Anda di halaman 1dari 10

Karbon Monoksida

Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak
berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen.
Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom
karbon dan oksigen.Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa
karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila
terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran.Walaupun ia bersifat racun, CO
memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak
senyawa karbon.

1. Proses produksi gas CO.

Karbon monoksida merupakan senyawa yang sangat penting, sehingga banyak


metode yang telah dikembangkan untuk produksinya.

Gas produser dibentuk dari pembakaran karbon di oksigen pada temperatur tinggi ketika
terdapat karbon yang berlebih. Dalam sebuah oven, udara dialirkan melalui kokas. CO2
yang pertama kali dihasilkan akan mengalami kesetimbangan dengan karbon panas,
menghasilkan CO. Reaksi O2 dengan karbon membentuk CO disebut sebagai
kesetimbangan Boudouard. Di atas 800 °C, CO adalah produk yang predominan:

O2 + 2 C → 2 CO

ΔH = -221 kJ/mol

Kerugian dari metode ini adalah apabila dilakukan dengan udara, ia akan menyisakan
campuran yang terdiri dari nitrogen.

Gas sintetik atau gas air diproduksi via reaksi endotermik uap air dan karbon:

H2O + C → H2 + CO
ΔH = 131 kJ/mol

CO juga merupakan hasil sampingan dari reduksi bijih logam oksida dengan karbon:
MO + C → M + CO
ΔH = 131 kJ/mol

Oleh karena CO adalah gas, proses reduksi dapat dipercepat dengan memanaskannya.
Diagram Ellingham menunjukkan bahwa pembentukan CO lebih difavoritkan daripada
CO2 pada temperatur tinggi.

CO adalah anhidrida dari asam format. Oleh karena itu, adalah praktis untuk
menghasilkan CO dari dehidrasi asam format. Produksi CO dalam skala laboratorium
lainnya adalah dengan pemanasan campuran bubuk seng dan kalsium karbonat.

Zn + CaCO3 → ZnO + CaO + CO

Metode laboratorium lainnya adalah dengan mereaksikan sukrosa dengan natrium


hidroksida dalam sistem tertutup.

2. Peran CO di industry

Karbon monoksida adalah gas industri utama yang memiliki banyak kegunaan
dalam produksi bahan kimia pukal (bulk chemical). Sejumlah aldehida dengan hasil
volume yang tinggi dapat diproduksi dengan reaksi hidroformilasi dari alkena, CO, dan
H2.Metanol diproduksi dari hidrogenasi CO. Pada reaksi yang berkaitan, hidrogenasi CO
diikuti dengan pembentukan ikatan C-C, seperti yang terjadi pada proses Fischer-
Tropsch, CO dihirogenasi menjadi bahan bakar hidrokarbon cair. Teknologi ini
mengijinkan batu bara dikonversikan menjadi bensin.Pada proses Monsanto, karbon
monoksida bereaksi dengan metanol dengan keberadaan katalis rodium homogen dan HI,
menghasilkan asam asetat. Proses ini digunakan secara meluas dalam produski asam
asetat berskala industri.Karbon monoksida merupakan komponen dasar dari syngas yang
sering digunakan untuk tenaga industri. Karbon monoksida juga digunakan pada proses
pemurnian nikel.

3. Karbon Monoksida di Atmosfer

Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama ada di


atmosfer sebagai hasil produk dari aktivitas gunung berapi. Ia larut dalam lahar gunung
berapi pada tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon monoksida
dalam gas gunung berapi bervariasi dari kurang dari 0,01% sampai sebanyak 2%
bergantung pada gunung berapi tersebut. Oleh karena sumber alami karbon monoksida
bervariasi dari tahun ke tahun, sangatlah sulit untuk secara akurat menghitung emisi
alami gas tersebut.

Karbon monoksida memiliki efek radiative forcing secara tidak langsung dengan
menaikkan konsentrasi metana dan ozon troposfer melalui reaksi kimia dengan
konstituen atmosfer lainnya (misalnya radikal hidroksil OH-) yang sebenarnya akan
melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di atmosfer, karbon monoksida
pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon dioksida. Konsentrasi karbon monoksida
memiliki jangka waktu pendek di atmosfer.

CO antropogenik dari emisi automobil dan industri memberikan kontribusi pada


efek rumah kaca dan pemanasan global. Di daerah perkotaan, karbon monoksida,
bersama dengan aldehida, bereaksi secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi.
Radikal peroksi bereaksi dengan nitrogen oksida dan meningkatkan rasio NO2 terhadap
NO, sehingga mengurangi jumlah NO yang tersedia untuk bereaksi dengan ozon. Karbon
monoksida juga merupakan konstituen dari asap rokok.

4. Peran Karbon Monoksida dalam fisiologi dan makanan.

Karbon monoksida digunakan dalam sistem kemasan Amerika Serikat, utamanya


digunakan dalam produk-produk daging segar seperti daging kerbau dan babi. CO
berkombinasi dengan mioglobin membentuk karboksimioglobin, sebuah pigmen cerah
yang berwarna merah ceri. Karboksimioglobin lebih stabil dari bentuk mioglobin yang
dioksigenasikan, yakni oksimioglobin, yang dapat dioksidasi menjadi pigmen coklat,
metmioglobin. Warna merah yang stabil ini dapat bertahan lebih lama, sehingga
memberikan kesan kesegaran.Kadar CO yang digunakan berkisar antara 0,4% sampai
dengan 0,5%.

Teknologi ini pertama kali diberikan status "Generally recognized as safe" (secara
umum dikenal aman) oleh FDA pada tahun 2002 untuk penggunaan sistem kemasan
sekunder. Pada tahun 2004, FDA mengijinkan penggunaan CO sebagai metode kemasan
primer, menyatakan bahwa CO tidak menutupi bau busuk.Walaupun begitu, teknologi ini
masih kontroversial di Amerika Serikat oleh karena kekhawatiran CO akan menutupi bau
busuk makanan.

Karbon monoksida diproduksi secara alami sebagai pemecahan dari heme, sebuah
substrat untuk enzim heme oksigenase. Reaksi enzimatis ini memecahkan heme menjadi
CO, biliverdin, dan Fe3+. CO yang diproduksi secara edogen kemungkinan memiliki
peran fisiologis yang penting dalam tubuh (misalnya sebagai neurotransmiter atau
pelemas pembuluh darah). Selain itu, CO meregulasi reaksi peradangan yang dapat
mencegah berkembangnya beberapa penyakit seperti aterosklerosis atau malaria berat.

CO adalah nutrien bagi bakteri metanogen,sebuah blok pembangun untuk asetil


koenzim A. Pada bakteri, CO diproduksi via reduksi karbon dioksida dengan enzom
karbon monoksida dehirogenase, sebuah protein yang mengandung Fe-Ni-S.

Dikenal juga sebuah protein sensor-CO yang berdasarkan heme, CooA.Cakupan


peranan biologis zat ini masih tidak jelas, namun tampaknya ia merupakan bagian dari
lintasan signal pada bakteri dan arkea.

CO juga baru-baru ini dikaji di beberapa laboratorium riset di seluruh dunia atas
sifatnya yang anti-peradangan dan sitoprotektif yang dapat digunakan untuk terapi
pencegahan kondisi patologis seperti cedera reperfusi iskemia, penolakan trasplan,
aterosklerosis, spesi, malaria berat, atau autoimunitas. Sampai sekarang ini tidak ada
aplikasi medis CO kepada manusia.

5. Keracunan Karbon Monoksida

Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak mengiritasi, mudah terbakar dan sangat beracuin. Gas Karbon monoksida
merupakan bahan yang umum ditemui di industri. Gas ini merupakan hasil pembakaran
tidak sempurna dari kendaraan bermotor, alat pemanas, peralatan yang menggunakan
bahan api berasaskan karbon dan nyala api (seperti tungku kayu), asap dari kereta api,
pembakaran gas, asap tembakau. Namun sumber yang paling umum berupa residu
pembakaran mesin. Banyak pembakaran yang menggunakan bahan bakar seperti alat
pemanas dengan menggunakan minyak tanah, gas, kayu dan arang yaitu kompor,
pemanas air, alat pembuangan hasil pembakaran dan lain-lain yang dapat menghasilkan
karbon monoksida. Pembuangan asap mobil mengandung 9% karbon monoksida. Pada
daerah yang macet tingkat bahayanya cukup tinggi terhadap kasus keracunan. Asap rokok
juga mengandung gas CO, pada orang dewasa yang tidak merokok biasanya terbentuk
karboksi haemoglobin tidak lebih dari 1 % tetapi pada perokok berat biasanya lebih
tinggi yaitu 5 – 10 %. Pada wanita hamil yang merokok, kemungkinan dapat
membahayakan janinnya. Karbon monoksida tidak mengiritasi tetapi sangat berbahaya
(beracun) maka gas CO dijuluki sebagai “silent killer” (pembunuh diam-diam).
Keberadaan gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia karena gas itu akan
menggantikan posisi oksigen yang berkaitan dengan haemoglobin dalam darah.

Gas CO akan mengalir ke dalam jantung, otak, serta organ vital. Ikatan antara CO
dan heamoglobin membentuk karboksihaemoglobin yang jauh lebih kuat 200 kali
dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan haemoglobin. Akibatnya sangat fatal.
Pertama, oksigen akan kalah bersaing dengan CO saat berikatan dengan molekul
haemoglobin. Ini berarti kadar oksigen dalam darah akan berkurang. Padahal seperti
diketahui oksigen sangat diperlukan oleh sel-sel dan jaringan tubuh untuk melakukan
fungsi metabolisme. Kedua, gas CO akan menghambat komplek oksidasi sitokrom. Hal
ini menyebabkan respirasi intraseluler menjadi kurang efektif. Terakhir, CO dapat
berikatan secara langsung dengan sel otot jantung dan tulang. Efek paling serius adalah
terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel tersebut, juga menyebabkan gangguan
pada sistem saraf.

Bahaya utama terhadap kesehatan adalah mengakibatkan gangguan pada darah,


Batas pemaparan karbon monoksida yang diperbolehkan oleh OSHA (Occupational
Safety and Health Administration) adalah 35 ppm untuk waktu 8 jam/hari kerja,
sedangkan yang diperbolehkan oleh ACGIH TLV-TWV adalah 25 ppm untuk waktu 8
jam. Kadar yang dianggap langsung berbahaya terhadap kehidupan atau kesehatan adalah
1500 ppm (0,15%). Paparan dari 1000 ppm (0,1%) selama beberapa menit dapat
menyebabkan 50% kejenuhan dari karboksi hemoglobin dan dapat berakibat fatal.

Keracunan gas karbon monoksida gejala didahului dengan sakit kepala, mual,
muntah, rasa lelah, berkeringat banyak, pyrexia, pernafasan meningkat, confusion,
gangguan penglihatan, kebingungan, hipotensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan sakit
dada mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita nyeri dada. Kematian
kemungkinan disebabkan karena sukar bernafas dan edema paru. Kematian akibat
keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat seluler
(seluler hypoxia). Sel darah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain.
Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah
mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari pada oksigen
(O2). Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung berikatan
dengan CO.

Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan dengan Haemoglobin (Hb) dalam
darah membentuk Karboksihaemoglobin sehingga oksigen tidak dapat terbawa. Ini
disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini
juga dapat mengganggu aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ
yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling serius
adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung, juga menyebabkan
gangguan pada sistem saraf. Gejala-gejala klinis dari saturasi darah oleh karbon
monoksida dapat dilihat pada tabel 1.

Table 1

Konsentrasi CO dalam darah Gejala-gejala

Kurang dari 20% Tidak ada gejala

20% Nafas menjadi sesak


30% Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan sedikit
meningkat

30% – 40% Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat,


lemah, hilang daya koordinasi gerakan

40% - 50% Kebingungan makin meningkat, setengah sadar

60% - 70% Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol faeces dan


urin

70% - 89% Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena


kegagalan pernafasan

6. Pertolongan pertama keracunan

Bila terjadi keracunan gas karbon monoksida, maka untuk pertolongan pertama
adalah segera bawa korban ke tempat yang jauh dari sumber karbon monoksida,
longgarkan pakaian korban supaya mudah bernafas. Pastikan korban masih bernafas dan
segera berikan oksigen murni. Korban harus istirahat dan usahakan tenang.
Meningkatnya gerakan otot menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen, sehingga
persediaan oksigen untuk otak dapat berkurang. Segera bawa ke rumah sakit terdekat.

Siapa yang beresiko keracunan karbon monoksida

1. Kasus kematian akibat kebakaran gedung atau bangunan disebabkan karena


keracunan CO, oleh karena itu petugas pemadam kebakaran merupakan yang
beresiko tinggi mendapat keracunan CO.
2. Pengecat yang menggunakan cat yang mengandung metilin klorida, asapnya mudah
diserap melalui paru-paru dan mudah masuk ke peredaran darah, metilin klorida
ditukar ke karbon monokisida di hati.
3. Perokok adalah salah satu kelompok yang beresiko keracunan CO karena asap
tembakau merupakan salah satu sumber CO.
4. Bayi, anak-anak dan mereka yang mengalami masalah kardiovaskuler lebih mudah
beresiko keracunan karbon monoksida, walaupun pada kepekatan yang rendah.

Tip - tip mencegah keracunan karbon monoksida

1. Periksa semua saluran rumah yang bukaanya menghadap ke luar rumah (pemanas air
dsb) setiap tahun untuk memastikan saluran pengeluaran tidak tersumbat.
2. Periksa sistem AC mobil saudara untuk memeriksa kebocoran yang mungkin terjadi.
3. Periksa pemanas air, pastikan bukaanya sempurna dan saluran tidak bocor.
4. Jangan nyalakan mobil di dalam garasi yang tertutup rapat

Sumber

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_monoksida#cite_note-0
2. http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunKarMon.pdf
Tugas II

Pencemaran Udara

CARBON MONOXIDE

Oleh

HAMAM SUHAILY (2107100135)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai