Anda di halaman 1dari 12

PENCEMARAN PRIMER

Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber
pencemaran udara. Pencemaran ini dapat dipancarkan dengan cara alami atau karena
perbuatan manusia. Gas dan debu yang dikeluarkan dari reaksi vulkanik adalah polutan
primer yang dipancarkan dengan cara alami. Gas karbon dioksida yang dipancarkan dari
kendaraan adalah polutan primer akibat aktivitas manusia. Ada berbagai polutan utama yang
berbahaya :

1. Karbon monoksida
Karbon monoksida adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa.
Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu
atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen
koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Karbon monoksida dihasilkan dari  pembakaran tak sempurna dari
senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida
terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon
monoksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, karbon
monoksida bersifat racun.
a. Struktur karbon monoksida
Molekul CO memiliki panjang ikat 0,1128 nm. Perbedaan muatan
formal dan elektronegativitas saling meniadakan, sehingga terdapat momen dipol
yang kecil dengan kutub negatif di atom karbon walaupun oksigen memiliki
elektronegativitas yang lebih besar. Alasannya adalah orbital molekul yang
terpenuhi paling tinggi memiliki energi yang lebih dekat dengan orbital p karbon,
yang berarti bahwa terdapat rapatan elektron yang lebih besar dekat karbon. Selain
itu, elektronegativitas karbon yang lebih rendah menghasilkan awan elektron yang
lebih baur, sehingga menambah momen dipol. Ini juga merupakan alasan
mengapa kebanyakan reaksi kimia yang melibatkan karbon monoksida terjadi
pada atom karbon, dan bukannya pada atom oksigen.
Panjang ikatan molekul karbon monoksida sesuai dengan ikatan rangkap tiga
parsialnya. Molekul ini memiliki momen dipol ikatan yang kecil dan dapat
diwakili dengan tiga struktur resonansi:
Resonans paling kiri adalah bentuk yang paling penting. [2] Hal ini diilustrasikan
dengan reaktivitas karbon monoksida yang bereaksi dengan karbokation.
Dinitrogen bersifat isoelektronik terhadap karbon monoksida. Hal ini berarti
bahwa molekul-molekul ini memiliki jumlah elektron dan ikatan yang mirip satu
sama lainnya. Sifat-sifat fisika antara N2 dan CO sangat mirip, walaupun CO lebih
reaktif.
b. Penggunaan industri
Karbon monoksida adalah gas industri utama yang memiliki banyak kegunaan
dalam produksi bahan kimia pukal (bulk chemical). Sejumlah aldehida dengan
hasil volume yang tinggi dapat diproduksi dengan
reaksi hidroformilasi dari alkena, CO, dan H2. Metanol diproduksi
dari hidrogenasi CO. Pada reaksi yang berkaitan, hidrogenasi CO diikuti dengan
pembentukan ikatan C-C, seperti yang terjadi pada proses Fischer-Tropsch, CO
dihirogenasi menjadi bahan bakar hidrokarbon cair. Teknologi ini
mengijinkan batu bara dikonversikan menjadi bensin.
Pada proses Monsanto, karbon monoksida bereaksi dengan metanol dengan
keberadaan katalis rodium homogen dan HI, menghasilkan asam asetat. Proses ini
digunakan secara meluas dalam produski asam asetat berskala industri.
Karbon monoksida merupakan komponen dasar dari syngas yang sering
digunakan untuk tenaga industri. Karbon monoksida juga digunakan pada proses
pemurnian nikel.
c. CO di atmosfer
Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama ada di
atmosfer sebagai hasil produk dari aktivitas gunung berapi. Ia larut dalam lahar
gunung berapi pada tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan
karbon monoksida dalam gas gunung berapi bervariasi dari kurang dari 0,01%
sampai sebanyak 2% bergantung pada gunung berapi tersebut. Oleh karena
sumber alami karbon monoksida bervariasi dari tahun ke tahun, sangatlah sulit
untuk secara akurat menghitung emisi alami gas tersebut.
Karbon monoksida memiliki efek radiative forcing secara tidak langsung dengan
menaikkan konsentrasi metana dan ozon troposfer melalui reaksi kimia dengan
konstituen atmosfer lainnya (misalnya radikal hidroksil OH-) yang sebenarnya
akan melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di atmosfer, karbon
monoksida pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon dioksida. Konsentrasi
karbon monoksida memiliki jangka waktu pendek di atmosfer.
CO antropogenik dari emisi automobil dan industri memberikan kontribusi
pada efek rumah kaca dan pemanasan global. Perubahan CO menjadi senyawa
lain di atmosfer diperkirakan berhubungan dengan terjadinya perubahan iklim,
karena CO diketahui berperan penting dalam pengendalian jumlah radikal OH di
atmosfer. Oksidasi karbon monoksida secara tidak langsung juga dapat
berpengaruh terhadap energi radiasi berkaitan dengan terbentuknya karbon
dioksida dan ozon troposfer. Berkaitan dengan reaksi fotokimia yang lambat, CO
diketahui mempunyai peranan penting dalam siklus pembentukan O 3 terutama
dalam skala yang luas di atmosfer bebas, sedangkan VOCs mempunyai peranan
penting dalam pembentukan O3 pada skala lokal (I.Coll, 2006).
Di daerah perkotaan, karbon monoksida, bersama dengan aldehida, bereaksi
secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi. Radikal peroksi bereaksi
dengan nitrogen oksida dan meningkatkan rasio NO2 terhadap NO, sehingga
mengurangi jumlah NO yang tersedia untuk bereaksi dengan ozon. Karbon
monoksida juga merupakan konstituen dari asap rokok.
d. Dampak gas karbon monoksida
dampak Terhadap Kesehatan

Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut


peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh
tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi
secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi
dengan darah (hemoglobin).

Hb +O2->O2Hb   (Oksihemoglobin)
Hb + CO -> COHb (karboksihemoglobin)
Afinitas CO terhadap Hb = 210 x daripada afinitas O2 terhadap Hb. Reaksi
ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah untuk menyalurkan O2 kepada
jaringan-jaringan tubuh. Kadar COHb akan bertambah dengan meningkatnya
kadar CO di atmosfir. Gejala yang terasa dimulai dengan pusing-pusing, kurang
dapat memperhatikan sekitarnya kemudian terjadi kelainan fungsi susunan syaraf
pusat, perubahan fungsi paru-paru dan jantung, sesak napas, dan pingsan dan pada
akhirnya kematian pada 750 ppm.
Selain menyebabkan O2 tidak terikat oleh haemoglobin, CO juga
memberi beberapa dampak buruk bagi kesehatan manusia. CO kadar tinggi
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskuler, serta
menyebabkan perubahan tekanan darah, dan meningkatkan resiko gagal jantung. 

Dampak Terhadap Ekosistem dan Lingkungan


Di udara, karbon monoksida (CO) terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di perkotaan dengan lalu lintas yang padat
konsentrasi gas CO antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO
dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan pada
ekosistem dan lingkungan kita.
Dampak Terhadap Hewan
Pada hewan, dampak dari kadar karbon monoksida yang berlebihan hamper
menyerupai dampak yang terjadi pada manusia, dapat menyebabkan kematian.
Dampak Terhadap Tumbuhan
Bagi Tumbuhan, kadar CO 100ppm pengaruhnya hamper tidak ada khususnya
tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200ppm dengan waktu kontak 24 jam dapat
mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang
terdapat pada akar tumbuhan. 

 Dampak Terhadap Material


Pada material, dampak pencemaran udara oleh karbon monoksida adalah
menghitamnya benda-benda pada daerah yang telah tercemar oleh karbon
monoksida.
e. Sumber-sumber karbon monoksida
Sumber gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
yang bereaksi dengan udara menghasilkan gas buangan, salah satunya adalah
karbon monoksida. Daerah dengan tigkat populasi yang tinggi dengan jalur lalu
lintas yang padat akan memiliki kadar CO yang lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah pedesaan.
Gas CO juga berasal dari proses industri. Secara alami, gas CO terbentuk dari
proses meletusnya gunung berapi, proses biologi, dan oksidasi HC seperti metana
yang berasal dari tanah basah dan kotoran makhluk hidup. Selain itu, scara alami
CO juga diemisikan dari laut, vegetasi, dan tanah. Secara umum, proses
terbentuknya gas CO melalui proses berikut ini :
1. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara
    2 C + O2 -> 2 CO
2. Pada suhu tinggi, terjadi rekasi antara CO2 dengan C
    CO2 + C -> 2 CO
3. Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen
    CO2 -> CO + O
2. Co2
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis
senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan
sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar
dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi
kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung
pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena
ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
a. Sifat karbon dioksida
Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, dan
tidak mudah terbakar yang dihasilkan pada respirasi, dan dilepaskan oleh jaringan
ke darah yang kemudian dihembuskan oleh paru-paru dalam pertukaran dengan
oksigen.

Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m³,
kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O)
mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol.
Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu
pembakaran logam seperti magnesium.

Pada suhu −78,51° C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi padat


melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut sebagai "es
kering". Es kering biasanya digunakan sebagai zat pendingin yang relatif murah.
Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis adalah karbon dioksida langsung
menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es
kering adalah untuk pembersihan sembur.

Cairan kabon dioksida terbentuk hanya pada tekanan di atas 5,1 atm; titik
tripel karbon dioksida kira-kira 518 kPa pada −56,6 °C Titik kritis karbon
dioksida adalah 7,38 MPa pada 31,1 °C.

Terdapat pula bentuk amorf karbon dioksida yang seperti kaca, namun ia
tidak terbentuk pada tekanan atmosfer. Bentuk kaca ini, disebut sebagai karbonia,
dihasilkan dari pelewatbekuan CO2 yang terlebih dahulu dipanaskan pada tekanan
ekstrem (40-48 GPa atau kira-kira 400.000 atm) di landasan intan. Kaca karbonia
tidak stabil pada tekanan normal dan akan kembali menjadi gas ketika tekanannya
dilepas.

b.   Sumber Pencemaran Karbon Dioksida


Karbon dioksida secara garis besar dihasilkan dari enam proses:

1. Sebagai hasil samping dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana


metana dikonversikan menjadi CO2.
2. Dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil;
3. Sebagai hasil samping dari fermentasi gula pada proses peragian bir, wiski,
dan minuman beralkohol lainnya;
4. Dari proses penguraian termal batu kapur, CaCO3;
5. Sebagai produk samping dari pembuatan natrium fosfat;
6. Secara langsung di ambil dari mata air yang karbon dioksidanya dihasilkan
dari pengasaman air pada batu kapur atau dolomit.
c. Proses Pencemaran Karbon Dioksida
Karbon dioksida bisa kita dapatkan dengan distilasi udara. Namun cara ini
hanya menghasilkan CO2 yang sedikit. Berbagai jenis reaksi kimia dapat
menghasilkan karbon dioksida, seperti reaksi antara asam sulfat dengan kalsium
karbonat :
H2SO4 + CaCO3 → CaSO4 + H2CO3
H2CO3 terurai menjadi air dan CO2. Reaksi ini diikuti dengan pembusaan
atau penggelembungan. Pembakaran dari semua bahan bakar yang mengandung
karbon, seperti metana (gas alam), distilat minyak bumi (bensin, diesel, minyak
tanah, propana), arang dan kayu akan menghasilkan karbon dioksida. Sebagai
contohnya reaksi antara metana dan oksigen:

CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O

Besi direduksi dari oksida besi dengan kokas pada tungku sembur, menghasilkan
pig iron dan karbon dioksida:
Fe2O3 + 3 C → 4 Fe + 3 CO2
Khamir mencerna gula dan menghasilkan karbon dioksida beserta etanol pada
proses pembuatan anggur, bir, dan spiritus lainnya:
C6H12O6 → 2 CO2 + 2 C2H5OH
Semua organisme aerob menghasilkan CO2 dalam proses pembakaran karbohidrat,
asam lemak, dan protein pada mitokondria di dalam sel.

Produksi dalam skala industri

Karbon dioksida secara garis besar dihasilkan dari enam proses:

1. Sebagai hasil samping dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana metana
dikonversikan menjadi CO2.
2. Dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil;
3. Sebagai hasil samping dari fermentasi gula pada proses peragian bir, wiski, dan
minuman beralkohol lainnya;
4. Dari proses penguraian termal batu kapur, CaCO3;
5. Sebagai produk samping dari pembuatan natrium fosfat;
6. Secara langsung di ambil dari mata air yang karbon dioksidanya dihasilkan dari
pengasaman air pada batu kapur atau dolomit.

d. Karbon dioksida di atmosfer


Di atomosfer bumi
Karbon dioksida di atmosfer bumi dianggap sebagai gas kelumit dengan konsentrasi sekitar
385 ppm berdasarkan volume dan 582 ppm berdasarkan massa. Massa atmosfer bumi adalah
5,14×1018 kg [9], sehingga massa total karbon dioksida atmosfer adalah 3,0×1015 kg (3.000
gigaton). Konsentrasi karbon dioksida bervariasi secara musiman (lihat grafik di samping).
Di wilayah perkotaan, konsentrasi karbon dioksida secara umum lebih tinggi, sedangkan di
ruangan tertutup, ia dapat mencapai 10 kali lebih besar dari konsentrasi di atmosfer terbuka.

Karbon dioksida adalah gas rumah kaca.

Peningkatan tahunan CO2 atmosfer: Rata-rata peningkatan tahunan pada tahun 1960-an
adalah 37% dari rata-rata peningkatan tahunan tahun 2000-2007.[10]

Oleh karena aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan,
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer telah meningkat sekitar 35% sejak dimulainya
revolusi industri. Pada tahun 1999, 2.244.804.000 ton CO2 dihasilkan di Amerika Serikat dari
pembangkitan energi listrik. Laju pengeluaran ini setara dengan 0,6083 kg per kWh.

Lima ratus juta tahun yang lalu, keberadaan karbon dioksida 20 kali lipat lebih besar dari
yang sekarang dan menurun 4-5 kali lipat semasa periode Jura dan secara lambat menurun
sampai dengan revolusi industri

Sampai dengan 40% dari gas yang dimuntahkan oleh gunung berapi semasa ledakan subaerial
adalah karbon dioksida. [15]
Menurut perkiraan paling canggih, gunung berapi melepaskan
sekitar 130-230 juta ton CO2 ke atmosfer setiap tahun. Karbon dioksida juga dihasilkan oleh
mata air panas, seperti yang terdapat di situs Bossoleto dekat Terme Rapolano di Toscana,
Italia. Di sini, di depresi yang berbentuk mangkuk dengan diameter kira-kira 100 m,
konsentrasi CO2 setempat meningkat sampai dengan lebih dari 75% dalam semalam, cukup
untuk membunuh serangga-serangga dan hewan yang kecil, namun menghangat dengan cepat
ketika cahaya matahari memancar dan berbaur secara konveksi semasa pagi hari. [16]
Konsentrasi setempat CO2 yang tinggi yang dihasilkan oleh gangguan air danau dalam yang
jenuh dengan CO2 diduga merupakan akibat dari terjadinya 37 kematian di Danau Moboun,
Kamerun pada 1984 dan 1700 kematian di Danau Nyos, Kamerun.[17] Namun, emisi CO2
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia sekarang adalah 130 kali lipat lebih besar dari
kuantitas yang dikeluarkan gunung berapi, yaitu sekitar 27 miliar ton setiap tahun.[

e. Reaksi kimi pembentukan karbon dioksida


1. Reaksi Pembakaran

Merupakan reaksi antara suatu zat dengan oksigen menghasilkan zat yang
jenisnya baru dan panas. Reaksi pembakaran juga dapat menimbulkan api, ledakan,
atau hanya menimbulkan pendar. Pembakaran bahan bakar pada umumnya
menghasilkan gas karbon dioksida, uap air dan sejumlah energi. Contoh misalnya
pembakaran bahan bakar di mesin kendaraan bermotor.Pentana dibakar menghasilkan
gas karbon dioksida dan uap air

Pentana
C₅H₁₂ + 8 O₂ ⇒ 5 CO₂ + 6 H₂O

2. Reaksi Kombinasi

Reaksi kombinasi sering disebut juga dengan reaksi reduksi-oksidasi atau reaksi
redoks yang merupakan unsur bebas. Dalam reaksi oksidasi dapat dijumpai ketika
dua atau lebih reaktan menjadi zat baru.Contoh reaksi penggabungan misalnya pada
reaksi antara besi dengan belerang (sulfur) yang menghasilkan senyawa besi sulfida
dan seng dengan belerang dipanaskan menjadi seng sulfida. Reaksi Oksidasi juga
berlangsung pada proses respirasi yaitu proses oksidasi glukosa dalam tubuh
makhluk hidup.

3. Reaksi Reduksi 

 terjadi ketika suatu zat kehilangan oksigen. Reaksi ini biasanya digunakan untuk
mengekstrak logam dari bijihnya.

C. Reaksi Penguraian

Dalam reaksi penguraian yang terjadi adalah kebalikan dari reaksi penggabungan. Dimana
suatu zat terurai menjadi dua atau lebih zat baru.

Contoh reaksi penguraian misalnya pada proses elektrolisis air menjadi gas hidrogen dan gas
oksigen dengan menggunakan listrik, reaksinya sebagai berikut:

D. Reaksi Penggantian
Reaksi penggantian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

reaksi penggantian tunggal

dan

 reaksi penggantian rangkap

1.

Reaksi penggantian tunggal terjadi apabila sebuah unsur menggantikan kedudukan unsur lain
dalam suatu reaksi kimia, contoh

Misalnya pada reaksi antara kawat tembaga yang dicelupkan ke dalam larutan perak nitrat.
Karena tembaga lebih aktif dari pada perak, maka tembaga mengganti kedudukan perak
membentuk larutan tembaga (II) nitrat yang berwarna biru. 2.

Reaksi penggantian rangkap dapat terjadi pada penggantian ion antar atom atau senyawa
misalnya pada proses reaksi antara asam klorida (HCl) dengan natrium hidroksida (NaOH)
akan menghasilkan garam dapur (NaCl) dan air (H

O).

E. Reaksi Metatesis

, terdiri dari:

reaksi

pengendapan

; suatu proses reaksi yang membentuk endapan, seperti pada reaksi antara timbal (II) nitrat
dan kalium iodida menghasilkan endapan berwarna kuning timbal (II) iodida dan larutan
kalium nitrat

 

reaksi

netralisasi

; adalah merupakan reaksi antara asam dan basa yang menghasilkan garam dan air

reaksi

pembentukan gas

; adalah reaksi kimia yang pada produknya dihasilkan gas misalnya :

pada proses fermentasi yang melibatkan mikroorganisme, yaitu ragi. Pada pembuatan roti,
ragi yang ditambahkan pada adonan akan menyebabkan adonan roti mengembang. Karena
terbentuknya gas karbon dioksida ketika soda kue (NaHCO

) ditambahkan ke adonan dan proses pemanggangan mengakibatkan sel ragi mati, maka
proses fermentasi berhenti.

logam besi dapat bereaksi cepat dengan asam klorida (HCl) membentuk besi (II) klorida
(FeCl

) dan gas hidrogen (H

)
 

 Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida


(CO atau CO2) karena ia merupakan hasil dari pembakaran
 Senyawa sulfur, yaitu oksida.
 Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan
bromin.

Partikel
 Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat
padat maupun suspensi aerosol cair sulfur di atmosfer. Bahan partikel tersebut dapat
berasal dari proses kondensasi, proses  (misalnya proses penyemprot/ spraying)
maupun proses erosi bahan tertentu

Anda mungkin juga menyukai