1. Setiap praktikan harus hadir tepat pada waktu yang ditentukan.Terlambat lebih
dari 15 menit maka mahasiswa tidak diperkenankan mengikutipraktikum.
2. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus memakai jas praktikum berwarna
putih, alat pelindung diri (masker, sarung tangan, sepatu tertutup), dan membawa
kain lap.
3. Setiap praktikan diwajibkan menjaga kebersihan dan kerapihan laboratorium,
misalkan menghindari terjadinya tumpahan bahankimia.
4. Setiap selesai percobaan, hasilnya ditunjukkan pada asisten praktikum dan
membuat laporan sementara dan dimintakan pengesahan pada asistenpraktikum.
5. Laporan resmi hasil praktikum diserahkan pada waktu praktikumberikutnya.
6. Setiap praktikan harus mengembalikan alat-alat dalam keadaan bersih dan kering
ke tempatsemula.
7. Praktikan yang memecahkan peralatan atau merusak zat-zat kimia yang dipakai
dalam praktikum maka diwajibkan untuk menggantinya dengan jenis dan kualitas
yang sama paling lambat dua mingguberikutnya.
8. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium dan bekerja dengan tertib
dan sopan. Apabila praktikan bersikap tidak sopan, seperti bercanda, tidak
bersepatu, merokok, dan memakai kaos tanpa kerah, maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum (praktikum dinyatakangagal).
9. Praktikan tidak diijinkan menggunakan alat komunikasi dan laptop selama
praktikumberlangsung.
10. Setiap praktikan harus mengembalikan bahan-bahan kimia yang telah diambil ke
tempat dan kondisi semula, dengan tutup botol tidak salingtertukar.
11. Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh acara praktikum. Jika tidak dapat
mengikuti praktikum, harus menunjukkan surat ijin atau surat keterangan yang
sah.
12. Praktikum ulang (INHAL) diselenggarakan sebanyak dua kali pada akhir
rangkaian praktikum dengan biaya sebesar Rp. 30.000,- per mata praktikum.
13. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur lebih lanjut oleh kepala
laboratorium dengan pengumuman tersendiri.
2
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI
LABORATORIUM
4
PERATURAN KESELAMATAN BAHAN KIMIA
1. Seluruh bahan kimia harus diperlakukan sebagai bahan yangberbahaya.
2. Hindari kontak solvent dengan kulit.
3. Hindari menghirup langsung uap bahankimia.
4. Praktikan dilarang mengambil bahan kimia lebih banyak dari yangdibutuhkan.
5. Praktikan dilarang mengembalikan bahan kimia sisa kembali kebotol asalnya
untuk mencegah kontaminasi
6. Bahan kimia tidak diperbolehkan dibawa keluarlab.
7. Segera membersihkan jika bahan kimiatercecer.
8. Baca label bahan sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan
dalam pengambilan bahan
9. Semua limbah bahan kimia harus dibuang dengan cara yang benar.
10. Bahan kimia tidak boleh dicampurkan, diukur dan dipanaskan dekat dengan wajah.
11. Air tidak boleh dituangkan ke asam pekat, sebagai gantinya, tuangkan asam secara
pelan-pelan kedalam air sambil diaduk karena dibanyak kasus mencampuran asam
dengan air adalah eksotermis
PEMBUANGAN LIMBAH
Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu perlu
penanganan khusus, yaitu :
1. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan.
2. Buang pada tempat yang disediakan
5
3. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaurulang.
4. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempatkhusus.
5. Limbah yang tidak berbahaya (Misal: detergen) boleh langsung dibuang, dengan
pengenceran air yang cukupbanyak.
6. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatanselesai.
7. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan beracun dikumpulkan pada botol dan
diberi label yangjelas.
6
SIMBOL KESELAMATAN
(www.ck12.org)
7
Daftar Modul Praktikum Kimia Dasar dan Kimia Organik
1) Pengukuran pH Larutan
2) Pengukuran Volume Molal Parsial Senyawa
3) Bobot Molekul Gas
4) Reaksi Kesetimbangan Asam Lemah
5) Reaksi Hidrolisis Pati
6) Pembuatan Asam Salisilat
7) Isolasi Komponen Kimia dari Bahan Alam (Minyak Atsiri)
8
1. PENGUKURAN pH LARUTAN
A. TUJUAN
B. DASAR TEORI
Teori Asam Basa Arhenius
Arhennius memperkenalkan konsep asam dan basa, dimana asam adalah
senyawa yang bila dilarutkan ke dalam air murni akan meningkatkan konsentrasi
ion hidrogen (H+), sedangkan basa akan meningkatkan meningkatkan konsentrasi
ion hidroksida (OH-). (Petrucci, 1985)
Sebagai contoh, larutan hidrogen klorida (HCl) apabila dilarutkan ke dalam
air akan terionisasi menjadi ion H+ dan ion Cl- Sedangkan
. natrium hidroksida
(NaOH) apabila dilarutkan dalam air akan terionisasi menjadi ionNa +dan ion OH-
Sebuah definisi asam dan basa yang lebih luas diperkenalkan secara terpisah
oleh Johannes Bronsted dan Thomas Lowry. Asam Bronsted-Lowry didefinisikan
sebagai suatu zat yang dapat memberikan (donor) ion hidrogen (H +), sedangkan
basa Bronsted-Lowry adalah suatu zat yang dapat menerima (reseptor) ion
hidrogen (H+). Dalam reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, ion hidrogen berpindah
dari asam ke basa. Sebagai contoh, bila asam asetat dilarutkan ke dalam air, ion
hidrogen dipindahkan dari asam asetat ke air menurut reaksi berikut:
(Oxtoby,1999)
9
CH3COOH(aq) + H2O(l) →H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
Derajat Keasaman
Asam
[H + ]=√𝐾𝑎.𝑀
dengan:
M= konsentrasi asam
Basa
[OH-] = M x valensi basa
pOH = - log [OH-]
pH = 14 - pOH
11
Basa lemah: tidak mengion sempurna di dalam air, pH larutan dapat ditentukan jika [OH-]
diketahui dengan:
OH
Kb M
Pengukuran pH
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengukur pH sesuai tingkat urutan
ketelitiannya adalah kertas lakmus, larutan indikator, pH strip (indicator universal), dan
pH meter. Larutan-larutan yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi zat asam sesuai
tingkatannya masing-masing ialah sebagai berikut:
Trayek
Indikator PerubahanWarna
pH
Biru Timol 1,2 – 2,8 Merah – Kuning
Bromo Fenol Biru (BFB) 3,0 – 4,6 Kuning – biru
Metil Jingga 3,1 – 4,4 Merah – kuning
Bromo Kresol Hijau 3,8 – 5,4 Kuning – biru
Metil Merah 4,2 – 6,2 Merah – kuning
Lakmus 4,5 – 8,3 Merah –biru
Bromo Kresol Purple (BCP) 5,2 – 6,8 Kuning – ungu
Bromo Timol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – biru
Fenol Merah 6,8 – 8,4 Kuning – merah
Fenolftalin (PP) 8,0 – 9,6 Tidak berwarna - merah
C. ALAT
1. Pipet ukur 10 mL
2. Pipet ukur 25 mL
3. Bola vakum
12
4. Pipet tetes
5. Gelas beker 100 mL
6. Gelas beker 25 mL
7. Corong
8. Labu ukur 100 mL
9. Tabung reaksi
10. Kertas lakmus
11. Indikator pH universal
12. pH meter
D. BAHAN
1. Larutan HCl 2M
2. Larutan NaOH 2M
3. Larutan NH3 2M
4. Aquades
E. CARA KERJA
2. Menambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur, lalu dikocok hingga menjadi
homogen.
4. Menambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur, lalu dikocok hingga menjadi
homogen.
13
5. Untuk membuat larutan HCl 0.25M, ambil 50 mL larutan HCL 0.5 M, kemudian
masukkan ke labu ukur 100 mL.
6. Menambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur 100 mL, lalu dikocok hingga
menjadi homogen.
3. Masukkan larutan HCl, NaOH, dan NH3 ke dalam gelas beker 25 mL pada masing
masing konsentrasi.
4. Lalu celupkan potongan kertas lakmus merah dan biru ke dalam gelas beker yang
sudah disiapkan.
14
Penentuan pH larutan dengan menggunakan pHmeter:
1. Siapkan larutan HCl, NaOH, dan NH3 berbagai konsentrasi pada gelas beker
3. Catat nilai pH
15
0,5 M
0,25 M
NH3 1M
0,5 M
0,25 M
HCL 1M
0,5 M
0,25 M
NaOH 1M
0,5 M
0,25 M
NH3 1M
0,5 M
0,25 M
HCL 1M
0,5 M
0,25 M
NaOH 1M
0,5 M
0,25 M
16
NH3 1M
0,5 M
0,25 M
Perhitungan
Pengenceran larutan
V1M1 = V2M2
dengan
V1 = volume larutan asamawal
M1 = konsentrasi larutan asam awal
V2 = volume larutan asam akhir
M2 = konsentrasi larutan asam akhir
Perhitungan pH
Reaksi ionisasi
HX → H+ + X-
YOH→ Y+ + OH-
Persamaan pH
pH = - log [H+]
pH=14 - pOH
17
Larutan Konsentrasi pH
HCL 1M
0,5 M
0,25 M
NaOH 1M
0,5 M
0,25 M
NH3 1M
0,5 M
0,25 M
A. Daftar Pertanyaan
1. Apa perbedaan dasar definisi asam basa menurut Arhenius, Lewis, dan Bronsted
Lowry?
2. Bandingkan nilai pH larutan HCl pada masing-masing metode pengukuran dan
masing-masing konsentrasi terhadap perhitungan persamaan pH dengan mengisi
grafik berikut, lalu hitung nilai erornya. kemudian, lakukan pada jenis larutan yang
lain.
pH _ pengukuran pH _ perhitungan
Error x100%
pH _ perhitungan
18
Pengukuran pH pada larutan HCL
14
12
kertas lakmus
10 indikator universal
6
larutan indikator
4
pH meter
8
2 perhitungan pH
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi, M
19
2. PENGUKURAN VOLUME MOLAL PARSIAL
A. TUJUAN
1. Menentukan volume molal parsial komponen dalam larutan dengan menggunakan
kurva volum molal nyata.
2. Menghitung massa jenis larutan.
B. DASAR TEORI
Larutan merupakan campuran dua atau lebih komponen. Sifat ekstensif suatu larutan
biner (G) pada suhu dan tekanan konstan merupakan fungsi mol komponen 1 dan 2.
Sehingga, hubungan sifat molal parsial dan jumlah mol komponen dapat ditulis sebagai
berikut:
G
G1 ...........................................................................................................(1)
n1 n2 ,T , P
G
G2 ............................................................................................................(2)
n1 n1 ,T , P
Volume merupakan sifat ekstensif, sehingga pada suhu dan tekanan tetap,volume
larutan biner dapat dinyatakan sebagai berikut:
G (n1 n2 ) n1 G1 n2 G2 ........................................................................................(3)
Sedangkan volum molal parsial komponen i pada sistem larutan didefinisikan sebagai
berikut
V
V1 ................................................................................................(4)
ni n j i ,T , P
n1V1 n2 V2 ... 0........................................................................................(5)
Dengan Vi = volum
T = suhu
n = jumlah mol
20
P = tekanan
21
Persamaan diatas dikenal dengan Persamaan Gibbs-Duhem, maka pada system
biner, persamaan diatas dapat ditulis sebagai:
V n1V1 n2 V2 ........................................................................................................(6)
Dengan 𝑉0 adalah volum molal pelarut murni, V adalah volume larutan yang
1
mengandung komponen n1 dan n2. Jika pelarut yang digunakan berupa air, maka pada
larutan dengan molalitas m untuk setiap 1000 gram air (55,51 mol), terdapat m mol zat
terlarut. Jadi n1 = 55,51 dan n2 = m, sehingga persamaan diatas dapat dituliskan
sebagai berikut:
V 55,51V1o
.......................................................................................................(8)
m
𝑉0 adalah volum molal air murni yang dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah
1
ini:
1000 nM 2
V ...........................................................................................................(9)
1000
Dan n1V1O
O
1000 o
M2
m o ........................................................................................(10)
Dengan ρ = berat jenis larutan
𝜌0= berat jenis pelarut murni
M2 = berat molekul zat terlarut
Sehingga volume molal parsial semua menjadi:
22
1000 W Wo
M2
m Wo W
......................................................................................(11)
Persamaan diatas digunakan untuk menghitung volume molal semu zat terlarut (φ),
sedangkan densitas (ρ) ditentukan dengan menggunakan piknometer, W, Wo, We,
berturut-turut adalah berat piknometer berisi larutan penuh, piknometer berisi air penuh
dan piknometer kosong.
Volume molal parsial pelarut (komponen 1) dan zat terlarut (komponen 2) dapat
ditentukan dari volume molal parsial dan diperoleh hasil sebagai berikut :
V
V2 n2 m .......................................................(12)
n 2 n2 ,T , P n 2 m
V n 2 V2 1 m 2
V1 n1V1o n22 V1o
....................................(13)
n1 n1 n2 55,51 m
Untuk larutan elektrolit sederhana, misalnya larutan NaCl, didapatkan bahwa φ linear
terhadap √𝑚, untuk konsentrasi yang tidak terlalu pekat, karena
m 1
..................................................................(14)
m m m 2 m m
o m ................................................................................................(16)
m
Sehingga volume molal parsial solvent adalah,
3 m
V2 o ............................................................................................(17)
2 m
Sedangkan volume molal parsial komponen pertama adalah,
1
m m
2
V1 V1
o
2 m
23
Nilai φ0diperoleh dari ekstrapolasi grafik antara φ terhadap √𝑚pada konsentrasi
𝜕φ
m mendekati 0. Dengan membuat grafik antara φ vs √𝑚yang linier, maka nilai
𝜕√𝑚
dapat dicari dari slope grafik yang terbentuk dan volume molal parsial pelarut dapat
ditentukan.
C. ALAT
1. Labu ukur 100ml
2. Pipet ukur 25 ml
3. Piknometer 25 ml
5. Corong kaca
6. Timbangan
7. Rubber Bulb
D. BAHAN
1. NaCl 2 M
2. Aquades
E. CARA KERJA
1. Membuat larutan NaCl dengan 4 variasi konsentrasi berbeda ( 1 M ; 0,5 M ; 0,25
M ; 0,125 M ) dengan cara mengencerkannya :
Untuk konsentrasi 1 M
i. Mengambil 50 ml larutan NaCl 2 M dengan pipet ukur
ii. Memasukkan larutan NaCl 2 M ke dalam labu ukur
iii. Menambahkan aquades hingga garis batas
iv. Menghomogenkan campuran
Mengulangi langkah i – iv untuk konsentrasi 0,5 M ; 0,25 M ; 0,125 M
berdasarkan dengan perhitungan pengenceran yang telah dilakukan
24
2. Menimbang piknometer kosong dan catat hasilnya
3. Menimbang piknometer yang telah diisi aquades dan catat hasilnya
4. Menimbang piknometer yang telah diisi larutan NaCl 1 M dan catat hasilnya
5. Mengulangi Langkah 4 dengan menggunakan larutan NaCl 0.5 M ; 0,25 M dan
0,125 M
F. ALGORITMA PERHITUNGAN
1. Menghitung pengenceran larutan NaCl untuk setiap variasi konsentrasi
Dimana,
M1 = konsentrasi awal
M2 = konsentrasi akhir
2. Menghitung molalitas larutan (m) dari nilai molaritas (M) dengan menggunakan
persamaan seperti berikut:
1
m
M 2
M 1000
Dengan M2 adalah berat molekul zat terlarut dan ρ adalah berat jenis larutan. Berat
jenis larutan diperoleh dari persamaan berikut:
W 1W2
Vp
25
m yang linier, maka nilai dapat dicari dari slope grafik yang terbentuk.
m
3 m
V2 o ............................................................................................(17)
2 m
26
3. PENGUKURAN BERAT MOLEKUL GAS
A. TUJUAN
1. Praktikan mampu menghitung masa jenis larutan
2. Praktikan mampu menghitung massa jenis gas yang berasal dari uap zat volatile
dengan memanfaatkan persamaan gas ideal
B. DASAR TEORI
Massa jenis zat
Massa jenis atau densitas merupakan perbandingan antara massa terhadap
volume dari zat itu sendiri. Sebagai contoh, pada keadaan standar, air memiliki massa
jenis 1 kg/L. artinya dalam satu liter air, terdapat 1 kg massa air. Nilai densitas berbeda
pada tiap-tiap zat. Kerapatan padatan dan cairan sering dibandingkan dengan kerapatan
air. Zat yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) dari air akan mengapung, dan
zat yang kerapatannya lebih besar (lebih berat) dari air akan tenggelam dalam air.
Dengan jalan yang saama. kerapatan gas dibandingkan dengan kerapatan udara. gas
yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) akan naik dalam udara, dan gas yang
kerapatannya lebih besar (lebihberat) akan turun dalam udara(Stoker,1993).
Persamaan massa jenis zat ialah sebagai berikut:
ρ = m/v
Massa molekul relatif
Massa molekul relatif (Mr) atau berat molekul adalah berat suatu molekul (m) dalam
satuan massa atom (sma) atau mol (n). Berat suatu molekul dapat dihitung dengan
menjumlahkan berat seluruh atom yang penyusunnya. Persamaan massa molekul
relative ialah sebagai berikut:
Mr= m/n
Senyawa Volatil
Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap pada keadaan standar.
Kecepatan penguapan senyawa volatile sangat dipengaruhi suhu dan tekanan sistem.
Berbagai hukum yang dikenal sebagai persamaan kondisi gas (equation of state)
menyatakan ketergantungan sejumlah tertentu gas terhadap tekanan, suhu, dan volume.
Hukum-hukum gas ini diperoleh dari pengamatan- pengamatan eksperimental. Maka
27
dari sini berat molekul senyawaa volatil dapat ditentukan. Persamaan yang paling
sederhana ialah dengan mengasumsikan bahwa gas berada dalam kondisi ideal. Dari
persamaan tersebut, dapat dilakukan percobaan untuk menghitung berat molekul.
Persamaan gas ideal ialah sebagai berikut :
P.V= n.R.T
Diturunkan menjadi :
Mr = ρ . RT/P
Persamaan keadaan atau gas ideal adalah persamaan termodinamika yang
menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan gas
ideal adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan matematik
antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti
temperatur, tekanan, volume dan energi dalam (Atkins, 1993).
C. ALAT
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut
1. Erlenmeyer
2. Gelas beker 500 ml
3. Penjepit
4. Kompor listrik
5. Jarum
6. Desikator
7. Neraca analitik
8. Piknometer 25 ml
9. Termometer
10. Pipet ukur
11. Karet penghisap
D. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah:
1. Etanol
2. Metanol
3. Air
4. Aluminium foil
28
E. CARA KERJA
Cara kerja percobaan ini ialah sebagai berikut:
1. Timbang Erlenmeyer kosong
29
Massa air + erlenmeyer
Tekanan udara
G. DAFTAR PERTANYAAN
Jawablah pertanyaan – pertanyaan berikut :
1. Mengapa alumunium foil perlu dilubangi ?
2. Bandingkan massa jenis dan BM percobaan terhadap data teoritis, kemudian
hitunglah erornya
3. Mengapa hasil eksperimen menunjukkan nilai eror?
30
4. REAKSI KESETIMBANGAN ASAM LEMAH
A. TUJUAN
1. Menentukan tetapan kesetimbangan ionisasi asam lemah
2. Menentukan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai pH
B. DASAR TEORI
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang
teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu reaksi kimia telah mencapai
keadaan kesetimbangan, maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan
sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem. Meskipun demikian,
aktivitas molekul tetap berjalan, molekul-molekul reaktan berubah menjadi produk
secara terus-menerus sambil molekul – molekul produk berubah menjadi reaktan
kembali dengan kecepatan yang sama.
Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adalah
reaksi dapat balik (reversible) pada awal suatu reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke
arah pembentukan produk. Sesaat setelah produk terbentuk, pembentukan reaktan dari
produk juga mulai berjalan. Jika kecepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah sama,
dan dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah tercapai. Harus diingat bahwa
kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan dan
produk.
Persamaan reaksi kesetimbangan ditulis dengan menggunakan tanda panah
dua arah (↔). Reaksi kesetimbangan disebut reaksi bolak-balik (reversible)
kesetimbangan dapat dimanipulasi dengan menggunakan prinsip Le Chatelier.
Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan
bahwa jika reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima
aksi dari luar), reaksi tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu
pergeseran tertentu untuk mengatasi perubahan yang diterima (melakukan aksi
sebagai respon terhadap perubahan yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le
Chatelier.
31
Tetapan kesetimbangan asam lemah
Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya <1 (0 <𝛼< 1) maka
besarnya konsentrasi ion H+ (𝛼3𝛼+) tidak dapat dinyatakan secara langsung dari
konsentrasi asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh
adalah menghitung besarnya [𝛼3𝛼+] denganrumus.
HA (aq) + H2O (l) ↔ H3O+ (aq) + A- (aq)
Awal 𝛼𝛼M - -
Reaksi -xM +x M +x M
Setimbang (𝛼𝛼-x)M xM xM
Ka
H O A
3
HA
x.x
Ka
Ca x
Derajat ionisasi
Derajat ionisasi adalah fraksi molekul asam yang terionisasi yang menunjukkan
seberapa besar asam lemah terdisosiasi. Nilai derajat ionisasi adalah 0 <𝛼< 1. Derajat
ionisasi bisa dinyatakan dalam bentuk prosentase, yang disebut sebagai persen ionisasi
yaitu memberikan proporsi molekul terionisasi berdasarkan persentase.
Maka :
32
konsentrasiH 3O hasilionis asiasamHA
%ionisasi x100%
konsentrasiasamHA
0,05M
%ionisasi x100% 5%
1M
Keterangan :
𝛼 = derajat ionisasi
Ca = konsentrasi asam lemah
C. ALAT
1. Gelas beker 100 ml
2. Gelas beker 250 ml
3. Pipet volume 10 ml
4. Labu ukur 100 ml
5. Labu ukur 50 ml
6. Termometer
7. pH meter digital
8. Karet penghisap
D. BAHAN
1. Asam asetat (CH3COOH) 2 M
2. Aquadest
E. CARA KERJA
1. Untuk membuat larutan CH3COOH 0,1 M diambil 5 ml CH3COOH 2 M, dimasukkan
dalam labu takar 100 ml ditambahkan aquadest sampai batas miniskus atas, kocok
hingga homogen, kemudian ukur pH dan suhunya.
Tabel pengamatan
pH = - log [H+]
[H+] = 10-pH
H O
3
K a Ca
Ka
H O
3
2
Ca
Ka
H O CH COO
3
3
CH 3COOH
x.x
Ka
0,1 x
x2
Ka
0,1
%ionisasi
H O
3
x100%
CH 3COOH
derajationisasi
H O
3
CH 3COOH
Keterangan :
Ca = [CH3COOH] = konsentrasi asam asetat
Ka.teori Ka.eksperimen
% error tetapan kesetimbangan (Ka) =
Ka.teori
G. DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai pH larutan asam lemah?
2. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai tetapan kesetimbangan ionisasi
asam lemah?
3. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai derajat ionisasi asam lemah?
4. Berapa % error nilai tetapan kesetimbangan asam lemah dari percobaan yang
dilakukan dibandingan dengan nilai Ka teori
35
5. REAKSI HIDROLISIS PATI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung konversi pada reaksi hidrolisis pati dan
menentukan tetapan kecepatan reaksi pada pada reaksi hidrolisis pati.
B. DASAR TEORI
Karbohidrat adalah golongan senyawa yang terdiri atas unsur-unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O) yang memiliki rumus umum C m(H2O)n. Karbohidrat
banyak terdapat di alam, baik dalam hewan, tumbuh-turnbuhan maupun hewan. Dalam
tumbuh-tumbuhan karbohidrat terdapat dalam pati yang merupakan bahan pangan
cadangan dan sellulosa yang merupakan bahan pembentuk kerangka bagi tumbuh-
tumbuhan. [4] Karbohidrat terbagi atas:
Monosakarida
Merupakan senyawa karbohidrat yang mengandung 6 atom karbon dan tidak mungkin
dihidrolisis dalam suasana asam. Yang termasuk dalam golongan ini adalah glukosa dan
fruktosa. Glukosa adalah monosakarida yang merupakan unit dan polisakarida pati dan
glikogen.
Disakarida
Merupakan senyawa karbohidrat yang molekulnya terbentuk dari 2 molekul
monosakarida yang sejenis maupun tidak sejenis. Disakarida dapat terhidrolisis dalam
suasana asam sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida. Yang termasuk dalam
golongan disakarida adalah :
36
a. Sukrosa, terbentuk dari penggabungan molekul fruktosa dan glukosa, merupakan gula
yang biasa digunakan.
b. Laktosa, merupakan kombinasi dan molekul glukosa dan galaktosa, yang dikenal
sebagai gula susu karena karbohidrat utama susu.
c. Maltosa, jenis disakarida yang terdiri atas 2 unit molekul glukosa. Biasanya
dihasilkan pada pemecahan ikatan pati.
Polisakarida
Merupakan senyawa karbohidrat yang merupakan gabungan dari molekul-molekul
monosakarida yang sangat jumlahnya. Hidrolisis lengkap akan mengubah suatu
polisakarida menjadi molekul-molekul monosakanida. Golongan senyawa polisakarida
banyak terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan binatang sebagai bahan pangan cadangan
atau untuk pembentukan bagian badan. Yang termasuk dalam senyawa polisakarida adalah
pati (amilum), glikogen dan selulosa.
Pati atau amilum yang kita kenal dengan zat tepung, merupakan bahan pangan
cadangan bagi tumbuh-tumbuhan dan karbohidrat yang termasuk golongan polisakarida.
Pati terdapat dalam bermacam-macam sumber misalnya beras, gandum, jagung, ubi-ubian
dan lain-lain. Tumbuh-tumbuhan membentuk amilum dan glukosa, dan glukosa terbentuk
pada proses fotosintesis. Pati tersusun oleh 2 macam rangkaian polisakarida yaitu amilose,
yang larut dalam air panas dan amilopektin, yang tidak larut dalam air panas. Amilose
merupakan polisakarida panjang yang tidak bercabang dengan ikatan 1-4, α glikosida.
Hidrolisis lengkap amilosa akan menghasilkan glukosa dan hidroliis parsial akan
menghasilkan maltosa. Sedangkan amilopektin selain mernpunyai ikatan 1-4, α glikosida
yang serupa, juga mempunyai rantai cabang dengan ikatan 1-6, α - glikosida. Hidrolisis
lengkap amilopektin akan menghasilkan glukosa dan hidrolisis parsial akan rnenghasilkan
suatu campuran disakarida maltosa dan isomaltosa. Campuran disakarida yang diperoleh
dan hidrolisis parsial amilopektin merupakan dekstrin yang digunakan untuk membuat
lem, pasta dan kanji tekstil.{5]
Pada hidrolisis pati air akan menyerang ikatan rantai panjang 1-4, α -glukosida
menjadi rantai yang lebih pendek dan hasilnya berupa dekstrin, sirun atau glukosa,
tergantung pada derajat pemecah rantai polisakarida dalam pati. Bila perbandingan
37
suspensi tepat, maka dekstrin akan terhidrolisis menjadi glukosa.[4] Reaksi hidrolisis
karbohidrat beriangsung menurut persarnaan sebagai berikut:
(C6H10O5)n + H2O → nC6H12O6
karena reaksi ini sangat lambat, maka untuk mempercepat reaksi perlu ditambahkan
katalisator untuk mempertinggi keaktifan air. Katalisator yang dapat dipakai berupa enzim
atau asam. Jenis asam yang sering dipakai adalah asam khlorida, asam sulfat, asam sulfit
dan asam nitrat. Dalam industri biasanya digunakan asam khlorida sebagai katalisator,
pemilihan ini berdasarkan pertimbangan bahwa garam yang terbentuk setelah penetralan
hasil hidrolisis merupakan garam dapur, sehingga tidak berbahaya, untuk produk yang
dipakai sebagai bahan makanan, sering juga dipakai asam oksalat. Dengan katalisator
asam oksalat pada tepung sorgum, didapat hasil yang cukup baik.
aA + bB → cC
Selama pati bereaksi konsentrasi katalis tetap, sehingga kecepatan reaksi hanya tergantung
pada konsentrasi pati. Dengan demikian dapat ditulis:
dC A
- rA = dt
a b
= k. C A . C B
Karena air dibuat berlebihan, maka persamaan kecepatan reaksi mengikuti persamaan
kecepatan reaksi.:
a
-rA = k. C A
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses hidrolisis antara lain : waktu reaksi,
suhu, suhu rekasi, pencampuran pereaksi, suspensi pati dan konsentrasi katalisator.
Semakin lama waktu hidrolisis, semakin besar konversi yang dicapai. Air pada fase cair
selama berlangsungnya proses hidrolisis mengakibatkan kontak antara molekul-molekul
pati dengan air semakin besar dan reaksi dapat berlangsung lebih baik, sehingga rekasi
hidrolisis lebih sempurna. Untuk rnencapai konversi tertentu, proses dengan tekanan tinggi
dapat memakai air daam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan proses pada
tekanan biasa.[2]
38
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan Percobaan:
1. Pati
2. Aquadest
3. Larutan HCl
4. Larutan Fehling A dan B
5. Indikator Methyl Blue
Alat Percobaan:
Alat yang digunakan dalam percobaan ini digambarkan pada Gambar 2.
D. CARA KERJA
1. Timbang 2-5 gram sampel (sesuai dengan petunjuk asisten) dimasukkan ke dalam
labu leher tiga.
2. Tambahkan larutan HCI 2 N sebanyak 200 ml
3. Rangkai alat seperti pada gambar 2.
4. Panaskan suspensi di atas pemanas sampai rnendidih dan hidupkan pengaduk. Catat
waktu mulai mendidih.
5. Biarkan larutan mendidih sampai 2 jam, kemudian didinginkan dengan udara
39
E. ANALISIS HASIL
1. Larutan hasil hidrolisis setelah dingin dinetralkan dengan larutan NaOH.
2. Encerkan dengan aquades sampai 500 ml. Saring, masukkan filtrat ke dalarn buret
3. Masukkan 5 ml Fehling A dan 5 ml Fehling B ke dalam erlenmeyer. Panaskan sampai
mendidih.
4. a. Titrasi dengan filtrat (sampai berwama coklat), Tambahkan 2 tetes methyl blue, bila
warna coklat berubah, lanjutkan titrasi sampai titik ekivalen (warna coklat).
b. Titrasi dengan larutan glukosa standar (Cara seperti 4a).
5. Lakukan no. 3 dan 4 sebanyak 3 kali.
F. PERHITUNGAN
Jumlah glukosa total :
V1
.C0 .V0
C = V2
Kadar pati dalam bahan :
0,9.C
K= W
dengan:
Vo = Volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi Fehling A
dan Fehling B,ml
V1 = Volume pengenceran hasil hidrolisis, ml
V2 = Volume latutan hasil hidrolisis yang telah diencerkan yang digunakan untuk titrasi
Fehling A dan Fehling B, ml
Co = Kadar larutan glukosa standar, ml
C = Jumlah glukosa total hasil hidrolisis, g
K = Kadar pati dalam, bahan, g/g
W = Berat Sampel, g
G. DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S., “Kimia Analisa Kuantitatf’, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada, 1984.
40
Agra, I.B. Warnijati S. “Hidrolisis Pati Ketela Rambat pada Suhu lebih dan 100 oC, Forum
Teknik, Jilid 3, 1973.
Diouhy, and Kott, A., ” Continuous Hydrolysis of Corn Strach”, Mc Graw Hill Book
Company, Kogasukha, Tokyo 1948.
Groggins, P.H., “Unit Process in Organic Synthetic”, 5th ed., McGraw-Hill Book
Company, New York, 1958.
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., “Encyclopedia of Chemical Technology”, vol. XII., The
Interscience Enciclopedia Inc., New York, 1954.
Sudarmaji, S., Haryono dan Suhadi, “Prosedur Analisa untuk Bahan Makan dan
Pertanian”, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, 1984
41
6. PEMBUATAN METIL SALISILAT
A. TUJUAN
1. Memahami cara mensintesis metil salisilat dengan mereaksikan asam salisilat dan
methanol dengan cara refluks
2. Memahami mekanisme reaksi dari metil salisilat
B. DASAR TEORI
1. Pendahuluan
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia penting di dalam kehidupan
sehari-hari karena mempunyai nilai ekonomis yang lumayan tinggi, asam salisilat bisa
digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan obat-obatan contohnya obat
analgesik dan antiseptik serta dapat digunakan untuk keperluan bahan baku farmasi
lainnya. Asam salisilat dengan rumus molekul C 6H4COOHOH memiliki bentuk kristal
kecil berwarna merah muda terang, hingga kecokelatan dengan berat molekul sebesar
138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 156oC dan densitas pada suhu 25 oC sebesar
1,443 g/m. Turunan dari asam salisilat telah banyak digunakan di berbagai bidang salah
satunya adalah untuk pembuatan metil salisilat. Metil salisilat atau minyak gandapura
adalah merupakan bahan yang mempunyai berbagai kegunaan. Sebagai bahan obat metil
salisilat merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid golongan salisilat. Bahan
ini dapat dibuat dalam sediaan berupa linimentum atau salep yang berfungsi untuk
menghilangkan nyeri pada pinggang, panggul dan rematik (Guenther,1944). Manfaat lain
dari metil salisilat adalah dapat digunakan sebagai bahan untuk formula keratolitik, anti
plak (pada obat kumur), bahan perasa dengan kadar tidak lebih dari 0,04% dan bahan
pewangi pada pestisida golongan organofosfat. Selain itu juga dapat digunakan untuk
memperjelas warna dari jaringan tanaman atau binatang untuk keperluan
imunohistokimia Kirk and Othmer,1979). Senyawa metil salisilat merupakan turunan
dari ester asam salisilat. Senyawa ester dihasilkan dari reaksi asam karboksilat dengan
alkohol atau yang lebih dikenal dengan istilah esterifikasi dan biasanya reaksi ini
menggunakan suatu katalis asam. Reaksi ini akan berlangsung dengan baik jika direfluks
bersamaan dengan adanya sedikit asam klorida atau asam sulfat (Purwanto dan
Susillowati,2000). Reaksi asam karboksilat dengan alkohol yang disertai adanya katalis
42
asam merupakan salah satu cara baku untuk membuat ester. Reaksinya yang dikenal
sebagai esterifikasi Fischer, merupakan jalan sederhana untuk membentuk ester dari
bahan mula yang mudah diperoleh. Berdasarkan dari uraian di atas metil salisilat banyak
memberikan manfaat terutama dibidang kesehatan
Sebagai negara berkembang, Indonesia banyak melakukan pengembangan disegala
macam bidang, salah satunya adalah bidang industri termasuk industri kimia. Seiring
perkembangan industri kimia Indonesia, salah satu kebutuhan yang terus bertambah
adalah kebutuhan akan metil salisilat. Namun sayangnya Indonesia masih mengimpor
akan kebutuhan tersebut.
Metil salisilat dapat disintesis melalui esterifikasi asam salisilat. Reaksi
esterifikasi adalah reaksi pembentukan senyawa ester dari asam karboksilat dan alkohol
dengan katalis asam. Senyawa ester yang dihasilkan akan memiliki aroma tertentu dan
bersifat khas. Dalam ilmu kimia dan bidang farmasi reaksi esterifikasi ini cukup penting
mengingat reaksi tersebut merupakan dasar sintesis banyak senyawa kimia yang
dapat berkhasiat sebagai obat. Salah atu penggunaannya adalah sintesis metil salisilat
dari asam salisilat dengan metanol absolut. Dari pernyataan yang telah dipaparkan, maka
penting dilakukan praktikum ini.
2. Asam Salisilat
Asam salisilat, dikenal juga dengan asam 2-hidroksi benzoat atau asam-
ortohidrobenzoat yang memiliki struktur kimia C 7H6O3. Asam salisilat telah digunakan
sebagai bahan terapi topikal lebih dari 100 tahun yang lalu. Dalam bidang dermatologi,
asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat utamanya sebagai bahan keratolitik.
Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan dalam terapi veruka, kalus, psoriasis,
dermatitis seboroik pada kulit kepala, dan iktiosis. Penggunaannya semakin berkembang
sebagai bahan peeling dalam terapi penuaan kulit, melasma, hiperpegmentasi pasca
inflamasi, dan akne (Lee dan Kim, 2003). Struktur asam salisilat adalah sebagai berikut:
43
Asam salisilat merupakan obat analgesik non narkotik yang sering digunakan
dalam masyarakat. Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik, antipiretik dan
antirematik tetapi tidak dapat digunakan secara oral karena terlalu toksik, sehingga
yang banyak digunakan sebagai analgesik ada lah senyawa turunannya seperti asam
asetilsalisilat. Asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan aspirin atau asetosal
digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan antirematik. Pemberian asam asetilsalisilat
dalam dosis rendah digunakan untuk mencegah serangan jantung dan pengobatan
trombosis karena memiliki efek antiplatelet (Purwanto dan Susilowati, 2000).
B. Metil Salisilat
Salah satu turunan dari asam salisilat adalah metil salisilat. Metil salisilat adalah
cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen. Tidak larut dalam air tetapi larut
dalam alkohol dan eter. Metil salisilat sering digunakan sebagai bahan farmasi,
penyedap rasa pada makanan, minuman, gula-gula, pasta gigi, antiseptik, dan kosmetik
serta parfum. Metil salisilat telah digunakan untuk pengobatan sakir syaraf, sakit
pinggang, radang selaput dada, dan rematik, juga sering digunakan sebagai obat gosok
dan balsem (Supardani, dkk., 2006).
Metil Salisilat atau 2-hydroxy benzoid acid methyl ester dengan rumus kimia
C8H8O3 di alam bahan ini banyak terdapat dalam daun tanaman gaultheria
procumbens, batang tanaman betula lenta.l, sweet birch dan berupa glucoside pada
bermacam tanaman lainya. Sedangkan secara sintesis, metil salisilat dapat dibuat
dengan reaksi esterifikasi antara metanol dengan asam salisilat dengan bantuan katalis.
Struktur metil salisilat adalah sebagai berikut:
Pada penetapan kadar asam salisilat, alkohol digunakan sebagai pelarut karena
asam salisilat hampir tidak larut dalam air. Alkohol bersifat asam lemah dan jumlah
asam dalam alkohol bervariasi kerena terbukanya alkohol karena oksidasi. Oleh
karena itu alkohol harus dinetralkan terhadap indikator yang digunakan supaya tidak
bereaksi dengan NaOH ketika titrasi berlangsung. Sebaiknya digunkan natrium
hidroksida ketika titrasi berlangsung. Sebaiknya NaOH bebas karbonat untuk
44
menghindari kesalahan pada titik terakhir dengan terlepasnya karbon dioksida
(Supardani, 2006).
Mekanisme Reaksi Esterifikasi Pembuatan Metil Salisilat seperti berikut:
C.1 Ekstraksi
Metil salisilat dapat diambil dari tanaman wintergreen dan sweet birch dengan
ekstraksi karena tanaman tersebut banyak mengandung glucoside. Bahan yang telah
disortasi atau batang dari tanaman sweet birch yang telah direduksi ukurannya
direndam dalam air suling di dalam alat penyuling pada suhu sekitar 49ºC (120ºF)
selama semalam, kemudian didistilasi secara batch selama 5 atau 6 jam. Distilat
dipisahkan menjadi lapisan minyak (atas) dan air (bawah). Lapisan air dikembalikan ke
alat penyuling. Operasi distilasi dihentikan apabila air sudah tidak menggandung
suspensi minyak. Proses ekstraksi bahan alam ini harus memenuhi range spesific
gravity sebesar 1,176 – 1,182 dan titik didih 219 – 284ºC untuk mendapatkan yield
45
sebesar 99%. Yield minyak yang banyak hanya dapat diperoleh dari bahan yang segar,
sehingga masa penyimpanan bahan maksimal hanya 2 minggu dan untuk proses batch
membutuhkan waktu sekitar 30 jam (Guenther, 1949).
Gelas beaker
Gelas arloji
Corong gelas
Corong pisah
Pipet ukur
Termometer
Pengaduk
Karet penghisap
Heating mantle
Timbangan
46
Statif dan klem
metanol absolut
natrium bikarbonat 5%
aquades
47
2. Campuran + 15 ml asam sulfat ……..
pekat
4. Didinginkan ........
D.2 Perhitungan
Berat teoritis
1 mol asam salisilat ~ 1 mol metil salisilat
mol asam salisilat = mol metil salisilat
gram _ asam _ salisilat gram _ metil _ salisilat
BM _ asam _ salisilat BM _ metil _ salisilat
Berat hasil
Volume metil salisilat = ....... ml
gram metil salisilat hasil = volume metil salisilat x massa jenis
= ……. x 1,185
48
berat _ hasil
%.rendemen x100%
berar _ teoritis
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Chandavasu, C. 1997. Pervaporation-assied Esterification of Salicylic acid. Newark,
Guenther, E. 1949. The Essential Oils, Third ed, 461, D. Van Nostrand. New York:
Company Inc.
Kirk, R.E. and Othmer, D.F. 1979. Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.,
and A higher Antioxidant Capacity than Teas and Red Wine,J.Agric. Food Chem.,
51( 52 ),729 – 7295.
Purwanto, B.T. dan Susilowati, R. 2000. Hubungan Struktur, Sifat Kimia Fisika dan
Aktivitas Biologis Obat, In: Siswandono dan Soekardjo, B. (Eds.), Kimia Medisinal
1, ed. 2. Airlangga University Press, Surabaya, 161-163, 283, 291-292.
Supardani dkk. 2006. Perancangan Pabrik Asam Salisilat dari Phenol.Jurusan
49
7. ISOLASI KOMPONEN KIMIA DARI BAHAN ALAM
(MINYAK ATSIRI)
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari proses distilasi kukus dan ekstraksi soxhlet minyak atsiri.
2. Menentukan kadar minyak yang diperoleh dari kedua cara tersebut dan
membandingkannya
B. DASAR TEORI
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atan essential oil. Minyak
ini dihasilkan oleh tanaman dan mempunyai fungsi tertentu dalam tanaman. Minyak
tersebut mempunyai ciri-ciri : mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
dekomposisi, punya rasa getir, berbau spesifik, umumnya larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air.
Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara distilasi maupun ekstraksi. Distilasi
adalah proses pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran yang terdiri dari dua
atau lebih komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya. Ekstraksi adalah proses
pemisahan suatu komponen dari suatu bahan yang terdiri dari dua atau lebih komponen
dengan jalan melarutkan salah satu komponen dengan pelarut yang sesuai.
Dalam industri pengolahan minyak atsiri dikenal tiga macam sistem penyulingan /
distilasi dengan kelebihan dan kekuangannya masing-masing. Ketiga sistem penyulingan
itu adalah:
1. Penyulingan dengan air
Pada proses ini bahan dikontakkan langsung dengan air rnendidih. Bahan dapat
terapung, melayang atau tenggelam dalam air tengantung dari berat jenis dan jumlah
bahan yang dimasukkan. Penyulingan dengan air ini hanya digunakan untuk bahan
yang tidak dapat diproses dengan penyulingan air dan uap atau uap langsung.
2. Penyulingan dengan air dan uap
Pada proses ini bahan diletakkan di atas piringan berlubang yang terletak beberapa
centimeter di atas air mendidih, dan harus dijaga agar gerakan air tidak mengenai
bahan.
3. Penyulingan dengan uap
50
Pada proses ini bahan berhubungan langsung dengan uap jenuh. Uap dapat berasal dari
air yang mendidih atau alat lain penghasil uap. Bahan dan air mendidih tidak berada
dalam satu alat/ruang melainkan terpisah. Di antara keduanya dihubungkan oleh suatu
pipa sebagai saluran uap air.
Proses Ekstraksi
Ekstraksi dengan volatile solvent
Ekstraksi ini dilakukan untuk bunga-bunga gardena, mawar, yasmine dan lain-
lainnya yang apabila dilakukan distilasi hasilnya sedikit sekali, bahkan tidak
menghasilkan minyak. Mutu minyak bisa rendah karena minyak yang sedikit dalam
bahan menjadi rusak pada waktu penyulingan dalam air yang relatif besar jumlahnya.
Pelarut yang digunakan misalnya petroleum eter, sedangkan alat yang digunakan antara
lain alat ekstraksi soxhlet. Dengan alat ini ekstraksi dapat dilakukan berulangkali, yang
tentunya menguntugkan. Secara matematis dapat dibuktikan bahwa ekstraksi yang
dilakukan berulang kali ada lebih menguntungkan jika dibandingkan sekali ekstraksi.
51
C.1 Bahan Percobaan
1. Daun kayu putih
2. Kertas saring
3. N-Heksan
4. Air
C.2 Alat Percobaan
1. Rangkaian alat distilasi kukus
2. Rangkaian alat ekstraksi soxhlet
3. Corong gelas
4. Alat timbang
5. Gelas beker 1000 mL
6. Gelas beker 250 mL
7. Oven
8. Eksikator
9. Corong pisah
10. Krus
RANGKAIAN ALAT
52
D. CARA KERJA
D.1 Distilasi Kukus
1. Timbang 800 gram bahan kering yang telah dihaluskan.
2. Masukkan dalam ketel distilasi yang sebelumnya telah diisi air.
3. Hidupkan pemanas listrik dan air pendingin dialirkan, proses distilasi dilakukan
selama 1 jam pada suhu 100 °C.
4. Campuran minyak dan air hasil distilasi dipisahkan dengan corong pisah.
5. Minyak hasil dikeringkan dalam oven pada suhu 105◦C selama 30 menit dan
didinginkan dalam eksikator selama 15 menit.
6. Timbang minyak hasil yang diperoleh.
54