Anda di halaman 1dari 23

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

METODE FITOKIMIA

OLEH :

MAXIMUS M. TAEK
ELEONORA A. M. BOKILIA

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2020

1
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan wajib hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai


2. Praktikan yang terlambat sampai dengan 15 menit setelah praktikum dimulai,
dianggap tidak siap mengikuti kegiatan praktikum dan dapat mengikuti
praktikum setelah dinyatakan lulus Pre-test Praktikum dan diijinkan masuk oleh
Kepala Laboratorium.
3. Praktikan yang terlambat lebih dari 15 menit setelah praktikum dimulai dianggap
gagal mengikuti kegiatan praktikum pada hari tersebut dan tidak ada praktikum
susulan.
4. Praktika yang berhalangan hadir karena sakit harus menyampaikan surat
keterangan dokter atau wali yang disampaikan langsung kepada Dosen
Pengasuh / Kepala Laboratorium.
5. Praktikan diwajibkan melaksanakan peraturan keselamatan kerja laboratorium.
6. Praktikan diwajibkan mengenakan baju/jas praktikum, masker/penutup mulut
dan membawa penuntun praktikum dalam bentuk diagram alir/skema kerja.
7. Setiap kelompok praktikum diwajibkan membawa kain lap atau tisu dan sabun
cuci cair. Apabila kewajiban ini tidak dipenuhi, maka kelompok praktikum yang
bersangkutan tidak diijinkan mengikuti praktikum dan dianggap gagal pada hari
tersebut dan tidak ada praktikum susulan.
8. Sebelum praktikum kelompok praktikum mengajukan bon alat kepada laboran
9. Sebelum praktikum kelas praktikum mengajukan bon bahan kepada kepala
laboratorium
10. Selama praktikum, praktikan dilarang keras : makan, minum, membuat
kegaduhan, keluar ruang praktikum tanpa ijin, membantah instruksi dan
teguran dari laboran, teknisi, dosen pengasuh dan asisten. Bila ketentuan ini
dilanggar maka praktikan/kelompok praktikum bersangkutan akan dikeluarkan
dari seluruh kegiatan praktikum dan diberikan niali 0 (nol)
11. Bila akan menggunakan peralatan tertentu seperti oven, pemanas, desikator,
pompa vakum, dan timbangan, kelompok praktikum harus mendapat ijin dari
laboran dan diwajibkan mengisi log book peralatan yang bersangkutan.
12. Selama percobaan berlangsung kelompok praktikum wajib memperhatikan
instruksi yang diberikan oleh laboran, teknisi, asisten dan dosen pengasuh
13. Hasil percobaan harus dikonsultasikan dan disahkan oleh asisten/dosen pengasuh
14. Setelah selesai praktikum kelompok praktikum wajib mengembalikan peralatan
yang dipinjam dalam keadaan bersih dan kondisi baik, bila peralatan yang
dipinjam rusak maka kelompok praktikum harus mengganti peralatan tersebut
dalam waktu 48 jam. Bila peralatan yang rusak tidak diganti maka kelompok
praktikan yang bersangkutan dikeluarkan dari seluruh kegiatan praktikum dan
diberikan nilai 0 (nol)

2
15. Praktikan dapat meninggalkan laboratorium setelah mendapat ijin dari kepala
laboratorium
16. Kelompok praktikum yang ditunjuk sebagai kelompok penanggung jawab
kebersihan, diwajibkan membersihkan ruangan setelah praktikum.
17. Praktikan wajib mengumpulkan laporan praktikum pada pertemuan/praktikum
berikutnya. Bila laporan praktikum tidak dikumpulkan maka praktikan dianggap
gagal dalam praktikum tersebut dan diberikan niali 0 (nol).

PERATURAN UMUM KESELAMATAN KERJA


1. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk kedalam laboratorium
2. Jangan melakukan eksperimen-eksperimen sebelum mengetahui informasi
mengenai bahan kimia, alat-alat dan cara pemakaiannya. Dengan kata lain, baca
buku manual sebelum bekerja dengan peralatan dan bahan
3. Kenali semua jenis-jenis peralatan keselamatan kerja yang diperlukan sebelum
melakukan eksperimen
4. Harus mengetahui tempat dan cara menggunakan semua alat-alat emergency
laboratorium seperti kran pencuci mata, pemadam kebakaran, respirator (jika
kekurangan oksigen) shower dan sebagainya
5. Setiap laboran harus mengetahui cara mendapatkan pertolongan darurat dan cara
melakukan pertolongan darurat
6. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara teratur untuk semua pekerja
laboratorium
7. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium
8. Jangan memakai barang-barang pecah belah atau perlatan laboratorium (seperti
oven, kulkas dan lain sebagainya) untuk menyimpan makanan. Selain itu
mengingat bahaya yang mungkin timbul, maka :
 Jangan terlalu banyak bicara di laboratorium
 Jangan berkelakar atau membuat permainan yang kasar dan rebut
 Jangan mengganggu atau mengalihkan perhatian pekerja laboratorium yang
lain
 Jangan membuat lelucon dengan bahan kimia
9. Jauhkan semua benda-benda yang tidak diperlukan (seperti tas) dan peralatan
laboratorium dari meja yang diperlukan
10. Pakaian :
 Pakailah jas praktikum
 Jangan memakai pakaian longgar, berlengan panjang, kalung teruntai atau
membiarkan rambut terjurai di laboratorium
 Jangan memakai sandal, sepatu yang licin dan sepatu tinggi
 Pakailah sarung tangan pelindung yang baik
 Jangan mencium bahan kimia secara langsung. Jika perlu kipas secara
perlahan aroma kea rah angin hidung
 Jangan memanaskan wadah kaca yang mudah pecak (botol, corong, gelas
ukur, tabung reaksi, dll) pada api terbuka

3
 Jangan bekerja sendiri dalam bangunan laboratorium atau meninggalkan zat-
zat kimia sedang bereaksi tanpa pengawsan
11. Jaga kebersihan laboratorium dengan membuang sampah pada tempat yang
sesuai (lihat penanganan sampah laboratorium). Bila terjadi situasi yang
berbahaya, beri peringatan pada pekerja lainnya dengan
memasang/menghidupkan tanda bahaya, memasang palang tanda bahaya,
pengumuman dan lain sebagainya
12. Setelah kegiatan selesai :
 Jangan meninggalkan laboratorium sebelum memisahkan peralatan dan zat-
zat kimia yang telah dipakai
 Kembalikan semua peralatan, bahan-bahan kimia dan bahan-bahan lain ke
tempat setelah digunakan
 Matikan kontak listrik serta peralatan yang memakai gas bila tidak digunakan
lagi
 Tabung-tabung bahan-bahan kimia yang bersifat mudah terbakar dan mudah
meledak begitu selesai dipakai segera disimpan dalam ruang khusus
13. Secara rutin diadakan monitoring terhadap udara dalam laboratorium agar tidak
terjadi kontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memaki gas analyzer
14. Semua kecelakaan (luka) bagaimanapun ringannya, harus segera diobati
15. Jangan lari-lari/kejar-kejaran di laboratorium, kecuali dalam keadaan darurat
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
Keselamatam kerja di laboratorium merupakan aspek yang paling penting yang harus
diperhatikan dalam kegiatan di laboratorium baik kegiatan penelitian maupun
praktikum.karenya dibuat peraturan yang menyangkut kesehatan dan keselamata
kerja. Peraturan ini sangat perlu dibuat dan ditaati oleh pemakai. Peraturan ini dibuat
dengan tujuan :
1. Untuk menjamin kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan orang-orang yang
bekerja di laboraorium itu sendiri (termasuk asuransi jiwa)
2. Untuk mencegah orang lain (di luar orang-orang yang bekerja di laboratorium)
dan kemungkinan mendapat resiko terganggu kesehata dan keselamatannya
akibat kegiatan-kegiatan yang ditimbulkan oleh pemakai laboratorium
3. Untuk mengontrol penyimpanan dan pengguanaan bahan dan alat yang
berbahaya, serta mencegah orang-orang terhadap pemilikan dan penggunaan alat
serta bahan-bahan tersebut secara tidak syah
4. Untuk mengontrol pelepasan bahan-bahan berbahaya (gas) atau zat berbau ke
udara
5. Untuk mengontrol operasional kerja di laboratorium, termasuk keluarnya alat dan
bahan berbahaya tersebut dari laboratorium
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN SAMPAH LABORATORIUM
Sampah-sampah laboratorium dapat berupa sampah kimia, sampah biologi (bahan
tanaman, binatang dan mikroorganisme), sampah kertas, plastic, pecahan kaca dan

4
benda-benda tajam lainnya serta air buangan. Banyak dari bahan-bahan tersebut yang
merupakan ancaman berbahaya bagi pekerja pemakai laboratorium itu sendiri juga
bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu sampah-sampah laboratorium harus
ditangani dengan hati-hati dan merupakan bagian dari aspek kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium

PENANGANAN DAN PEMBUANGAN SAMPAH KIMIA


Setelah menyelesaikan prosedur dan reaksi senyawa kimia, maka akan ditinggalkan
residu (sisa-sisa), slurries (campuran encer dan bahan-bahan yang tidak terlarut,
endapan-endapan, zat warna dan lain-lain) dan larutan-larutan sisa yang harus
dibuang. Bacalah Material Safety Data Sheet (MSDS) dan konsultasikan dengan
ahlinya (pembimbing) sebelum mencoba membuang sampah kimia.
Aturan Pembuangan Sampah Kimia :
1. Jangan membuang asam pekat, basa kuat atau slurries ke dalam sink
 Membuang sampah kimia tertentu ke dalam system saluran pembuangan
(sink) di laboratorium mungkin diizinkan, tetapi dengan mengikuti peraturan
yang telah ditetapkan
 Biasanya, hanya bahan-bahan yang larut dalam air seperti asam dan basa
dapat dibuang melalui sink, dan itupun harus diencerkan terlebih dahulu
hingga berada pada pH 3-11 (dan kecepatan pembuangannya juga harus
dibatasi)
2. Ketika membuang/menuang sisa larutan asam/basa ke dalam sink harus
membiarkan air kran mengalir terus untuk mengencerkan asam/basa tersebut.
Bila proses pembuangan tersebut telah selesai. Bilas sink dengan volume air
yang banyak untuk menghilangkan npengaruh yang merusak (korosif)
3. Sampah-sampah dan bahan-bahan pelarut yang tidak bersifat korosif dan tidak
reaktif serta tidak mengandung benda padat, biasanya dikumpulkan dalam wadah
gelas atau logam
4. Sampah-sampah kimia yang berbahaya harus ditempatkan dalam wadah yang
diberi label
5. Penanganan sampah Organik dan Residu yang tidak larut dalam air :
 Tempatkan semua residu dalam satu wadah pembuangan yang aman
 Tempatkan semua sisa pelarut yang mudah menguap dalam satu wadah
penampungan pelarut yang akan berisi/menghasilkan uap air dan tidak
terdapat bahaya api
Note :
Pelarut-pelarut yang mudah menguap adalah pelarut-pelarut yang menguap
pada temperature yang relative rendah. Uap yang dihasilkan dapat berupa
uap racun, menimbulkan rasa mual, menyebabkan iritasi, atau dapat mudah
terbakar, atau dapat menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan
6. Hancurkan sampah-sampah Sodium & Potassium dengan menuangkannya secara
hati-hati dan dengan pelan-pelan ke dalam wadah yang berisi alcohol absolute

5
7. Sampah cairan yang mudah terbakar, tidak diizinkan dibuang dalam sink.
Sampah tersebut harus dikemas ke dalam botol berlabel untuk dihancurkan (di
luar laboratorium) dengan cara pembakaran
Note :
Sampah-sampah berbahaya biasanya diubah (dioksidasi, direduksi,
dinetralisasi, dan lain-lain) menjadi bahan yang kurang berbahaya sebelum
ditempatkan dalam wadah-wadah pembuangan
8. Hindari pembuangan sampah yang sembarangan. Ingat selalu kemungkinan
terjadinya reaksi secara spontan, peledakan dan api
9. Beri label pada wadah pembuangan untuk menunjukkan bahan kimia apa yang
seharusnya ditempatkan di dalamnya (hal ini untuk mencegah kemungkinan
terjadinya reaksi kimia yang berbahaya dalam wadah pembuangan tersebut)

6
BAGIAN I
IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

Praktikum I. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOID


1. Preparasi Sampel
Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah 5 mL HCl 2N, dipanaskan di atas
penangas air selama 2-3 menit, sambil diaduk. Setelah dingain ditambah 0,3 gram
NaCl, diaduk rata, kemudian disaring. Filtrat ditambah 5 mL HCl 2N, lalu dibagi
menjadi 3 bagian, dan disebut sebagai larutan IA, IB dan IC.

2. Reaksi Pengendapan
Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah pereaksi Wagner,
dan larutan IC dipakai sebagai blanko. Adanya kekeruhan atau endapan
menunjukkan adanya alkaloid.

3. Kromatografi Lapis Tipis


Larutan IC ditambah NH4OH 28% sampai larutan menjadi basa, kemudian
diekstraksi dengan 5 mL kloroform bebas air, lalu disaring. Filtrat diuapkan
sampai kering, kemudian dilarutkan dengan metanol, dan siap untuk pemeriksaan
dengan KLT.
Fase diam : Plate Silika gel GF254
Fase gerak : Etil asetat-metanol-air (100 : 16,5 : 13,5)
Penampak noda : Pereaksi Dragendorf
Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak tersebut.

Tugas :
1. Tuliskan komposisi dan cara pembuatan Pereaksi Mayer, Wagner dan
Dragendorf

7
2. Tuliskan jenis-jenis pereaksi lain yang dapat juga dipakai untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa alkaloid, dan bagaimana perubahan yang
ditunjukkan masing-masingnya, sebagai dasar menyimpulkan kandungan
alkaloid dalam suatu sampel.

8
Praktikum II. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA
SAPONIN, TRITERPENOID DAN STEROID

1. Uji Buih
Ekstrak sebanyak 0,3 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambah air suling 10 mL dan dikocok kuat-kuat selama 30 detik. Tes buih
positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama lebih dari 30
menit dengan tingggi 3 cm di atas permukaan larutan.

2. Reaksi Warna
0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 mL etanol, lalu dibagi menjadi tiga
bagian, masing-masing 5 mL dan disebut sebagai larutan IIA, IIB dan IIC.

Uji Liebermann-Buchard
Larutan IIA digunakan sebagai blanko. Larutan IIB sebanyak 5 mL ditambah
3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, lalu dikocok perlahan sambil
diamati perubahan warna yang terjadi. Terjadinya warna biru menunjukkan
adanya saponin steroid, warna merah ungu menunjukkan adanya triterpen steroid,
dan warna kuning muda menunjukkan adanya sapogenin jenuh.

Uji Salkowski
Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5 mL ditambah
1-2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Adanya steroid tak jenuh
ditandai dengan timbulnya cincin warna merah.

3. Identifikasi Sapogenin steroid/triterpenoid


Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 mL HCl 2N, dididihkan dan ditutup
dengan corong berisis kapas basah selama 2 jam untuk menghidrolisis saponin.
Setelah dingin, dinetralkan dengan amonia, kemudian diekstraksi dengan 3 mL n-

9
heksana sebanyak 3 kali, lalu diuapkan sampai tinggal 0,5 mL, dan ditotolkan
pada pelat KLT.
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4 : 1)
Penampak noda :- anisaldehida-asam sulfat
- antimon klorida
Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna :
- merah ungu atau ungu setelah disemprot dengan
anisaldehida-asam sulfat dan dipanaskan pada 1100C.
- Merah muda setelah disemprot dengan antimon
klorida.

4. Identifikasi terpenoid/steroid bebas secara KLT


Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes etanol, diaduk sampai larut, dan
ditotolkan pada fase diam. Uji KLT ini menggunakan sistem :
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4:1)
Penampak noda : Anisaldehida-asam sulfat

Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah ungu


atau ungu setelah disemprot secara merata dengan anisaldehida-asam sulfat dan
dipanaskan.

Tugas :
1. Tuliskan komposisi dan cara pembuatan pereaksi penampak noda anisaldehid-
asam sulfat, dan antimon klorida
2. Tuliskan jenis-jenis pereaksi lain untuk identifikasi senyawa-senyawa
golongan terpenoid, steroid dan saponin, dan bagaimana perubahan yang

10
ditunjukkan masing-masingnya, sebagai dasar menyimpulkan kandungan
terpenoid, steroid dan saponin, dalam suatu sampel.
Praktikum III. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID

1. Preparasi Sampel
0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 mL n-heksana sampai ekstrak n-heksana
tidak berwarna. Residu dilarutkan dalam etanol dan dibagi menjadi 4 bagian,
masing-masing disebut sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC dan IIID.

2. Reaksi Warna
Uji Bate-Smith dan Metcalf
Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIB ditambah 0,5 mL HCl pekat dan
diamati perubahan warna yang terjadi, kemudian dipanaskan di atas penangas air
dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi. Bila perlahan-lahan menjadi
warna merah terang atau ungu, menunjukkan adanya leukoantosianin
(dibandingkan dengan blanko).

Uji Wilstater
Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambah 0,5 mL HCl pekat dan 4
potong logam magnesium. Diamati warna yang terjadi, diencerkan dengan air
suling, kemudian ditambah 1 mL butanol. Diamati warna yang terjadi pada setiap
lapisan. Perubahan warna menjadi merah jingga menunjukkan adanya flavon,
merah pucat menunjukkan adanya flavonol, merah tua menunjukkan adanya
flavonon.

3. Identifikasi dengan KLT


Larutan IIID ditotolkan pada fase diam. Uji KLT ini menggunakan sistem :
Fase diam : Plat KLT selulosa
Fase gerak : BAW

11
Penampak noda : -pereaksi sitrat-borat, atau
-uap amonia
Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna kuning
intensif. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap amonia akan hilang secara
perlahan ketika amonianya menguap. Sedangkan dengan sitrat-borat, noda
kuningnya bersifat permanen.
Catatan : Fase gerak BAW (Butanol - Acetic acid – Water) dibuat dengan
cara mencampurkan ketiga komponen tersebut dengan perbandingan 4:1:5 di
dalam corong pisah. Campuran tersebut akan membentuk 2 lapisan. Lapisan atas
diambil dan digunakan sebagai fase gerak untuk mengeluasi senyawa-senyawa
golongan flavonoid.

Tugas :
1. Tuliskan pereaksi-pereaksi lain untuk identifikasi senyawa-senyawa flavonoid,
dan bagaimana perubahan yang ditunjukkan masing-masingnya, sebagai dasar
menyimpulkan kandungan flavonoid dalam suatu sampel.

12
Praktikum IV. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN
TANIN

1. Preparasi Sampel
0,3 gram ekstrak ditambah 10 mL aquades panas, diaduk lalu didiamkan
sampai suhu kamar, lalu ditambahkan 3-4 tetes NaCl 10%, diaduk dan disaring.
Filtrat dibagi menjadi 3 bagian, disebut sebagai larutan IVA, IVB, IVC dan IVD

2. Uji Gelatin
Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB ditambah dengan sedikit
larutan gelatin dan 5 mL larutan NaCl 10%. Jika terjadi endapan putih
menunjukkan adanya tanin.

3. Uji Ferriklorida
Larutan IVC diberi beberapa tetes larutan FeCl3 10%, kemudian diamati
perubahan warna yang terjadi. Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan
adanya tanin. Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan tetapi
setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau
biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol.
FeCl3 (+), uji gelatin (+) tanin (+)
FeCl3 (+), uji gelatin (-) polifenol (+)
FeCl3 (-) polifenol (-),tanin (-)
4. Identifikasi dengan KLT
Larutan IVA digunakan untuk pemeriksaan dengan KLT.
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : Kloroform-etil asetat (1:9)
Penampak noda : Larutan FeCl3

13
Jika timbul warna hitam setelah plate KLT disemprot dengan FeCl 3
menunjukkan adanya polifenol dalam sampel.
Praktikum V. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON

1. Reaksi Warna
Uji Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 mL aquades, saring, lalu
filtrat diekstraksi dengan 5 mL toluena dalam corong pisah. Ekstraksi dilakukan
sebanyak 2 kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan dan dibagi menjadi dua
bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB. Larutan VA sebagai blanko, larutan
VB ditambah amonia dan dikocok. Terjadinya warna merah menunjukkan adanya
senyawa golongan antrakinon.

Uji Modifikasi Borntrager


Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5 mL KOH 0,5 N dan 1 mL
H2SO4 encer, lalu dipanaskan dan disaring. Filtrat ditambah asam asetat glasial
dan diekstraksi dengan toluena. Fase toluena diambil dan dibagi menjadi dua
bagian, disebut sebagai larutan VIA dan VIB. Larutan VIA sebagai blanko,
larutan VIB ditambah amonia. Warna merah atau merah muda pada lapisan
alkalis menunjukkan adanya senyawa antrakinon.

2. Identifikasi dengan KLT


Sampel VIA ditotolkan pada fase diam. Uji KLT ini menggunakan sistem :
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : benzena-etil asetat-asam asetat (75:24:1)
Penampak noda : larutan KOH 10% dalam metanol.

Timbulnya noda berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau
ungu, menunjukkan adanya senyawa antrakinon.

14
BAGIAN II
ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

Praktikum I. ISOLASI TRIMYRISTIN DARI BIJI PALA


Tujuan :
1. Mengisolasi senyawa trimyristin dari biji pala
2. Melakukan pemurnian terhadap trimyristin secara kristalisasi dan rekristalisasi

Prosedur :
Biji pala sebanyak 30 gram dihaluskan, direfluks dengan 200 mL kloroform
selama 90 menit di atas penangas air, lalu disaring melalui kertas saring. Larutan
kloroform lalu didestilasi sehingga kloroform menguap dan meninggalkan residu
setengah padat. Residu ini kemudian dilarutkan dalam 200 mL etanol 95% dan
didinginkan. Selama pendinginan, akan terbentuk endapan kristalin senyawa
trimyristin. Kristal ini lalu disaring dan dicuci dengan etanol dingin 95%. Ujilah
kemurnian kristal dengan KLT. Tentukan pula beberapa sifat fisika dan kimia kristal
tersebut. Kristal trimyristin tidak berwarna dan tidak berbau, melebur pada 54-55°C.

Gambar molekul Trimyristin adalah sebagai berikut :

CH2- O-OC-C13H27

CH-O-OC-C13H27

CH2-O-OC-C13H27

Tugas :
1. Hitung rendemen kristal trimiristin yang anda peroleh

15
2. Buatlah suatu KLT untuk membandingkan trimyristin dengan ekstrak biji pala
asalnya.
Praktikum II. ISOLASI ETIL-p-METOKSISINAMAT DARI RIMPANG
KENCUR (Kaempferia galanga, L.)
Tujuan :
1. Melaksanakan isolasi senyawa kimia dari bahan alam secara perkolasi dingin
2. Melaksanakan pemurnian secara kristalisasi dan rekristalisasi.

Prosedur :
Tahap 1
Siapkan perkolator, periksa krannya apakah ada kebocoran. Timbang 100
serbuk kering rimpang kencur, masukkan dalam perkolator. Tuangkan 100 mL etanol
sampai semua serbuk terendam, biarkan semalam.

Tahap 2
Teteskan ekstrak secara perlahan-lahan, tampung dalam labu erlenmeyer.
Apabila ekstrak sudah tidak menetes lagi, tuangkan etanol ke dalam perkolator
sampai semua serbuk terendam. Biarkan 1 jam, setelah itu teteskan lagi ekstrak,
tampung dalam labu erlenmeyer. Setelah tidak menetes lagi, keluarkan serbuk dari
perkolator, apabila masih ada cairan ekstrak, jadikan satu dengan yang ada dalam
erlenmeyer. Kumpulkan ekstrak, uapkan dalam rotavapor dengan temperatur dijaga
tetap < 400C sampai volumenya menjadi 1/3 volume semula. Kumpulkan destilat
hasil rotavapor untuk digunakan lagi dalam perkolasi berikutnya. Dinginkan residu
hasil rotavapor sampai terbentuk kristal etil-p-metoksi sinamat. Saring kristal dengan
corong Buchner.
Lakukan rekristalisasi dengan cara : larutkan kristal dalam metanol dengan
volume sepertiga dari berat kristal kemudian biarkan dingin pada suhu kamar. Saring
kristal yang terbentuk (jernih, tidak berwarna) dengan corong Buchner, keringkan

16
dalam eksikator, dan timbang serta tentukan titik lelehnya. Kumpulkan semua filtrat
hasil penmyaringan (jangan dibuang), masukkan dalam botol.

Pertanyaan :
1. Senyawa apa saja yang ada dalam rimpang kencur?
2. Mengapa penguapan harus di bawah temperatur 400C?
3. Tuliskan rumus bangun senyawa etil-p-metoksi sinamat!

17
Praktikum III. ISOLASI PINOSTROBIN DARI RIMPANG TEMU KUNCI
(Kaempferia pandurata, Roxb.)
Tujuan :
1. Mengisolasi senyawa pinostrobin
2. Memurnikan kristal pinostribin secara kromatografi dan rekristalisasi

Prosedur :
Rimpang temu kunci dicuci, dipotong kecil-kecil dandigiling halus. 300 gram
serbuk rimpang temu kunci lalu dimaserasi atau diperkolasi menggunakan pelarut n-
Heksana selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Setelah 24 jam, disaring, filtrat
diuapkan dengan rotavapor sampai pekat, didinginkan sampai terbentuk kristal putih.
Kristal diambil, dimurnikan dengan cara melewatkannya pada kolom berisi silika gel,
dengan eluen n-heksana, dan dipantau dengan KLT. Fraksi yang diperoleh lalu
dipekatkan dengan rotavapor dan didiamkan selama semalam sehingga terbentuk
kembali kristal putih, lalu disaring. Kristal yang diperoleh lalu direkristalisasi lagi
menggunakan metanol sampai diperoleh kristal yang putih bersih. Sedikit kristal
kemudian dilarutkan dengan metanol dan diidentifikasi menggunakan pereaksi
Wilstater, pereaksi Bate Smith-Metcalfe, dan dilihat spektrum uv-vis-nya
menggunakan spektrofotometer uv-vis.

Gambar molekul Pinostrobin :

H3CO O

OH O

18
Tugas :
1. Hitung rendemen hasil yang anda peroleh
2. Uji kemurnian kristal pinostrobin dengan KLT, dan hitunglah Rf senyawa
pinostrobin pada beberapa sistem eluen.

19
PRAKTIKUM IV. ISOLASI KOFEINA

Tujuan:
Memahami teknik isolasi bahan alami, terutama bahan alami yang berkhasiat
obat serta cara-cara pemurniannya.

Pendahuluan:
Beberapa senyawa berkhasiat obat terdapat di alam, dalam tumbuhan ataupun
hewan. Senyawa tersebut terdapat di alam dalam keadaan bebas atau terikat dengan
senyawa-senyawa lain, dapat berupa alkaloida, glikosida, terpen atau yang lainnya.
Dengan cara pemisahan tertentu dan pelarut yang sesuai senyawa tersebut dapat
dipisahkan (diisolasi). Kofeina merupakan alkaloida golongan xanthina yang banyak
terdapat dalam daun teh.

Pemisahan (isolasi) Kofeina (jumlah sesuai dengan prosedur asli)


Tahap I (dikerjakan oleh praktikan sebelumnya)
Siapkan rangkaian alat ekstraktor Soxhlet, dan masukkan dengan bantuan
corong kertas (dibuat sendiri) 50 g serbuk daun teh ke dalam ekstraktor Soxhlet yang
telah diberi kertas saring. Ambillah 200 ml etanol dalam gelas ukur, tuangkan
perlahan-lahan ke dalam ekstraktor Soxhlet sampai terjadi satu kali sirkulasi (etanol
akan mengalir ke bagian bawah/labu), amati sisa etanol dalam gelas ukur (misalnya
tersisa 40 ml, berarti satu kali volume sirkulasi Soxhlet tersebut adalah 200 ml – 40
ml = 160 ml). Kemudian tambahkan lagi etanol dengan jumlah setengah kali volume
sirkulasi (1/2 x 160 ml = 80 ml). Lakukan ekstraksi berkesinambungan dengan
memanaskan labu dengan penangas air selama 5 jam terhitung sejak penangas
mendidih.
Tahap II (dilanjutkan sampai selesai, sambil melaksanakan Tahap I)
Hasil ekstraksi dikeluarkan dari ekstraktor Soxhlet dan dimasukkan ke dalam
cawan porselen, kemudian dicampur dengan suspensi magnesium oksida, yang terdiri
dari 25 g MgO dalam 150 ml air. Campuran ini kemudian diuapkan di atas penangas
air sambil diaduk-aduk terus menerus sampai kering berupa serbuk. Serbuk yang
diperoleh dari penguapan ditambah 250 ml air mendidih, diaduk sambil dipanaskan,
kemudian disaring panas dengan corong Buchner (panaskan corong Buchner dengan
mencelupkannya ke dalam air panas). Ampasnya dikeluarkan dari corong Buchner,
masukkan ke dalam gelas Beker, dan tambah lagi dengan 125 ml air mendidih,
diaduk sambil dipanaskan, kemudian disaring panas. Lakukan hal yang terakhir ini
tiga kali, kemudian kumpulkan seluruh filtratnya (larutan kofeina dalam air) ke dalam
cawan porselen besar dan ditambah 25 ml asam sulfat encer. Kemudian larutan

20
diuapkan sampai volumenya menjadi 1/3 volume semula (hitunglah berapa volume
semula). Pada pemanasan akan timbul endapan, endapan dipisahkan dengan jalan
menyaring panas.
Filtrat (larutan kofeina-asam) didinginkan; setelah dingin dikocok dengan
kloroform dalam corong pisah, setiap kali dengan volume 10 ml, dilakukan 5 kali,
dan fase kloroform dikumpulkan. Selanjutnya larutan dalam kloroform yang
berwarna kuning muda dikocok dengan larutan NaOH encer dengan volume yang
kira-kira sama dengan volume kloroform dalam corong pisah, dan larutan NaOH
dipisahkan. Kemudian larutan kloroform dikocok tiga kali dengan air untuk
menghilangkan sisa NaOH. Pisahkan kloroform dengan cara pisah. Fase kloroform
kemudian ditempatkan ke dalam cawan Petri. Tempatkan cawan Petri dalam almari
asam sampai kloroformnya menguap, sehingga didapat kristal kofeina.
Pemurnian
Cara sublimasi: Masukkan kofeina ke dalam cawan porselen kecil, tutuplah dengan
kertas saring yang diberi lubang, dan terakhir ditutup dengan corong gelas terbalik
yang lubangnya disumbat dengan kapas dan dilengkapi dengan kertas saring
berbentuk kerucut. Kemudian cawan dipanasi dengan api kecil (lampu spritus) pelan-
pelan selama 10 menit, dan didinginkan selama 15 menit. Bukalah corong, maka akan
didapatkan kristal kofeina berbentuk jarum yang akan menempel di bawah kertas
saring dalam cawan. Kofeina mempunyai titik lebur 236°C dan menyublim pada
180°C. Timbang hasil dan tentukan titik sublimasinya saja. Hasilnya kira-kira 2 – 2,5
g.
Catatan: Mahasiswa harus mengerjakan tahap I dan tahap II secara paralel.
Pertanyaan:
1. Terangkan prinsip kerja ekstraksi bahan nabati dengan ekstraktor Soxhlet.
2. Bahan-bahan apa sajakah yang terekstraksi dari daun teh ?
3. Terangkan kegunaan dan cara kerja bahan-bahan berikut:
(a) MgO (b) H2SO4 (c) NaOH encer
4. Terangkan beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui bahwa
ekstraksi sudah sempurna.

21
PRAKTIKUM V. ISOLASI ETIL p-METOKSISINAMAT DARI RIMPANG
KENCUR (Kaempferia galanga L.)

Tujuan:
1. Melaksanakan isolasi senyawa kimia dari bahan alam secara perkolasi
dingin
2. Melaksanakan pemurnian secara kristalisasi dan reksristalisasi

Isolasi Etil p-metoksi sinamat


Tahap I:
Siapkan perkolator, kontrol krannya apakah ada kebocoran. Timbang 100 g
serbuk kering rimpang kencur. Masukkan ke dalam perkolator. Tuangkan 100 ml
etanol sampai semua serbuk terendam, biarkan semalam.
Tahap II:
Teteskan ekstrak perlahan-lahan, tampung dalam labu Erlenmeyer 100 ml
bertutup. Apabila sudah tidak menetes lagi, tuangkan etanol ke dalam perkolator
sampai semua serbuk terendam. Biarkan 1 jam, setelah 1 jam teteskan lagi ekstrak,
tampung dalam labu Erlenmeyer. Setelah tidak menetes lagi, keluarkan serbuk dari
perkolator, apabila masih ada cairan ekstrak jadikan satu dengan yang ada dalam labu
Erlenmeyer. Kumpulkan ekstrak, uapkan dalam Rotary Vacuum Evaporator
(Rotavapor) (temperatur dijaga < 40°C) sampai volumenya menjadi sepertiga dari
volume semula. Kumpulkan destilat Rotavapor yang diperoleh dalam botol yang telah
disediakan (untuk digunakan lagi sebagai perkolasi). Dinginkan residu Rotavapor
sampai terbentuk etil p-metoksi sinamat. Saring kristal dengan corong Buchner.
Lakukan rekristalisasi dengan cara: larutkan dalam metanol dengan volume
sepertiga dari berat kristal, kemudian biarkan dingin pada suhu kamar. Saring kristal
yang terbentuk (jernih, tak berwarna) dengan corong Buchner, keringkan dalam
eksikator dan timbang serta tentukan titik lelehnya. Kumpulkan semua filtrat hasil
penyaringan (jangan dibuang), masukkan dalam botol yang telah disediakan.
Catatan:
Untuk efisiensi kerja, praktikan memulai praktikum langsung pada tahap II; setelah
perkolator dibersihkan, praktikan harus melaksanakan tahap I untuk praktikum
selanjutnya.

Pertanyaan:
1. Senyawa apa saja yang ada dalam rimpang kencur ?
2. Mengapa penguapan harus di bawah temperatur 40°C ?

22
3. Tulislah rumus bangun etil p-metoksisinamat serta tulis pula kemungkinan
semi sintesisnya !

23

Anda mungkin juga menyukai