OLEH:
Novitasari
1608531008
Efek Rumah Kaca (ERK) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Fourier
pada tahun 1824, ia mengungkapkan bahwa ERK merupakan sebuah proses dimana
atmosfer memanaskan sebuah planet. Istilah efek rumah kaca, diambil dari cara
tanam yang digunakan para petani di daerah iklim sedang (negara yang memiliki
empat musim). Para petani biasa menanam sayuran atau bunga di dalam rumah kaca
untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat. Demikian halnya salah satu fungsi
atmosfer bumi ialah seperti rumah kaca.
Efek rumah kaca adalah suatu proses dimana radiasi termal dari permukaan
atmosfer yang diserap oleh gas rumah kaca, dan dipancarkan kembali ke segala
arah. Mekanisme ini pada dasarnya berbeda dari yang rumah kaca sebenarnya, yang
bekerja dengan mengisolasi udara hangat dalam struktur tersebut sehingga panas
yang tidak hilang oleh konveksi. Efek rumah kaca ditemukan oleh Joseph Fourier
pada tahun 1824, dan pertama kali dilaporkan kuantitatif oleh Svante Arrhenius
pada tahun 1896, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit
(terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan
atmosfernya.
Segala sumber energy yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk
cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya
menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap
sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini
berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian
panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah
kaca antara lai uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi.
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah
oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang
dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk
dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca
diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan
malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada
di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-
rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari
suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga
es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-
gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
Efek rumah kaca disebabkan karena naikknya konsentrasi gas
Karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas
CO2 ini terjadi akibat kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara,
dan bahan bakar organic lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-
tumbuhan dan laut untuk mengabsorsinya. Bahan- bahan di permukaan bumi yang
berperan aktif untuk mengabsorsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh-tumbuhan,
hutan, dan laut. Jadi bisa dimengerti bila hutan semakin gundul, maka panas di bumi
akan semakin naik. Energi yang diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
infra merah olehawan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar inframerah
tersebut tertahan oleh awan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga terpantul kembali
ke permukaan bumi. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain
di atmosfir maka semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi
dan diserap atmosfir. Dengan perkataan lain semakin banyak jumlah gas rumah
kaca yang berada di atmosfir, maka semakin banyak pula panas matahari yang
terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik.
Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumah
kaca. Meningkatnya gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:
a. Energi, Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM
memberikontribusi besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca ,
terutamaCO2 .
b. Kehutanan, Salah satu fungsi hutan adalah sebagai pernyerap emisi gas rumah
kaca. Karena hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2. Sehingga pengerusakan
hutan akan memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.
c. Peternakan dan Pertanian, Disektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari
pemanfaatan pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-
kotoran ternak, serta pembakaran sabana. Pada sektor pertanian, gas metan
(CH4) yang paling banyak dihasilkan.
d. Sampah, Sampah sebagai salah satu kontributor terbesar bagi terbentuknya
gasmetan (CH4), karena aktifitas manusia sehari-hari
Penyebab terjadinya efek rumah kaca
Efek rumah kaca yang berlebih disebabkan karena naiknya konsentrasi
gas-gas di atmosfer. Gas-gas tersebut disebut dengan Gas Rumah Kaca (GRK). Gas
rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah
kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat
juga timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak
adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan
sungai.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas
yang terperangkap di bawahnya. Berikut akan dipaparkan mengenai gas-gas yang
berperan dalam efek rumah kaca dengan persentase kontribusi mereka terhadap
efek rumah kaca :
1. Uap Air (36-70%)
Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap
air berfluktuasi secara regional. Aktivitas manusia tidak secara langsung
memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Meningkatnya
konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca yang
mengakibatkan meningkatnya temperatur dan semakin meningkatknya jumlah uap
air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium
(kesetimbangan). Uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca.
Uap air tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika
uap membentuk butir-butir air. Jumlah uap air dalam atmosfer berada diluar kendali
manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih
hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan.
Ini akan meningkatkan efek rumah kaca dan pemicu naiknya pemanasan global .
2. Karbondioksida (9-26%)
CO2 adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang
sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia
terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi. Pembukaan lahan baru
pertanian dan penggundulan hutan juga meningkatkan jumlah karbon dioksida
dalam atmosfer. Namun selain efek rumah kaca, CO2 juga memainkan peranan
sangat penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman
dengan bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam
proses yang dikenal sebagai fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana
karbon dioksida diserap oleh ganggang. Dampak dari meningkatnya CO2 di
atmosfer antara lain: meningkatnya suhu permukaan bumi, naiknya permukaan air
laut, anomali iklim, timbulnya berbagai penyakit pada manusia dan hewan.
Berbagai upaya dilakukan untuk menekan laju peningkatan emisi CO2 di atmosfer.
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke
atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk
menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik.
Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida
semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk
perluasan lahan pertanian.
3. Metana (4-9%)
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas
rumah kaca. Metana merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas
20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama
produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga
dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah
(landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi,
sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada
pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali
lipat. Metana dihasilkan ketika jenisjenis mikroorganisme tertentu menguraikan
bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara
alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas
rawa.
Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil
sampingan. Kegiatan manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan
ke atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, dimana tangkai
padi nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya
jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti,
karena metana dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka
bersendawa dan kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak
ditempat pembuangan sampah, sehingga menguntungkan bila mengumpulkan
metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik.
Metana merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar
pada sumur minyak bumi atau gas bumi.
4. Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan
terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen
oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.
Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.
5. Gas lainnya
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur.
Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon
(HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk
insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin
di beberapa negara berkembang masih menggunakanklorofluorokarbon (CFC)
sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga
mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet).
Komsumsi CFC tertinggi terdapat pada Negara-negara maju. Amerika Serikat
mengkomsumsi hampir sepertiga komsumsi CFC dunia.
Efek Rumah Kaca untuk Kehidupan di Bumi
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya
perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya hutan danekosistem lainnya sehingga mengurangi kemampuannya
untuk menyerap karbondioksidadi atmosfir. Pemanasan global mengakibatkan
mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menyebabkan naiknya
permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu
air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang
mengakibatkan negara yang berupa kepulauan akan mendapat pengaruh yang
sangat besar.
Abdullah dan Khairuddin. 2009. Emisi Gas Rumah Kaca dan Pemanasan
Global.Biocelebes, 3, 1, hlm 10-19.
Adibroto, Tusy A. dkk. 2011. Iptek Untuk Adaptasi Perubahan Iklim: Kajian
Kebutuhan Tema Riset Prioritas. Jakarta: Dewan Riset Nasional.
Adirachman.2011. Perubahan Iklim dan Efek Rumah
Kaca.ciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_sep11.pdf. (Diakses
pada 20 September 2012).
Aldrian, Edvinn dan Dian Nur Ratri. 2011. Pertanyaan Yang Sering Diajukan
Mengenai Perubahan Iklim Disarikan Dari IPCC Report 2007.Jakarta
Pusat: BMKG, Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara.
Anonim.2011. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.http://geografi-
geografi.blogspot.com/2011/12/pemanasan-global-dan-perubahan-
iklim.html. (Diakses pada 17 April 2013).
Anonim.2010. Energi Matahari dan Radiasi
Matahari.repository.usu.ac.id/bitstream/.../20743/.../Chapter%20II.pdf.
Medan: Universitas Sumatera.
Astra, I Made.2010. Energi dan Dampaknya Terhadap Lingkungan.Meterologi dan
Ilmu Fisika 11,2, hlm 127.