Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL KARBONMONOKSIDA

DOSEN PENGANMPU:

Joko Malis Sunarno,S Si, M.Si Med

DISUSUN OLEH :
Arpin Ardiyatto (B2103006)
Nabila Fatima T (B2100313)
Revi Anggraningsih (B2100317)
Siti Sofiatun (B2103021)
Yolanda Syifa A (B2103022)

DIII KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK BANJARNEGARA
2022
KARBON MONOKSIDA
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak
berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom
oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi
antara atom karbon dan oksigen.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering
terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan
menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat
racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan
prekursor banyak senyawa karbon.
Karbon Monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan juga tidak berwarna
(wardhana, 2004). Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129oC. Gas CO
sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan.
Dikota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar Co
dalam udara relatif tinggi dibandingkan denagn daerah pedesaan. Selain itu, gas CO dapat
pula terbentuk dari proses industry (Saputra, 2009).
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas tidak berwarna, tidak berbau yang dihasilkan oleh
pembakaran tidak sempurna, material yang mengandung zat arang atau bahan organic, baik
dalam alur pengolahan hasil jadi industry, ataupun proses di alam lingkungan. Ia terdiri dari
satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini,
terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan
oksigen (Anggraeni, 2009).
Menurut Akmal (2009), karbon monoksida (CO) jika terhisap ke dalam paruparu akan ikut
peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal in
dapat terjadi karena gas CO bersifat racun. Karbon monoksida dihasilkan pada pembakaran
tidak sempurna. 4 sampai 7 persen dari gas buangan bermotor merupakan CO. Senyawa ini
sangatlah beracun karena dapat berikatan kuat dengan hemoglobin dan menghambat proses
pengangkutan oksigen ke jarring-jaring tubuh. Karbon monoksida berikatan 200 kali lebih
kuat dengan hemoglobin daripada oksigen (Soetrisno,2003).
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida CO sebagai
hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida CO2 sebagai hasil pembakaran
sempurna Srikandi Fardiaz, 1992. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau,
tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. 
Senyawa karbon monoksida CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena
mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin. Hasneni 2004
dalam skripsinya menuliskan bahwa karbon monoksida CO yang terdapat di atmosfer
terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut :
- Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.
- Reaksi antar karbonmonoksida CO dengan komponen yang mengandung karbonC pada
suhu tinggi.
- Pada suhu tinggi, Karbondioksida CO 2 dapat terurai kembali menjadi karbon monoksida
CO dan Oksigen O 2 . 
Selain itu, berbagai proses geofsika dan biogenik diketahui dapat memproduksi karbon
monoksida CO seperti aktivitas vulkanik, emisi gas alami, pancaran listrik dari kilat, serta
sumber lainnya. Tetapi kontribusi karbon monoksidake atmosfer yang berasal dari sumber
alami relatif lebih kecil dibandingkan dari sumber aktivitas manusia seperti transportasi,
pembakaran bahan bakar minyak, industri, dan sumber lainnya.
Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar karbon monoksida yang cukup tinggi di dalam
kendaraan sedan maupun bus. Kadar karbon monoksida diperkotaan cukup bervariasi
tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan
umumnya ditemukan kadar maksimum karbon monoksida yang bersamaan dengan jam-jam
sibuk pada pagi dan malam hari. 
Selain cuaca, variasi dari kadar karbon monoksida juga dipengaruhi oleh topografi dan
bangunan disekitarnya. Pemajanan karbon monoksida dari udara ambien dapat direfleksikan
dalam bentuk kadar karboksihemoglobin COHb dalam darah yang terbentuk dengan sangat
perlahan karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya keseimbangan antara kadar karbon
monoksida diudara dan karboksihemoglobin dalam darah.
Karakteristik biologik yang penting dari karbon monoksida adalah kemampuannya untuk
berikatan dengan hemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh
tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihemoglobin COHb yang 200 kali lebih
stabil dibandingkan oksihemoglobinHbO 2 . Penguraian karboksihemoglobin yang relatif
lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya
membawa oksigen keseluruh tubuh. 
Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal karena dapat menyebabkan keracunan.
Sumber kabon monoksida buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang
menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah karbon monoksida dari
sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun WHO, 1997.
Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar
bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan
minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO 1997
dinyatakan paling tidak 90 dari karbon monoksida diudara perkotaan berasal dari emisi
kendaraan bermotor.
Sifat dan Karakter Karbon Monoksida
Karbon monoksida dengan rumus kimia CO. adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa. Karbon monoksida terdiri dari satu atom karbon yang berikatan secara
kovalen dengan satu atom oksigen. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran yang
tidak sempurna dari senyawa karbon. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar.
Gambar 1. Karakteristik CO
Karbon monoksida merupakan salah satu polutan yang terdistribusi paling luas di udara.
Setiap tahun, CO dilepaskan ke udara dalam jumlah yang paling banyak diantara polutan
udara yang lain, kecuali CO 2. Di daerah dengan populasi tinggi, rasio mixing CO bisa
mencapai 1 hingga 10 ppmv. 

Karbon Monoksida di Atmosfer


Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama ada di atmosfer sebagai
hasil produk dari aktivitas gunung berapi. Kandungan CO dalam gas gunung berapi
bervariasi dari < 0.01% sampai 2%, bergantung pada gunung api tersebut. CO antropogenik
dari emisi automobile dan industry memberikan kontribusi pada efek rumah kaca dan
pemanasan global. Perubahan CO menjadi senyawa lain di atmosfer diperkirakan
berhubungan dengan terjadinya perubahan iklim, karena CO diketahui berperan penting
dalam pengendalian jumlah radikal OH di atmosfer.
Gambar 2. Siklus CO
Oksidasi karbon monoksida secara tidak langsung juga dapat berpengaruh terhadap energi
radiasi berkaitan dengan terbentuknya karbon dioksida dan ozon troposfer. Berkaitan dengan
reaksi fotokimia yang lambat, CO diketahui mempunyai peranan penting dalam siklus
pembentukan O 3 terutama dalam skala yang luas di atmosfer bebas, sedangkan VOCs
mempunyai peranan penting dalam pembentukan O3 pada skala lokal (I.Coll, 2006). CO juga
merupakan konstituen dari asap rokok.
Konsentrasi sumber
 0.1 ppm : kadar latar alami atmosfer
 0.5 – 5 ppm : rata-rata kadar latar di rumah
 5 – 15 ppm : kadar dekat kompor gas rumah
 100 – 200 ppm : daerah pusat kota Meksiko
 5000 ppm : cerobong asap rumah dari pembakaran kayu
 7000 ppm : gas knalpot mobil yang tidak diencerkan (tanpa pengubah katalitik)
 30.000 ppm : asap rokok yang tidak diencerkan

Sumber – sumber CO
Sumber gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang bereaksi
dengan udara menghasilkan gas buangan, salah satunya adalah karbon monoksida. Daerah
dengan tigkat populasi yang tinggi dengan jalur lalu lintas yang padat akan memiliki kadar
CO yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Gas CO juga berasal dari proses industri. Secara alami, gas CO terbentuk dari proses
meletusnya gunung berapi, proses biologi, dan oksidasi HC seperti metana yang berasal dari
tanah basah dan kotoran makhluk hidup.
Selain itu, scara alami CO juga diemisikan dari laut, vegetasi, dan tanah. Secara umum,
proses terbentuknya gas CO melalui proses berikut ini :
1. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara
    2 C + O2 -> 2 CO
2. Pada suhu tinggi, terjadi rekasi antara CO2 dengan C
    CO2 + C -> 2 CO
3. Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen
    CO2 -> CO + O
(Wardhana, 2004)

Gambar 3. Sumber CO di Rumah Tangga

Dampak Karbon Monoksida (CO) terhadap Manusia


Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan
akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi
karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti
halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin), (Wardhana, 2001 :
115).
Hb + O2 -> O2Hb   (Oksihemoglobin)
Hb + CO -> COHb (karboksihemoglobin)
Afinitas CO terhadap Hb = 210 x daripada afinitas O2 terhadap Hb. Reaksi ini
mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah untuk menyalurkan O2 kepada jaringan-
jaringan tubuh. Kadar COHb akan bertambah dengan meningkatnya kadar CO di atmosfir.
Gejala yang terasa dimulai dengan pusing-pusing, kurang dapat memperhatikan sekitarnya
kemudian terjadi kelainan fungsi susunan syaraf pusat, perubahan fungsi paru-paru dan
jantung, sesak napas, dan pingsan dan pada akhirnya kematian pada 750 ppm (Slamet, 1994 :
58).
Pangaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama untuk
manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi
tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida. Keracunan gas CO dapat ditandai dari
keadaan yang ringan, berupa pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat
berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular,
serangan jantung sampai pada kematian. Pertolongan bagi orang yang keracunan gas karbon
monoksida pada tingkat yang relative masih ringan dapat dilakukan dengan membawa korban
ke tempat yang berudara terbuka (segar) dan memberikan kesempatan kepada korban untuk
bernafas dalam-dalam. Masuknya udara segar (oksigen) ke dalam tubuh korban akan
mengubah karboksihemoglobin menjadi oksihemoglobin berdasarkan reaksi keseimbangan
berikut ini :
COHb  +  O2 -> O2Hb  +  CO
Walaupun dikatakan bahwa reaksi tersebut di atas adalah reaksi keseimbangan, namun
apabila udara yang masuk ke dalam tubuh cukup banyak maka akhirnya reaksi akan bergeser
terus di kanan sampai semua karboksihemoglobin habis menjadi oksihemoglobin yang
memang diperlukan oleh tubuh manusia.
Konsentrasi gas karbon monoksida (CO) di udara secara langsung akan mempengaruhi
konsentrasi karboksihemglobin (COHb). Dalam keadaan normal sebenarnya darah sudah
mengandung COHb sebanyak 0,5 %, berasal dari proses metabolisme di dalam tubuh.  Dapat
dilihat pengaruh gas CO di udara dengan konsentrasi COHb darah terhadap pengaruhnya
kepada tubuh. 

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi CO di Udara Terhadap Kesehatan Manusia


Dampak Karbon Monoksida (CO) terhadap Ekosistem dan Lingkungan
Di udara, CO terdapat dalam jumlah yang sedikit, hanya sekitar 0.1 ppm. Di perkotaan
dengan lalu lintas yang padat, konsentrasi gas CO antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama
diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan
gangguan pada ekosistem dan lingkungan.
Dampak Karbon Monoksida (CO) terhadap Hewan
Pada hewan, dampak dari kadar CO yang berlebihan hamper menyerupai dampak yang
terjadi pada manusia, yaitu dapat menyebabkan kematian. 
Dampak Karbon Monoksida (CO) terhadap Tanaman
Pengaruh CO terhadap tanaman sebesar 100 ppm tidak memberikan pengaruh yang nyata
pada tanaman tingkat tinggi. Pada paparan CO sebesar 2000 ppm selama 35 jam dapat
menghambat kemampuan bakteri untuk memfiksasi nitrogen. 
Dampak Karbon Monoksida (CO) terhadap Material
Pada material, dampak pencemaran udara oleh CO adalah menghitamnya benda-benda pada
daerah yang telah tercemar oleh CO. 
Baku Mutu Udara Ambien Gas CO
Dalam PP RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara baku mutu udara
ambien didefenisikan sebagai ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang
ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsure pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam udara ambien. Baku mutu udara ambien untuk gas CO adalah 30000 μg/Nm3.
Pencegahan 
a.   Sumber Bergerak

 Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.


 Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
 Memasang filter pada knalpot.
b.  Sumber Tidak Bergerak

 Memasang scruber pada cerobong asap.


 Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
 Menggunakan bahan bakr minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.
c.  Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambient telah melebihi baku mutu (10.000 ug/Nm3 udara
dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam), maka untuk mencegah dampak kesehatan
dilakukan upaya-upaya :
 Menggunakan alat pelindung (APD) seperti masker gas.
 Menutup/ menghindari tempat-tempat yang di duga mengandung CO seperti sumur
tua, goa, dan lain-lain.

Penanggulangan 
a. Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti menggunakan exhaust-fan
b. Bila terjadi korban keracunan, maka lakukan:
c. Berikan pengobatan atau pernafasan buatan
Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_monoksida

[2] http://www.dirgantara-lapan.or.id/jizonpolud/htm/co.htm

[3] http://www.epa.gov/iaq/co.html

[4] http://books.google.co.id/books?id=Ww3DnCF_KZcC&pg=PA90&lpg=PA90&dq=
%22carbon+monoxide%22+ppm+concentration+traffic+%22mexico+city
%22&source=web&ots=SzIyYgUxWh&sig=ZM4p8whF1mtj1kE3XSx1YUx70zw&redir_es
c=y#v=onepage&q=%22carbon%20monoxide%22%20ppm%20concentration%20traffic
%20%22mexico%20city%22&f=false

[5] http://www2.gi.alaska.edu/ScienceForum/ASF5/588.html

[6] http://mix-maxy.blogspot.com/2011/08/tentang-karbon-monoksida.html

[7] http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF

[8] http://www.eoearth.org/files/188601_188700/188626/CarbonMonoxideProps.png

[9] http://www.coheadquarters.com/FigCO03.gif

[10] http://1.bp.blogspot.com/k2xIOiP3gAU/TwWIuK9uZXI/AAAAAAAAIas/
16oRsLFPohs/s1600/carbon-monoxide-detector.gif

[11] http://www.theaa.com/resources/images/article-detail/insurance/carbon-monoxide-gas-
safety.gif

[12] http://docs.engineeringtoolbox.com/documents/893/carbon-monoxide-dangerous-
concentratrion.png

[13] http://akmal-vhatal.blogspot.com/2009/12/dampak-co-terhadap-lingkungan.html

[14] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-shomyalina-6555-3-babii.pdf

[15] http://sacenplastique.blogspot.com/2011/02/co-karbon-monoksida.html

Anda mungkin juga menyukai