DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Kimia Lingkungan Dr. Syahruddin Kasim, M.Si
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
PENDAHULUAN
tanaman, namun juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang jumlahnya terus
meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini merupakan salah satu penyebab
utama pemanasan global (global warming). Akibat dari pemanasan global, suhu bumi
diperkirakan akan meningkat 3-5oC serta menyebabkan perubahan iklim yang drastis
pada 50 – 100 tahun yang akan datang. Peningkatan gas-gas rumah kaca saat ini
akan memberikan efek baik positif maupun negatif terhadap metabolisme tanaman.
kandungan CO2 udara terhadap berbagai jenis tanaman menunjukkan efek yang
beragam dari mulai efek positif, negatif maupun tidak berpengaruh sama sekali
terhadap kondisi tanaman. Kenaikan kadar CO2 yang semakin meningkat akibat
lingkungan sekitar juga. Seperti penggunaan bahan bakar kendaraan dan limbah
pabrik yang tidak ramah lingkungan menjadi salah satu pemicu kenaikkan kadar CO2
di bumi.
Dari hal tersebut juga sangat berpengaruh terhadap respon tanaman dalam
perkembangannya. CO2 yang menjadi bahan utama dalam fotosintesis cukup banyak
diperlukan bagi tanaman, namun jika kenaikkan kadar CO2 yang tidak disertai
dengan penambahan jumlah tanaman juga dapat berpengaruh buruk bagi lingkungan
sekitar.
d.
1.3 Tujuan
b. Mengetahui upaya penyelesaian masalah yang timbul dalam proses produksi pada
c. Mengetahui cara, metode dan proses produksi gula pasir pada pabrik gula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis
senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan
sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar
dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi
kira-kira 387 ppm berdasarkan volume [1] walaupun jumlah ini bisa bervariasi
tergantung pada lokasi dan waktu. Karbondioksida adalah sebuah gas yang tidak
berwarna yang tidak beracun pada konsentrasi biasa atau sesuai.Gas karbondioksida
berada dalam atmosfir (sekitar 0,03 persen mol) dan dalam nafas kita, dimana gas
karbondioksida dihasilkan dari oksidasi biologi dari substansi makanan. Karena dari
densitas gas karbondioksida (sekitar 1,5 lebih besar dari pada yang berada di udara),
gas karbondioksida cenderung berkumpul dalam wilayah rendah dan kurang akan
Karbondioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika
respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu,
karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida
juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida
anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada
dari satu tempat ke tempat lainnya. Siklus di ekosistem bumi tersebut bisa berasal
dari perubahan musim dan amplitudonya meningkat seperti yang dirasakan pada
dekade sekarang ini. Hal ini bisa juga sebagai refleksi dari meningkatnya konsentrasi
CO2 dengan dampak meningkatnya temperatur rata-rata global Fluktuasi antar tahun
berkaitan dengan berubahnya upwelling dari air laut di tropik yang kaya dengan CO2
dan berubahnya ekosistem di bumi yang terkait dengan iklim regional karena adanya
a. Karbondioksida di Alam
Jumlah karbon dioksida dalam biosfir hanya sedikit dan toksisitasnya relatif
rendah. Beberapa bilyun tahun yang lampau terjadi kenaikan jumlah karbon dioksida
yang sangat mencolok di atmosfir bumi yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
Letusan gunung berapi pada jaman itu menyemburkan sejumlah besar karbon
dioksida ke udara, diperkirakan 40.000 kali jumlah karbon dioksida di udara pada saat
ini. Kirakira 25% dari seluruh senyawa yang terbentuk dengan karbon dioksida
terkubur oleh batuan pada saat terjadinya perubahan zaman. Sebagian kecil dari
jumlah itu akan terkumpul dalam bentuk batu bara, pasir dan kantong gas alam bumi
yang akhirnya menjadi bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil ini akan diambil dari
dalam bumi oleh manusia untuk dimanfaatkan dalam berbagai keperluan hidupnya.
Gas yang paling banyak dihasilkan dari setiap proses perubahan (oksidasi) adalah
karbon dioksida (CO2). Oleh karena CO2 yang dihasilkan dari proses perubahan ini
berbentuk gas, maka atmosfir bumi merupakan wadah yang akan menampung semua
limbah CO2 ini. Selama manusia menggunakan kayu sebagai bahan bakar,
hasil pembakaran itu sedikit sekali. Akan tetapi pada zaman industri seperti sekarang
ini pemakaian bahan bakar setiap hari berlangsung sedemikian cepat dan jumlahnya
semakin meningkat pula. Keadaan ini sudah tentu dapat mengubah kadar karbon
pembakaran bahan bakar karbon diperkirakan sepuluh kali lipat jumlah karbon
dioksida yang berasal dari hasil pernafasan. Oleh karena itu bila tidak ada proses alam
yang menghasilkan karbon dioksida (misalnya letusan gunung berapi) maka dalam
waktu 500 tahun saja kadar karbon dioksida dalam atmosfir akan menjadi dua kali
lipat jumlahnya. Sebagian karbon dioksida yang masuk ke dalam atmosfir akan
dipergunakan oleh tumbuh-tumbuhan dalam proses fotosintesis atau diserap oleh air.
Gas CO2 merupakan sumber karbon utama bagi begi pertumbuhan tanaman.
pertumbuhan tanaman, namun juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang
jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini merupakan salah satu
penyebab utama pemanasan global (global warming). Akibat dari pemanasan global,
suhu di bumi akan diperkirakan meningkat 3-5 derajat celcius serta menyababkan
perubahan iklim yang drastis pada 50-100 tahun yang akan datang. Peningkatan gas-
gas rumah kaca saat ini berpengaruh besar terhadap sektor pertanian. Peningkatan
kandungan CO2 udara akan memberikan efek baik positif maupun negativ terhadap
metabolisme tanaman. Peningkatan CO2 diprediksi dapat menstimulasi produksi
Karbon dioksida adalah senyawa kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon dan 2
atom oksigen (CO2), mudah larut dalam air dingin, tidak berbau dan tidak
berwarna. Karbon dioksida termasuk gas yang reaktif dan banyak terdapat dalam air
laut. Karbondioksida yang terdapat dalam air laut umumnya berasal dari udara
melalui proses difusi. terbawa oleh air hujan, hasil proses respirasi mikroorganisme
Dalam air laut. senyawa karbon dioksida terdapat dalam bentuk ion dan bentuk
molekul. Dalam bentuk ion adalah ion bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3)
sedangkan dalam bentuk molekul adalah molekul karbon dioksida bebas (CO2) dan
asam karbonat H2CO3). Menurut HARVEY (1974) keempat bentuk karbon dioksida
Arah reaksi keseimbangan ini sangat tergantung pada pH air. Dalam perairan
yang pH-nya lebih rendah dari 7, reaksi keseimbangan akan bergeser ke arah kiri. Ini
berarti bahwa senyawa CO2 bebas lebih banyak terdapat dalam air dibandingkan
dengan senyawa HCO3 atau CO3. Sedangkan dalam perairan yang pH-nya lebih
tinggi dari 7, senyawa karbon dioksida umumnya tidak terdapat dalam bentuk bebas,
tetapi terikat dalam bentuk bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3) (Gambar 2)
(BEER 1983). Oleh karena air laut mempunyai pH lebih besar dari 7, maka senyawa
karbon dioksida yang terdapat dalam air laut sebagian besar berada dalam bentuk
Menurut HORNE (1969) kadar karbon dioksida total dalam air laut berkisar
antara 1,5 - 2,5 µgA C/l atau 18 ppm - 30 ppm. Kadar ini sekitar 15-25 kali lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kadar karbon dioksida total yang terdapat dalam air
tawar yaitu 0,1 µg A C/l. Hal ini menunjukkan bahwa air laut mempunyai
kemampuan yang lebih besar untuk menyerap CO2 dari udara dibandingkan dengan
air tawar. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam air laut atau yang terbawa oleh air
hujan akan bereaksi dengan ion kalsium dan magnesium membentuk garam-garam
kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium karbonat (MgCO3). Oleh karena itu
tinggi rendahnya kadar kalsium dan magnesium sangat mempengaruhi kadar CO2
dalam air laut. Kadar kalsium (422 ppm) dan magnesium (1326 ppm) dalam air laut
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kalsium (1,5 ppm) dan magnesium (4,1
ppm) dalam air tawar. Hal inilah yang menyebabkan air laut mempunyai kemampuan
yang lebih besar untuk menyerap CO2 dibandingkan dengan air tawar. Di samping itu
adanya turbulensi dan gelombang air laut akan turut memperbesar kemampuan air
Tambah Blooming
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan Co2 Dalam Air Laut
Seperti gas-gas lainnya. kelarutan CO2 dalam air laut dipengaruhi oleh
Kelarutan CO2 dalam air laut sangat tergantung pada temperatur air laut.
Kenaikan temperatur akan menyebabkan gas CO2 keluar dari air, sehingga kenaikan
temperatur air akan menyebabkan kadar CO2 semakin rendah. Karbon dioksida lebih
mudah larut dalam air dingin. namun di Samudera Hindia kadar CO2 semakin tinggi
permukaan 10% lebih tinggi dibandingkan dengan di lapisan dasar. Demikian juga di
Samudera Pasifik kadar CO2 pada lapisan permukaan sekitar 1,2 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar CO2 di lapisan dasar. Pengaruh tekanan terhadap CO2
dapat digambarkan sebagai berikut: Bila sejumlah tertentu air laut dikocok dengan
dalam gelembung gas mulia sehingga menimbulkan tekanan partial CO2 yang
sebanding dengan tekanan partial yang ditimbulkan oleh air. Tekanan partial yang
ditimbulkan oleh air laut ini akan semakin tinggi dengan semakin rendahnya pH air
laut Tekanan partial CO2 juga berhubungan dengan beberapa parameter fisika, yaitu
berbanding terbalik dengan kecepatan angin dan temperatur air laut, dan
Dalam air laut, CO2 yang terlarut akan bereaksi dengan kalsium membentuk
CaCO3. Garam karbonat yang terbentuk ini merupakan komponen penyangga yang
penting untuk mencegah perubahan pH air laut di samping berfungsi sebagai faktor
pengontrol pengendapan dan kelarutan kalsium (poli, meta) fosfat. Tinggi rendahnya
kadar CO2 bebas akan mempengaruhi kandungan Ca, dan seterusnya akan
Hal ini berkaitan erat dengan kandungan orto fosfat dalam perairan tersebut,
fosfat. Endapan poli atau meta fosfat yang terbentuk dapat berubah kembali menjadi
orto fosfat apabila keseimbangan antara kandungan Ca yang terlarut dan yang
mengendap terganggu. Salah satu faktor yang dapat menganggu keseimbangan ini
adalah tingginya kadar CO2 bebas. Oleh karena senyawa fosfat anorganik yang
terdapat dalam air laut sebagian besar terdapat sebagai senyawa orto fosfat, maka
kandungan kalsium (Ca) dalam air laut dapat dijadikan sebagai petunjuk ten tang
kadar Ca = 2,5 ppm adalah suatu perairan yang tidak subur, sedangkan yang
Menurut HARVEY (1974) apabila CO2 dikeluarkan dari air laut, misalnya
dalam proses fotosintesis tanaman atau dengan memasukkan udara bebas kedalamnya
maka derajat keasaman (pH) akan bertambah, tekanan partial berkurang dan ion
4. Lapisan minyak
Karbondioksida yang terdapat dalam air laut umumnya berasal dari udara melalui
proses difusi, dan dari proses respirasi makro-organisme serta dari hasil penguraian
zat-zat organik oleh mikro-organisme. Proses difusi tersebut akan terganggu apabila
terdapat sejumlah lapisan minyak yang menutupi permukaan air laut, akibatnya kadar
CO2 dalam air laut akan berkurang. Gelombang/turbulensi Karbon dioksida yang
berasal dari atmosfir dapat larut dalam air laut sebagai hasil interaksi terhadap
permukaan air laut. Proses pelarutan CO2 dalam air laut ini semakin mudah dengan
e. Kandungan fitoplankton
Pengaruh fitoflankton terhadap kadar CO2 dalam air laut adalah adanya
proses respirasi dan fotosintesis. Pada saat siang hari (ada sinar matahari), seluruh
fitoplankton akan melakukan proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis ini CO2
akan diserap oleh fitoplankton, sehingga proses ini akan menurunkan kadar CO2
dalam air laut. Sedangkan pada saat malam hari (tidak ada sinar matahari), terjadi
dalam air laut. Adanya proses respirasi ini akan menaikkan kadar CO2 dalam air laut.
Karbon dioksida yang dihasilkan dalam proses respirasi ini akan bereaksi dengan air
laut menghasilkan H2CO3 yang bersifat asam. Hal ini akan menyebabkan pH air laut
menjadi turun.
Pengaruh Peningkatan CO2 pada Pertumbuhan Tanaman
tahun yang lalu, namun lajunya mengalami peningkatan yang sangat tinggi dalam
beberapa dekade terakhir. Hal ini memicu terjadinya adaptasi tanaman terhadap
mikroskop elektron menunjukkan adanya penipisan pada dinding bundle seath cell
pada tanaman yang ditanam pada kosentrasi CO2 700 μl l-1 dibandingkan dengan
tanaman yang ditanam pada kosentrasi 350 μl l-1. Hal ini diakibatkan oleh penurunan
CO2 tidak menunjukkan perubahan nyata pada jumlah stomata serta panjang sel
tergantung dari jenis tanaman serta kombinasi faktor-faktor pertumbuhan yang lain.
fotosintesis dan respirasi 3 yang sangat tergantung dengan kondisi CO2 di udara.
kosentrasi CO2 udara terjadi mulai dari perubahan anatomi hingga proses fisiologis
tanaman. Luas daun kacang tanah meningkat ketika ditanam pada kandungan CO2
yang tinggi (800μ mol) pada suhu 25/15 derajat celcius dibandingkan dengan
tanaman yang ditanam pada lingkungan dengan kandungan CO2 sebesar 400μ mol,
namun demikian kondisi tersebut tidak terjadi pada suhu yang lebih tinggi
mengalami perubahan biokimia sebagai tanggapan atas peningkatan CO2. Jika CO2
di permukaan daun dikurangi, mencapai suatu titik dimana CO2 yang diserap
tanaman sama dengan yang dihasilkannya, maka titik ini disebut CO2 compensation
b. Respirasi
pengambilan O2 oleh tanaman, namun demikian sebuah penelitian dengan enam ratus
kali pengukuran pada sembilan jenis tanaman yang dilakukan di Illinois terhadap
peningkatan kosentrasi CO2 dalam jangka waktu yang panjang menunjukkan tidak
konduktansi stomata yang terjadi pada kosentrasi elevated CO2 hanya merupakan
adaptasi sementara namun tidak terjadi dalam jangka panjang. Selain itu pada
beberapa penelitian tidak terjadi perubahan pada karakteristik stomata. Respirasi tidak
mengalami perubahan pada kosentrasi CO2 yang ditingkatkan hingga dua kali lipat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
penerapan teknologi off farm (pasca panen), impor gula yang semakin tinggi dan
gula, yang sering dikenal dengan 5M yaitu: man, mechine, money, method,
material.
3. Proses pembuatan gula pada umumnya terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
pengemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Bantacut, T., 2013, Pengembangan Pabrik Gula Mini untuk Mencapai Swasembada
Gula, Pangan, 19(2): 245-256.
Tembang, D., 2014, Proses Produksi Gula Super High Sugar di PG. Madukismo
Bantul, Universitas Katolik Soegijapranata: Semarang.