Anda di halaman 1dari 54

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR DAN KIMIA ORGANIK

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNPLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2021
1
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Setiap praktikan harus hadir tepat pada waktu yang ditentukan.Terlambat lebih
dari 15 menit maka mahasiswa tidak diperkenankan mengikutipraktikum.
2. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus memakai jas praktikum berwarna
putih, alat pelindung diri (masker, sarung tangan, sepatu tertutup), dan membawa
kain lap.
3. Setiap praktikan diwajibkan menjaga kebersihan dan kerapihan laboratorium,
misalkan menghindari terjadinya tumpahan bahankimia.
4. Setiap selesai percobaan, hasilnya ditunjukkan pada asisten praktikum dan
membuat laporan sementara dan dimintakan pengesahan pada asistenpraktikum.
5. Laporan resmi hasil praktikum diserahkan pada waktu praktikumberikutnya.
6. Setiap praktikan harus mengembalikan alat-alat dalam keadaan bersih dan kering
ke tempatsemula.
7. Praktikan yang memecahkan peralatan atau merusak zat-zat kimia yang dipakai
dalam praktikum maka diwajibkan untuk menggantinya dengan jenis dan kualitas
yang sama paling lambat dua mingguberikutnya.
8. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium dan bekerja dengan tertib
dan sopan. Apabila praktikan bersikap tidak sopan, seperti bercanda, tidak
bersepatu, merokok, dan memakai kaos tanpa kerah, maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum (praktikum dinyatakangagal).
9. Praktikan tidak diijinkan menggunakan alat komunikasi dan laptop selama
praktikumberlangsung.
10. Setiap praktikan harus mengembalikan bahan-bahan kimia yang telah diambil ke
tempat dan kondisi semula, dengan tutup botol tidak salingtertukar.
11. Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh acara praktikum. Jika tidak dapat
mengikuti praktikum, harus menunjukkan surat ijin atau surat keterangan yang
sah.
12. Praktikum ulang (INHAL) diselenggarakan sebanyak dua kali pada akhir
rangkaian praktikum dengan biaya sebesar Rp. 30.000,- per mata praktikum.
13. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur lebih lanjut oleh kepala
laboratorium dengan pengumuman tersendiri.

2
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI
LABORATORIUM

Laboratorium merupakan salah satu tempat berkembangnya ilmu pengetahuan


melalui berbagai penelitan dan percobaan, dalam kegiatan penelitian/percobaan
tentunya menggunakan bermacam-macam jenis alat dan bahan kimia untuk
menunjang kegiatannya dan beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti
air,gas,listrik dan almari asam tentunya alat, bahan kimia dan fasilitas laboratorium
beserta aktivitasnya sangat berpotensi dalam menimbulkan terjadinya suatu
kecelakaan (Amanah,2011).

Upaya penganggulangan potensi bahaya antara lain dengan cara administrasi


pembuatan prosedur K3 manual, rekayasa seperti pemasangan alarm pada lemari asam,
subtitusi dengan penggantian alat yang sudah pecah dengan alat yang baru, mengganti
bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang tidak terlalu berbahaya namun
dengan fungsi yang sama dan penggunaan alat pelindung diri (Amanah, 2011).

PERATURAN KESELAMATAN UMUM


1. Membaca seluruh tanda bahaya dan kebakaran serta ikutilah prosedur keselamatan
bahkan di saat darurat dankecelakaan.
2. Mengetahui prosedur dan rute evakuasiGedung.
3. Mengetahui lokasi keberadaan alat keselamatan laboratorium, seperti kotak
pertolongan pertama, alat pemadam api, eye wash station, dan safetyshower.
4. Mengetahui nomor telp darurat yang bisa dihubungi jika terjadi keadaanbahaya.
5. Mengetahui jalan keluar dan lokasi alarmapi.
6. Api tidak seharusnya digunakan kecuali dengan ijin pihak yang berwenang seperti
kepala laboratorium, laboran atau asistenpraktikum.
7. Tidak makan dan minum selama bekerja dilaboratorium.
8. Peralatan gelas lab tidak boleh digunakan untuk wadah makanan danminuman
9. Jangan menggunakan peralatan lab yang belum pernah diajarkan penggunaannya
sebelumnya.
10. Jika peralatan gagal beroperasi atau tidak bekerja seperti seharusnya, segera
hubungi laboran/asisten, jangan berusaha memperbaikinya sendiri
3
11. Jika menjadi yang terakhir keluar dari lab, pastikan mematikan sumber nyala,
listrik dan mengunci pintu.
12. Praktikan dilarang bekerja sendirian di dalam laboratorium.
13. Praktikan dilarang meninggalkan percobaan yang sedang berlangsung tanpa
penjagaan.
14. Praktikan dilarang mengangkat peralatan gelas, larutan atau peralatan melebihi
batasmata.
15. Praktikan dilarang mencium atau mencicipi bahankimia.
16. Selalu mengikuti prosedur yang telah ditetapkan saat membuang limbah
laboratorium.
17. Segera melaporkan jika ada kecelakaan, luka, atau peralatan yang rusak, bahkan
jika kecelakaan sangat kecil dansepele.
18. Jika terluka segera mintapertolongan
19. Jika terkena percikan bahan kimia di mata atau kulit, segera bilas dengan air
mengalir minimal 20 menit
20. Jika mengetahui ada kondisi yang tidak aman dilab,segera lapor kelaboran/asisten.

PERATURAN KESELAMATAN DIRI


1. Memakai jas lab saat melaksanakan percobaan.
2. Rambut panjang wajib diikat dengan rapi di belakang (bagi mahasiswa laki-laki).
3. Pastikan baju longgar dan perhiasan tidak mengganggu gerakan.
4. Selalu gunakan sepatu tertutup.
5. Dilarang memakai cat kuku akrilik ketika bekerja dengan pembakar Bunsen atau
sumber apilainnya,
6. Ketika bekerja dengan peralatan, bahan berbahaya, panas dan bahan kimia, selalu
gunakan pelindung wajah atau googleglass.
7. Menggunakan kaos tangan ketika menangani bahan berbahaya dan beracun.
8. Cuci tangan dengan sabun sebelum meninggalkan laboratorium.
9. Jauhkan tangan dari tubuh, badan, wajah, mulut dan mata saat menggunakan
peralatan dan bahan kimia.

4
PERATURAN KESELAMATAN BAHAN KIMIA
1. Seluruh bahan kimia harus diperlakukan sebagai bahan yangberbahaya.
2. Hindari kontak solvent dengan kulit.
3. Hindari menghirup langsung uap bahankimia.
4. Praktikan dilarang mengambil bahan kimia lebih banyak dari yangdibutuhkan.
5. Praktikan dilarang mengembalikan bahan kimia sisa kembali kebotol asalnya
untuk mencegah kontaminasi
6. Bahan kimia tidak diperbolehkan dibawa keluarlab.
7. Segera membersihkan jika bahan kimiatercecer.
8. Baca label bahan sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan
dalam pengambilan bahan
9. Semua limbah bahan kimia harus dibuang dengan cara yang benar.
10. Bahan kimia tidak boleh dicampurkan, diukur dan dipanaskan dekat dengan wajah.
11. Air tidak boleh dituangkan ke asam pekat, sebagai gantinya, tuangkan asam secara
pelan-pelan kedalam air sambil diaduk karena dibanyak kasus mencampuran asam
dengan air adalah eksotermis

PERATURAN KESELAMATAN LISTRIK


1. Mintalah ijin kepada laboran/asisten sebelum menggunakan peralatan dengan
voltasetinggi.
2. Peralatan dengan voltase tinggi tidak boleh dirubah atau dimodifikasi.
3. Selalu mematikan power supply voltase tinggi setelah digunakan.
4. Menggunakan satu tangan ketika menyesuaikan pengaturan peralatan dengan
voltasetinggi.
5. Seluruh panel listrik harus mudah dijangkau dan tidak terhalang.
6. Jika memungkinkan, hindari menggunakan kabelsambungan.

PEMBUANGAN LIMBAH
Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu perlu
penanganan khusus, yaitu :
1. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan.
2. Buang pada tempat yang disediakan

5
3. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaurulang.
4. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempatkhusus.
5. Limbah yang tidak berbahaya (Misal: detergen) boleh langsung dibuang, dengan
pengenceran air yang cukupbanyak.
6. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatanselesai.
7. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan beracun dikumpulkan pada botol dan
diberi label yangjelas.

JIKA TERKENA BAHAN KIMIA


1. Tetap tenang.
2. Mintalah bantuan rekananda yg ada didekat anda, oleh karenanya dilarang bekerja
sendirian dilaboratorium.
3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan, bila
memungkinkan bilas sampai bersih
4. Bila terkena kulit, jangan digaruk, supaya tidak merata.
5. Korban dibawa keluar ruangan agar banyak menghirup oksigen.
6. Bila mengkhawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedic secepatnya

JIKA TERJADI KEBAKARAN


1. Tetap tenang
2. Segera bunyikan alarm tandabahaya.
3. Identifikasi bahan yangterbakar
4. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung
dengan saputangan.
5. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengancepat.
6. Cari bantuan pemadam kebakaran (Nomor Telp Pemadam Kebakaran harus ada
di Lab.)

6
SIMBOL KESELAMATAN

(www.ck12.org)

7
Daftar Modul Praktikum Kimia Dasar dan Kimia Organik
1) Pengukuran pH Larutan
2) Pengukuran Volume Molal Parsial Senyawa
3) Bobot Molekul Gas
4) Reaksi Kesetimbangan Asam Lemah
5) Reaksi Hidrolisis Pati
6) Pembuatan Asam Salisilat
7) Isolasi Komponen Kimia dari Bahan Alam (Minyak Atsiri)

8
1. PENGUKURAN pH LARUTAN

A. TUJUAN

1. Praktikan memahami definisi larutan asam dan basa menurut Arrhenius,


Bronsted-Lowry dan Lewis.
2. Praktikan memahami hubungan logaritmik antara pH dengan konsentrai ion H +
yang ada di dalam larutan.
3. Praktikan mengetahui beberapa cara dalam pengukuran pH suatu larutan.

B. DASAR TEORI
Teori Asam Basa Arhenius
Arhennius memperkenalkan konsep asam dan basa, dimana asam adalah
senyawa yang bila dilarutkan ke dalam air murni akan meningkatkan konsentrasi
ion hidrogen (H+), sedangkan basa akan meningkatkan meningkatkan konsentrasi
ion hidroksida (OH-). (Petrucci, 1985)
Sebagai contoh, larutan hidrogen klorida (HCl) apabila dilarutkan ke dalam
air akan terionisasi menjadi ion H+ dan ion Cl- Sedangkan
. natrium hidroksida
(NaOH) apabila dilarutkan dalam air akan terionisasi menjadi ionNa +dan ion OH-

HCl(g) →H+(aq) + Cl-(aq)

NaOH(s) →Na+(aq) + OH-(aq)

Berdasarkan reaksi tersebut, menurut Arhenius, HCl digolongkan sebagai


asam dan NaOH digolongkan sebagai basa.
Teori Asam Basa Bronsted-Lowry

Sebuah definisi asam dan basa yang lebih luas diperkenalkan secara terpisah
oleh Johannes Bronsted dan Thomas Lowry. Asam Bronsted-Lowry didefinisikan
sebagai suatu zat yang dapat memberikan (donor) ion hidrogen (H +), sedangkan
basa Bronsted-Lowry adalah suatu zat yang dapat menerima (reseptor) ion
hidrogen (H+). Dalam reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, ion hidrogen berpindah
dari asam ke basa. Sebagai contoh, bila asam asetat dilarutkan ke dalam air, ion
hidrogen dipindahkan dari asam asetat ke air menurut reaksi berikut:
(Oxtoby,1999)
9
CH3COOH(aq) + H2O(l) →H3O+(aq) + CH3COO-(aq)

Ion hidronium H3O+(aq) cenderung lebih sering dipakai dalam penulisan


reaksi kimia daripada ion hidrogen (H+) karena lebih menggambarkan sifat ion
hidrogen yang sebenarnya dalam air. Pasangan senyawa sebelum peristiwa donor
hidrogen dan setelahnya disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.CH3COOH
dan CH3COO- adalah salah satu contohnya, dimana CH3COO- adalah basa
konjugat dari CH3COOH. Demikian pula dapat dikatakan CH3COOH adalah
asam konjugat dari CH3COO-.
Satu keuntungan dari pendekatan Bronsted-Lowry adalah tidak terbatas
hanya untuk larutan air. Sebagai contoh larutan asam klorida dan ammonia sebagai
pelarut. NH3 bertindak sebagai sebuah basa karena menerima ion H+,walaupun ion
hidroksida (OH-) tidak ada.

HCl(dalam NH3) + NH3(l) →NH4+(dalam NH3) + Cl-(dalam NH3)

Skema Arhennius yang sudah lama diperkenalkan tidak dapat menjelaskan


hal ini, sehingga dengan teori Bronsted-Lowry diperluas untuk larutan lain di luar
larutan air. (Chang, 2003)

Teori Asam Basa Lewis

Struktur asam basa Bronsted-Lowry kemudian berkembang dan


digambarkan lebih detail melalui model yang dikemukakan oleh Lewis. Sebuah
basa lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan sepasang elektron bebas
dan suatu asam lewis adalah jenis asam yang menerima sepasang elektron tersebut.
Asam dan basa Arrhenius sejauh ini dianggap memenuhi gambaran tersebut
(dengan asam lewis, yaituH+, berfungsi sebagai reseptor elektron terhadap
berbagai macam basa lewis seperti NH3 dan OH-, yaitu donor pasangan elektron).
(Oxtoby,1999)
Reaksi lain yang tidak melibatkan ion hidrogen masih dapat dianggap
sebagai reaksi asam-basa Lewis. Salah satu contohnya adalah reaksi antara
molekul yang kekurangan elektron, misalnya BF3 dengan molekul yang kaya
elektron misalnya NH3. Disini ammonia, sebagai basa Lewis, menyumbangkan
pasangan elektron bebas kepada BF3, yaitu asam Lewis atau reseptor elektron.
10
Ikatan yang terbentuk merupakan ikatan kovalen koordinat, dimana kedua elektron
di dalamnya diberikan pada asam Lewis oleh pasangan elektron dari basa Lewis.
(Oxtoby, 1999)

Derajat Keasaman

Tingkat keasaman atau kebasaan pada suatu larutan dinyatakan sebagai


derajat keasaman atau pH. Derajat keasaman diketahui dengan menghitung nilai

minus logaritmuk konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan. Konsentrasi H+ pada


umumnya kurang dari 1 M, sehingga fungsi pH ditentukan dengan tanda negatif
untuk menghasilkan sebuah bilangan yang bertanda positif. Nilai pH tinggi
menandakan konsentrasi H+ yang rendah, begitu pula sebaliknya. Range nilai pH
ialah 1-14, dengan pH 7 sebagai titik netral. Perubahan satu satuan pH
menandakan terjadinya perubahasan konsentrasi H+ atau OH- sebesar 10 kali lipat.
(Oxtoby, 1999)

Asam

Asam kuat: mengion sempurna di dalam air:

[H+]= M x valensi asam


pH = - log [H+]
Asam lemah: tidak mengion sempurna di dalam air, pH larutan dapat
ditentukan jika [H+] diketahui

[H + ]=√𝐾𝑎.𝑀

dengan:

Ka= tetapan ionisasi asam

M= konsentrasi asam

Basa
[OH-] = M x valensi basa
pOH = - log [OH-]
pH = 14 - pOH
11
Basa lemah: tidak mengion sempurna di dalam air, pH larutan dapat ditentukan jika [OH-]
diketahui dengan:

OH  

Kb M

Kb = tetapan ionisasi basa


M = konsentrasi basa

Pengukuran pH

Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengukur pH sesuai tingkat urutan
ketelitiannya adalah kertas lakmus, larutan indikator, pH strip (indicator universal), dan
pH meter. Larutan-larutan yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi zat asam sesuai
tingkatannya masing-masing ialah sebagai berikut:

Trayek
Indikator PerubahanWarna
pH
Biru Timol 1,2 – 2,8 Merah – Kuning
Bromo Fenol Biru (BFB) 3,0 – 4,6 Kuning – biru
Metil Jingga 3,1 – 4,4 Merah – kuning
Bromo Kresol Hijau 3,8 – 5,4 Kuning – biru
Metil Merah 4,2 – 6,2 Merah – kuning
Lakmus 4,5 – 8,3 Merah –biru
Bromo Kresol Purple (BCP) 5,2 – 6,8 Kuning – ungu
Bromo Timol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – biru
Fenol Merah 6,8 – 8,4 Kuning – merah
Fenolftalin (PP) 8,0 – 9,6 Tidak berwarna - merah

C. ALAT

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Pipet ukur 10 mL

2. Pipet ukur 25 mL

3. Bola vakum
12
4. Pipet tetes
5. Gelas beker 100 mL
6. Gelas beker 25 mL
7. Corong
8. Labu ukur 100 mL
9. Tabung reaksi
10. Kertas lakmus
11. Indikator pH universal
12. pH meter

D. BAHAN

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah:

1. Larutan HCl 2M

2. Larutan NaOH 2M

3. Larutan NH3 2M

4. Aquades

5. Larutan indikator PP dan MO

E. CARA KERJA

Pembuatan larutan 1 M; 0,5 M; dan 0,25 M

1. Untuk membuat larutan HCl 1M, ambil 50 mL larutan HCL 2 M, kemudian


masukkan ke labu ukur 100 mL.

2. Menambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur, lalu dikocok hingga menjadi
homogen.

3. Untuk membuat larutan HCl 0.5 M, ambil 50 mL larutan HCl 1 M, kemudian


masukkan ke labu ukur 100 mL.

4. Menambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur, lalu dikocok hingga menjadi
homogen.

13
5. Untuk membuat larutan HCl 0.25M, ambil 50 mL larutan HCL 0.5 M, kemudian
masukkan ke labu ukur 100 mL.

6. Menambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur 100 mL, lalu dikocok hingga
menjadi homogen.

7. Ulangi langkah 1 - 6 pada larutan NaOH dan NH3

Penentuan pH Larutan dengan menggunakan berbagai jenis indikator

Penentuan pH larutan dengan menggunakan kertas lakmus:

1. Potong kertas lakmus merah dan biru.

2. Siapkan gelas beker 25 ml.

3. Masukkan larutan HCl, NaOH, dan NH3 ke dalam gelas beker 25 mL pada masing
masing konsentrasi.

4. Lalu celupkan potongan kertas lakmus merah dan biru ke dalam gelas beker yang
sudah disiapkan.

5. Perubahan setiap warna kertas lakmus diamati dan dicatat.

Penentuan pH larutan dengan menggunakan pH strip Universal:


1. Siapkan larutan HCl, NaOH, dan NH3 berbagai konsentrasi pada gelas beker.
2. pH strip dicelupkan kedalam setiap konsentrasi larutan.
3. Perubahan warna yang terjadi diamati, kemudian dicatat.
4. pH ditentukan dengan cara dibandingkan pada standar kemasan.

Penentuan pH larutan dengan menggunakan larutan indicator :


1. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi (± 5tetes)
2. Larutan indikator PP diteteskan pada tabung reaksi tiap konsentrasi larutan
sebanyak 3 tetes.
3. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat
4. Catat perubahan warna dan tentukan perkiraan range Ph
5. Lakukan langkah 1-4 untuk setiap konsentrasi larutan dengan menggunakan
indikator MO.

14
Penentuan pH larutan dengan menggunakan pHmeter:
1. Siapkan larutan HCl, NaOH, dan NH3 berbagai konsentrasi pada gelas beker

2. Ukur pH dengan pH meter

3. Catat nilai pH

F. Tabel Pengamatan dan Algoritma Perhitungan

Pengujian asam basa suatu larutan dengan beberapa metode:

Perubahan warna kertas lakmus pada beberapa larutan

Larutan Konsentrasi Warna kertas lakmus Taksiran pH


Merah Biru
HCL 1M
0,5 M
0,25 M
NaOH 1M
0,5 M
0,25 M
NH3 1M
0,5 M
0,25 M

Perubahan warna indikator universal pada beberapa larutan

Larutan Konsentrasi Warna Indikator Taksiran


universal pH
HCL 1M
0,5 M
0,25 M
NaOH 1M

15
0,5 M
0,25 M
NH3 1M
0,5 M
0,25 M

Perubahan warna larutan indikator pada beberapa larutan

Larutan Konsentrasi BCP BFB PP Taksiran pH

HCL 1M
0,5 M
0,25 M
NaOH 1M
0,5 M
0,25 M
NH3 1M
0,5 M
0,25 M

Pengukuran pH dengan pH meter

Larutan Konsentrasi Pengukuran pH

HCL 1M
0,5 M
0,25 M
NaOH 1M
0,5 M
0,25 M

16
NH3 1M
0,5 M
0,25 M

Perhitungan
Pengenceran larutan
V1M1 = V2M2
dengan
V1 = volume larutan asamawal
M1 = konsentrasi larutan asam awal
V2 = volume larutan asam akhir
M2 = konsentrasi larutan asam akhir

Perhitungan pH
Reaksi ionisasi
HX → H+ + X-
YOH→ Y+ + OH-
Persamaan pH

pH = - log [H+]

pOH = - log [OH-]

pH=14 - pOH

17
Larutan Konsentrasi pH
HCL 1M
0,5 M
0,25 M
NaOH 1M
0,5 M
0,25 M
NH3 1M
0,5 M
0,25 M

A. Daftar Pertanyaan

1. Apa perbedaan dasar definisi asam basa menurut Arhenius, Lewis, dan Bronsted
Lowry?
2. Bandingkan nilai pH larutan HCl pada masing-masing metode pengukuran dan
masing-masing konsentrasi terhadap perhitungan persamaan pH dengan mengisi
grafik berikut, lalu hitung nilai erornya. kemudian, lakukan pada jenis larutan yang
lain.
pH _ pengukuran  pH _ perhitungan
Error  x100%
pH _ perhitungan

18
Pengukuran pH pada larutan HCL
14

12
kertas lakmus

10 indikator universal
6
larutan indikator
4
pH meter
8
2 perhitungan pH

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi, M

19
2. PENGUKURAN VOLUME MOLAL PARSIAL

A. TUJUAN
1. Menentukan volume molal parsial komponen dalam larutan dengan menggunakan
kurva volum molal nyata.
2. Menghitung massa jenis larutan.

B. DASAR TEORI
Larutan merupakan campuran dua atau lebih komponen. Sifat ekstensif suatu larutan
biner (G) pada suhu dan tekanan konstan merupakan fungsi mol komponen 1 dan 2.
Sehingga, hubungan sifat molal parsial dan jumlah mol komponen dapat ditulis sebagai
berikut:

 G 
G1    ...........................................................................................................(1)
 n1  n2 ,T , P
 G 
G2    ............................................................................................................(2)
 n1  n1 ,T , P

Volume merupakan sifat ekstensif, sehingga pada suhu dan tekanan tetap,volume
larutan biner dapat dinyatakan sebagai berikut:

G (n1 n2 )  n1 G1  n2 G2 ........................................................................................(3)

Sedangkan volum molal parsial komponen i pada sistem larutan didefinisikan sebagai
berikut

 V 
V1    ................................................................................................(4)
 ni  n j i ,T , P
n1V1  n2 V2  ...  0........................................................................................(5)

Dengan Vi = volum
T = suhu
n = jumlah mol
20
P = tekanan

21
Persamaan diatas dikenal dengan Persamaan Gibbs-Duhem, maka pada system
biner, persamaan diatas dapat ditulis sebagai:

V  n1V1  n2 V2 ........................................................................................................(6)

Pengolahan data dapat dilakukan dengan metode grafik yang menggunakan


volum molal semu untuk larutan biner. Volum molal semu untuk zat terlarut
didefinisikan sebagai berikut:
V  n1V1o
 ............................................................................................................(7)
n2

Dengan 𝑉0 adalah volum molal pelarut murni, V adalah volume larutan yang
1
mengandung komponen n1 dan n2. Jika pelarut yang digunakan berupa air, maka pada
larutan dengan molalitas m untuk setiap 1000 gram air (55,51 mol), terdapat m mol zat
terlarut. Jadi n1 = 55,51 dan n2 = m, sehingga persamaan diatas dapat dituliskan
sebagai berikut:
V  55,51V1o
 .......................................................................................................(8)
m

𝑉0 adalah volum molal air murni yang dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah
1
ini:
1000  nM 2
V  ...........................................................................................................(9)

1000
Dan n1V1O 
O

 1000     o 

M2  
 m   o  ........................................................................................(10)


Dengan ρ = berat jenis larutan
𝜌0= berat jenis pelarut murni
M2 = berat molekul zat terlarut
Sehingga volume molal parsial semua menjadi:

22
 1000  W  Wo 
M2  
 m  Wo  W 
 ......................................................................................(11)

Persamaan diatas digunakan untuk menghitung volume molal semu zat terlarut (φ),
sedangkan densitas (ρ) ditentukan dengan menggunakan piknometer, W, Wo, We,
berturut-turut adalah berat piknometer berisi larutan penuh, piknometer berisi air penuh
dan piknometer kosong.
Volume molal parsial pelarut (komponen 1) dan zat terlarut (komponen 2) dapat
ditentukan dari volume molal parsial dan diperoleh hasil sebagai berikut :

 V       
V2       n2      m .......................................................(12)
 n 2  n2 ,T , P  n 2   m 
V  n 2 V2 1    m 2   
V1    n1V1o  n22     V1o 
  ....................................(13)
n1 n1   n2  55,51  m 

Untuk larutan elektrolit sederhana, misalnya larutan NaCl, didapatkan bahwa φ linear
terhadap √𝑚, untuk konsentrasi yang tidak terlalu pekat, karena

     m   1   
    ..................................................................(14)
m   m  m   2 m   m 

sehingga didapatkan volume molal parsial komponen solut adalah,


m   
V2     ...............................................................................................(15)
2 m  m 
Untuk larutan NaCl nilai φ linier terhadap √𝑚, maka:

  
   o  m  ................................................................................................(16)
 m 
Sehingga volume molal parsial solvent adalah,

3 m   
V2   o   ............................................................................................(17)
2   m 
Sedangkan volume molal parsial komponen pertama adalah,
1
m m
2   
V1  V1 
o
 
2   m 
23
Nilai φ0diperoleh dari ekstrapolasi grafik antara φ terhadap √𝑚pada konsentrasi
𝜕φ
m mendekati 0. Dengan membuat grafik antara φ vs √𝑚yang linier, maka nilai
𝜕√𝑚
dapat dicari dari slope grafik yang terbentuk dan volume molal parsial pelarut dapat
ditentukan.

C. ALAT
1. Labu ukur 100ml

2. Pipet ukur 25 ml

3. Piknometer 25 ml

4. Gelas Beker 250 ml

5. Corong kaca

6. Timbangan

7. Rubber Bulb

D. BAHAN
1. NaCl 2 M

2. Aquades

E. CARA KERJA
1. Membuat larutan NaCl dengan 4 variasi konsentrasi berbeda ( 1 M ; 0,5 M ; 0,25
M ; 0,125 M ) dengan cara mengencerkannya :
 Untuk konsentrasi 1 M
i. Mengambil 50 ml larutan NaCl 2 M dengan pipet ukur
ii. Memasukkan larutan NaCl 2 M ke dalam labu ukur
iii. Menambahkan aquades hingga garis batas
iv. Menghomogenkan campuran
 Mengulangi langkah i – iv untuk konsentrasi 0,5 M ; 0,25 M ; 0,125 M
berdasarkan dengan perhitungan pengenceran yang telah dilakukan

24
2. Menimbang piknometer kosong dan catat hasilnya
3. Menimbang piknometer yang telah diisi aquades dan catat hasilnya
4. Menimbang piknometer yang telah diisi larutan NaCl 1 M dan catat hasilnya
5. Mengulangi Langkah 4 dengan menggunakan larutan NaCl 0.5 M ; 0,25 M dan
0,125 M

F. ALGORITMA PERHITUNGAN
1. Menghitung pengenceran larutan NaCl untuk setiap variasi konsentrasi

Dimana,

M1 = konsentrasi awal

V1 = volume yang dibutuhkan

M2 = konsentrasi akhir

V2 = volume yang akan dibuat

2. Menghitung molalitas larutan (m) dari nilai molaritas (M) dengan menggunakan
persamaan seperti berikut:
1
m
    M 2 
  
 M   1000 

Dengan M2 adalah berat molekul zat terlarut dan ρ adalah berat jenis larutan. Berat
jenis larutan diperoleh dari persamaan berikut:


W 1W2 
Vp

3. Menghitung φ menggunakan persamaan (11)

untuk setiap konsentrasi larutan, kemudian buatlah grafik hubungan φ versus

25

m yang linier, maka nilai dapat dicari dari slope grafik yang terbentuk.
 m

4 Menghitung V 2 untuk setiap konsentrasi percobaan menggunakan persamaan (17)

3 m   
V2   o   ............................................................................................(17)
2   m 

26
3. PENGUKURAN BERAT MOLEKUL GAS

A. TUJUAN
1. Praktikan mampu menghitung masa jenis larutan
2. Praktikan mampu menghitung massa jenis gas yang berasal dari uap zat volatile
dengan memanfaatkan persamaan gas ideal

B. DASAR TEORI
Massa jenis zat
Massa jenis atau densitas merupakan perbandingan antara massa terhadap
volume dari zat itu sendiri. Sebagai contoh, pada keadaan standar, air memiliki massa
jenis 1 kg/L. artinya dalam satu liter air, terdapat 1 kg massa air. Nilai densitas berbeda
pada tiap-tiap zat. Kerapatan padatan dan cairan sering dibandingkan dengan kerapatan
air. Zat yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) dari air akan mengapung, dan
zat yang kerapatannya lebih besar (lebih berat) dari air akan tenggelam dalam air.
Dengan jalan yang saama. kerapatan gas dibandingkan dengan kerapatan udara. gas
yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) akan naik dalam udara, dan gas yang
kerapatannya lebih besar (lebihberat) akan turun dalam udara(Stoker,1993).
Persamaan massa jenis zat ialah sebagai berikut:
ρ = m/v
Massa molekul relatif
Massa molekul relatif (Mr) atau berat molekul adalah berat suatu molekul (m) dalam
satuan massa atom (sma) atau mol (n). Berat suatu molekul dapat dihitung dengan
menjumlahkan berat seluruh atom yang penyusunnya. Persamaan massa molekul
relative ialah sebagai berikut:

Mr= m/n
Senyawa Volatil
Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap pada keadaan standar.
Kecepatan penguapan senyawa volatile sangat dipengaruhi suhu dan tekanan sistem.
Berbagai hukum yang dikenal sebagai persamaan kondisi gas (equation of state)
menyatakan ketergantungan sejumlah tertentu gas terhadap tekanan, suhu, dan volume.
Hukum-hukum gas ini diperoleh dari pengamatan- pengamatan eksperimental. Maka

27
dari sini berat molekul senyawaa volatil dapat ditentukan. Persamaan yang paling
sederhana ialah dengan mengasumsikan bahwa gas berada dalam kondisi ideal. Dari
persamaan tersebut, dapat dilakukan percobaan untuk menghitung berat molekul.
Persamaan gas ideal ialah sebagai berikut :
P.V= n.R.T
Diturunkan menjadi :
Mr = ρ . RT/P
Persamaan keadaan atau gas ideal adalah persamaan termodinamika yang
menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan gas
ideal adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan matematik
antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti
temperatur, tekanan, volume dan energi dalam (Atkins, 1993).

C. ALAT
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut
1. Erlenmeyer
2. Gelas beker 500 ml
3. Penjepit
4. Kompor listrik
5. Jarum
6. Desikator
7. Neraca analitik
8. Piknometer 25 ml
9. Termometer
10. Pipet ukur
11. Karet penghisap

D. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah:
1. Etanol
2. Metanol
3. Air
4. Aluminium foil
28
E. CARA KERJA
Cara kerja percobaan ini ialah sebagai berikut:
1. Timbang Erlenmeyer kosong

2. Tutup erlenmeyer dengan alumunium foil dan timbang kembali

3. Masukan 5 ml etanol ke dalam erlenmeyer, lalu tutup kembali erlenmeyer


dengan aluminium foil
4. Beri lubang kecil pada aluminium foil menggunakan jarum
5. Panaskan gelas ukur yang telah diisi aquades hingga suhu 100 0C

6. Rendam Erlenmeyer dalam gelas ukur sampai ketinggian leher Erlenmeyer


hingga semua cairan menjadi uap
7. Setelah semua cairan menjadi uap proses pemanasan dihentikan, lalu
dinding bagian luar erlenmeyer dikeringkan dan didinginkan didalam
desikator.
8. Setelah dingin, ambil Erlenmeyer dalam desikator dan timbang kembali
9. Tentukan volume dari erlenmeyer dengan cara, erlenmeyer yang digunakan
sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu kemudian diisi dengan aquades
hingga penuh, lalu diukur massa air yang terdapat didalam erlenmeyer.
10. Ulangi langkah 1-9 pada methanol
11. Timbang piknometer kosong
12. Isi piknometer dengan etanol hingga penuh, kemudian timbang kembali
13. Ulangi langkah 11-12 pada methanol

F. TABEL PENGAMATAN DAN ALGORITMA PERHITUNGAN


Perhitungan massa atom gas

Massa erlenmeyer kosong


Massa erlenmeyer + Aluminium foil

Suhu penangas air


Suhu cairan
Massa erlenmeyer + Aluminium foil + uap

29
Massa air + erlenmeyer
Tekanan udara

Perhitungan massa atom relatif :


Massa air = … gr
 air = … gr/ cm3

T air dalam labu = … 0C


Massa zat = (massa labu erlenmeyer+alumunium foil+karet
geleng+cairan terkondensasi) – (massa labu
erlenmeyer+alumunium foil+karet gelang)
= … gr
T air dalam penangas = … 0K P = …atm
Vair = massa air / air
= …L
Vgas = V air
gas = … gr/L
Mr = ρ . RT/P =…
Menghitung densitas menggunakan piknometer :
Massa Jenis = (piknometer isi – piknometer kosong)/volume piknometer
=…
Mr = ρ . RT/P =…

G. DAFTAR PERTANYAAN
Jawablah pertanyaan – pertanyaan berikut :
1. Mengapa alumunium foil perlu dilubangi ?
2. Bandingkan massa jenis dan BM percobaan terhadap data teoritis, kemudian
hitunglah erornya
3. Mengapa hasil eksperimen menunjukkan nilai eror?

30
4. REAKSI KESETIMBANGAN ASAM LEMAH

A. TUJUAN
1. Menentukan tetapan kesetimbangan ionisasi asam lemah
2. Menentukan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai pH

B. DASAR TEORI
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang
teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu reaksi kimia telah mencapai
keadaan kesetimbangan, maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan
sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem. Meskipun demikian,
aktivitas molekul tetap berjalan, molekul-molekul reaktan berubah menjadi produk
secara terus-menerus sambil molekul – molekul produk berubah menjadi reaktan
kembali dengan kecepatan yang sama.
Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adalah
reaksi dapat balik (reversible) pada awal suatu reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke
arah pembentukan produk. Sesaat setelah produk terbentuk, pembentukan reaktan dari
produk juga mulai berjalan. Jika kecepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah sama,
dan dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah tercapai. Harus diingat bahwa
kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan dan
produk.
Persamaan reaksi kesetimbangan ditulis dengan menggunakan tanda panah
dua arah (↔). Reaksi kesetimbangan disebut reaksi bolak-balik (reversible)
kesetimbangan dapat dimanipulasi dengan menggunakan prinsip Le Chatelier.
Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan
bahwa jika reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima
aksi dari luar), reaksi tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu
pergeseran tertentu untuk mengatasi perubahan yang diterima (melakukan aksi
sebagai respon terhadap perubahan yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le
Chatelier.

31
Tetapan kesetimbangan asam lemah
Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya <1 (0 <𝛼< 1) maka
besarnya konsentrasi ion H+ (𝛼3𝛼+) tidak dapat dinyatakan secara langsung dari
konsentrasi asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh
adalah menghitung besarnya [𝛼3𝛼+] denganrumus.
HA (aq) + H2O (l) ↔ H3O+ (aq) + A- (aq)

Awal 𝛼𝛼M - -
Reaksi -xM +x M +x M
Setimbang (𝛼𝛼-x)M xM xM

Ka 
H O A 
3
 

HA
x.x
Ka 
Ca  x

Nilai Ca diperoleh dari pengukuran pH larutan asam lemah


pH = - log [H3O]+
[H3O]+ = 10-pH
Ca = konsentrasi asam lemah

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

pH = nilai potensial hidrogen

Derajat ionisasi
Derajat ionisasi adalah fraksi molekul asam yang terionisasi yang menunjukkan
seberapa besar asam lemah terdisosiasi. Nilai derajat ionisasi adalah 0 <𝛼< 1. Derajat
ionisasi bisa dinyatakan dalam bentuk prosentase, yang disebut sebagai persen ionisasi
yaitu memberikan proporsi molekul terionisasi berdasarkan persentase.

HA (aq) + H2O (l) ↔ H3O+ (aq) + A- (aq)

Jika dalam 1,00 M HA, terionisasi menghasilkan [𝛼3𝛼+] = [𝛼−] = 0,05 M

Maka :

32
konsentrasiH 3O  hasilionis asiasamHA

%ionisasi  x100%
konsentrasiasamHA
0,05M
%ionisasi  x100%  5%
1M

Derajat ionisasi = 𝛼= 0,05

Keterangan :
𝛼 = derajat ionisasi
Ca = konsentrasi asam lemah

C. ALAT
1. Gelas beker 100 ml
2. Gelas beker 250 ml
3. Pipet volume 10 ml
4. Labu ukur 100 ml
5. Labu ukur 50 ml
6. Termometer
7. pH meter digital
8. Karet penghisap

D. BAHAN
1. Asam asetat (CH3COOH) 2 M
2. Aquadest

E. CARA KERJA
1. Untuk membuat larutan CH3COOH 0,1 M diambil 5 ml CH3COOH 2 M, dimasukkan
dalam labu takar 100 ml ditambahkan aquadest sampai batas miniskus atas, kocok
hingga homogen, kemudian ukur pH dan suhunya.

2. Untuk membuat larutan CH3COOH 0,01 M diambil 10 ml CH3COOH 0,1 M yang


sudah diencerkan dari 2 M, dimasukkan dalam labu takar 100 ml ditambahkan
aquadest sampai batas miniskus atas, kocok hingga homogen, diambil larutan
CH3COOH dan dimasukkan dalam gelas beker, kemudian ukur pH dan suhunya.
3. Untuk membuat larutan CH3COOH 0,001 M diambil 5 ml CH3COOH 0,01 M yang
33
sudah diencerkan dari 0,1 M, dimasukkan dalam labu takar 50 ml ditambahkan
aquadest sampai batas miniskus atas, kocok hingga homogen, diambil larutan
CH3COOH dan dimasukkan dalam gelas beker, kemudian ukur pH dan suhunya.
4. Untuk membuat larutan CH3COOH 0,0001 M diambil 10 ml CH3COOH 0,001 M
yang sudah diencerkan dari 0,01 M, dimasukkan dalam labu takar 100 ml ditambahkan
aquadest sampai batas miniskus atas, kocok hingga homogen, diambil larutan
CH3COOH dan dimasukkan dalam gelas beker, kemudian ukur pH dan suhunya.
5. Untuk membuat larutan CH3COOH 0,00001 M diambil 5 ml CH3COOH 0,0001 M
yang sudah diencerkan dari 0,001 M, dimasukkan dalam labu takar 50 ml ditambahkan
aquadest sampai batas miniskus atas, kocok hingga homogen, diambil larutan
CH3COOH dan dimasukkan dalam gelas beker, kemudian ukur pH dan suhunya.

F. ALGORITMA PERHITUNGAN DAN TABEL PENGAMATAN

Tabel pengamatan

No Konsentrasi Suhu pH [𝛼3 𝛼 +]


1 0,1 M
2 0,01 M
3 0,001 M
4 0,0001 M
5 0,00001 M

Menghitung nilai tetapan kesetimbangan asam lemah (Ka)

pH = - log [H+]

[H+] = 10-pH

H O  
3

K a Ca

Ka 
H O 
3
 2

Ca

Misalkan : mencari Ka untuk CH3 COOH 0,1 M


Menghitung konsentrasi [H3O+] dari pengukuran pH pada sampel
34
CH3COOH (aq) + H2O (l) ↔ H3O+ (aq) + CH3COO- (aq)
Awal 0,1 M - -
Reaksi -x M +xM +xM
Setimbang (0,1-x) M xM xM

Ka 
H O CH COO 
3

3

CH 3COOH 
x.x
Ka 
0,1  x
x2
Ka 
0,1

Menghitung derajat ionisasi asam lemah (α)

%ionisasi 
H O 
3

x100%
CH 3COOH 
  derajationisasi 
H O 
3

CH 3COOH 
Keterangan :
Ca = [CH3COOH] = konsentrasi asam asetat

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

Menghitung % error tetapan kesetimbangan asam lemah

Ka.teori  Ka.eksperimen
% error tetapan kesetimbangan (Ka) =
Ka.teori

G. DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai pH larutan asam lemah?
2. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai tetapan kesetimbangan ionisasi
asam lemah?
3. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai derajat ionisasi asam lemah?
4. Berapa % error nilai tetapan kesetimbangan asam lemah dari percobaan yang
dilakukan dibandingan dengan nilai Ka teori

35
5. REAKSI HIDROLISIS PATI

A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung konversi pada reaksi hidrolisis pati dan
menentukan tetapan kecepatan reaksi pada pada reaksi hidrolisis pati.

B. DASAR TEORI
Karbohidrat adalah golongan senyawa yang terdiri atas unsur-unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O) yang memiliki rumus umum C m(H2O)n. Karbohidrat
banyak terdapat di alam, baik dalam hewan, tumbuh-turnbuhan maupun hewan. Dalam
tumbuh-tumbuhan karbohidrat terdapat dalam pati yang merupakan bahan pangan
cadangan dan sellulosa yang merupakan bahan pembentuk kerangka bagi tumbuh-
tumbuhan. [4] Karbohidrat terbagi atas:
Monosakarida
Merupakan senyawa karbohidrat yang mengandung 6 atom karbon dan tidak mungkin
dihidrolisis dalam suasana asam. Yang termasuk dalam golongan ini adalah glukosa dan
fruktosa. Glukosa adalah monosakarida yang merupakan unit dan polisakarida pati dan
glikogen.

Gambar 1. Struktur Molekul Glukosa dan Fruktosa

Disakarida
Merupakan senyawa karbohidrat yang molekulnya terbentuk dari 2 molekul
monosakarida yang sejenis maupun tidak sejenis. Disakarida dapat terhidrolisis dalam
suasana asam sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida. Yang termasuk dalam
golongan disakarida adalah :

36
a. Sukrosa, terbentuk dari penggabungan molekul fruktosa dan glukosa, merupakan gula
yang biasa digunakan.
b. Laktosa, merupakan kombinasi dan molekul glukosa dan galaktosa, yang dikenal
sebagai gula susu karena karbohidrat utama susu.
c. Maltosa, jenis disakarida yang terdiri atas 2 unit molekul glukosa. Biasanya
dihasilkan pada pemecahan ikatan pati.

Polisakarida
Merupakan senyawa karbohidrat yang merupakan gabungan dari molekul-molekul
monosakarida yang sangat jumlahnya. Hidrolisis lengkap akan mengubah suatu
polisakarida menjadi molekul-molekul monosakanida. Golongan senyawa polisakarida
banyak terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan binatang sebagai bahan pangan cadangan
atau untuk pembentukan bagian badan. Yang termasuk dalam senyawa polisakarida adalah
pati (amilum), glikogen dan selulosa.

Pati atau amilum yang kita kenal dengan zat tepung, merupakan bahan pangan
cadangan bagi tumbuh-tumbuhan dan karbohidrat yang termasuk golongan polisakarida.
Pati terdapat dalam bermacam-macam sumber misalnya beras, gandum, jagung, ubi-ubian
dan lain-lain. Tumbuh-tumbuhan membentuk amilum dan glukosa, dan glukosa terbentuk
pada proses fotosintesis. Pati tersusun oleh 2 macam rangkaian polisakarida yaitu amilose,
yang larut dalam air panas dan amilopektin, yang tidak larut dalam air panas. Amilose
merupakan polisakarida panjang yang tidak bercabang dengan ikatan 1-4, α glikosida.
Hidrolisis lengkap amilosa akan menghasilkan glukosa dan hidroliis parsial akan
menghasilkan maltosa. Sedangkan amilopektin selain mernpunyai ikatan 1-4, α glikosida
yang serupa, juga mempunyai rantai cabang dengan ikatan 1-6, α - glikosida. Hidrolisis
lengkap amilopektin akan menghasilkan glukosa dan hidrolisis parsial akan rnenghasilkan
suatu campuran disakarida maltosa dan isomaltosa. Campuran disakarida yang diperoleh
dan hidrolisis parsial amilopektin merupakan dekstrin yang digunakan untuk membuat
lem, pasta dan kanji tekstil.{5]
Pada hidrolisis pati air akan menyerang ikatan rantai panjang 1-4, α -glukosida
menjadi rantai yang lebih pendek dan hasilnya berupa dekstrin, sirun atau glukosa,
tergantung pada derajat pemecah rantai polisakarida dalam pati. Bila perbandingan

37
suspensi tepat, maka dekstrin akan terhidrolisis menjadi glukosa.[4] Reaksi hidrolisis
karbohidrat beriangsung menurut persarnaan sebagai berikut:
(C6H10O5)n + H2O → nC6H12O6

karena reaksi ini sangat lambat, maka untuk mempercepat reaksi perlu ditambahkan
katalisator untuk mempertinggi keaktifan air. Katalisator yang dapat dipakai berupa enzim
atau asam. Jenis asam yang sering dipakai adalah asam khlorida, asam sulfat, asam sulfit
dan asam nitrat. Dalam industri biasanya digunakan asam khlorida sebagai katalisator,
pemilihan ini berdasarkan pertimbangan bahwa garam yang terbentuk setelah penetralan
hasil hidrolisis merupakan garam dapur, sehingga tidak berbahaya, untuk produk yang
dipakai sebagai bahan makanan, sering juga dipakai asam oksalat. Dengan katalisator
asam oksalat pada tepung sorgum, didapat hasil yang cukup baik.

Secara umum kecepatan reaksi hidrolisis mengikuti persamaan reaksi:

aA + bB → cC

Selama pati bereaksi konsentrasi katalis tetap, sehingga kecepatan reaksi hanya tergantung
pada konsentrasi pati. Dengan demikian dapat ditulis:
dC A
- rA = dt
a b
= k. C A . C B
Karena air dibuat berlebihan, maka persamaan kecepatan reaksi mengikuti persamaan
kecepatan reaksi.:
a
-rA = k. C A
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses hidrolisis antara lain : waktu reaksi,
suhu, suhu rekasi, pencampuran pereaksi, suspensi pati dan konsentrasi katalisator.
Semakin lama waktu hidrolisis, semakin besar konversi yang dicapai. Air pada fase cair
selama berlangsungnya proses hidrolisis mengakibatkan kontak antara molekul-molekul
pati dengan air semakin besar dan reaksi dapat berlangsung lebih baik, sehingga rekasi
hidrolisis lebih sempurna. Untuk rnencapai konversi tertentu, proses dengan tekanan tinggi
dapat memakai air daam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan proses pada
tekanan biasa.[2]

38
C. BAHAN DAN ALAT

Bahan Percobaan:

1. Pati
2. Aquadest
3. Larutan HCl
4. Larutan Fehling A dan B
5. Indikator Methyl Blue

Alat Percobaan:
Alat yang digunakan dalam percobaan ini digambarkan pada Gambar 2.

D. CARA KERJA

1. Timbang 2-5 gram sampel (sesuai dengan petunjuk asisten) dimasukkan ke dalam
labu leher tiga.
2. Tambahkan larutan HCI 2 N sebanyak 200 ml
3. Rangkai alat seperti pada gambar 2.
4. Panaskan suspensi di atas pemanas sampai rnendidih dan hidupkan pengaduk. Catat
waktu mulai mendidih.
5. Biarkan larutan mendidih sampai 2 jam, kemudian didinginkan dengan udara

39
E. ANALISIS HASIL
1. Larutan hasil hidrolisis setelah dingin dinetralkan dengan larutan NaOH.
2. Encerkan dengan aquades sampai 500 ml. Saring, masukkan filtrat ke dalarn buret
3. Masukkan 5 ml Fehling A dan 5 ml Fehling B ke dalam erlenmeyer. Panaskan sampai
mendidih.
4. a. Titrasi dengan filtrat (sampai berwama coklat), Tambahkan 2 tetes methyl blue, bila
warna coklat berubah, lanjutkan titrasi sampai titik ekivalen (warna coklat).
b. Titrasi dengan larutan glukosa standar (Cara seperti 4a).
5. Lakukan no. 3 dan 4 sebanyak 3 kali.

F. PERHITUNGAN
Jumlah glukosa total :
V1
.C0 .V0
C = V2
Kadar pati dalam bahan :

0,9.C
K= W

dengan:
Vo = Volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi Fehling A
dan Fehling B,ml
V1 = Volume pengenceran hasil hidrolisis, ml
V2 = Volume latutan hasil hidrolisis yang telah diencerkan yang digunakan untuk titrasi
Fehling A dan Fehling B, ml
Co = Kadar larutan glukosa standar, ml
C = Jumlah glukosa total hasil hidrolisis, g
K = Kadar pati dalam, bahan, g/g
W = Berat Sampel, g

G. DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S., “Kimia Analisa Kuantitatf’, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada, 1984.

40
Agra, I.B. Warnijati S. “Hidrolisis Pati Ketela Rambat pada Suhu lebih dan 100 oC, Forum
Teknik, Jilid 3, 1973.
Diouhy, and Kott, A., ” Continuous Hydrolysis of Corn Strach”, Mc Graw Hill Book
Company, Kogasukha, Tokyo 1948.
Groggins, P.H., “Unit Process in Organic Synthetic”, 5th ed., McGraw-Hill Book
Company, New York, 1958.
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., “Encyclopedia of Chemical Technology”, vol. XII., The
Interscience Enciclopedia Inc., New York, 1954.
Sudarmaji, S., Haryono dan Suhadi, “Prosedur Analisa untuk Bahan Makan dan
Pertanian”, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, 1984

41
6. PEMBUATAN METIL SALISILAT

A. TUJUAN
1. Memahami cara mensintesis metil salisilat dengan mereaksikan asam salisilat dan
methanol dengan cara refluks
2. Memahami mekanisme reaksi dari metil salisilat

B. DASAR TEORI
1. Pendahuluan
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia penting di dalam kehidupan
sehari-hari karena mempunyai nilai ekonomis yang lumayan tinggi, asam salisilat bisa
digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan obat-obatan contohnya obat
analgesik dan antiseptik serta dapat digunakan untuk keperluan bahan baku farmasi
lainnya. Asam salisilat dengan rumus molekul C 6H4COOHOH memiliki bentuk kristal
kecil berwarna merah muda terang, hingga kecokelatan dengan berat molekul sebesar
138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 156oC dan densitas pada suhu 25 oC sebesar
1,443 g/m. Turunan dari asam salisilat telah banyak digunakan di berbagai bidang salah
satunya adalah untuk pembuatan metil salisilat. Metil salisilat atau minyak gandapura
adalah merupakan bahan yang mempunyai berbagai kegunaan. Sebagai bahan obat metil
salisilat merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid golongan salisilat. Bahan
ini dapat dibuat dalam sediaan berupa linimentum atau salep yang berfungsi untuk
menghilangkan nyeri pada pinggang, panggul dan rematik (Guenther,1944). Manfaat lain
dari metil salisilat adalah dapat digunakan sebagai bahan untuk formula keratolitik, anti
plak (pada obat kumur), bahan perasa dengan kadar tidak lebih dari 0,04% dan bahan
pewangi pada pestisida golongan organofosfat. Selain itu juga dapat digunakan untuk
memperjelas warna dari jaringan tanaman atau binatang untuk keperluan
imunohistokimia Kirk and Othmer,1979). Senyawa metil salisilat merupakan turunan
dari ester asam salisilat. Senyawa ester dihasilkan dari reaksi asam karboksilat dengan
alkohol atau yang lebih dikenal dengan istilah esterifikasi dan biasanya reaksi ini
menggunakan suatu katalis asam. Reaksi ini akan berlangsung dengan baik jika direfluks
bersamaan dengan adanya sedikit asam klorida atau asam sulfat (Purwanto dan
Susillowati,2000). Reaksi asam karboksilat dengan alkohol yang disertai adanya katalis

42
asam merupakan salah satu cara baku untuk membuat ester. Reaksinya yang dikenal
sebagai esterifikasi Fischer, merupakan jalan sederhana untuk membentuk ester dari
bahan mula yang mudah diperoleh. Berdasarkan dari uraian di atas metil salisilat banyak
memberikan manfaat terutama dibidang kesehatan
Sebagai negara berkembang, Indonesia banyak melakukan pengembangan disegala
macam bidang, salah satunya adalah bidang industri termasuk industri kimia. Seiring
perkembangan industri kimia Indonesia, salah satu kebutuhan yang terus bertambah
adalah kebutuhan akan metil salisilat. Namun sayangnya Indonesia masih mengimpor
akan kebutuhan tersebut.
Metil salisilat dapat disintesis melalui esterifikasi asam salisilat. Reaksi
esterifikasi adalah reaksi pembentukan senyawa ester dari asam karboksilat dan alkohol
dengan katalis asam. Senyawa ester yang dihasilkan akan memiliki aroma tertentu dan
bersifat khas. Dalam ilmu kimia dan bidang farmasi reaksi esterifikasi ini cukup penting
mengingat reaksi tersebut merupakan dasar sintesis banyak senyawa kimia yang
dapat berkhasiat sebagai obat. Salah atu penggunaannya adalah sintesis metil salisilat
dari asam salisilat dengan metanol absolut. Dari pernyataan yang telah dipaparkan, maka
penting dilakukan praktikum ini.

2. Asam Salisilat
Asam salisilat, dikenal juga dengan asam 2-hidroksi benzoat atau asam-
ortohidrobenzoat yang memiliki struktur kimia C 7H6O3. Asam salisilat telah digunakan
sebagai bahan terapi topikal lebih dari 100 tahun yang lalu. Dalam bidang dermatologi,
asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat utamanya sebagai bahan keratolitik.
Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan dalam terapi veruka, kalus, psoriasis,
dermatitis seboroik pada kulit kepala, dan iktiosis. Penggunaannya semakin berkembang
sebagai bahan peeling dalam terapi penuaan kulit, melasma, hiperpegmentasi pasca
inflamasi, dan akne (Lee dan Kim, 2003). Struktur asam salisilat adalah sebagai berikut:

43
Asam salisilat merupakan obat analgesik non narkotik yang sering digunakan
dalam masyarakat. Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik, antipiretik dan
antirematik tetapi tidak dapat digunakan secara oral karena terlalu toksik, sehingga
yang banyak digunakan sebagai analgesik ada lah senyawa turunannya seperti asam
asetilsalisilat. Asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan aspirin atau asetosal
digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan antirematik. Pemberian asam asetilsalisilat
dalam dosis rendah digunakan untuk mencegah serangan jantung dan pengobatan
trombosis karena memiliki efek antiplatelet (Purwanto dan Susilowati, 2000).

B. Metil Salisilat
Salah satu turunan dari asam salisilat adalah metil salisilat. Metil salisilat adalah
cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen. Tidak larut dalam air tetapi larut
dalam alkohol dan eter. Metil salisilat sering digunakan sebagai bahan farmasi,
penyedap rasa pada makanan, minuman, gula-gula, pasta gigi, antiseptik, dan kosmetik
serta parfum. Metil salisilat telah digunakan untuk pengobatan sakir syaraf, sakit
pinggang, radang selaput dada, dan rematik, juga sering digunakan sebagai obat gosok
dan balsem (Supardani, dkk., 2006).
Metil Salisilat atau 2-hydroxy benzoid acid methyl ester dengan rumus kimia
C8H8O3 di alam bahan ini banyak terdapat dalam daun tanaman gaultheria
procumbens, batang tanaman betula lenta.l, sweet birch dan berupa glucoside pada
bermacam tanaman lainya. Sedangkan secara sintesis, metil salisilat dapat dibuat
dengan reaksi esterifikasi antara metanol dengan asam salisilat dengan bantuan katalis.
Struktur metil salisilat adalah sebagai berikut:

Pada penetapan kadar asam salisilat, alkohol digunakan sebagai pelarut karena
asam salisilat hampir tidak larut dalam air. Alkohol bersifat asam lemah dan jumlah
asam dalam alkohol bervariasi kerena terbukanya alkohol karena oksidasi. Oleh
karena itu alkohol harus dinetralkan terhadap indikator yang digunakan supaya tidak
bereaksi dengan NaOH ketika titrasi berlangsung. Sebaiknya digunkan natrium
hidroksida ketika titrasi berlangsung. Sebaiknya NaOH bebas karbonat untuk

44
menghindari kesalahan pada titik terakhir dengan terlepasnya karbon dioksida
(Supardani, 2006).
Mekanisme Reaksi Esterifikasi Pembuatan Metil Salisilat seperti berikut:

C. Beberapa Macam Proses Produksi Metil Salisilat

C.1 Ekstraksi

Metil salisilat dapat diambil dari tanaman wintergreen dan sweet birch dengan
ekstraksi karena tanaman tersebut banyak mengandung glucoside. Bahan yang telah
disortasi atau batang dari tanaman sweet birch yang telah direduksi ukurannya
direndam dalam air suling di dalam alat penyuling pada suhu sekitar 49ºC (120ºF)
selama semalam, kemudian didistilasi secara batch selama 5 atau 6 jam. Distilat
dipisahkan menjadi lapisan minyak (atas) dan air (bawah). Lapisan air dikembalikan ke
alat penyuling. Operasi distilasi dihentikan apabila air sudah tidak menggandung
suspensi minyak. Proses ekstraksi bahan alam ini harus memenuhi range spesific
gravity sebesar 1,176 – 1,182 dan titik didih 219 – 284ºC untuk mendapatkan yield

45
sebesar 99%. Yield minyak yang banyak hanya dapat diperoleh dari bahan yang segar,
sehingga masa penyimpanan bahan maksimal hanya 2 minggu dan untuk proses batch
membutuhkan waktu sekitar 30 jam (Guenther, 1949).

C.2 Esterifikasi dengan katalis asam sulfat


Asam salisilat, alkohol berlebih, dan katalis ditambahkan ke dalam reaktor.
Panas ditambahkan ke reaktor sampai mencapai suhu reaksi. Ketika konsentrasi asam
telah berkurang sesuai dengan tingkatan yang dinginkan (konversi), produk dipisahkan.
Karena esterifikasi antara alkohol dan dan asam organik merupakan reaksi
kesetimbangan dapat balik, maka untuk mencapai konversi yang tinggi perlu perlu
pemisahan salah satu produk yang terbentuk (ester dan air). Metil salisilat merupakan
ester non volatile, di mana alkoholnya secara nyata tidak larut dalam air, sehingga
metode distilasi dapat digunakan untuk memindahkan air dari reaksi (Kirk and Othmer,
1979).
Adapun reaksi yang terjadi dalam pembentukan metil salisilat dari metanol dan asam
salisilat adalah sebagai berikut:
C7H6O3 + CH3OH ↔ C8H8O3 + H2O (Chandavasu, 1997).

D. Alat dan Bahan


D.1 Alat yang digunakan
 Gelas ukur

 Gelas beaker

 Gelas arloji

 Labu alas bulat

 Corong gelas

 Seperangkat alat refluk

 Corong pisah

 Pipet ukur

 Termometer

 Pengaduk

 Karet penghisap

 Heating mantle

 Timbangan

46
 Statif dan klem

D.2 Bahan yang digunakan


 asam salisilat

 metanol absolut

 asam sulfat pekat

 natrium bikarbonat 5%

 magnesium sulfat anhidrat

 aquades

C. Prosedur Kerja atau Cara Kerja


1. Timbang 25 gr asam salisilat, masukkan ke dalam labu alas bulat
2. Tambahkan 85 ml metanol absolut, kocok hingga asam salisilat melarut
3. Tambahkan 15 ml H2SO4 pekat
4. Pasang labu pada perangkat refluks, lakukan refluks selama 2 jam pada suhu 60 –
70oC
5. Dinginkan labu alas bulat, pindahkan campuran ke dalam corong pisah
6. Tambahkan 50 ml aquades dingin ke dalam corong pisah
7. Kocok perlahan hingga terbentuk 2 lapisan
8. Ambil lapisan bawah (ester) yang terbentuk
9. Cuci lapisan ester dengan 25 ml NaHCO3 5% di dalam corong pisah, kocok hingga
homogen
10. Tambahkan 25 ml aquades, gojlok agak kuat hingga terbentuk 2 lapisan
11. Ambil lapisan bawah. Tambahkan 4 gr MgSO4 anhidrat, diamkan selama 30 menit
12. Pisahkan larutan, ukur volume yang diperoleh

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


D.1 Hasil Percobaan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. 25 gr asam salisilat + 85 ml ……..


methanol

47
2. Campuran + 15 ml asam sulfat ……..
pekat

3. Refluks 2 jam pada suhu 60 – ……….


70oC

4. Didinginkan ........

5. Campuran dipindahkan ke corong ……….


pemisah + 50 ml + kocok
6. Lapisan bawah yang merupakan ……….
ester + 25 ml NaHCO3 5%
7. Campuran + 25 ml aquades + ……….
kocok
8. Lapisan ester + 25 ml Na2SO4 ……….
anhidrat, diamkan 30 menit +
saring
9. Volume metil salisilat ………. ml

D.2 Perhitungan
Berat teoritis
1 mol asam salisilat ~ 1 mol metil salisilat
mol asam salisilat = mol metil salisilat
gram _ asam _ salisilat gram _ metil _ salisilat

BM _ asam _ salisilat BM _ metil _ salisilat

gram metil salisilat = …………….

Berat hasil
Volume metil salisilat = ....... ml
gram metil salisilat hasil = volume metil salisilat x massa jenis
= ……. x 1,185

48
berat _ hasil
%.rendemen  x100%
berar _ teoritis
E. Pembahasan

F. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
 Chandavasu, C. 1997. Pervaporation-assied Esterification of Salicylic acid. Newark,

New Jersey: New Jersey Institute of Tecnology.


 Fessenden. 1994. Kimia Organik Edisi III. Erlangga : Jakarta

 Guenther, E. 1949. The Essential Oils, Third ed, 461, D. Van Nostrand. New York:

Company Inc.
 Kirk, R.E. and Othmer, D.F. 1979. Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.,

vol. 15-20. New York: The Inter Science Encyclopedia, Inc.


 Lee, K.W., Kim, Y.J., and Lee, C.Y.,2003, Cocoa Has more Phenolik Phytochemical

and A higher Antioxidant Capacity than Teas and Red Wine,J.Agric. Food Chem.,
51( 52 ),729 – 7295.
 Purwanto, B.T. dan Susilowati, R. 2000. Hubungan Struktur, Sifat Kimia Fisika dan

Aktivitas Biologis Obat, In: Siswandono dan Soekardjo, B. (Eds.), Kimia Medisinal
1, ed. 2. Airlangga University Press, Surabaya, 161-163, 283, 291-292.
 Supardani dkk. 2006. Perancangan Pabrik Asam Salisilat dari Phenol.Jurusan

Teknik Kimia FTI Institut Teknologi Nasional:Bandung.

49
7. ISOLASI KOMPONEN KIMIA DARI BAHAN ALAM
(MINYAK ATSIRI)

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari proses distilasi kukus dan ekstraksi soxhlet minyak atsiri.
2. Menentukan kadar minyak yang diperoleh dari kedua cara tersebut dan
membandingkannya

B. DASAR TEORI
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atan essential oil. Minyak
ini dihasilkan oleh tanaman dan mempunyai fungsi tertentu dalam tanaman. Minyak
tersebut mempunyai ciri-ciri : mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
dekomposisi, punya rasa getir, berbau spesifik, umumnya larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air.
Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara distilasi maupun ekstraksi. Distilasi
adalah proses pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran yang terdiri dari dua
atau lebih komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya. Ekstraksi adalah proses
pemisahan suatu komponen dari suatu bahan yang terdiri dari dua atau lebih komponen
dengan jalan melarutkan salah satu komponen dengan pelarut yang sesuai.
Dalam industri pengolahan minyak atsiri dikenal tiga macam sistem penyulingan /
distilasi dengan kelebihan dan kekuangannya masing-masing. Ketiga sistem penyulingan
itu adalah:
1. Penyulingan dengan air
Pada proses ini bahan dikontakkan langsung dengan air rnendidih. Bahan dapat
terapung, melayang atau tenggelam dalam air tengantung dari berat jenis dan jumlah
bahan yang dimasukkan. Penyulingan dengan air ini hanya digunakan untuk bahan
yang tidak dapat diproses dengan penyulingan air dan uap atau uap langsung.
2. Penyulingan dengan air dan uap
Pada proses ini bahan diletakkan di atas piringan berlubang yang terletak beberapa
centimeter di atas air mendidih, dan harus dijaga agar gerakan air tidak mengenai
bahan.
3. Penyulingan dengan uap

50
Pada proses ini bahan berhubungan langsung dengan uap jenuh. Uap dapat berasal dari
air yang mendidih atau alat lain penghasil uap. Bahan dan air mendidih tidak berada
dalam satu alat/ruang melainkan terpisah. Di antara keduanya dihubungkan oleh suatu
pipa sebagai saluran uap air.

Proses Ekstraksi
Ekstraksi dengan volatile solvent
Ekstraksi ini dilakukan untuk bunga-bunga gardena, mawar, yasmine dan lain-
lainnya yang apabila dilakukan distilasi hasilnya sedikit sekali, bahkan tidak
menghasilkan minyak. Mutu minyak bisa rendah karena minyak yang sedikit dalam
bahan menjadi rusak pada waktu penyulingan dalam air yang relatif besar jumlahnya.
Pelarut yang digunakan misalnya petroleum eter, sedangkan alat yang digunakan antara
lain alat ekstraksi soxhlet. Dengan alat ini ekstraksi dapat dilakukan berulangkali, yang
tentunya menguntugkan. Secara matematis dapat dibuktikan bahwa ekstraksi yang
dilakukan berulang kali ada lebih menguntungkan jika dibandingkan sekali ekstraksi.

Ekstraksi dengan non volatile solvent


Ekstraksi ini terbagi menjadi dua cara, yaitu:
1. Tanpa pemanasan
Proses ini disebut extraction with cold fat. Bahan yang dipakai untuk ekstraksi ini
biasanya bunga-bungaan yang setelah dipetik masih melanjutkan. proses
fisiologisnya. Caranya: fat ditebarkan di atas kassa dan di atas fat ditaburi bunga.. Bau
harum akan diserap oleh fat. Jika bunga tidak lagi mengeluarkan bau harum. maka
perlu diganti. Demikian seterusnya sampai fat jenuh kemudian baru diekstrak.
2. Dengan pemanasan
Proses ini disebut extraction with hot fat. Bahavi yang dipakai biasanya bunga yang
setelah dipetik tidak lagi melanjutkan poses fisiologisnya. Panas pada proses ini
merupakan suatu aktivator agar minyak dapat dikeluarkan lebih banyak lagi.
Caranya : bunga ditaburkan di atas fat panas. Bunga diganti yang baru jika tidak
mengeluarkan bau harum lagi.
Demikian seterusnya sampai fat jenuh. Fat kemudian didinginkan, dipanaskan lagi
kemudian disaring. maka diperoleh hasilnya.
C. BAHAN DAN ALAT

51
C.1 Bahan Percobaan
1. Daun kayu putih
2. Kertas saring
3. N-Heksan
4. Air
C.2 Alat Percobaan
1. Rangkaian alat distilasi kukus
2. Rangkaian alat ekstraksi soxhlet
3. Corong gelas
4. Alat timbang
5. Gelas beker 1000 mL
6. Gelas beker 250 mL
7. Oven
8. Eksikator
9. Corong pisah
10. Krus

RANGKAIAN ALAT

52
D. CARA KERJA
D.1 Distilasi Kukus
1. Timbang 800 gram bahan kering yang telah dihaluskan.
2. Masukkan dalam ketel distilasi yang sebelumnya telah diisi air.
3. Hidupkan pemanas listrik dan air pendingin dialirkan, proses distilasi dilakukan
selama 1 jam pada suhu 100 °C.
4. Campuran minyak dan air hasil distilasi dipisahkan dengan corong pisah.
5. Minyak hasil dikeringkan dalam oven pada suhu 105◦C selama 30 menit dan
didinginkan dalam eksikator selama 15 menit.
6. Timbang minyak hasil yang diperoleh.

D.2 Ekstraksi Soxhlet


1. Timbang 4 gram bahan yang telah dihaluskan.
2. Bungkus dengan kertas saring dan masukkan dalam alat ekstraksi.
3. Masukkan N-Heksan ke dalam labu leher tiga.
4. Rangkailah alat ekstraski, pemanas dihidupkan dan alirkan air pendingin.
5. Proses ekstraksi dilakukan 5 sirkulasi dengan suhu 80°C.
6. Proses ekstraksi selesai, bungkusan bahan dikeluarkan. Proses dilanjutkan untuk
mendistilasi (memisahkan) pelarut dan minyak.
7. Minyak harus dimasukkan ke dalam krus dan dikeringkan dalam oven.
8. Dinginkan minyak dalam eksikator selama 15 menit.
9. Timbang minyak hasil yang diperoleh.
53
D.3 Analisis Kadar Air
1. Timbang krus kering kosong.
2. Keringkan dalam oven pada suhu 105◦C selama 30 menit.
3. Dinginkan krus kosong di dalam eksikator selama 15 menit.
4. Timbang krus kosong.
5. Timbang bahan sebanyak 1 gram yang dimasukkan dalam krus.
6. Keringkan dalam oven pada suhu 105◦C selama 1 jam.
7. Dinginkan krus berisi bahan di dalam eksikator selama 15 menit.
8. Timbang krus berisi bahan.

54

Anda mungkin juga menyukai