Kimia Lingkungan
Elisabeth Rika
Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup
pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan
terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh
pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonatyang
lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah meminum
air berkarbonat (misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak
baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan
kehidupan hewan.[2]
Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m³, kira kira 1,5 kali
lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan
rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak begitu reaktifdan
tidak mudah terbakar, tetapi bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium.
1. Sebagai hasil samping dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana metana
dikonversikan menjadi CO2.
2. Dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil;
3. Sebagai hasil samping dari fermentasigula pada proses peragian bir, wiski,
dan minuman beralkohol lainnya;
4. Dari proses penguraian termal batu kapur, CaCO3;
5. Sebagai produk samping dari pembuatan natrium fosfat;
6. Secara langsung di ambil dari mata airyang karbon dioksidanya dihasilkan dari
pengasaman air pada batu kapur atau dolomit.
Peningkatan kadar gas karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang berasal dari industri,
kendaraan bermotor, dan pemukiman dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
yaitu “Efek Rumah Kaca” akibat penyerapan panas oleh gas karbon dioksida, yang
menyebabkan terjadinya “Pemanasan Global”. Efek rumah kaca adalah pemanasan suhu
bumi akibat tindakan manusia yang mengakibatkan meningkatnya kadar gas-gas di atmosfer
bumi yang menyerap panas. Gas rumah kaca ini adalah karbon dioksida (CO2), ammonia
(NH3) dan metana (CH4). Gas rumah kaca adalah gas yang bersifat mengumpulkan panas,
sehingga panas sinar matahari yang masuk ke atmosfer bumi tersimpan dan tidak bisa lepas,
peristiwa disebut efek rumah kaca. Akibat gas rumah kaca ini, suhu atmosfer bumi menjadi
panas. Peningkatan gas rumah kaca akibat aktifitas manusia berakibat pula terhadap
meningkatnya suhu udara di bumi. Hal ini mengakibatkan fenomena pemanasan global.
Aktifitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk kendaraan bermotor dan
industri mengakibatkan peningkatan gas ini pada tingkat yang tidak pernah terjadi
sebelumnya. Sehingga laju pemanasan suhu bumi juga meningkat dengan kecepatan yang
sebelumnya belum pernah terjadi. Pemanasan dan pendinginan bumi sebelumnya sering
terjadi, misalnya dalam siklus jaman es. Namun pemanasan global saat ini terjadi dalam
waktu sangat singkat dan dengan perubahan yang sangat drastis. Sehingga, pemanasan
global bersiko terhadap lingkungan seperti berubahnya siklus cuaca, ancaman kepunahan
dan bencana alam.