur hingga tanda batas menggunakan akuadest
 Pipet 10 mL kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer
 Tambahkan kurang lebih 5 mL indikator kalium kromat 1%

29
 Lakukan titrasi dengan larutan AgNO3 sampai warna larutan menjadi berwarna
merah bata dan terdapat endapan putih
 Amati dan catat hasilnya
 Ulangi percobaan sampai 3 kali

C. Tugas
1. Sebut dan jelaskan macam-macam metode dalam analisis argentometri!
2. Tuliskan prosedur preparasi larutan!
3. Pembakuan larutan AgNO3 0,1 N
No Berat Pembacaan skala buret Volume Normalitas
(g) Titik awal Titik akhir Titrasi AgNO3
titrasi titrasi (mL)

4. Penetapan kadar Garam NaCl


No Volume Pembacaan skala buret Volume Kadar
(mL) Titik awal Titik akhir Titrasi Garam NaCl
titrasi titrasi (mL)

30
MODUL 10
TITRASI REDOKS

A. Tujuan Percobaan
- Mahasiswa dapat membuat larutan standard dalam iodometri
- Mahasiswa dapat menstandarisasi larutan titer Na2S2O3 dengan larutan K2CrO4
- Mahasiswa dapat menentukan kemurnian CuSO4

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
1) Batang pengaduk 8) Bulp
2) Gelas piala 9) Labu ukur
3) Botol semprot 250 mL 10) Neraca digital
4) Buret 11) Pipet tetes
5) Corong kaca 12) Pipet volume
6) Erlenmeyer 13) Statif dan klem
7) Kaca arloji

2. Bahan :
1) Aquades 4) CuSO4
2) Na2S2O3 5) H2SO4 2N
3) KIO3 6) Indikator amylum 1%

3. Prosedur :
1) Preparasi larutan
 Buat larutan Na2S2O3 0,1 N sebanyak 100 mL
 Buat larutan baku (standar) primer KIO3 0,5 N sebanyak 100 mL
 Buat larutan H2SO4 2N
 Buat larutan indikator amylum 1%
Buat pasta 1 g amylum dalam sedikit air, tuangkan pasta tersebuit ke
dalam 100 mL air mendidih sambil diaduk terus, dinginkan.
2) Standarisasi AgNO3 dengan larutan baku primer NaCl
 Pipet 10 mL KIO3, masukkan ke dalam erlenmeyer.
 Tambahkan 2 mL H2SO4 2N dan 1 g kalium Iodida, titrasi cepat-cepat dengan
Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning,
 Tambahkan 2 mL amylum dan titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan
warna dari biru menjadi tidak berwarna.
 Catat hasilnya
 Ulangi percobaan sampai 3 kali

31
3) Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan
 Lebih kurang 2 g CuSO4.5H2O (BM = 249, 685) ditimbang saksama,
 Larutkan dalam air dalam gelas beker, pindahkan kedalam labu takar 100ml
 Bilas gelas beker beberapa kali
 Tepatkan volumenya hingga tanda batas menggunakan akuades
 Tambahkan 2 mL H2SO4 2N dan 1 g kalium Iodida,
 Titrasi cepat-cepat dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning,
 Tambahkan 2 mL amylum dan titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan
warna dari biru menjadi tidak berwarna
 Catat hasilnya
 Ulangi percobaan sampai 3 kali

C. Tugas
1. Jelaskan perbedaan Iodimetri dan Iodometri!
2. Tuliskan prosedur preparasi larutan!
3. Pembakuan larutan Na2S2O3 0,1 N
No Berat Pembacaan skala buret Volume Normalitas
(g) Titik awal Titik akhir Titrasi Na2S2O3
titrasi titrasi (mL)

4. Penetapan kadar Garam CuSO4


No Berat Pembacaan skala buret Volume Kadar
(g) Titik awal Titik akhir Titrasi Garam CuSO4
titrasi titrasi (mL)

32
MODUL 11
TITRASI KOMPLESOMETRI

A. Tujuan Percobaan
- Mahasiswa dapat membuat larutan standard dalam kompleksometri
- Mahasiswa dapat menstandarisasi larutan titer dinatrium EDTA dengan larutan
CaCO3
- Mahasiswa dapat menentukan kemurnian kalsium laktat

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
1) Batang pengaduk 8) Bulp
2) Gelas piala 9) Labu ukur
3) Botol semprot 250 mL 10) Neraca digital
4) Buret 11) Pipet tetes
5) Corong kaca 12) Pipet volume
6) Erlenmeyer 13) Statif dan klem
7) Kaca arloji

2. Bahan :
1) Aquades 5) Amoniak
2) Sampel tablet kalsium laktat 6) Ammonium klorida
3) Dinatrium EDTA 7) Kalsium karbonat
4) HCl 8) Indikator biru hidroksi naftol 1%

3. Prosedur :
1) Preparasi larutan
 Buat larutan dinatrium EDTA 0,05 N sebanyak 100 mL
 Buat larutan HCl 2N
 Buat larutan dapat NH4Cl pH 10
 Buat larutan indikator biru hidroksi naftol 1%
2) Standarisasi dinatrium EDTA dengan larutan baku primer CaCO3
 Timbang saksama 100 mg CaCO3, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
 Tambahkan 2 mL HCl 2N, kemudian tambahkan 25 mL air
 Tambahkan 15 mL larutan dapar NH4Cl pH 10 dan 3-5 tetes indikator biru
hidroksi naftol.
 Titrasi hingga warna larutan berubah dari violet menjadi biru.
 Catat hasilnya
 Ulangi percobaan sampai 3 kali

33
3) Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan
 Timbang saksama 300 mg kalsium laktat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
250 mL
 Tambahkan 2 mL HCl 2N, kemudian tambahkan 25 mL air
 Tambahkan 15 mL larutan dapar NH4Cl pH 10 dan 3-5 tetes indikator biru
hidroksi naftol.
 Titrasi hingga warna larutan berubah dari violet menjadi biru.
 Catat hasilnya
 Ulangi percobaan sampai 3 kali

C. Tugas
1. Jelaskan perbedaan Iodimetri dan Iodometri!
2. Tuliskan prosedur preparasi larutan!
3. Pembakuan larutan Na2S2O3 0,1 N
No Berat Pembacaan skala buret Volume Normalitas
(g) Titik awal Titik akhir Titrasi dinatrium
titrasi titrasi (mL) EDTA

4. Penetapan kadar Garam CuSO4


No Berat Pembacaan skala buret Volume Kadar
(g) Titik awal Titik akhir Titrasi Kalsium latat
titrasi titrasi (mL)

34
MODUL 12
POTENSIOMETRI

A. Tujuan Percobaan
- Mahasiswa dapat membuat larutan standar dalam alkalimetri
- Mahasiswa dapat menentukan titik ekivalen menggunakan potensiometri
- Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi suatu senyawa menggunakan
potensiometri

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
1) Batang pengaduk 8) Bulp
2) Gelas piala 9) Labu ukur
3) Botol semprot 250 mL 10) Neraca digital
4) Buret 11) Pipet tetes
5) Corong kaca 12) Pipet volume
6) Erlenmeyer 13) Tissue
7) Kaca arloji 14) Statif dan klem

2. Bahan :
1) Aquades
2) Asam oksalat
3) Natrium hidroksida

3. Prosedur :
1) Preparasi larutan
 Buat larutan natrium hidroksida 0,1 N sebanyak 100 mL
 Buat larutan baku (standar) primer asam oksalat 0,1 N sebanyak 100 mL
2) Titrasi asam oksalat menggunakan NaOH
 Kalibrasi pH meter dengan menggunakan buffer standar pada dua atau tiga nilai
pH
 Pipet 20 mL larutan asam oksalat ke dalam gelas piala dan masukkan magnet
bar kedalamnya,
 Tempatkan gelas piala di atas magnetic stirrer, atur kecepatan pada 200 rpm
 Atur elektroda pH sampai tercelup (elektroda tidak menyentuh magnet bar)
pada cairan dalam gelas piala (selalu lakukan pembilasan dan pengeringan
setiap kali elektroda dimasukkan ke dalam cairan yang baru)
 Catat pH awal yang tertera pada pH meter
 Keluarkan NaOH dari buret sebanyak 1 mL, catat perubahan pH yang terjadi.

35
 Lakukan penambahan setiap 1 mL dan catat pH setiap penambahan (sampai pH
menunjukkan harga basa yang stabil)
Volume NaOH 0,1 N pH

 Disarankan pengamatan pH dilakukan setiap penambahan 0,5 mL terutama di


daerah sekitar titik ekivalen.
 Hentikan titrasi jika larutan telah mencapai pH 11,5 atau lebih

C. Tugas
1. Bagaimana cara kalibrasi pH meter?
2. Dapatkah NaOH diganti dengan KOH? Berikan alasannya
3. Penentuan titik ekivalen titrasi dengan metode grafik
Vol NaOH pH pH/vol pH2/2Vol
(mL)

Alurkan mL NaOH sebagai sumbu mendatar (X) dan pH terukur sebagai sumbu
tegak (Y), atau alurkan data ΔpH/ΔVol sebagai sumbu tegak vs ml KOH sebagai
sumbu mendatar, atau data ΔpH2/Δ2Vol sebagai sumbu tegak vs ml KOH sebagai
sumbu mendatar. Gunakan kertas grafik (mm blok skala normal).
4. Hitung Normalitas NaOH !

36
REFERENSI
Anonym, 2003, Dictionary of Chemistry, 2nd edition, McGraw Hill.
Cartika, Harpolia, 2017, Bahan Ajar Farmasi Kimia Farmasi II, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Dirjen POM, 2012. Farmakope Indonesia edisi V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Hamdani, Syarif, dkk. Panduan Praktikum Kimia Analisis. STFI: Bandung
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.
Harris, Daniel C.2010. Quantitative Chemical Analysis Eighth edition. New York : WH.
Freeman and Company
Ibnu Ghalib G, Rahman., 1999, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka pelajar : Yogyakarta.
Khamidinal, 2009, Teknik Laboratorium Kimia, Pustaka Pelajar, Jogjakarta
Khopkar, SM., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: Universitas Indonesia.
Kithof, M., Sandell, E. B., Textbook of Quantitative Inorganic Analysis, 3th ed., The
Macmillan Company, New York.
Martin, Alferd., 1990, Farmasi Fisik, UI Press : Jakarta.
Mursyidi, A., dan Rohman, Abdul, 2006, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan
Gravimetri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Oxtoby, dkk., 2001, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Erlangga : Jakarta.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press
Rohman., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka pelajar : Yogyakarta.
Roth, J., Blaschke, G., 1988, Analisa Farmasi, UGM Press : Yogyakarta.
Sudjadi, Abd Rohman, 2012, Analisis Farmasi, PustakaPelajar Yogyakarta
Syukri., 1999, Kimia Dasar 2, ITB press : Bandung.
Svehla.G., 1990, Analisis Anorganik Kuantitatif. PT. Kalman media pustaka : Jakarta.
Svehla, G., 1979, Vogel’s Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic
Analysis, 5th edition, Longman Scientific and Technical.
Tim dosen Kimia Dasar, 2007, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I, Laboratorium Kimia
Dasar Analitik Dasar I, Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UNNES: Semarang
Underwood, A.L., Day, RA., 1999, Analisa Kimia Kuantitatif Edisi V, Erlangga : Jakarta
Underwood, A.L., Day, RA., 2002, Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Edisi VI, Erlangga
:Jakarta.
Vogel, Arthur, 1985, Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis,
Longman Group Limited, London.
Vogel, Arthur, 1989, Textbook of Quantitative Chemical Analysis, 5th ed., Longman
Scientific & Technical, New York

37

Anda mungkin juga menyukai