Anda di halaman 1dari 6

APA YANG DI MAKSUD GAS RUMAH KACA?

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfir yang menyebabkan efek gas rumah kaca. Gas-gas tersebut
sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktifitas manusia. Termasuk
didalamnya
(ydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) .
Sumber gas rumah kaca
Uap Air
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau
dan sungai. Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian
besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktifitas manusia tidak secara
langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.
Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas
antropogenik akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca;
yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer.
Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air
berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca
seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya
awan.
CO2 (Karbon dioksida)
Karbon dioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan gunung berapi,
hasil pernafasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbon dioksida); dan
pembakaran material organik (seperti tumbuhan).
Manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan
baker fosil, limbah padat, dan kayu untuk menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama,
jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk
diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
Karbon dioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses
fotosintesis. Fotosintesis adalah proses memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta
mengambil atom karbonnya.
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbon dioksida di atmosfer, aktifitas manusia yang
melepaskan karbon dioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya.
CH4(Metan)
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang
efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan ke
atmosfir selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam danminyak bumi. Metana juga dihasilkan dari
pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan
tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan.
N2O (Nitrous Oksida)
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar
fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.
HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride) .
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilan dari
peleburan aluminium. HFCs (Hydrofluorocarbons) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa
untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara
berkembang masih menggunakan PFCs (Perfluorocarbons) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan
panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Para ilmuan
telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara
substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah SF6 (Sulphur hexafluoride). Konsentrasi gas ini di atmosfer
meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu

menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber
industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.
(http://setya21.blogspot.com/2010/05/apa-yang-di-maksud-gas-rumah-kaca.html)

Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan
proses pemanasan permukaan suatu benda langit terutama planet atau satelit yang
disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya seperti satelit alami Saturnus,
Titan ternyata juga memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk
menunjuk dua hal berbeda. Efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan
efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Yang belakang diterima
oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa
perbedaan pendapat.
Matahari adalah sumber dari segala energi di bumi. Energi cahaya matahari dirubah
menjadi energi yang dapat menghangatkan ketika mencapai permukaan bumi. Permukaan
bumi akan menyerap sebagian panas matahari dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, CO2, dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkannya kembali ke permukaan bumi, sehingga
panas dari gelombang radiasi tersebut tersimpan di permukaan bumi yang menyebabkan
meningkatnya suhu rata-rata tahunan bumi.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh seluruh penghuni bumi. Karena tanpa
adanya efek rumah kaca, suhu permukaan bumi akan sangat dingin. Suhu rata-rata planet
bumi sudah meningkat sekitar 33C menjadi 15C dari suhu awal yang -18C. Jika tidak ada
efek rumah kaca ini maka permukaan bumi akan tertutup oleh lapisan es, namun jika
berlebihan maka akan menyebabkan pemanasan global.
#Penyebab
Ada tiga faktor utama tingginya emisi gas rumah kaca, yakni kerusakan hutan dan
lahan, penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan limbah. Ini harus
dikendalikan agar emisi gas rumah kaca bisa diturunkan.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2)
dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer, 25% diserap awan dan 45% diserap permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan
permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh
awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam
keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan
suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.

Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida,
nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik
seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan
penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
#Gas rumah kaca
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek
rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat
juga timbul akibat aktivitas manusia.
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat
penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia
timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia
(yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material
organik (seperti tumbuhan).
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman
untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan
melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim
yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan
ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida
di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah
kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan
mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi
kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan
pengaruh yang sangat besar.
Uap air Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air
berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung memengaruhi
konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim, meningkatnya temperatur
atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan
menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif
yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek
rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin
meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai
titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik
positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti
CO2
[1]. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui
terbentuknya awan.
Karbondioksida Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke
atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk
menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat
yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang
akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer,
aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari
kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul
karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi

karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini
benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm.
Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga
kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.
Metana Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas
rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih
banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan
transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari
pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat
keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari
pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di
atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat. Metan berasal dari gas alamiah,
pertambangan batubara, kotoran hewan dan tumbuhan yang telah membusuk. Hal yang
paling dikhawatirkan para ilmuwan adalah tumbuhan yang membusuk. Beberapa ribu tahun
yang lalu, miliaran ton metan terbentuk dari pembusukan tumbuh-tumbuhan Arktik di Kutub
Utara. Tumbuhan itu membusuk dan membeku di dasar laut. Saat kutub utara mulai
menghangat, metan yang tersimpan di dasar laut itu dapat mempercepat pemanasan di
kawasan itu.
Nitrogen Oksida Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia
dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen
oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini
telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.
Gas lainnya Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur.
Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22)
terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan
(furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara
berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang
selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang
melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah
terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan
dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon,
konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara. Para ilmuan telah lama
mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan
baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil
sulfur pentafluorida.
Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun
masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar
dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri
penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.
Selain karbon dioksida, ada dua gas lagi yang dikhawatirkan mempercepat pemanasan
global lebih buruk lagi. Keduanya adalah metan dan nitrogen triflorida yang berasal dari
tanaman purba dan teknologi layar flat-panel. Menurut para pengamat lingkungan, kedua
gas tersebut menimbulkan efek rumah kaca seperti karbon dioksida. Bahkan, kedua gas
tersebut memberi efek hampir sama dari yang disebabkan karbondioksida. Penelitian
terbaru menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir efek kedua gas tersebut semakin
meningkat di luar perkiraan. Para pengamat cuaca juga terkejut dengan peningkatan
tersebut.
Selama ini gas metan masih menjadi kekhawatiran terbesar setelah karbon dioksida.
Pasalnya, gas tersebut dianggap sebagai gas efek rumah kaca kedua setelah karbon

dioksida berdasar besarnya efek pemanasan yang dihasilkan dan jumlahnya di atmosfer.
Gas metan menyumbang sepertiga dari efek karbondioksida terhadap pemanasan global.
Para ilmuwan telah berupaya untuk mempelajari bagaimana proses tersebut akan
bermula. Saat ini data yang terkumpul masih berupa data awal, belum ada kesimpulan.
Tetapi para ilmuwan tersebut mengatakan apa yang mereka lihat di awal ini adalah
permulaan pelepasan metan di kutub utara.
Dalam delapan tahun terakhir kadar metan di atmosfer masih stabil yang diperkirakan
setiap 40 menit oleh monitor pengawas dekat tebing di tepi laut. Tetapi pada 2006 hasilnya
menunjukkan terjadinya peningkatan. Jumlah gas metan di udara melonjak dari sekitar 28
juta ton pada Juni 2006 hingga Oktober 2007. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 5,6 miliar
ton metan di udara. Jika hal ini terus terjadi, maka akan buruk efeknya. Saat kadar metan
terus meningkat, tentunya akan mempercepat perubahan iklim. Di lain pihak, kadar nitrogen
triflorida di udara diperkirakan meningkat empat kali lipat beberapa tahun terakhir dan 30
kali lipat sejak 1978. Namun, peningkatan tersebut hanya menyumbang 0,04 persen dari
total efek pemanasan global yang disebabkan oleh karbondioksida. Gas ini biasanya
digunakan sebagai semacam pembersih pada industri manufaktur televisi dan monitor
komputer serta panel.
Nitrogen triflorida yang dihiting dengan skala bagian per triliun di udara selama ini
memang dianggap ancaman tak berarti. Menurut profesor geofisika Ray Weiss di Lembaga
Oseanografi, upaya awal untuk mengetahui jumlah gas tersebut di udara memang
diremehkan mengingat jumlahnya yang tak terlalu besar.
Tetapi gas tersebut justru dikategorikan sebagai salah satu gas yang lebih berbahaya
karena ratusan kali lebih kuat menyimpan panas daripada karbondioksida. Sedangkan
metan hanya 20 kali lebih berbahaya dari karbondioksida per basis molekul. Karbondioksida
masih menjadi gas yang paling berbahaya karena kadarnya yang sangat tinggi dan
pertumbuhannya yang cepat.
Menurut penelitian sebuah survei di musim panas, menemukan kadar metan di Laut
Siberia timur meningkat dari 10.000 kali lebih tinggi dari kadar normalnya. Peningkatan dua
gas tersebut adalah fenomena baru.
#Dampak
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata
bumi 1-5 C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan
menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 C sekitar tahun 2030. Dengan
meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang
panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan
suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat emisi karbon
dioksida. Laporan yang dirilis Global Coral Reef Monitoring Network ini merupakan upaya
memberi tekanan atas peserta konferensi PBB mengenai iklim agar membuat kemajuan
dalam memerangi kenaikan suhu global. Jika kecenderungan emisi karbon dioksida saat ini
terus berlangsung, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40
tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi bahaya bagi sebanyak 500 juta orang
yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka. Jika tak ada
perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon dioksida di atmosfer dalam waktu
kurang dari 50 tahun.
Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak
sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari udang
besar hingga rumput laut. Saat ini, perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar

bagi terumbu karang. Ancaman utama iklim, seperti naiknya temperatur permukaan air laut
dan tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh ancaman lain termasuk pengkapan
ikan secara berlebihan, polusi dan spesies pendatang.
#Pencegahan
Penanaman satu miliar pohon per tahun bisa menurunkan emisi gas rumah kaca,
sehingga target 26 persen pada 2020 diharapkan bisa tercapai. Penurunan emisi gas rumah
kaca (GRK) sekitar 26 persen pada 2020 mendatang, antara lain melakukan upaya
pengendalian kerusakan hutan, penggunaan energi dan transportasi, serta pengolahan
limbah. Penurunan gas rumah kaca di Indonesia bisa diturunkan hingga 41 persen, bila
mendapatkan dukungan dari luar negeri. Kalau ada dukungan dari luar negeri, maka
penurunan emisi bisa bertambah 15 persen, sehingga bisa 41 persen penurunannya.
Penting dilakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan sistem
jaringan dan tata air, rehabilitasi hutan dan lahan, pemberantasan pembalakan liar,
pencegahan deforestasi dan pemberdayaan masyarakat.
Penggunaan energi ramah lingkungan dan transportasi yang efisien juga bisa
membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Kawasan Konservasi Mangrove ini sangat
baik untuk membantu penurunan emisi gas rumah kaca, selain merupakan elemen yang
paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir
bahan-bahan pencemar.
#Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan
global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi
emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama
dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas
tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global
antara 0,02 C dan 0,28 C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework
Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk
penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini
mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18
November 2004. (http://mr-kazikame.blogspot.com/2013/05/efek-rumah-kaca-penyebabdan-cara.html)

Anda mungkin juga menyukai