Anda di halaman 1dari 16

Apa itu karbon?

Karbon merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Unsur
ini termasuk dalam golongan non-logam dan memiliki valensi 4, yang berarti ada 4 elektron yang
membentuk ikatan kovalen.

Karbon sendiri merupakan salah satu unsur yang telah diketahui keberadaannya sejak zaman kuno, dan
dapat dikatakan sebagai unsur dasar segala kehidupan di bumi. Bahkan, 20% dari tubuh manusia terdiri
dari karbon.

Namun, karbon dalam tubuh manusia maupun makhluk hidup lainnya tidak berada dalam bentuk unsur
karbon, melainkan senyawa atau telah bergabung dengan unsur lain, seperti hidrogen dan oksigen.

Meski banyak sekali jenis senyawa yang terbentuk dari karbon, karbon jarang sekali bereaksi di bawah
kondisi normal (temperatur dan tekanan standar). Karbon tahan terhadap hampir semua oksidator,
kecuali oksidator yang sangat kuat.

Karbon merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Unsur
ini termasuk dalam golongan non-logam dan memiliki valensi 4, yang berarti ada 4 elektron yang
membentuk ikatan kovalen.

Karbon sendiri merupakan salah satu unsur yang telah diketahui keberadaannya sejak zaman kuno, dan
dapat dikatakan sebagai unsur dasar segala kehidupan di bumi. Bahkan, 20% dari tubuh manusia terdiri
dari karbon.

Namun, karbon dalam tubuh manusia maupun makhluk hidup lainnya tidak berada dalam bentuk unsur
karbon, melainkan senyawa atau telah bergabung dengan unsur lain, seperti hidrogen dan oksigen.

Meski banyak sekali jenis senyawa yang terbentuk dari karbon, karbon jarang sekali bereaksi di bawah
kondisi normal (temperatur dan tekanan standar). Karbon tahan terhadap hampir semua oksidator,
kecuali oksidator yang sangat kuat.

Dampak Emisi Karbon ?

Tingginya kadar karbon dioksida, terutama emisi karbon yang dihasilkan oleh industri dan aktivitas
manusia, telah memberikan sejumlah dampak signifikan terhadap lingkungan. Kandungan karbon
dioksida dalam emisi yang terperangkap di atmosfer menyebabkan peningkatan suhu bumi. Berikut ini
beberapa dampak dari peningkatan suhu bumi akibat emisi karbon. Berikut ini adalah dampak dari hasil
emisi karbon adalah sebagai berikut :

1.Mencair nya es di kutub


Panasnya suhu bumi akan menyebabkan lapisan es di kutub mencair. UNDP menyatakan bahwa lapisan
es di laut Artik telah berkurang jauh sejak tahun 1979, dengan kecepatan sebesar 1.07 juta km2 setiap
dekade. Mencairnya es di kutub menyebabkan kenaikan permukaan air laut.

2. Kekeringan dan Kekurangan Air Bersih

Peningkatan suhu bumi mengakibatkan perubahan iklim (menjadi lebih panas). Perubahan iklim drastis
ini dapat mengurangi sumber air bersih, sebab permukaan air laut naik dan terjadi kekeringan di
daratan.

3. Bencana Alam

Perubahan iklim akan menyebabkan cuaca ekstrim, yang dapat berujung pada bencana alam. Banjir,
angin topan, dan tsunami adalah beberapa dampak destruktif dari perubahan iklim tersebut. FAO (Food
& Agriculture Organization) melaporkan bahwa saat ini jumlah bencana alam terjadi 3 kali lipat lebih
banyak dibandingkan dengan tahun 1970-an dan 1980-an.

4. Perubahan pada Rantai Makanan

Sektor pertanian menyerap sekitar 63% dari dampak bencana alam, menurut FAO, dibandingkan dengan
sektor-sektor lain, seperti pariwisata, perdagangan, dan industri. Hal ini tentu mengganggu sumber
pangan manusia. Pasalnya, banyaknya jumlah tanaman produksi yang rusak akibat cuaca tak menentu
akan mengurangi jumlah pasokan bahan pangan.

5. Kesehatan dan Penyebaran Penyakit

Kenaikan suhu bumi memperluas wilayah tropis di bumi. Perluasan ini pun akan turut mempermudah
penyebaran penyakit-penyakit tropis ke wilayah sub-tropis, kolera, diare, malaria, infeksi dada, demam
berdarah dengue, typhoid, Hepatitis A, infeksi vagina, dan penyakit anak-anak (kurang gizi)

6. Kerusakan Ekosistem Laut

Laut dapat menyerap emisi karbon dioksida hingga 40 persen. Namun, semakin tinggi kadar CO2 yang
diserap oleh laut, kondisi laut pun akan semakin asam. Tingginya kadar keasaman dan peningkatan suhu
air laut akan merusak terumbu karang atau coral bleaching.

Perlu diingat bahwa terumbu karang memegang peranan penting dalam ekosistem laut, yaitu sebagai
sarang bagi ikan-ikan kecil dan plankton. Minimnya jumlah ikan kecil dan plankton tentu

6. Kerusakan Ekosistem Laut

Laut dapat menyerap emisi karbon dioksida hingga 40 persen. Namun, semakin tinggi kadar CO2 yang
diserap oleh laut, kondisi laut pun akan semakin asam. Tingginya kadar keasaman dan peningkatan suhu
air laut akan merusak terumbu karang atau coral bleaching.
Perlu diingat bahwa terumbu karang memegang peranan penting dalam ekosistem laut, yaitu sebagai
sarang bagi ikan-ikan kecil dan plankton. Minimnya jumlah ikan kecil dan plankton tentu akan
mengganggu rantai makanan bagi makhluk hidup laut lainnya.

Menjaga Jumlah Emisi Karbon Lewat Perdagangan Karbon di Bursa ?

Urgensi penanganan masalah iklim akibat emisi karbon semakin mendesak. Tidak hanya masyarakat,
pemerintah dan swasta raksasa pun perlu mencanangkan komitmen global untuk permasalahan ini.

Pada 12 Desember 2015, sebanyak 195 negara termasuk Indonesia, menyepakati perjanjian iklim global
yang dikenal sebagai Perjanjian Paris (Paris Agreement). Perjanjian ini sepenuhnya bersifat sukarela, di
mana semua negara yang menyepakatinya berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan
memastikan suhu global tidak naik lebih dari 2˚C (3.6˚F); menjaga kenaikan suhu global tetap di bawah
1.5˚C (2.7˚F). Perjanjian Paris mulai berlaku efektif pada 4 November 2016.

Melanjutkan kesepakatan tersebut, skema-skema perdagangan karbon global pun dilaksanakan untuk
menjaga jumlah emisi karbon yang dikeluarkan ke atmosfer. Terkait pengawasan emisi karbon,
perdagangan karbon umumnya dilakukan melalui bursa komoditi dengan standar satuan tertentu.

“Karbon” yang dimaksud dalam perdagangan karbon di bursa adalah kredit karbon. Secara sederhana,
kredit karbon merepresentasikan ‘hak’ menghasilkan karbon. Kredit ini dihasilkan oleh proyek-proyek
penghijauan dengan metode perhitungan potensi penyerapan karbon yang telah diakui secara global.

Sementara itu, usaha maupun instansi yang menghasilkan emisi karbon lebih dari kredit (atau ‘hak’)
yang dimiliki, dapat membeli kredit karbon yang dijual di pasar karbon. Dengan demikian, kita dapat
mengontrol sekaligus menyeimbangkan jumlah emisi karbon yang dikeluarkan ke atmosfer bumi dan
menjaga kenaikan suhu global di bawah 1.5˚C.

Source: https://www.icdx.co.id/news-detail/publication/apa-itu-karbon
Diketik oleh: Btari Nadine
Pengertian Efek Rumah Kaca, Proses Terjadinya & Dampaknya

Secara umum efek rumah kaca diartikan sebagai proses naiknya suhu bumi yang disebabkan perubahan
komposisi atmosfer. Menyebabkan sinar matahari tetap berada di bumi dan tidak dapat dipantukan
secara sempurna, keluar atmosfer.

Efek rumah kaca pertama kali dikenalkan pada masyarakat umum pada tahun 1824 oleh ilmuwan yang
bernama Joseph Fourier. Menurut pendapat yang Joseph Fourier sampaikan pada masyarakat. Dia
menganggap efek rumah kaca adalah proses pemanasan yang disebabkan oleh komposisi atmosfer.

Apabila diartikan sesuai dengan proses dan akibat yang ditimbulkan dari efek rumah kaca, maka sebuah
fenomena alam yang terjadi karena adanya pantulan sinar matahari yang melewati atmosfer bumi. Yang
disebabkan oleh berbagai zat yang ada di permukaan bumi, parahnya fenomena ini dapat merusak
selimut atmosfer.

Pada dasarnya efek rumah kaca merupakan fenomena alam yang wajar terjadi. Yang menjadi
permasalahan adalah, femonema ini berjalan begitu cepat. Yang dapat mengakibatkan berbagai
kerusakan di permukaan bumi.

femonena ini dapat mengancam kehidupan manusia, dan merusak ekosistem dan juga merusak
keseimbangan lingkungan. dan yang terpenting fenomena ini dapat menyakibatkan pemanasan global
dan hal yang mengerikan lainnya. apabila fenomena ini tidak segera ditanggulangi.

-Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Terjadinya efek rumah kaca didasari oleh sinar matahari yang dipantulkan oleh berbagai macam benda
di permukaan bumi. Dan sinar matahari yang dipantulkan dapat merusak lapisan ozon, yang memiliki
fungsi utama untuk menghambat cahaya matahari yang berada di atmosfer.

Apabila lapisan ozon yang berada di atmosfer bumi semakin berkurang, maka akan menyebabkan
kenaikan suhu di permukaan bumi. Kondisi ini menjadi lebih buruk karena banyaknya karbondioksida
(Co2) yang ada di bumi. Karena dapat menahan pantulan sinar matahari, sehingga suhu di bumi semakin
meningkat.

Untuk menghindari kerusakan lapisan ozon pada lapisan atmofser bumi. Maka kita harus mengurangi
berbagai alat atau bahan yang dapat menghasilkan karbondioksida (co2). Dan juga berbagai hal yang
dapat mengakibatkan kerusakan lapisan ozon lainnya.
Faktor utama yang memicu terjadinya efek rumah kaca adalah meningkatnya konsentrasi
karbondioksida (CO2) dan gas-gas lain di atmosfer. Peningkatan karbondioksida (CO2) di bumi
disebabkan oleh banyaknya pembakaran bahan bakar minyak dan bahan sejenisnya.

Energi yang diserap ke bumi kemudian dipantulkan lagi dalam bentuk radiasi inframerah. Akan tetapi
sebagian besar zat inframerah yang dipantulkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan. Dan juga
tertahan oleh zat-zat yang mengandung karbondioksida (CO2). dan kembali lagi ke permukaan bumi.

Sebenarnya efek rumah kaca sangat diperlukan oleh bumi ini, dengan syarat keadaanya normal dan
stabil. karena dengan adanya efek rumah kaca suhu di permukaan bumi menjadi lebih stabil. Dan
dengan adanya fenomena ini menjadikan suhu siang dan malam di bumi tidak jauh berbeda.

Tetapi efek rumah kaca yang terjadi sekarang ini tidak lagi tergolong sabagai hal yang normal. Karena
lama-kelamaan suhu di permukaan bumi kita ini menjadi sangat panas. Karena banyak panas matahari
yang tertampung di bawah atmosfer bumi, yang seharusnya dipantulkan ke luar angkasa.

Dan suhu bumi yang meningkat inilah yang menjadi salah satu faktor yang dapat membahayakan
kehidupan manusia. Hal itu dipicu karena banyaknya penggunaan kendaraan bermotor, gas emisi dari
pabrik dan hutan yang sudah mulai punah. Ancaman itu akan datang setiap hari, selama kita
memperbaiki kehidupan di muka bumi ini.

-Zat-Zat yang dapat menimbulkan Efek Rumah Kaca

Selain disebabkan oleh banyaknya zat karbondioksida (CO2) di bumi ini. Ternyata masih banyak zat-zat
lain yang dapat memicu terjadinya efek rumah kaca. Dan perlu kita harus mengetahui zat-zat yang dapat
mempercepat terjadinya efek rumah kaca.

1. Karbondioksida

Karbondioksida adalah sejenis senyawa kimia, zat ini terdiri dari dua atom yaitu oksigen dengan atom
karbon. Zat ini berbentuk gas pada tempetatur dan tekanan yang normal, yang berada di atmosfer bumi.
Pada umumnya konsentrasi karbondioksida di atmosfer bumi adalah 387 ppm.
Jumlah ini bisa berganti, tergantung pada tempat dan waktu tertentu. Karbondioksida adalah gas rumah
kaca yang memiliki peranan yang penting. Karena zat ini dapat menyerap gelombang inframerah dengan
kuat.

Karbondioksida dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak dan bahan sejenisnya. Apabila dalam
keadaan normal maka zat karbondioksida akan diperlukan untuk menjaga kestabilan bumi. Tetapi jika
zat ini terlalu banyak berada di atmosfer dapat mengakibatkan efek rumah kaca.

2. Belerang dioksida

Senyawa ini merupakan gas beracun dan juga mempunyai bau yang menyengat. Karena batu bara dan
minyak bumi mengadung senyawa ini, maka pembakarannya menghasilkan gas belerang. Dan zat ini
juga berpotensi untuk menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.

3. Nitrogen Oksida

Gas ini dihasilkan dari reaksi antara nitrogen dan oksigen saat terjadi pembakaran di udara. Pada
tempat-tempat dengan kepadatan lalu lintas tinggi, nitrogen oksida dilepaskan ke udara menjadi polusi
udara. Gas ini terbentuk dari semua proses pembakaran yang ada di seluruh dunia.

4. Gas Metana

Gas metana adalah gas yang tidak cocok dengan lingkungan, tetapi dapat menghasilkan energy besar.
Gas ini mudah terbakar akan tetapi hanya memiliki konsetrasi di udara sebesar 5-15% saja. Sedangkan
metana cair hanya dapat terbakar apabila mengalami tekanan dengan tinggi 4-5 atmosfer.

5.Klorofluorokarbon

Klorofluorokarbon dihentikan secara bertahap melalui Protocol Montreal karena menyebabkan


penipisan lapisan ozon. Senyawa antrogenik ini merupakan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan
terjadinya efek kaca lebih tinggi dari yang disebabkan oleh karbondioksida.

B. Akibat efek dari rumah kaca


Meningkatnya suhu di permukaan bumi dapat berpotensi terjadinya perubahan iklim yang extreme di
bumi. Hal ini juga dapat menimbulkan terganggunya hutan dan ekosistem yang lain. Sehingga
mengurangi kemapuannya sebagai penyerap utama karbondioksida yang ada di bumi.

Naiknya suhu di permukaan bumi juga mengakibatkan gunung-gunung es di kutub mencair. Yang dapat
mengakibatkan naiknya air permukaan laut, yang berpotensi untuk menenggelamkan pulau-pulau kecil
di Negara kepulauan.

Menurut penelitian, efek rumah kaca telah mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat 1-5o C.
apabila peningkatan suhu di permukaan bumi tetap seperti sekarang ini. Maka hal itu akan berpotensi
meningkatkan pemanasan global 1,5-4,5o C sekitar tahun 2030.

Karena menyebabkan meningkatnya konsetrasi gas karbondioksida yang berada di atmosfer bumi.
Maka hal tersebut menjadikan atmosfer bumi menyerap gelombang panas yang dipantulkan dari
permukaan bumi. Yang akan menimbulkan suhu dipermukaan bumi meningkat.

Pada intinya kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi tidak sepenuhnya karena pengaruh alam.
Akan tetapi juga adanya tangan-tangan jahil yang merusak alam ini untuk keperluan pribadi mereka.
Tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada bumi ini kedepannya.

Karena bumi ini adalah tempat tinggal kita, marilah kita menjaga kelestarian bumi kita ini, seperti halnya
kita menjaga diri kita dan keluarga kita. Jangan karena kepentingan pribadi kita, kita rela merusak bumi
ini. Yang akan berdampak buruk kepada seluruh makhluk yang hidup di dalamnya.

Sekian yang dapat saya sampaikan dalam artikel kali ini, semoga menjadikan kita semua sadar. Yaitu
sadar atas pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Source:https://dlh.slemankab.go.id/pengertian-dan-penyebab-efek-rumah-kaca/
Diketik oleh: Muhammad Bukhori

PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE)

Pada umumnya orang sering menyatakan kondisi iklim sama saja dengan kondisi cuaca, padahal kedua
istilah tersebut adalah suatu kondisi yang tidak sama.

Beberapa definisi cuaca adalah :

Keadaan atmosfer secara keseluruhan pada suatu saat termasuk perubahan, perkembangan dan
menghilangnya suatu fenomena (World Climate Conference, 1979).

Keadaan variable atmosfer secara keseluruhan disuatu tempat dalam selang waktu yang pendek (Glen T.
Trewartha, 1980).
Keadaan atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai parameter, antara lain suhu, tekanan, angin,
kelembaban dan berbagai fenomena hujan, disuatu tempat atau wilayah selama kurun waktu yang
pendek (menit, jam, hari, bulan, musim, tahun) (Gibbs, 1987).

Ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang cuaca disebut meteorologi.Sedangkan iklim didefinisikan
sebagai berikut :

Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai
untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate
Conference, 1979).

Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama
kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980).

Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi
disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Gibbs,1987).

Ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang iklim disebut klimatologi.

Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan
distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun
waktu yang panjang. LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah
satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala
global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. IPCC (2001) menyatakan
bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada
variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau
lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun
ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata
guna lahan.

Istilah perubahan iklim sering digunakan secara tertukar dengan istilah ’pemanasan global’, padahal
fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim, karena parameter iklim
tidak hanya temperatur saja, melainkan ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi
awan, angin, maupun radiasi matahari. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur
atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada
perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas
dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi
menjadikan perubahan iklim global (Budianto, 2000).
Meskipun pemanasan global hanya merupakan 1 bagian dalam fenomena perubahan iklim, namun
pemanasan global menjadi hal yang penting untuk dikaji. Hal tersebut karena perubahan temperatur
akan memperikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas manusia. Perubahan temperatur bumi
dapat mengubah kondisi lingkungan yang pada tahap selanjutkan akan berdampak pada tempat dimana
kita dapat hidup, apa tumbuhan yang kita makan dapat tumbuh, bagaimana dan dimana kita dapat
menanam bahan makanan, dan organisme apa yang dapat mengancam. Ini artinya bahwa pemanasan
global akan mengancam kehidupan manusia secara menyeluruh.

Studi perubahan iklim melibatkan analisis iklim masa lalu, kondisi iklim saat ini, dan estimasi
kemungkinan iklim di masa yang akan datang (beberapa dekade atau abad ke depan). Hal ini tidak
terlepas juga dari interaksi dinamis antara sejumlah komponen sistem iklim seperti atmosfer, hidrofer
(terutama lautan dan sungai), kriosfer, terestrial dan biosfer, dan pedosfer. Dengan demikian, dalam
studi-studi mengenai perubahan iklim dibutuhkan penilaian yang terintegrasi terhadap sistem iklim atau
sistem bumi.

PERUBAHAN IKLIM (GLOBAL CLIMATE CHANGE)

Fenomena pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim berdampak terjadinya perubahan
sosial atau kependudukan dan budaya. Berbagai kajian sosial menemukan bahwa pola hubungan sosial
berkaitan sangat erat dengan pola iklim. Hasil kajian IPCC (2007) menunjukkan bahwa sejak tahun 1850
tercatat adanya 12 tahun terpanas berdasarkan data temperatur permukaan global. Sebelas dari
duabealas tahun terpanas tersebut terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir ini. Kenaikan temperatur total
dari tahun 1850-1899 sampai dengan tahun 2001-2005 adalah 0,76Ëš. Permukaan air laut rata-rata
global telah meningkat dengan laju rata-rata 1.8 mm per-tahun dalam rentang waktu antara lain antara
tahun 1961-2003. Kenaikan total permukaan air laut yang berhasil dicatat pada abad ke-20 diperkirakan
0,17 m. Laporan IPCC juga menyatakan bahwa kegiatan manusia ikut berperan dalam pemanasan global
sejak pertengahan abad ke-20. Pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih
tinggi pada abad ke-21 apabila tidak ada upaya menanggulanginya.

Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan frekwensi maupun intensitas kejadian
cuaca ekstrim. IPCC menyatakan bahwa pemanasan globa dapat menyebabkan terjadi perubahan yang
signifikan dalam sistem fisik dan biologis seperti peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola
presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin,mempengaruhi masa reproduksi hewan dan
tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan wabah penyakit, serta
mempengaruhi berbagai ekosistem yang terdapat di daerah dengan garis lintang yang tinggi (termasuk
ekosistem di daerah Artuka dan Antartika), lokasi yang tinggi, serta ekosistem-ekosistem pantai.

Jika tidak ada upaya yang sistematis dan terintegrasi untuk meningkatkan ketahanan terhadap
perubahan iklim dan perbaikan kondisi lingkungan lokal dan global mulai dari sekarang, maka dampak
yang ditimbulkan akibat adanya perubahan iklim ke depan akan semakin besar dan lebih lanjut akan
berdampak pada sulitnya mencapai sistem pembangunan yang berkelanjutan.Penanganan masa
perubahan iklim dalam konteks pembangunan membutuhkan manajemen perubahan iklim secara
efektif, dan pada saat bersamaan mengantisispasi dampak perubahan iklim global jangka panjang secara
komprehensif. Juga membutuhkan pendekatan lintas sektor baik pada tingkat nasional, regional
maupun lokal.Dalam menghadai perubahan iklim, penigkatan ketahanan sistem dalam masyarakat
untuk mengurangi resiko bahaya perubahan iklim dilakukan melalui upaya adaptasi dan mitigasi.

Adaptasi merupakan tindakan penyesuain sistem alam dan sosial untuk menghadapi dampak negatif
dari perubahan iklim. Namun upaya tersebut akan sulit memberi mandaat secara efektif apabila laju
perubahan iklim melebihi kemampuan beradaptasi. Oleh karena itu, adaptasi harus diimbangi dengan
mitigasi, yaitu upaya mengurangi sumber maupun peningkatan rosot (penyerap) gas rumah kaca, agar
suspaya proses pembangunan tidak terhambat dan tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.
Dengan demikian, generasi yang akan datang tidak terbebani oleh ancaman perubahan iklim secara
lebih berat.

-Penyebab efek rumah kaca:

1. Penebangan Liar dan Pembakaran Hutan

Banyaknya penebangan liar akan mengakibatkan berkurangnya media yang mengurangi efek rumah
kaca. Bahkan, pembakaran hutan secara besar-besaran juga menyebabkan meningkatnya efek rumah
kaca. Apabila hutan dibakar, akan terbentuk gas rumah kaca seperti CO2. Gas itu akan dilepaskan ke
udara, lalu menjadi penahan radiasi sinar matahari.

Selain itu, hutan yang kian sempit juga bisa jadi penyebab efek rumah kaca. Oleh sebab itu, harus
diselidiki pelaku utama terjadinya kebakaran hutan secara besar-besaran. Sebab, lahan hutan memiliki
peran sangat penting untuk makhluk hidup. Hutan juga menjadi paru-paru dunia yang harus dijaga.
Menyempitnya lahan hutan akan mengakibatkan memburuknya cuaca.

Tanpa keberadaan hutan, tidak ada yang membantu mengubah karbondioksida menjadi oksigen. Itu
akan mengganggu pernapasan dan terjadinya pencemaran udara. Berdasarkan data dari Bank Dunia
dunia, sebanyak 14,5 juta hektar hutan musnah setiap tahunnya. Hal itu akibat berbagai aktivitas
manusia yang ilegal dan legal.

Pembukaan lahan melalui pembakaran untuk area industri dan tempat tinggal juga bisa menyebabkan
efek rumah kaca. Selain itu, pohon yang seharusnya bisa menyerap karbon dioksida juga akan berkurang
yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai bencana seperti banjir & tragedi pembalakan hutan
yang dibahas dalam buku Global Warming.

2.Penggunaan Bahan Bakar Fosil Secara Berlebihan

Bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara yang digunakan secara berlebihan akan berdampak
buruk pada kualitas udara. Selain itu, dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca pada atmosfer.

3. Pencemaran Laut
Seperti diketahui, lautan bisa menyerap karbon dioksida dalam jumlah banyak. Namun, laut bisa
tercemar akibat limbah industri dan sampah. Akibatnya, banyak ekosistem di dalamnya yang musnah
sehingga laut tidak bisa menyerap karbon dioksida lagi.

4. Industri Pertanian

Penggunaan pupuk nonorganik untuk meningkatkan hasil pertanian juga berdampak buruk bagi
lingkungan. Sebab, bisa menghasilkan gas rumah kaca, seperti nitrous oksida yang kemudian dilepaskan
ke udara.

5. Limbah Rumah Tangga

Apabila limbah rumah tangga dibiarkan, lambat laun akan menghasilkan gas metana dan karbon
dioksida dari bakteri-bakteri pengurai sampah. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kesadaran,
penghargaan, dan tanggung jawa manusia terhadap lingkungan.

6. Industri Peternakan

Limbah industri peternakan seperti kotoran sapi dapat menghasilkan gas rumah kaca, misalnya
karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Semakin banyak limbah peternakan yang dibiarkan, maka
semakin besar pula gas rumah kaca yang dilepaskan ke udara.

7. Gaya Hidup Konsumtif

Apabila kamu berlebihan dalam mengonsumsi suatu barang, hal itu juga bisa berdampak buruk terhadap
lingkungan. Sebagai infomasi, produk-produk yang digunakan manusia menyumbang 60% penghasil gas
rumah kaca. Bagaimana bisa? Ya, hal itu akibat penggunaan energi yang sangat banyak untuk
memproduksi barang-barang industri atau konsumsi, misalnya penggunaan listrik dan batu bara.

PBB bahkan memperkiraan konsumen yang membeli pakaian 60 persen lebih banyak dari 15 tahun lalu.
Namun, pakain yang dibeli itu hanya disimpan saja. Hal yang sama juga terjadi pada produk-produk
elektronik yang jarang digunakan.

8. Sampah Plastik

Hasil kegiatan manusia juga menyumbang efek rumah kaca, misalnya tumpukan sampah plastik yang
volumenya tak terkendali. Apabila tidak terurai atau didaur ulang, sampah-sampah itu hanya akan
mencemari lingkungan.

Menurut penelitian, plastik mengeluarkan gas metana dan etilen saat terkena sinar matahari dan
berakibat rusak. Gas metana alami atau buatan bisa menjadi penyebab utama perubahan iklim. Sebab,
kedua gas tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pemanasan global.
Gas metana menempati urutan kedua dalam perusakan lingkungan. Gas metana berasal dari bahan-
bahan organic, biasa ditemukan pada hasil pemecahan bakteri pada pertanian, perkebunan, dan
peternakan. Apabila produksi hewan ternak semakin tinggi, maka gas metana juga semakin meningkat
untuk dilepaskan ke permukaan bumi.

Metana merupakan gas rumah kaca. Metana bisa memerangkap panas dalam atmosfer dan dipancarkan
selama kegiatan produksi batu bara, gas alam, serta minyak. Sisa makanan yang terbuang dan menjadi
sampah juga menghasilkan metana. Tahukah kamu? Indonesia menduduki peringkat nomor dua sebagai
negara penghasil sampah makanan.

Untuk mengurangi sampah plastik yang semakin menumpuk, banyak orang yang berusaha untuk
memanfaatkan plastik menjadi barang daur ulang.

9. Gas Karbon Monoksida

Gas karbon monoksida sangat berkaitan dengan aktivitas manusia. Terutama aktivitas manusia yang
berkaitan dengan kendaraan bermotor. Gas karbon monoksida akan dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor hingga menyebabkan polusi. Salah satu solusi untuk mengurangi gas karbon monoksida
adalah membatasi penggunaan kendaraan bermotor. Kamu bisa lebih banyak berjalan kaki atau
menggunakan kendaraan umum. Kendati tidak sepenuhnya mengatasi, setidaknya bisa mengurangi
produksi polusi.

10. Boros Listrik

Penggunaan listrik secara berlebihan dapat menyebabkan penguapan pada listrik. Oleh sebab itu, kita
harus lebih efisien dalam menggunakan listrik. Gunakan listrik sesuai kebutuhan serta tidak asal-asalan,
misalnya mematikan lampu saat sudah tidak diperlukan.

Pajak listrik memang sudah dibayar, namun hemat listrik tetap harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya efek rumah kaca. Ini tidak semata-mata karena masalah uang, namun terkait masalah
kesehatan lingkungan. Listrik dapat menambah jumlah gas karbondioksida di bumi dan menyebabkan
pemanasan global. Selain itu, tentu saja dapat merusak lingkungan.

11. Bahan Bakar Bensin

Menggunakan bahan bakar bensin secara berlebihan juga dapat menambah penyebab terjadinya efek
rumah kaca. Bahan bakar bensin yang digunakan pada mobil dan motor akan menimbulkan gas
karbondioksida. Gas ini ini akan sangat berpengaruh terhadap pemanasan global. Pada akhirnya, gas
karbondioksida ini akan menangkap cahaya panas. Namun, cahaya panas tersebut tidak dapat
disalurkan ke luar angkasa yang akhirnya kembali ke bumi dan berdampak buruk bagi polusi udara di
bumi.

12. Chloro Four Carbon Tidak Terkontrol


Chloro Four Carbon menjadi salah satu penyebab efek rumah kaca yang sulit dihindari. Namun
demikian, CFC masih dapat ditangani dan dikendalikan. CFC adalah bahan kimia yang digabungkan
menjadi alat rumah tangga. Peralatan tersebut memang dapat menunjang kehidupan, namun tidak
direkomendasikan apabila digunakan secara berlebihan. CFC ini biasanya ada pada kulkas dan AC.

13. Penggunaan Tisu Berlebihan

Apakah kamu salah satu pengguna tisu? Memang tidak bisa dipungkiri kalau tisu menjadi benda yang
tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, ternyata penggunaan tisu secara berlebihan
dapat menjadi penyumbang meningkatnya pemanasan global. Sebab, tisu terbuat dari serat kayu yang
berasal dari pohon kemudian diolah lagi menggunakan teknologi canggih.

Apabila tisu semakin banyak digunakan, maka akan semakin banyak pula serat kayu yang diproduksi. Hal
itu juga menyebabkan semakin berkurangnya persediaan pohon di bumi. Akibatnya, persediaan oksigen
berkurang dan mengakibatkan penipisan lapisan ozon. Lebih lanjut, kualitas udara akan memburuk dan
bisa merugikan semua makhluk di bumi.

14. Gas Industri

Meskipun gas dari industri menjadi penyebab efek rumah kaca, namun tidak sedikit industri yang
mengabaikan. Gas dari industri ini bisa menyebabkan pencemaran udara lantaran asap pabriknya
berlebihan dan tidak ditampung dengan benar. Gas yang dihasilkan meliputi gas karbondioksida, karbon
monoksida, dan gas metana.

Kadar karbon yang dihasilkan oleh kegiatan industri tercatat 412 bagian per juta dalam 150 tahun
terakhir. Sementara, karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida menyebabkan peningkatan suhu
bumi selama 50 tahun terakhir. International Energy Agency juga mencatat antara tahun 2000-2016
Republik Rakyat China menjadi negara yang menyumbang emisi karbon dioksida terbesar pertama di
dunia. Sedangkan Indonesia menempati urutan ke-6 setelah Rusia dengan nilai 2,053 miliar ton.

-Cara Menanggulangi Peningkatan Efek Rumah Kaca:

1. Hemat energi listrik

Kamu bisa menggunakan listrik seperlunya saja. Dengan demikian, kamu dapat berkontribusi dalam
upaya mengurangi pemakaian batu bara yang dapat menimbulkan emisi gas karbondioksida di udara.

2. Beralih dari Pupuk Kimia ke Pupuk Organik

Guna meningkatkan hasil pertanian, kita tidak harus menggunakan pupuk kimia atau non organik.
Sebaliknya, kita bisa menggunakan pupuk organik dengan kadar optimal agar bisa menghasilkan
pertanian yang melimpah. Jika penggunaan pupuk non organik bisa berkurang, emisi gas N2O juga akan
berkurang.
3. Menggunakan Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Bahan bakar ramah lingkungan memang masih jarang ditemukan di Indonesia, misalnya panel surya dan
bahan bakar listrik. Bahan bakar itu dikatakan ramah karena tidak menghasilkan polutan yang
membahayakan lingkungan.

4. Mengolah Limbah Peternakan

Limbah menjadi salah satu di antara penyumpang gas rumah kaca, terutama limbah peternakan. Guna
mengurangi emisi karbondioksida dan metana, limbah dapat diolah menjadi biogas. Biogas tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.

5. Menggalakkan Reboisasi

Reboisasi menjadi satu di antara banyak solusi untuk mengatasi emisi gas rumah kaca di udara.
Tumbuhan hasil reboisasi itu akan menyerap karbondioksida dan uap air sebagai bahan baku
fotosintesis.

6. Batasi Penggunaan Plastik

Plastik adalah senyawa polimer yang sangat sulit terdegradasi di dalam tanah. Salah satu cara
mengurangi limbah plastik adalah dengan membakarnya. Namun, pembakaran itu akan menghasilkan
gas karbondioksida yang jumlahnya tidak sedikit. Oleh sebab itu, batasilah penggunaan plastik dengan
cara membawa botol air minum sendiri atau membawa tas kain ketika berbelanja

Source:

https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/perubahan-iklim-climate-change-32

https://www.gramedia.com/literasi/efek-rumah-kaca/

DIketik oleh Dinas lingkungan hidup dan Humam

Anda mungkin juga menyukai