Anda di halaman 1dari 20

1.

Pengertian Pemanasan Global


Pemanasaan global (global warming) atau sekarang lebih dikenal sebagai perubahan
iklim global (climate change) adalah memanasnya iklim bumi secara umum.
Memanasnya bumi telah diobservasi peneliti sejak tahun 1950-an dan terus bertambah
panas sejak itu. Selain bertambah panas dari tahun ke tahun, di beberapa wilayah di bumi
mengalami perubahan cuaca yang ekstrim. Oleh karena itulah fenomena ini disebut juga
sebagai perubahan iklim global (climate change).
Peneliti berkata bahwa penyebab utama pemanasan global adalah karena ulah manusia
yang telah berkontribusi menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer seperti karbon
dioksida, methana, dan nitrous oxide. Pada intinya, pemanasan global terjadi akibat efek
rumah kaca yang tentu disebabkan oleh gas rumah kaca yang diproduksi manusia.
Efek yang ditimbulkan pemanasan global sangat berdampak besar seperti bertambah
panasnya temperatur di permukaan bumi, naiknya permukaan laut, berubahnya cuaca
secara ekstrim di beberapa wilayah di dunia, bertambah luasnya wilayah gurun, dan lain-
lain.
Menurut New Mexico Solar Energy Association
Pemanasan global adalah peningkatan suhu permukaan rata-rata bumi karena efek gas
rumah kaca, misalnya emisi CO2 (karbon dioksida) yang sumbernya berasal dari kegiatan
atau aktivitas penggunaan bahan bakar yang tidak terbarukan (bahan bakar fosil) atau dari
deforestasi, yang memerangkap panas yang seharusnya lepas dari Bumi. 
Menurut US EPA
Pemanasan global mengacu pada naiknya dan berkelanjutan suhu rata-rata global di dekat
permukaan Bumi. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas
rumah kaca di atmosfer. Pemanasan global yang menyebabkan pola iklim berubah.
Namun, pemanasan global itu sendiri hanya mewakili satu aspek dari perubahan iklim.

Menurut NASA
Pemanasan global adalah naiknya panas suhu rata - rata permukaan bumi akibat
meningkatnya kadar gas rumah kaca.
2. Penyebab Pemanasan Global
Penyebab pemanasan global secara langsung berkaitan dengan efek rumah kaca. Jika gas-
gas rumah kaca makin meningkat jumlahnya di atmosfer, maka efek pemanasan global
akan semakin signifikan. Sejak revolusi industri, gas-gas rumah kaca seperti karbon
dioksida, methana, dan gas berbahaya lainnya menjadi semakin bertambah di atmosfer
sehingga konsentrasinya makin meningkat akibat ulah manusia.

Berikut ini dijabarkan secara lebih detail mengenai penyebab-penyebab langsung maupun
tidak langsung yang mengakibatkan pemanasan global:
Bertambahnya gas-gas rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan terjadinya efek rumah
kaca secara global; setiap penyebab bertambahnya efek rumah kaca juga berkontribusi
langsung terhadap pemanasan global seperti:
1. Energi : Karena hampir sebagian besar pembangkit listrik di dunia menggunakan
minyak bumi dan batu bara, maka tentu saja aspek ini berpengaruh sangat besar
terhadap pemanasan global karena permintaan listrik sangatlah tinggi dan makin
meninggi setiap tahun yang pada saat ini, konstribusi terhadap pemanasan global
sekitar seperempatnya.
2. Transportasi: Karena hampir seluruh sistem transportasi menggunakan bahan bakar
fosil, maka semakin banyak orang yang memakai kendaraan pribadi akan berdampak
pada peningkatan gas karbon dioksida di atmosfer yang saat ini berkonstribusi
sebesar 20% terhadap pemanasan global.
3. Industri peternakan sapi: Industri peternakan sapi menghasilkan gas methana yang
sangat besar ke atmosfer. Gas-gas ini dihasilkan dari kentut sapi dan kotoran sapi
yang diproduksi oleh bakteri pengurai selulosa di perut sapi. Hampir setengah dari
penyebab pemanasan global disebabkan oleh hal ini karena masifnya industri ini di
seluruh dunia karena konsumsi susu dan daging sapi oleh manusia yang begitu besar.
4. Industri pertanian: Pupuk yang digunakan dalam pertanian melepaskan gas nitrous
oxide ke atmosfer yang merupakan gas rumah kaca. Limbah industri dan tambang
industri seperti pabrik semen, pabrik pupuk, dan penambangan batu baru serta
minyak bumi memproduksi gas rumah kaca seperti karbon dioksida.
5. Limbah rumah tangga: limbah rumah tangga menghasilkan gas methana dan karbon
dioksida yang dihasilkan dari bakteri-bakteri pengurai sampah.
6. Pencemaran laut: lautan dapat menyerap karbon dioksida dalam jumlah yang besar,
akan tetapi akibat pencemaran laut oleh limbah industri dan sampah, laut menjadi
tercemar sehingga banyak ekosistem di dalamnya yang musnah, yang menyebabkan
laut tidak dapat menyerap karbon dioksida lagi.
7. Penebangan dan pembakaran hutan: penebangan dan pembakaran hutan sangat
berdampak buruk karena hutan dapat menyerap karbon dioksida di atmosfer.
8. Mencairnya es di kutub: permukaan es berwarna putih dapat memantulkan lebih
dari 60% sinar matahari, akan tetapi jika semakin banyak es yang mencair, maka
sinar matahari tidak dipantulkan seperti sebelumnya karena lautan hanya dapat
memantulkan sinar matahari sepersepuluhnya saja.
9. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca dianggap berkontribusi tinggi terhadap naiknya suhu bumi. Energi
panas yang dihasilkan oleh matahari seakan terjebak pada permukaan bumi, sehingga
suhu bumi secara keseluruhan meningkat. Saat permukaan bumi menerima cahaya
dari matahari, cahaya tersebut akan berubah menjadi energi panas yang dapat
menghangatkan seluruh permukaan bumi. Permukaan bumi menyerap sebagian panas
dari cahaya matahari, namun sebagian lainnya dilepas atau dipantulkan kembali ke
luar angkas dalam bentuk radiasi inframerah.Pada peristiwa efek rumah kaca, panas
yang dipantulkan oleh permukaan bumi tersebut tidak dapat menembus atmosfer
bumi. Sebabnya, terjadi penumpukan elemen gas rumah kaca di atmosfer, seperti
karbondioksida, uap air, sulfur dioksida, dan juga metana.
Gas rumah kaca tersebut akan memantulkan energi panas yang tadinya dilepas oleh
permukaan bumi, kembali ke permukaan bumi. Akibatnya, suhu udara akan
meningkat.
Kondisi terpantulnya kembali energi panas matahari yang dilepas permukaan bumi
oleh gas-gas rumah kaca tersebut apabila terjadi secara terus menerus akan dapat
meningkatkan suhu rata-rata tahunan di bumi.
Sebenarnya, efek rumah kaca juga sangat penting bagi mahluk hidup di bumi.
Lapisan ini bermanfaat untuk tetap menjaga suhu permukaan bumi, agar tetap hangat
dan menjadi lingkungan yang dapat ditempati kehidupan. Suhu rata-rata bumi saat ini
sekitar 15° celcius. Namun apabila tidak ada efek rumah kaca, maka suhu bumi akan
turun drastis ke angka -18° Celcius.
10. Peningkatan Polusi
Pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor dan asap pabrik , sebagian
besar berasal dari bahan bakar fosil. Hasil pembakaran bahan bakar fosil, seperti
bensin dan solar menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah gas rumah kaca
pada atmosfer.
Tidak hanya polusi dari kendaraan bermotor. Sebab, sektor pertanian, peternakan, dan
perkebunan juga berperan dalam kenaikan kadar gas rumah kaca. Misalnya,
peternakan sapi yang menghasilkan gas methana, kemudian pupuk yang digunakan
para petani kebanyakan mengandung gas nitro oksida.
Sama halnya dengan limbah, baik dari sumber industri ataupun rumah tangga.
Limbah atau sampah yang dihasilkan juga melepaskan gas karbon dioksida dan juga
metana ke atmosfer dalam jumlah besar.
Kegiatan lain yang juga meningkatkan kadar gas rumah kaca, adalah kegiatan
pembakaran hutan. Asap yang dihasilkan akan berubah menjadi gas rumah kaca.
Selain itu, penebangan hutan dapat pula mengurangi kemampuan pohon untu
menyerap karbondioksida.

11. Efek Umpan Balik Penguapan Air, Awan, dan Es


Peningkatan suhu bumi berakibat terhadap naiknya permukaan air laut. Muka air laut
yang semakin meningkat, berpengaruh terhadap kadar gas rumah kaca. Sebab, air
atau H2O merupakan salah satu unsur dari gas rumah kaca yang dapat memantulkan
energi panas kembali permukaan bumi.
Saat ini, para peneliti juga mengamati apakah awan juga berperan dalam
meningkatnya suhu secara global.
Fenomena awan ini cukup unik, karena jika pengamatan dilakukan dari permukaan
bumi, awan terlihat memantulkan kembali energi panas yang berbentuk radiasi
inframerah. Sementara itu, jika pengamatan dilakukan dari atas, awan akan terlihat
meneruskan radiasi inframerah tersebut ke angkasa.
Bumi yang semakin panas menyebabkan kutub es mencair. Permukaan es memiliki
kemampuan untuk memantulkan cahaya matahari, atau disebut proses albedo.
Terutama pada lapisan es yang menutupi daratan yang biasa disebut tanah beku
atau permafrost. Apabila daratan ini tidak lagi tertutup oleh es, maka gas CO2 akan
dilepaskan ke udara, sehingga menambah kadar gas rumah kaca pada atmosfer bumi.
Namun, keadaan ini dapat menjadi positif, karena dengan terbukanya daratan akan
menambah area pemukiman, mengingat populasi manusia yang terus bertambah.
12. Variasi Matahari
Penyebab lain yang masih berupa hipotesa adalah adanya pengaruh dari variasi
matahari terhadap pemanasan global. Menurut hipotesa ini, meningkatnya aktivitas
matahari akan membuat lapisan stratosfer semakin panas.
Menurut beberapa peneliti, kontribusi dari matahari justru lebih besar dibandingkan
dengan pengaruh efek rumah kaca yang digembar-gemborkan saat ini.
Bahkan, menurut dua ilmuwan dari Duke University, memperkirakan bahwa
kontribusi matahari terhadap peningkatan suhu rata-rata global adalah sekitar 45-
50%.
Hipotesa ini menerima banyak bantahan dari ilmuwan Amerika Serikat, Jerman, dan
Swiss. Dalam penelitiannya, mereka menyatakan jika sinar matahari tidak bertambah
terang maupun panas dalam seribu tahun terakhir.
Bahkan 30 tahun belakangan ini, panas yang dihasilkan matahari hanyalah sekitar
0,07%. Sehingga dianggap tidak signifikan menjadi penyebab pemanasan suhu bumi.
Beberapa hal yang menyebabkan pemanasan global diatas tidak sepenuhnya
berdampak buruk. Oleh sebab itu, masih banyak yang meragukan apakah perlu
dilakukan tindakan khusus atas pemanasan global yang terjadi.
Ada baiknya untuk memperhatikan apa saja yang akan menjadi dampak dari
pemanasan global, terutama ketika suhu rata-rata di permukaan bumi telah naik dalam
tingkat yang signifikan

3. Dampak Negatif Pemanasan Global


Pemanasan global bukanlah teori belaka namun sudah terjadi dan dampaknya akan terus
bertambah buruk dari tahun ke tahun. Berikut ini dipaparkan dampak pemanasan global
baik secara langsung maupun tidak langsung secara lebih detail:
1. Mencairnya es: kenaikan temperatur dari tahun ke tahun menyebabkan es di
kutub mencair yang sangat berefek besar pada ekosistem.
2. Meningkatnya ketinggian air laut; hal ini diakibatkan karena es kutub yang
mencair yang menyebabkan kota-kota besar di dunia akan lumpuh karena
sebagian besar terletak di sepanjang garis pantai.
Meningkatnya temperatur secara konstan; karena suhu makin memanas setiap
tahun, tentu saja ini menjadi berbahaya bagi makhluk hidup khususnya kita,
manusia. Musim kemarau akan lebih panjang; pada sebagian besar wilayah di
dunia terutama di wilayah dua musim seperti Indonesia, musim kemarau akan
menjadi lebih panjang.
3. Laut menjadi semakin hangat; hal ini memberikan dampak yang lebih besar
yakni matinya koral. Jika koral di lautan mati, maka sebagian besar ekosistem
di laut akan sangat rentan untuk musnah.
4. Permafrost mencair; permafrost adalah tanah beku. Jika permafrost mencair
maka karbon dioksida yang membeku di tanah dapat lepas ke atmosfer dan
memperparah efek rumah kaca.
5. Salju dan es menjadi semakin sedikit; salju dan es di puncak-puncak gunung
akan menipis yang tentu akan memperkecil suplai air tawar ke sungai-sungai.
Musim menjadi tidak menentu; pergantian musim akan menjadi tidak menentu
terutama di wilayah khatulistiwa.
6. Badai dan tornado menjadi lebih kuat dari biasanya; akibat efek ini, banjir
akan melanda makin banyak wilayah di dunia setiap tahunnya.
7. Siklus hidup tumbuhan dan migrasi binatang menjadi berubah; karena
musim dan iklim yang menjadi tidak menentu, maka migrasi binatang menjadi
berubah. Selain itu, siklus hidup tanaman juga akan berubah.
8. Global warming menyebabkan kondisi cuaca tidak menentu.
9. Selain itu, peralihan musim juga mengalami gangguan tanpa bisa diprediksi.
10. Kerusakan terumbu karang merupakan dampak dari pemanasan global. Suhu air
laut yang semakin tinggi akan membuat terumbu karang sulit beradaptasi,
sehingga rusak atau mati.
11. Rusaknya terumbu karang berdampak pada biota laut yang memperoleh
makanan dan perlindungan dari terumbu karang.
12. Banyak spesies hewan yang punah akibat kesulitan dalam beradaptasi dengan
suhu yang semakin tinggi.
13. Suhu yang semakin tinggi juga meningkatkan risiko kebakaran hutan yang
disebabkan oleh dedaunan kering.
14. Area tanah beku atau yang dikenal dengan sebutan permafrost akan mencai.
Sehingga gas karbondioksida yang tadinya tertutup es akan menguap ke udara
dan menambah kadar gas rumah kaca.
15. Memperpanjang musim kemarau yang menimbulkan ketidakstabilan ekosistem.
Meningkatnya penyakit kulit atau penyakit yang ditimbulkan akibat suhu yang
terlalu panas.
4. Dampak positif Pemanasan global

IPCC (The Intergovernmental Panel on Climate Change) didirikan oleh World


Meteorological Organisation (WMO) dan The United Nations Environment
Programme (UNEP) adalah suatu lembaga panel yang terdiri dari para ilmuwan dari
seluruh dunia yang tugas utamanya adalah menganalisa bukti-bukti scientific mengenai
pemanasan global dan perubahan iklim.

IPCC dibentuk guna mengatasi isu yang sangat pelik mengenai perubahan iklim. Para
pengambil kebijakan (policy makers) membutuhkan suatu sumber informasi yang
obyektif dan akurat tentang sebab-sebab perubahan iklim, dampaknya terhadap
lingkungan, sosial ekonomi serta alternatif penanggulangannya dan cara beradaptasi
terhadap perubahan iklim.

Menurut mereka, dampak positifnya antara lain:

1. Potensi yang lebih tinggi pada hasil pertanian di daerah yang terletak pada posisi
lintang tengah.
2. Potensi penambahan kayu global pada hutan yang dikelola dengan baik dan benar.
3. Peningkatan ketersediaan air untuk populasi pada beberapa wilayah yang relatif
kering, sebagai contoh di sebagian wilayah Asia Tenggara.
4. Pengurangan angka kematian pada musim dingin pada bumi di belahan lintang tengah
dan lintang tinggi.
5. Pengurangan permintaan energi untuk pemanas ruangan akibat suhu udara pada
musim dingin tidak terlalu dingin.
5. Negara Negara yang terdampak Pemanasan Global
1. Maladewa
Maladewa selalu digambarkan dengan keindahan dan keeksotisannya sehingga
banyak orang ingin mencoba berlibur ke sana. Tapi jangan pernah bermimpi pergi
ke negara kecil ini jika kita tidak bertindak untuk menghadapi global warming,
karena Maladewa bisa menjadi negara yang pertama hilang ditelan lautan.

Pulau-pulau di Maladewa Maladewa adalah negara yang terdiri dari kurang lebih
1.200 pulau-pulau kecil di antara Samudera Hindia dan laut Arab. Maladewa juga
merupakan negara dengan tingkat ketinggian terendah di dunia yaitu 1,5 meter di
atas permukaan laut. Karena itulah negara ini sangat beresiko tinggi tenggelam
oleh air laut yang terus semakin tinggi.

Meningkatnya permukaan laut tidak hanya mengancam garis pantai Maladewa,


tapi juga keberadaan negara beserta penduduknya. Jika wilayahnya hilang, maka
negara Maladewa otomatis juga akan hilang. Pemerintah Maladewa bahkan sudah
membangun pulau buatan untuk tempat tinggal bagi populasi Maladewa.
Mali, ibu kota Maladewa Meski begitu hukum maritim internasional tidak
mengakui pulau buatan sebagai teritori atau wilayah sah suatu negara. Hukum
tersebut juga tidak mengakui mereka yang mengungsi ke pulau tersebut karena
perubahan iklim yang merusak negara mereka.

2. Tuvalu

Negara bernama Tuvalu memang jarang sekali terdengar. Dan jika negara ini
dibiarkan hancur oleh global warming, bisa-bisa Tuvalu benar-benar hanya
menjadi sejarah. Tuvalu adalah sebuah negara pulau yang terletak di Samudera
Pasifik di antara Hawaii dan Australia. Negara kecil ini terdiri dari 3 pulau tebing
dan 6 atol dengan total luas daratannya sekitar 26 kilometer persegi.
Air pasang di Tuvalu telah naik hingga ke pemukiman penduduk. Global warming
adalah kekhawatiran utama bagi masyarakat Tuvalu karena rata-rata tinggi
pulaunya hanya 2 meter di atas permukaan laut. Titik tertingginya ada di Niulakita
dengan ketinggian hanya 4,6 meter di atas permukaan laut. Tuvalu akan menjadi
salah satu negara yang merasakan efek buruk dari naiknya permukaan laut. Tidak
hanya sebagian pulau tersebut akan banjir dan tenggelam, tapi naiknya air laut ke
daratan juga bisa menghancurkan tanaman pangan warga Tuvalu.

Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Tuvalu sudah merasakan sendiri


akibat dari global warming. Beberapa hal yang sudah terjadi antara lain air asin
yang naik hingga ke pantai dan meresap ke tanah telah merusak tanaman pokok
dan komoditas ekspor Tuvalu sehingga mereka kesulitan bercocok tanam, terjadi
banjir di beberapa daerah yang selama 15 tahun tidak pernah banjir, banyak air
tanah yang sudah tidak bisa diminum karena tercampur dengan air laut sehingga
warga bergantung pada air hujan, banjir yang kini datang tiap bulan dan beberapa
pulau terkecil di Tuvalu seperti Tepuka Savilivili telah hilang dan tenggelam pada
tahun 1997.
Salah satu pulau di Tuvalu. Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan karena lama
kelamaan Tuvalu bisa benar-benar hilang. Beberapa masyarakat Tuvalu terpaksa
dievakuasi karena naiknya level air laut. Pemerintah Selandia Baru bahkan
menjalankan program imigrasi yang disebut Pacific Access Category untuk
membantu penduduk Tuvalu memulai hidup kembali di lingkungan yang lebih
aman.

3. Kiribati

Sama dengan Tuvalu, Kiribati juga negara kepulauan yang terletak di Samudera
Pasifik. Kiribati terdiri dari 33 pulau yang saling terhubung di tengah Pasifik. Jika
apa yang diperkirakan para ilmuwan benar, Samudera Pasifik akan menelan
Kiribati sebelum akhir abad 21, atau bahkan lebih cepat.
Kiribati Kepulauan Kiribati hanya memiliki ketinggian 2 meter di atas permukaan
laut. Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika global warming dibiarkan terjadi dan
air laut semakin naik. Kiribati beresiko tenggelam akibat naiknya permukaan laut
karena es di Greenland dan Antartika yang terus meleleh. Perubahan iklim ini
terjadi karena emisi karbon dari pembangkit listrik, mobil, dan kegiatan lainnya.

Sayangnya, Kiribati termasuk salah satu negara yang berada di posisi paling tidak
menguntungkan akibat global warning meskipun negara ini termasuk yang paling
sedikit menyumbangkan gas emisi. Emisi Kiribati bahkan kurang dari 2% yang
dihasilkan oleh Amerika.
Penduduk Abaiang, Kiribati berdiri di laut tempat rumah mereka dulunya berada.
Beberapa desa sudah mengalami banjir karena air pasang yang lebih tinggi dari
sebelumnya. Bahkan beberapa pulau kecil yang sering dikunjungi di daerah
laguna kini telah tenggelam. Penduduk harus membangun dinding sebagai usaha
untuk melindungi pohon-pohon kelapa dan lahan mereka. Penduduk Tarawa,
salah satu pulau di Kiribati juga sudah tidak bisa lagi minum air tanah karena
terlalu asin akibat tercampur air laut yang meresap ke tanah. Untuk
mengantisipasi jika Kiribati benar-benar hilang, presiden Kiribati, Anote Tong
harus membeli lahan di Kepulauan Fiji.

4. Bangladesh

Bukan hanya negara kepulauan kecil di tengah samudera saja yang terancam akan
global warming. Negara-negara lain yang berada di pulau lebih besar juga akan
merasakan dampaknya. Bangladesh adalah salah satu negara yang mengalami
akibat buruk dari masalah ini.
Penduduk Bangladesh membangun dinding untuk melindungi tempat tinggal
mereka dari banjir dan air pasang Beberapa kota di tepi pantai Bangladesh telah
merasakan dampaknya, mulai dari air minum yang sekarang telah terasa asin
dengan kristal putih akibat tercampur dengan air laut yang semakin tinggi, serta
rusaknya lahan pertanian mereka. Perlahan tapi pasti, masalah ini juga telah
merusak satu-satunya sumber pendapatan mereka sebagai seorang petani, serta
mengakibatkan warga negara ini harus memikirkan cara untuk mendapatkan
sumber pangan yang lain.

Global warming tidak hanya mengakibatkan naiknya permukaan laut, tapi juga
iklim yang semakin ekstrem melanda negara ini. Badai dan angin topan yang lebih
buruk muncul di Bangladesh merusak lahan dan menewaskan penduduknya.

6. Sudan

Suhu yang terus meningkat membuat Gurun Sahara di negara ini menjadi semakin
meluas. Tentu saja hal ini merupakan kabar buruk karena meluasnya gurun
merambah hingga tanah pertanian sehingga tidak bisa ditanami lagi. Akibatnya,
kekurangan pangan tidak akan bisa dihindari.
Gurun Sahara semakin meluas Hujan di wilayah utara Sudan terus turun hingga
30% dalam 40 tahun terakhir ini dan Sahara semakin meluas hingga 1 kilometer
per tahun. Jika hal ini terus dibiarkan, peperangan antar suku seperti yang terjadi
di Darfur tidak akan bisa dihindari. Perselisihan ini diperburuk dengan
meningkatnya kebutuhan akan lahan subur dan persediaan air.

7. Siberia

Di salah satu alam liar terakhir di dunia, global warming telah mengakibatkan
perubahan besar dalam kehidupan dan manusianya. Musim dingin di Siberia kini
suhunya telah turun dari -50 derajat menjadi -30 derajat dan
mengakibatkan permafrost menjadi meleleh.
Permafrost yang meleleh di Siberia Permafrost adalah tanah yang selalu terlapisi
salju sepanjang tahun, dan global warming telah membuat lahan ini meleleh dan
menyisakan rawa-rawa dan lahan berlumpur. Rumah-rumah di arktik berkurang,
dan para masyarakat nomaden yang tinggal di tundra mendapati migrasi tahunan
mereka terganggu karena cuaca yang tidak terduga. Suhu yang hangat di musim
yang tidak seharusnya, serta salju turun di waktu yang tidak seharusnya
5. Cara Mengatasi Pemanasan Global
Agar dampak pemanasan global tidak bertambah parah, kita dapat mengurangi
dampaknya secara tidak langsung dengan melakukan sesuatu yang kecil dan sederhana.
Beberapa cara mengatasi pemanasan global yang sederhana ini adalah:
a. Mengurangi pemakaian energi listrik; dengan melakukan ini, kita dapat
mengurangi kebutuhan listrik di pembangkit listrik.
b. Mengurangi pemakaian plastik dan limbah yang tidak dapat didaur ulang; agar
kita tidak mencemari lautan, kita dapat mengganti kantong plastik dengan shopping
bag.
c. Mengurangi memakan daging sapi; memang hal ini sangatlah sederhana, tapi hal
ini dapat jauh menurunkan jejak karbon (carbon footprints) kita.
d. Memakai kendaraan umum; beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum
dapat mengurangi jejak karbon dioksida yang kita hasilkan.
e. Menanam pohon; dengan melakukan ini, kita dapat mengurangi kandungan karbon
dioksida di atmosfer.
f. Mengingatkan orang lain mengenai bahaya pemanasan gloobal; hal ini harus
dilakukan karena masih banyak orang yang tidak sadar akan bahaya pemanasan
global.
g. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil guna mengurangi kadar gas rumah kaca
yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor.
h. Bersepeda, berjalan kaki, atau menggunakan transportasi massal untuk menekan
risiko polusi kendaraan.
i. Mengurangi penggunaan peralatan dan mesin berbahan bakar minyak bumi.
j. Menghemat pemakaian listrik. Harapannya, dapat mengurangi polusi yang
ditimbulkan dari pembangkit listrik, terutama yang berbahan batu bara dan gas.
k. Menggunakan produk-produk ramah lingkungan, seperti panel surya, atau plastik
makanan dan minuman yang mudah di daur ulang.
l. Mengurangi konsumsi daging yang dihasilkan dari peternakan, karena memproduksi
gas metana yang dilepas ke atmosfer.
m. Tidak melakukan penebangan dan pembakaran hutan, agar tidak memperburuk efek
rumah kaca dan tidak merusak daya serap air oleh tanah.
n. Memperbaiki pengelolaan dan pengolahan limbah sehingga tidak terlalu banyak
memproduksi gas metana ataupun karbon dioksida yang diakibatkan oleh
pembakaran sampah.
Kesimpulan
Pemanasan global semakin hari semakin menjadi sehingga kita pun tidak dapat
menghindari. Seperti yang kita lihat sekarang ini bumi kita semakin hari semakin
memanas. Sehingga berbagai upaya pun dilakukan untuk mengurangi pemanasan global.
Kita sangat perlu mengetahui dampak-yang akan terjadi sehingga kita dapat
mewaspadainya dan kita juga dapat menjaga lingkungan agar dapat mengurangi
pemanasan global tersebut. Banyak faktor yang mengakibatkan pemanasan global
diantaranya yaitu energi transportasi,industri peternakan sapi,industri pertanian,Limbah
rumah tangga,pencemaran laut,penebangan dan pembakaran hutan,efek rumah
kaca,mencairnya es di kutub,peningkatan polusi,efek umpan balik penguapan air, awan,
dan es
Pada sekarang ini banayak penyebab pemansan global yang tak dapat kita
hindarkan, karena mau tak mau memang kita jalani sekarang. Oleh karena itu berbagai
macam upaya yang dapat di lakukan seperti hal-hal berikut ini yaitu diantaranya adalah
mengurangi pemakaian energi listrik,mengurangi pemakaian plastik dan limbah yang
tidak dapat didaur ulang,mengurangi memakan daging sapi,memakai kendaraan
umum,menanam pohon,mengingatkan orang lain mengenai bahaya pemanasan global,
Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, Menggunakan produk-produk ramah
lingkungan

https://www.kompasiana.com/meddystmt/54ffa43fa33311ae58510106/dampak-positif-
pemanasan-global

Anda mungkin juga menyukai