Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGARUH EFEK RUMAH KACA TERHADAP KEHIDUPAN


MAHLUK DI BUMI
Diajukan Sebagai
Sistem Lingkungan Industri

Di susun oleh :
Ilham Baehaqi
NIM
2104020001

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF


PROGAM STUDI TEKNIK INDSUTRI
FAKULTAS TEKNIK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang Masalah


Beberapa tahun belakangan ini, sering kita merasakan perubahan cuaca
yang ekstrim. Dalam waktu singkat kita bisa merasakan cuaca yang sangat
panas, kemudian tak berapa lama mendung dan kemudian hujan. Saat cuaca
panas, dapat dirasakan panas yang terlalu terik, dan ini dapat kita amati dari
waktu ke waktu. Bumi kita terasa semakin panas . Hal ini disebut sebagai
pemanasan global atau global warming, yaitu terjadinya peningkatan suhu di
permukaan bumi akibat efek rumah kaca.

Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan


kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali, sinar
matahari berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun,
sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos
keluar ke angkasa karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya.
Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa menjadi terpancar
kembali ke permukaan bumi, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek
rumah kaca berlebihan.

1.2.    Rumusan Masalah


1. Apa pengertian efek rumah kaca?
2. Apa yang dapat menyebabkan timbulnya efek rumah kaca?
3. Apa akibat yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca?
4. Bagaimana solusi untukmengatasi efek rumah kaca?
5. Apa manfaat efek rumah kaca bagi kehidupan di bumi?
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian

Efek rumah kaca adalah suatu proses dimana radiasi termal dari


permukaan atmosfer yang diserap oleh gas rumah kaca, dan dipancarkan kembali
ke segala arah. Mekanisme ini pada dasarnya berbeda dari yang rumah kaca
sebenarnya, yang bekerja dengan mengisolasi udara hangat dalam struktur
tersebut sehingga panas yang tidak hilang oleh konveksi. Efek rumah kaca
ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, dan pertama kali dilaporkan
kuantitatif oleh Svante Arrhenius pada tahun 1896, merupakan proses pemanasan
permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh
komposisi dan keadaan atmosfernya. (Wikipedia, 2011). 

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.


Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari
cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur
dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi
dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah
oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang
dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk
dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca
diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan
malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang
ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu
rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)
dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C
sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya,
apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan
pemanasan global”.
BAB III

PEMBAHASAN

3.2. Penyebab Terjadinya Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca yang berlebih disebabkan karena naiknya konsentrasi


gas-gas di atmosfer. Gas-gas tersebut disebut dengan gas rumah kaca.Gas rumah
kaca  adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca.
Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga
timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap
air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. 

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan


semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas
yang terperangkap di bawahnya. Berikut akan dipaparkan mengenai gas-gas yang
berperan dalam efek rumah kaca dengan persentase kontribusi mereka terhadap
efek rumah kaca;

1.  Uap Air (36-70%)


Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap
air berfluktuasi secara regional. Aktivitas manusia tidak secara langsung
memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.

Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek


rumah kaca yang mengakibatkan meningkatnya temperatur dan semakin
meningkatknya jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan
sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan).
2.  Karbondioksida (9-26%)
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer
ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk
menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik.
Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida
semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun
untuk perluasan lahan pertanian. 

3. Metana (4-9%)
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah
kaca. Metana merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali
lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama
produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga
dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah
(landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi,
sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada
pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah
kali lipat.

4. Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan
terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen
oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.
Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-
industri.
5. Gas lainnya
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur.
Campuran berflourinasi dihasilkan dari
peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama
manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture),
dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara
berkembang masih menggunakanklorofluorokarbon (CFC) sebagai media
pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi
lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Komsumsi
CFC tertinggi terdapat pada Negara-negara maju. Amerika Serikat
mengkomsumsi hampir sepertiga komsumsi CFC dunia.

Negara-negara maju adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Menurut data dari PBB, urutan beberapa negara penghasil emisi karbondioksida
per kepala per tahun sebagai berikut:

 Amerika Serikat 20 ton                  


 Kanada dan Australia 18 ton         
 Jepang dan Jerman 10 ton
 China 3 ton
 India 1 ton

2.3. Dampak Efek rumah kaca

Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu


rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap
seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-
4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di
atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari
permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan
bumi menjadi meningkat (Wikipedia, 2011).
Efek rumah kaca yang berlebih mengakibatkan meningkatkannya suhu
permukaan bumi. Sehingga terjadi perubahan iklim  yang sangat ekstrim di bumi.
Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga
mengurangi kemampuannya untuk menyerap ka rbon dioksida di atmosfer.
Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub
yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan
mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan
terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan
mendapatkan pengaruh yang sangat besar.

Perubahan iklim menimbulkan perubahan pada pola musim sehingga


menjadi sulit diprakirakan. Pada beberapa bagian dunia hal ini meningkatkan
intensitas curah hujan yang berpotensi memicu terjadinya banjir dan tanah
longsor. Sedangkan belahan bumi yang lain bisa mengalami musim kering yang
berkepanjangan, karena  kenaikan suhu dan turunnya kelembaban. Selanjutnya
perubahan iklim akan berdampak pada segala sector. Meliputi:

1. Ketahanan Pangan Terancam


Produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan akan berkurang
akibat banjir, kekeringan, pemanasan dan tekanan air, kenaikan air laut, serta
angin yang kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi jadwal panen dan
jangka waktu penanaman. Peningkatan suhu 10C diperkirakan menurunkan panen
padi sebanyak 10%.
2. Dampak Lingkungan
Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan
iklim dan gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi
ekosistem). Terumbu karang akan kehilangan warna akibat cuaca panas, menjadi
rusak atau bahkan mati karena suhu tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa
15%-37% dari seluruh spesies dapat menjadi punah di enam wilayah bumi pada
2050. Keenam wilayah yang dipelajari mewakili 20% muka bumi (Jhamtani,
2007).
3. Risiko Kesehatan
Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan
bisa memunculkan penyakit lama. Badan Kesehatan PBB memperkirakan bahwa
peningkatan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah menyebabkan
kematian 150.000 jiwa setiap tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan demam
berdarah diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti Indonesia.
4. Air
Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan terutama
di daerah tropik kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia
Pasifik akibat musim kemarau berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan.
5. Ekonomi
Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan
kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir
Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10
atau 20 tahun mendatang perubahan iaklim akan berdampak besar terhadap
ekonomi.

Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia.


Namun beberapa data menunjukkan bahwa:

1. Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,30C sejak tahun 1990.


2. Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih
intensif sehingga meningkatkan risiko banjir..
3. Variasi musiman dan cuaca ekstrim diduga meningkatkan risiko kebakaran
hutan dan lahan, terutama di Selatan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi
(CIFOR, 2004)
4. Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan
berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan.
5. Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan masyarakat
pesisir. Sebagai contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada
2050, diperkirakan 160 km2 dari kota jakarta akan terendam air, termasuk
Kelapa Gading, Bandara Sukarno-Hatta dan Ancol (Susandi, Jakarta Post,
7 Maret 2007).
6. Di Bali kerusakan lingkungan pada 140 titik abrasi dari panjang panti
sekitar 430 km. Laju kerusakan pantai di Bali diperkirakan 3,7 Km per
tahun dengan erosi ke daratan 50-100 meter per tahun (Bali Membangun,
2004). Kerusakan ini ditambah potensi dampak dari perubahan iklim
diduga akan menyebabkan muka air laut naik 6 meter pada 2030, sehingga
Kuta dan Sanur akan tergenang (Bali Post, 16 Agustus 2007). Hal ini
mengancam keberlangsungan pendapatan dari pariwisata yang
mengandalkan kekayaan dan keindahan pantai dan laut di Bali.
7. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi risiko
kehilangan banyak pulau-pulau kecilnya dan penciutan kawasan pesisir
akibat kenaikan permukaan air laut. Wilayah Indonesia akan berkurang
dan akan ada pengungsi dalam negeri.
8. Dampak kenaikan muka air laut akan mengurangi lahan pertanian dan
perikanan yang pada akhirnya akan menurunkan potensi pendapatan rata-
rata masyarakat petani dan nelayan. Kerusakan pesisir dan bencana yang
terkait dengan hal itu akan mengurangi pendapatan negara dan masyarakat
dari sektor pariwisata. Sementara itu, negara harus menaikkan anggaran
untuk menanggulangi bencana yang meningkat, mengelola dampak
kesehatan, dan menyediakan sarana bagi pengungsi yang meningkat akibat
bencana. Industri di kawasan pesisir juga kemungkinan besar akan
menghadapi dampak ekonomi akibat permukaan air laut naik.
Kesemuanya ini akan meningkatkan beban anggaran pembangunan
nasional dan daerah.
3.4. Solusi untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca

a. Penggunaan alat listrik

 Menghemat penggunaan Listrik antara pukul 17.00 sampai 22.00.


 Memadamkan listrik jika sedang tidak digunakan. Karena pada kondisi
stand by, alat elektronik masih mengalirkan listrik sebesar 5 watt.
 Kabel dari barang elektronik akan lebih baik jika dilepas dari stop kontak
bila sudah tidak digunakan
 Menggunakan lampu hemat energi (CFL) dan lampu sensor cahaya untuk
lampu taman, sehingga lampu akan hidup dan mati secara otomatis
tergantung cahaya matahari. Memanfaatkan cahaya matahari untuk
penerangan di dalam ruangan di pagi dan siang hari. Selain menghemat
listrik juga dapat menurunkan emisi penyebab pemanasan global

b. Penanaman pohon

Untuk mengatasi pengurangan polusi udara pada di atmosfer, maka dapat


dilakukan juga penanaman tanaman. Penanaman tanaman dapat berupa pohon
dapat dilakukan di halaman dan tempat-tempat yang banyak menghasilkan polusi
udara, seperti di pinggir-pinggir jalan. Selain itu juga, melakukan reboisasi pada
gunung-gunung yang gundul dan membuat taman-taman di perkotaan atau biasa
disebut dengan taman kota.

c. Pengelolaan sampah

 Memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik.


 Menghemat penggunaan kertas.
 Mengurangi penggunaan tisu
 Mendaur ulang kertas, plastik, dan logam
 Membuat kompos
Cara-cara Menanggulangi Pemanasan Global

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya


gas rumah kaca Pertama , mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan
menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain . Cara ini
disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon).

Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca. Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan reboisasi yang dapat
mengantisipasi global warming. Pohon, terutama yang muda dan cepat
pertumbuhannya , menyerap karbon dioksida yang sangat banyak , memecahnya
melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia ,
tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di
banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah
kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk
lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal
ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi
semakin bertambahnya gas rumah kaca.

Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya


dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak
untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan . Injeksi juga bisa
dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak ,
lapisan batubara atau aquifer . Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan
pengeboran lepas pantai Norwegia , dimana karbon dioksida yang terbawa ke
permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer
sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.

Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan


bakar fosil . Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi
industri pada abad ke-18 . Pada saat itu , batubara menjadi sumber energi dominan
untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19 .
Pada abad ke-20 , energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber
energi . Perubahan trend penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak
langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara , karena
gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak
apalagi bila dibandingkan dengan batubara.

Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih


mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun
kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya. Untuk
kendaraan bermotor, perlu digunakan alat penyaring khusus gas buangan pada
bagian knalpot (tempat keluar gas buangan) yang dapatmenetralisirdan
mengurangi dampak negatif gas buangan tersebut. Bisa juga dengan mengganti
bahan bakar dengan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan , seperti tenaga
surya (matahari) atau biodisel. Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia kendraan
bermotor yang boleh beroperasi agar tidak menimbulkan pencemaran.

Untuk skala industri perlu dibuat sistem pembuangan dan daur ulang gas
buangan yang baik. Saluran buangan perlu diperhatikan, kearah mana akan
dibuang dan haruslah memperhatikan lingkungan sekitar. Reboisasi lahan yang
gundul merupakan salah satu langkah untuk menahan laju karbondioksida yang
berlebih diudara. Termasuk penanaman pohon-pohon disepanjang jalan raya yang
dapat menetralisir pencemaran udara disepanjang jalan raya. Tetapi tidak melepas
karbon dioksida sama sekali. Selain itu diperlukan juga adanya pengelolaan
sampah. Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif
dengan metode dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Praktek
pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial
dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Selain itu perlu diadakan kerja sama internasional untuk mensukseskan


pengurangan gasgas rumah kaca. Apabila pada suatu negara diterapkan peraturan
kebijakan lingkungan yang ketat, maka ekonominya dapat terus tumbuh walaupun
berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon
dioksida terbukti sulit dilakukan.

3.5 Manfaat Efek Rumah Kaca Bagi Kehidupan di Bumi

Global warming

Global warming adalah suatu peristiwa yang disebabkan meningkatnya


efek rumah kaca (green house effect) . Sebenarnya efek rumah kaca bukanlah
suatu hal yang buruk , justru dengan adanya efek rumah kaca bumi kita bisa tetap
hangat , bahkan memungkinkan kita bisa survive hingga sekarang .

Kamu bisa mengibaratkan bumi kita seperti mobil yang sedang diparkir
dalam cuaca yang cerah . Kamu pasti akan berpikir bahwa temperature di dalam
mobil pasti akan lebih panas dibandingkan temperature di luar mobil . Sinar
matahari memasuki mobil tersebut melalui celah-celah pada kaca jendela dan
secara otomatis panas dari sinar matahari akan diserap oleh jok, karpet, dashboard
serta bendabenda lain yang berada di dalam mobil . Ketika semua objek tersebut
melepaskan kembali panas yang diserapnya, tidak semua panas tersebut akan bisa
keluar melalui celah jendela, sebagian justru akan dipantulkan kembali panas
tersebut akan diradiasikan kembali oleh benda-benda yang ada di dalam mobil
dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Sehingga sejumlah energy panas
akan tetap tinggal di dalam mobil , dan hanya sebagian kecil dari energy tersebut
yang bisa melepaskan diri. Pada akhirnya, mobil tersebut akan mengalami
peningkatan temperature secara berkala, semakin lama akan semakin panas.

Ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi, sekitar


70% dari energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, lautan,
tumbuhan serta benda-benda lainnya. 30 % sisanya dipantulkan kembali melalui
awan, hujan serta permukaan reflektif lainnya . Tetapi panas yang 70 % tersebut
tidak selamanya ada di bumi, karena bila demikian maka suatu saat bumi kita
akan menjadi “bola api”). Benda-benda di sekitar planet yang menyerap cahaya
matahari seringkali meradiasikan kembali panas yang diserapnya. Sebagian panas
tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan dipantulkan kembali ke
bawah permukaan bumi ketika mengenai zat yang berada di atmosfer, seperti
karbon dioksida, gas metana dan uap air .

3.6 Bumi Tanpa Efek Rumah Kaca

Apa yang akan terjadi bila bumi kita tanpa efek rumah kaca , maka bumi
akan seperti planet Mars. Mars tidak memiliki atmosfer yang cukup tebal untuk
mempertahankan panas matahari, di sana sangat dingin. Sehingga tidak
memungkinkan adanya kehidupan.

Penjelasan kenapa apabila cuaca mendung maka udara terasa panas ?

Di Indonesia bulan Desember pada umumnya telah masuk ke dalam


musim penghujan. Sebelum hujan datang, akan terjadi awan / mendung yang
tebal. Mungkin tidak kita sadari pada saat peristiwa adanya mendung udara
disekitar akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan cuaca yang cerah. Mungkin
kita merasa aneh, kalau saat mendung sinar matahari tidak sampai ke bumi
seharusnya suhu malah turun, dan sebaliknya bila cuaca cerah sinar matahari
sampai ke bumi sehingga suhu tinggi terlihat wajar. Beginilah kira-kira mengapa
hal tersebut bisa terjadi.

Mendung merupakan kumpulan uap dari air laut. Pada saat mendung, uap
air yang berupa gas berubah menjadi zat cair. Pada proses ini menghasilkan kalor
yang akan dikeluarkan ke udara . Mendung berada lebih rendah dari awan yang
berwarna putih, makan semakin dekat mendung ke bumi panas akan semakin
tinggi pula . Suhu dapat lebih tinggi bila sebelum mendung terjadi sinar matahari
yang sangat terik, karena sebagai hasil dari akumulasi pelepasan kalor oleh proses
tersebut diatas dengan sisa panas yang dipancarkan bumi setelah domenerima
energi panas dari matahari.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Efek rumah kaca merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda


langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan
atmosfernya. Efek rumah kaca timbul karena komposisi gas rumah kaca yang
sudah tidak stabil lagi. Beberapa gas tersebut yaitu uap air,
karbondioksida,metana, nitrogen dioksida, dan gas-gas lainnya.
Adanya efek rumah kaca dapat menyebabkan meningkatnya panas atau
suhu bumi, atau biasa disebut sebagai global warming atau pemanasan global.
Global warming juga dapat menimbulkan beberapa akibat, perubahan yang saat
ini di Indonesia sedang terjadi adalah perubahan iklim, ditandai dengan cuaca
yang selama sehari tidak menentu. Hal ini nantinya akan berdampak pada aspek
kehidupan lainnya.
Oleh karena itu, tentunya harus ada penanggulangan agar dampak dari
efek rumah kaca tidak semakin parah dan berimbas kepada kehidupan kita
nantinya. Banyak hal yang perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi
dampak tersebut, beberapa diantaranya penghematan dalam menggunakan listrik,
penggunaan kendaraan atau bahan bakar, penanaman pohon, serta daur ulang
sampah.
4.2 Saran

Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum


makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus
beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi di mana bumi ini
telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melestarikannya. Marilah kita
bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita
kehidupan yang sempurna ini, Dengan dilakukannya beberapa hal tersebut, kita
turut memberikan perhatian dan tindakan demi kelangsungan hidup kita dan anak
cucu kita nantinya. Stop global warming !!!
DAFTAR PUSTAKA

http://andikamahriadi2013.wordpress.com/2013/10/29/dampak-efek-rumah-kaca-
terhadap-lingkungan-perekonomian/

http://blhlumajang.ppejawa.com/news61_dampak_dan_upaya_pencegahan_
%E2%80%9Cgreenhouse_effect__global_warming%E2%80%9D.html

http://yayanajuz.blogspot.com/2012/04/ efek-rumah-kaca-pada-lingkungan.html

http://zonabawah.blogspot.com/2011/07/pengertian-efek-rumah-kaca.html

Anda mungkin juga menyukai