METODE FITOKIMIA
OLEH :
MAXIMUS M. TAEK
ELEONORA A. M. BOKILIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2020
1
TATA TERTIB PRAKTIKUM
2
15. Praktikan dapat meninggalkan laboratorium setelah mendapat ijin dari kepala
laboratorium
16. Kelompok praktikum yang ditunjuk sebagai kelompok penanggung jawab
kebersihan, diwajibkan membersihkan ruangan setelah praktikum.
17. Praktikan wajib mengumpulkan laporan praktikum pada pertemuan/praktikum
berikutnya. Bila laporan praktikum tidak dikumpulkan maka praktikan dianggap
gagal dalam praktikum tersebut dan diberikan niali 0 (nol).
3
Jangan bekerja sendiri dalam bangunan laboratorium atau meninggalkan zat-
zat kimia sedang bereaksi tanpa pengawsan
11. Jaga kebersihan laboratorium dengan membuang sampah pada tempat yang
sesuai (lihat penanganan sampah laboratorium). Bila terjadi situasi yang
berbahaya, beri peringatan pada pekerja lainnya dengan
memasang/menghidupkan tanda bahaya, memasang palang tanda bahaya,
pengumuman dan lain sebagainya
12. Setelah kegiatan selesai :
Jangan meninggalkan laboratorium sebelum memisahkan peralatan dan zat-
zat kimia yang telah dipakai
Kembalikan semua peralatan, bahan-bahan kimia dan bahan-bahan lain ke
tempat setelah digunakan
Matikan kontak listrik serta peralatan yang memakai gas bila tidak digunakan
lagi
Tabung-tabung bahan-bahan kimia yang bersifat mudah terbakar dan mudah
meledak begitu selesai dipakai segera disimpan dalam ruang khusus
13. Secara rutin diadakan monitoring terhadap udara dalam laboratorium agar tidak
terjadi kontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memaki gas analyzer
14. Semua kecelakaan (luka) bagaimanapun ringannya, harus segera diobati
15. Jangan lari-lari/kejar-kejaran di laboratorium, kecuali dalam keadaan darurat
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
Keselamatam kerja di laboratorium merupakan aspek yang paling penting yang harus
diperhatikan dalam kegiatan di laboratorium baik kegiatan penelitian maupun
praktikum.karenya dibuat peraturan yang menyangkut kesehatan dan keselamata
kerja. Peraturan ini sangat perlu dibuat dan ditaati oleh pemakai. Peraturan ini dibuat
dengan tujuan :
1. Untuk menjamin kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan orang-orang yang
bekerja di laboraorium itu sendiri (termasuk asuransi jiwa)
2. Untuk mencegah orang lain (di luar orang-orang yang bekerja di laboratorium)
dan kemungkinan mendapat resiko terganggu kesehata dan keselamatannya
akibat kegiatan-kegiatan yang ditimbulkan oleh pemakai laboratorium
3. Untuk mengontrol penyimpanan dan pengguanaan bahan dan alat yang
berbahaya, serta mencegah orang-orang terhadap pemilikan dan penggunaan alat
serta bahan-bahan tersebut secara tidak syah
4. Untuk mengontrol pelepasan bahan-bahan berbahaya (gas) atau zat berbau ke
udara
5. Untuk mengontrol operasional kerja di laboratorium, termasuk keluarnya alat dan
bahan berbahaya tersebut dari laboratorium
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN SAMPAH LABORATORIUM
Sampah-sampah laboratorium dapat berupa sampah kimia, sampah biologi (bahan
tanaman, binatang dan mikroorganisme), sampah kertas, plastic, pecahan kaca dan
4
benda-benda tajam lainnya serta air buangan. Banyak dari bahan-bahan tersebut yang
merupakan ancaman berbahaya bagi pekerja pemakai laboratorium itu sendiri juga
bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu sampah-sampah laboratorium harus
ditangani dengan hati-hati dan merupakan bagian dari aspek kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium
5
7. Sampah cairan yang mudah terbakar, tidak diizinkan dibuang dalam sink.
Sampah tersebut harus dikemas ke dalam botol berlabel untuk dihancurkan (di
luar laboratorium) dengan cara pembakaran
Note :
Sampah-sampah berbahaya biasanya diubah (dioksidasi, direduksi,
dinetralisasi, dan lain-lain) menjadi bahan yang kurang berbahaya sebelum
ditempatkan dalam wadah-wadah pembuangan
8. Hindari pembuangan sampah yang sembarangan. Ingat selalu kemungkinan
terjadinya reaksi secara spontan, peledakan dan api
9. Beri label pada wadah pembuangan untuk menunjukkan bahan kimia apa yang
seharusnya ditempatkan di dalamnya (hal ini untuk mencegah kemungkinan
terjadinya reaksi kimia yang berbahaya dalam wadah pembuangan tersebut)
6
BAGIAN I
IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
2. Reaksi Pengendapan
Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah pereaksi Wagner,
dan larutan IC dipakai sebagai blanko. Adanya kekeruhan atau endapan
menunjukkan adanya alkaloid.
Tugas :
1. Tuliskan komposisi dan cara pembuatan Pereaksi Mayer, Wagner dan
Dragendorf
7
2. Tuliskan jenis-jenis pereaksi lain yang dapat juga dipakai untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa alkaloid, dan bagaimana perubahan yang
ditunjukkan masing-masingnya, sebagai dasar menyimpulkan kandungan
alkaloid dalam suatu sampel.
8
Praktikum II. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA
SAPONIN, TRITERPENOID DAN STEROID
1. Uji Buih
Ekstrak sebanyak 0,3 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambah air suling 10 mL dan dikocok kuat-kuat selama 30 detik. Tes buih
positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama lebih dari 30
menit dengan tingggi 3 cm di atas permukaan larutan.
2. Reaksi Warna
0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 mL etanol, lalu dibagi menjadi tiga
bagian, masing-masing 5 mL dan disebut sebagai larutan IIA, IIB dan IIC.
Uji Liebermann-Buchard
Larutan IIA digunakan sebagai blanko. Larutan IIB sebanyak 5 mL ditambah
3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, lalu dikocok perlahan sambil
diamati perubahan warna yang terjadi. Terjadinya warna biru menunjukkan
adanya saponin steroid, warna merah ungu menunjukkan adanya triterpen steroid,
dan warna kuning muda menunjukkan adanya sapogenin jenuh.
Uji Salkowski
Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5 mL ditambah
1-2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Adanya steroid tak jenuh
ditandai dengan timbulnya cincin warna merah.
9
heksana sebanyak 3 kali, lalu diuapkan sampai tinggal 0,5 mL, dan ditotolkan
pada pelat KLT.
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4 : 1)
Penampak noda :- anisaldehida-asam sulfat
- antimon klorida
Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna :
- merah ungu atau ungu setelah disemprot dengan
anisaldehida-asam sulfat dan dipanaskan pada 1100C.
- Merah muda setelah disemprot dengan antimon
klorida.
Tugas :
1. Tuliskan komposisi dan cara pembuatan pereaksi penampak noda anisaldehid-
asam sulfat, dan antimon klorida
2. Tuliskan jenis-jenis pereaksi lain untuk identifikasi senyawa-senyawa
golongan terpenoid, steroid dan saponin, dan bagaimana perubahan yang
10
ditunjukkan masing-masingnya, sebagai dasar menyimpulkan kandungan
terpenoid, steroid dan saponin, dalam suatu sampel.
Praktikum III. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID
1. Preparasi Sampel
0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 mL n-heksana sampai ekstrak n-heksana
tidak berwarna. Residu dilarutkan dalam etanol dan dibagi menjadi 4 bagian,
masing-masing disebut sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC dan IIID.
2. Reaksi Warna
Uji Bate-Smith dan Metcalf
Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIB ditambah 0,5 mL HCl pekat dan
diamati perubahan warna yang terjadi, kemudian dipanaskan di atas penangas air
dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi. Bila perlahan-lahan menjadi
warna merah terang atau ungu, menunjukkan adanya leukoantosianin
(dibandingkan dengan blanko).
Uji Wilstater
Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambah 0,5 mL HCl pekat dan 4
potong logam magnesium. Diamati warna yang terjadi, diencerkan dengan air
suling, kemudian ditambah 1 mL butanol. Diamati warna yang terjadi pada setiap
lapisan. Perubahan warna menjadi merah jingga menunjukkan adanya flavon,
merah pucat menunjukkan adanya flavonol, merah tua menunjukkan adanya
flavonon.
11
Penampak noda : -pereaksi sitrat-borat, atau
-uap amonia
Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna kuning
intensif. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap amonia akan hilang secara
perlahan ketika amonianya menguap. Sedangkan dengan sitrat-borat, noda
kuningnya bersifat permanen.
Catatan : Fase gerak BAW (Butanol - Acetic acid – Water) dibuat dengan
cara mencampurkan ketiga komponen tersebut dengan perbandingan 4:1:5 di
dalam corong pisah. Campuran tersebut akan membentuk 2 lapisan. Lapisan atas
diambil dan digunakan sebagai fase gerak untuk mengeluasi senyawa-senyawa
golongan flavonoid.
Tugas :
1. Tuliskan pereaksi-pereaksi lain untuk identifikasi senyawa-senyawa flavonoid,
dan bagaimana perubahan yang ditunjukkan masing-masingnya, sebagai dasar
menyimpulkan kandungan flavonoid dalam suatu sampel.
12
Praktikum IV. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN
TANIN
1. Preparasi Sampel
0,3 gram ekstrak ditambah 10 mL aquades panas, diaduk lalu didiamkan
sampai suhu kamar, lalu ditambahkan 3-4 tetes NaCl 10%, diaduk dan disaring.
Filtrat dibagi menjadi 3 bagian, disebut sebagai larutan IVA, IVB, IVC dan IVD
2. Uji Gelatin
Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB ditambah dengan sedikit
larutan gelatin dan 5 mL larutan NaCl 10%. Jika terjadi endapan putih
menunjukkan adanya tanin.
3. Uji Ferriklorida
Larutan IVC diberi beberapa tetes larutan FeCl3 10%, kemudian diamati
perubahan warna yang terjadi. Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan
adanya tanin. Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan tetapi
setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau
biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol.
FeCl3 (+), uji gelatin (+) tanin (+)
FeCl3 (+), uji gelatin (-) polifenol (+)
FeCl3 (-) polifenol (-),tanin (-)
4. Identifikasi dengan KLT
Larutan IVA digunakan untuk pemeriksaan dengan KLT.
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : Kloroform-etil asetat (1:9)
Penampak noda : Larutan FeCl3
13
Jika timbul warna hitam setelah plate KLT disemprot dengan FeCl 3
menunjukkan adanya polifenol dalam sampel.
Praktikum V. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON
1. Reaksi Warna
Uji Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 mL aquades, saring, lalu
filtrat diekstraksi dengan 5 mL toluena dalam corong pisah. Ekstraksi dilakukan
sebanyak 2 kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan dan dibagi menjadi dua
bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB. Larutan VA sebagai blanko, larutan
VB ditambah amonia dan dikocok. Terjadinya warna merah menunjukkan adanya
senyawa golongan antrakinon.
Timbulnya noda berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau
ungu, menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
14
BAGIAN II
ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
Prosedur :
Biji pala sebanyak 30 gram dihaluskan, direfluks dengan 200 mL kloroform
selama 90 menit di atas penangas air, lalu disaring melalui kertas saring. Larutan
kloroform lalu didestilasi sehingga kloroform menguap dan meninggalkan residu
setengah padat. Residu ini kemudian dilarutkan dalam 200 mL etanol 95% dan
didinginkan. Selama pendinginan, akan terbentuk endapan kristalin senyawa
trimyristin. Kristal ini lalu disaring dan dicuci dengan etanol dingin 95%. Ujilah
kemurnian kristal dengan KLT. Tentukan pula beberapa sifat fisika dan kimia kristal
tersebut. Kristal trimyristin tidak berwarna dan tidak berbau, melebur pada 54-55°C.
CH2- O-OC-C13H27
CH-O-OC-C13H27
CH2-O-OC-C13H27
Tugas :
1. Hitung rendemen kristal trimiristin yang anda peroleh
15
2. Buatlah suatu KLT untuk membandingkan trimyristin dengan ekstrak biji pala
asalnya.
Praktikum II. ISOLASI ETIL-p-METOKSISINAMAT DARI RIMPANG
KENCUR (Kaempferia galanga, L.)
Tujuan :
1. Melaksanakan isolasi senyawa kimia dari bahan alam secara perkolasi dingin
2. Melaksanakan pemurnian secara kristalisasi dan rekristalisasi.
Prosedur :
Tahap 1
Siapkan perkolator, periksa krannya apakah ada kebocoran. Timbang 100
serbuk kering rimpang kencur, masukkan dalam perkolator. Tuangkan 100 mL etanol
sampai semua serbuk terendam, biarkan semalam.
Tahap 2
Teteskan ekstrak secara perlahan-lahan, tampung dalam labu erlenmeyer.
Apabila ekstrak sudah tidak menetes lagi, tuangkan etanol ke dalam perkolator
sampai semua serbuk terendam. Biarkan 1 jam, setelah itu teteskan lagi ekstrak,
tampung dalam labu erlenmeyer. Setelah tidak menetes lagi, keluarkan serbuk dari
perkolator, apabila masih ada cairan ekstrak, jadikan satu dengan yang ada dalam
erlenmeyer. Kumpulkan ekstrak, uapkan dalam rotavapor dengan temperatur dijaga
tetap < 400C sampai volumenya menjadi 1/3 volume semula. Kumpulkan destilat
hasil rotavapor untuk digunakan lagi dalam perkolasi berikutnya. Dinginkan residu
hasil rotavapor sampai terbentuk kristal etil-p-metoksi sinamat. Saring kristal dengan
corong Buchner.
Lakukan rekristalisasi dengan cara : larutkan kristal dalam metanol dengan
volume sepertiga dari berat kristal kemudian biarkan dingin pada suhu kamar. Saring
kristal yang terbentuk (jernih, tidak berwarna) dengan corong Buchner, keringkan
16
dalam eksikator, dan timbang serta tentukan titik lelehnya. Kumpulkan semua filtrat
hasil penmyaringan (jangan dibuang), masukkan dalam botol.
Pertanyaan :
1. Senyawa apa saja yang ada dalam rimpang kencur?
2. Mengapa penguapan harus di bawah temperatur 400C?
3. Tuliskan rumus bangun senyawa etil-p-metoksi sinamat!
17
Praktikum III. ISOLASI PINOSTROBIN DARI RIMPANG TEMU KUNCI
(Kaempferia pandurata, Roxb.)
Tujuan :
1. Mengisolasi senyawa pinostrobin
2. Memurnikan kristal pinostribin secara kromatografi dan rekristalisasi
Prosedur :
Rimpang temu kunci dicuci, dipotong kecil-kecil dandigiling halus. 300 gram
serbuk rimpang temu kunci lalu dimaserasi atau diperkolasi menggunakan pelarut n-
Heksana selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Setelah 24 jam, disaring, filtrat
diuapkan dengan rotavapor sampai pekat, didinginkan sampai terbentuk kristal putih.
Kristal diambil, dimurnikan dengan cara melewatkannya pada kolom berisi silika gel,
dengan eluen n-heksana, dan dipantau dengan KLT. Fraksi yang diperoleh lalu
dipekatkan dengan rotavapor dan didiamkan selama semalam sehingga terbentuk
kembali kristal putih, lalu disaring. Kristal yang diperoleh lalu direkristalisasi lagi
menggunakan metanol sampai diperoleh kristal yang putih bersih. Sedikit kristal
kemudian dilarutkan dengan metanol dan diidentifikasi menggunakan pereaksi
Wilstater, pereaksi Bate Smith-Metcalfe, dan dilihat spektrum uv-vis-nya
menggunakan spektrofotometer uv-vis.
H3CO O
OH O
18
Tugas :
1. Hitung rendemen hasil yang anda peroleh
2. Uji kemurnian kristal pinostrobin dengan KLT, dan hitunglah Rf senyawa
pinostrobin pada beberapa sistem eluen.
19
PRAKTIKUM IV. ISOLASI KOFEINA
Tujuan:
Memahami teknik isolasi bahan alami, terutama bahan alami yang berkhasiat
obat serta cara-cara pemurniannya.
Pendahuluan:
Beberapa senyawa berkhasiat obat terdapat di alam, dalam tumbuhan ataupun
hewan. Senyawa tersebut terdapat di alam dalam keadaan bebas atau terikat dengan
senyawa-senyawa lain, dapat berupa alkaloida, glikosida, terpen atau yang lainnya.
Dengan cara pemisahan tertentu dan pelarut yang sesuai senyawa tersebut dapat
dipisahkan (diisolasi). Kofeina merupakan alkaloida golongan xanthina yang banyak
terdapat dalam daun teh.
20
diuapkan sampai volumenya menjadi 1/3 volume semula (hitunglah berapa volume
semula). Pada pemanasan akan timbul endapan, endapan dipisahkan dengan jalan
menyaring panas.
Filtrat (larutan kofeina-asam) didinginkan; setelah dingin dikocok dengan
kloroform dalam corong pisah, setiap kali dengan volume 10 ml, dilakukan 5 kali,
dan fase kloroform dikumpulkan. Selanjutnya larutan dalam kloroform yang
berwarna kuning muda dikocok dengan larutan NaOH encer dengan volume yang
kira-kira sama dengan volume kloroform dalam corong pisah, dan larutan NaOH
dipisahkan. Kemudian larutan kloroform dikocok tiga kali dengan air untuk
menghilangkan sisa NaOH. Pisahkan kloroform dengan cara pisah. Fase kloroform
kemudian ditempatkan ke dalam cawan Petri. Tempatkan cawan Petri dalam almari
asam sampai kloroformnya menguap, sehingga didapat kristal kofeina.
Pemurnian
Cara sublimasi: Masukkan kofeina ke dalam cawan porselen kecil, tutuplah dengan
kertas saring yang diberi lubang, dan terakhir ditutup dengan corong gelas terbalik
yang lubangnya disumbat dengan kapas dan dilengkapi dengan kertas saring
berbentuk kerucut. Kemudian cawan dipanasi dengan api kecil (lampu spritus) pelan-
pelan selama 10 menit, dan didinginkan selama 15 menit. Bukalah corong, maka akan
didapatkan kristal kofeina berbentuk jarum yang akan menempel di bawah kertas
saring dalam cawan. Kofeina mempunyai titik lebur 236°C dan menyublim pada
180°C. Timbang hasil dan tentukan titik sublimasinya saja. Hasilnya kira-kira 2 – 2,5
g.
Catatan: Mahasiswa harus mengerjakan tahap I dan tahap II secara paralel.
Pertanyaan:
1. Terangkan prinsip kerja ekstraksi bahan nabati dengan ekstraktor Soxhlet.
2. Bahan-bahan apa sajakah yang terekstraksi dari daun teh ?
3. Terangkan kegunaan dan cara kerja bahan-bahan berikut:
(a) MgO (b) H2SO4 (c) NaOH encer
4. Terangkan beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui bahwa
ekstraksi sudah sempurna.
21
PRAKTIKUM V. ISOLASI ETIL p-METOKSISINAMAT DARI RIMPANG
KENCUR (Kaempferia galanga L.)
Tujuan:
1. Melaksanakan isolasi senyawa kimia dari bahan alam secara perkolasi
dingin
2. Melaksanakan pemurnian secara kristalisasi dan reksristalisasi
Pertanyaan:
1. Senyawa apa saja yang ada dalam rimpang kencur ?
2. Mengapa penguapan harus di bawah temperatur 40°C ?
22
3. Tulislah rumus bangun etil p-metoksisinamat serta tulis pula kemungkinan
semi sintesisnya !
23