Anda di halaman 1dari 16

Makalah Kimia Lingkungan

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI KARBONDIOKSIDA (CO2)


TERHADAP LINGKUNGAN

ANDI ISMUL MAULANA H311 16 008

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,

kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini yang berjudul “Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Karbondioksida

(CO2) Terhadap Lingkungan”

Makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya

dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan

makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada

dosen pengampu mata kuliah Kimia Lingkungan Dr. Syahruddin Kasim, M.Si

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada

kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu,

dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi

pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat

memperbaiki makalah ini.

Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah

dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 26 Maret 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu gas penting dalam pertumbuhan

tanaman, namun juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang jumlahnya terus

meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini merupakan salah satu penyebab

utama pemanasan global (global warming). Akibat dari pemanasan global, suhu bumi

diperkirakan akan meningkat 3-5oC serta menyebabkan perubahan iklim yang drastis

pada 50 – 100 tahun yang akan datang. Peningkatan gas-gas rumah kaca saat ini

berpengaruh besar terhadap sektor pertanian. Peningkatan kandungan CO2 udara

akan memberikan efek baik positif maupun negatif terhadap metabolisme tanaman.

Peningkatan CO2 diprediksi dapat menstimulasi produksi pangan dengan

istilah CO2 Fertilization. Namun demikian, penelitian terhadap pengaruh peningkatan

kandungan CO2 udara terhadap berbagai jenis tanaman menunjukkan efek yang

beragam dari mulai efek positif, negatif maupun tidak berpengaruh sama sekali

terhadap kondisi tanaman. Kenaikan kadar CO2 yang semakin meningkat akibat

penggunaan gas-gas berbahaya saat ini tentu sangat mempengaruhi keadaan

lingkungan sekitar juga. Seperti penggunaan bahan bakar kendaraan dan limbah

pabrik yang tidak ramah lingkungan menjadi salah satu pemicu kenaikkan kadar CO2

di bumi.

Dari hal tersebut juga sangat berpengaruh terhadap respon tanaman dalam

perkembangannya. CO2 yang menjadi bahan utama dalam fotosintesis cukup banyak

diperlukan bagi tanaman, namun jika kenaikkan kadar CO2 yang tidak disertai
dengan penambahan jumlah tanaman juga dapat berpengaruh buruk bagi lingkungan

sekitar.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu:

a. Apakah CO2 itu ?

b. Bagaimana pengaruh kadar CO2 pada alam dan lingkungan laut ?

c. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi kadar CO2 dalam air laut

d.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:

a. Mengetahui masalah-masalah yang timbul pada pabrik gula yang menyebabkan

produksi gula pasir tersebut tidak stabil.

b. Mengetahui upaya penyelesaian masalah yang timbul dalam proses produksi pada

pabrik gula pasir.

c. Mengetahui cara, metode dan proses produksi gula pasir pada pabrik gula.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Gas Karbondioksida (CO2)

Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis

senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan

sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar

dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi

kira-kira 387 ppm berdasarkan volume [1] walaupun jumlah ini bisa bervariasi

tergantung pada lokasi dan waktu. Karbondioksida adalah sebuah gas yang tidak

berwarna yang tidak beracun pada konsentrasi biasa atau sesuai.Gas karbondioksida

berada dalam atmosfir (sekitar 0,03 persen mol) dan dalam nafas kita, dimana gas

karbondioksida dihasilkan dari oksidasi biologi dari substansi makanan. Karena dari

densitas gas karbondioksida (sekitar 1,5 lebih besar dari pada yang berada di udara),

gas karbondioksida cenderung berkumpul dalam wilayah rendah dan kurang akan

udara dan dapat menyebabkan aspiksiasi (pengeluaran oksigen). Sifat dari

pengeluaran oksigen ini berguna dalam pemadaman api. (Gammon, 1985).

Karbondioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika

dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbondioksida di

atmosfir, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan

tenggorokan. Karbondioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia

menyerap gelombang inframerah dengan kuat. Karbon dioksida dihasilkan oleh

manusia, semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses

respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu,
karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida

juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida

anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada

mata air panas (Tjasyono, 1986).

Konsentrasi CO2 pada umumnya mempunyai siklus musiman yang bervariasi

dari satu tempat ke tempat lainnya. Siklus di ekosistem bumi tersebut bisa berasal

dari perubahan musim dan amplitudonya meningkat seperti yang dirasakan pada

dekade sekarang ini. Hal ini bisa juga sebagai refleksi dari meningkatnya konsentrasi

CO2 dengan dampak meningkatnya temperatur rata-rata global Fluktuasi antar tahun

berkaitan dengan berubahnya upwelling dari air laut di tropik yang kaya dengan CO2

dan berubahnya ekosistem di bumi yang terkait dengan iklim regional karena adanya

EL Nino dan letusan gunung berapi (Keeling et al., 1989).

2. Pengaruh CO2 di Alam Dan Lingkungan Laut

a. Karbondioksida di Alam

Jumlah karbon dioksida dalam biosfir hanya sedikit dan toksisitasnya relatif

rendah. Beberapa bilyun tahun yang lampau terjadi kenaikan jumlah karbon dioksida

yang sangat mencolok di atmosfir bumi yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.

Letusan gunung berapi pada jaman itu menyemburkan sejumlah besar karbon

dioksida ke udara, diperkirakan 40.000 kali jumlah karbon dioksida di udara pada saat

ini. Kirakira 25% dari seluruh senyawa yang terbentuk dengan karbon dioksida

(kalsium dan magnesium) dipergunakan oleh tumbuhtumbuhan dan kemudian

terkubur oleh batuan pada saat terjadinya perubahan zaman. Sebagian kecil dari

jumlah itu akan terkumpul dalam bentuk batu bara, pasir dan kantong gas alam bumi

yang akhirnya menjadi bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil ini akan diambil dari

dalam bumi oleh manusia untuk dimanfaatkan dalam berbagai keperluan hidupnya.
Gas yang paling banyak dihasilkan dari setiap proses perubahan (oksidasi) adalah

karbon dioksida (CO2). Oleh karena CO2 yang dihasilkan dari proses perubahan ini

berbentuk gas, maka atmosfir bumi merupakan wadah yang akan menampung semua

limbah CO2 ini. Selama manusia menggunakan kayu sebagai bahan bakar,

pertambahan karbon dioksida ke dalam atmosfir dapat diabaikan karena pengaruh

hasil pembakaran itu sedikit sekali. Akan tetapi pada zaman industri seperti sekarang

ini pemakaian bahan bakar setiap hari berlangsung sedemikian cepat dan jumlahnya

semakin meningkat pula. Keadaan ini sudah tentu dapat mengubah kadar karbon

dioksida dalam atmosfir. Pemasukan karbon dioksida ke atmosfir sebagai hasil

pembakaran bahan bakar karbon diperkirakan sepuluh kali lipat jumlah karbon

dioksida yang berasal dari hasil pernafasan. Oleh karena itu bila tidak ada proses alam

yang menghasilkan karbon dioksida (misalnya letusan gunung berapi) maka dalam

waktu 500 tahun saja kadar karbon dioksida dalam atmosfir akan menjadi dua kali

lipat jumlahnya. Sebagian karbon dioksida yang masuk ke dalam atmosfir akan

dipergunakan oleh tumbuh-tumbuhan dalam proses fotosintesis atau diserap oleh air.

Tambah global warming

Gas CO2 merupakan sumber karbon utama bagi begi pertumbuhan tanaman.

Dimana, karbondioksida (CO2) merupakan salah satu gas penting dalam

pertumbuhan tanaman, namun juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang

jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini merupakan salah satu

penyebab utama pemanasan global (global warming). Akibat dari pemanasan global,

suhu di bumi akan diperkirakan meningkat 3-5 derajat celcius serta menyababkan

perubahan iklim yang drastis pada 50-100 tahun yang akan datang. Peningkatan gas-

gas rumah kaca saat ini berpengaruh besar terhadap sektor pertanian. Peningkatan

kandungan CO2 udara akan memberikan efek baik positif maupun negativ terhadap
metabolisme tanaman. Peningkatan CO2 diprediksi dapat menstimulasi produksi

pangan dengan istilah 'CO2 Fertilization'.

b. Karbon Dioksida Dalam Air Laut

Karbon dioksida adalah senyawa kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon dan 2

atom oksigen (CO2), mudah larut dalam air dingin, tidak berbau dan tidak

berwarna. Karbon dioksida termasuk gas yang reaktif dan banyak terdapat dalam air

laut. Karbondioksida yang terdapat dalam air laut umumnya berasal dari udara

melalui proses difusi. terbawa oleh air hujan, hasil proses respirasi mikroorganisme

dan dari hasil penguraian zat-zat

organik oleh mikroorganisme.

Dalam air laut. senyawa karbon dioksida terdapat dalam bentuk ion dan bentuk

molekul. Dalam bentuk ion adalah ion bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3)

sedangkan dalam bentuk molekul adalah molekul karbon dioksida bebas (CO2) dan

asam karbonat H2CO3). Menurut HARVEY (1974) keempat bentuk karbon dioksida

ini berada dalam keadaan keseimbangan. Reaksi keseimbangan ini dapat

digambarkan sebagai beriku

Arah reaksi keseimbangan ini sangat tergantung pada pH air. Dalam perairan

yang pH-nya lebih rendah dari 7, reaksi keseimbangan akan bergeser ke arah kiri. Ini

berarti bahwa senyawa CO2 bebas lebih banyak terdapat dalam air dibandingkan

dengan senyawa HCO3 atau CO3. Sedangkan dalam perairan yang pH-nya lebih

tinggi dari 7, senyawa karbon dioksida umumnya tidak terdapat dalam bentuk bebas,

tetapi terikat dalam bentuk bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3) (Gambar 2)
(BEER 1983). Oleh karena air laut mempunyai pH lebih besar dari 7, maka senyawa

karbon dioksida yang terdapat dalam air laut sebagian besar berada dalam bentuk

bikarbonat dan karbonat.

Menurut HORNE (1969) kadar karbon dioksida total dalam air laut berkisar

antara 1,5 - 2,5 µgA C/l atau 18 ppm - 30 ppm. Kadar ini sekitar 15-25 kali lebih

tinggi jika dibandingkan dengan kadar karbon dioksida total yang terdapat dalam air

tawar yaitu 0,1 µg A C/l. Hal ini menunjukkan bahwa air laut mempunyai

kemampuan yang lebih besar untuk menyerap CO2 dari udara dibandingkan dengan

air tawar. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam air laut atau yang terbawa oleh air

hujan akan bereaksi dengan ion kalsium dan magnesium membentuk garam-garam

kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium karbonat (MgCO3). Oleh karena itu

tinggi rendahnya kadar kalsium dan magnesium sangat mempengaruhi kadar CO2

dalam air laut. Kadar kalsium (422 ppm) dan magnesium (1326 ppm) dalam air laut

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kalsium (1,5 ppm) dan magnesium (4,1

ppm) dalam air tawar. Hal inilah yang menyebabkan air laut mempunyai kemampuan

yang lebih besar untuk menyerap CO2 dibandingkan dengan air tawar. Di samping itu

adanya turbulensi dan gelombang air laut akan turut memperbesar kemampuan air

laut untuk menyerap karbondioksida dari udara.

Tambah Blooming
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan Co2 Dalam Air Laut

Seperti gas-gas lainnya. kelarutan CO2 dalam air laut dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

1. Temperatur dan tekanan

Kelarutan CO2 dalam air laut sangat tergantung pada temperatur air laut.

Kenaikan temperatur akan menyebabkan gas CO2 keluar dari air, sehingga kenaikan

temperatur air akan menyebabkan kadar CO2 semakin rendah. Karbon dioksida lebih

mudah larut dalam air dingin. namun di Samudera Hindia kadar CO2 semakin tinggi

apabila temperatur air meningkat (HORNE 1969).

Menurut KROOPNICK (1974) tingginya kadar CO2 di perairan disebabkan

oleh banyaknya cangkang foraminifera dan organisme laut lainnya yang

mengeluarkan karbonat. Di Samudera Atlantik kadar CO2 terlarut pada lapisan

permukaan 10% lebih tinggi dibandingkan dengan di lapisan dasar. Demikian juga di

Samudera Pasifik kadar CO2 pada lapisan permukaan sekitar 1,2 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan kadar CO2 di lapisan dasar. Pengaruh tekanan terhadap CO2

dapat digambarkan sebagai berikut: Bila sejumlah tertentu air laut dikocok dengan

gelembunggelembung gas mulia selama 5 - 10 menit. maka CO2 akan masuk ke

dalam gelembung gas mulia sehingga menimbulkan tekanan partial CO2 yang

sebanding dengan tekanan partial yang ditimbulkan oleh air. Tekanan partial yang

ditimbulkan oleh air laut ini akan semakin tinggi dengan semakin rendahnya pH air

laut Tekanan partial CO2 juga berhubungan dengan beberapa parameter fisika, yaitu

berbanding terbalik dengan kecepatan angin dan temperatur air laut, dan

berbanding lurus dengan temperatur sedimen.


2. Kandungan garam dalam air laut

Dalam air laut, CO2 yang terlarut akan bereaksi dengan kalsium membentuk

CaCO3. Garam karbonat yang terbentuk ini merupakan komponen penyangga yang

penting untuk mencegah perubahan pH air laut di samping berfungsi sebagai faktor

pengontrol pengendapan dan kelarutan kalsium (poli, meta) fosfat. Tinggi rendahnya

kadar CO2 bebas akan mempengaruhi kandungan Ca, dan seterusnya akan

mempengaruhi kadar orto-fosfat dalam suatu perairan.

Hal ini berkaitan erat dengan kandungan orto fosfat dalam perairan tersebut,

karena kandungan kalsium yang berlebih dapat menyebabkan timbulnya endapan Ca

fosfat. Endapan poli atau meta fosfat yang terbentuk dapat berubah kembali menjadi

orto fosfat apabila keseimbangan antara kandungan Ca yang terlarut dan yang

mengendap terganggu. Salah satu faktor yang dapat menganggu keseimbangan ini

adalah tingginya kadar CO2 bebas. Oleh karena senyawa fosfat anorganik yang

terdapat dalam air laut sebagian besar terdapat sebagai senyawa orto fosfat, maka

kandungan kalsium (Ca) dalam air laut dapat dijadikan sebagai petunjuk ten tang

kesuburan suatu perairan.

Menurut JOHNSON (dalam WARDOYO 1982), perairan yang mengandung

kadar Ca = 2,5 ppm adalah suatu perairan yang tidak subur, sedangkan yang

mengandung kadar Ca > 25 ppm adalah suatu perairan yang subur

3. Derajat keasaman (pH)

Menurut HARVEY (1974) apabila CO2 dikeluarkan dari air laut, misalnya

dalam proses fotosintesis tanaman atau dengan memasukkan udara bebas kedalamnya

maka derajat keasaman (pH) akan bertambah, tekanan partial berkurang dan ion

bikarbonat akan berubah menjadi ion karbonat.

4. Lapisan minyak
Karbondioksida yang terdapat dalam air laut umumnya berasal dari udara melalui

proses difusi, dan dari proses respirasi makro-organisme serta dari hasil penguraian

zat-zat organik oleh mikro-organisme. Proses difusi tersebut akan terganggu apabila

terdapat sejumlah lapisan minyak yang menutupi permukaan air laut, akibatnya kadar

CO2 dalam air laut akan berkurang. Gelombang/turbulensi Karbon dioksida yang

berasal dari atmosfir dapat larut dalam air laut sebagai hasil interaksi terhadap

permukaan air laut. Proses pelarutan CO2 dalam air laut ini semakin mudah dengan

adanya gelombang atau turbulensi.

e. Kandungan fitoplankton

Pengaruh fitoflankton terhadap kadar CO2 dalam air laut adalah adanya

proses respirasi dan fotosintesis. Pada saat siang hari (ada sinar matahari), seluruh

fitoplankton akan melakukan proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis ini CO2

akan diserap oleh fitoplankton, sehingga proses ini akan menurunkan kadar CO2

dalam air laut. Sedangkan pada saat malam hari (tidak ada sinar matahari), terjadi

proses respirasi yaitu fitoplankton akan mengeluarkan CO2 dan memasukkannya ke

dalam air laut. Adanya proses respirasi ini akan menaikkan kadar CO2 dalam air laut.

Karbon dioksida yang dihasilkan dalam proses respirasi ini akan bereaksi dengan air

laut menghasilkan H2CO3 yang bersifat asam. Hal ini akan menyebabkan pH air laut

menjadi turun.
Pengaruh Peningkatan CO2 pada Pertumbuhan Tanaman

Peningkatan kosentrasi CO2 di atmosfer sudah terjadi sejak beberapa ratus

tahun yang lalu, namun lajunya mengalami peningkatan yang sangat tinggi dalam

beberapa dekade terakhir. Hal ini memicu terjadinya adaptasi tanaman terhadap

perubahan karakteristik dalam tubuhnya. Sebuah pengamatan dengan menggunakan

mikroskop elektron menunjukkan adanya penipisan pada dinding bundle seath cell

pada tanaman yang ditanam pada kosentrasi CO2 700 μl l-1 dibandingkan dengan

tanaman yang ditanam pada kosentrasi 350 μl l-1. Hal ini diakibatkan oleh penurunan

jumlah suberin pada dinding sel dan menyebabkan terjadinya peningkatan

permeabilitas bundle seath cell terhadap CO2. Sedangkan peningkatan kosentrasi

CO2 tidak menunjukkan perubahan nyata pada jumlah stomata serta panjang sel

penjaga (Walting et. al., 2000).

Respon tanaman terhadap peningkatan gas CO2 di atmosfer berbeda-beda

tergantung dari jenis tanaman serta kombinasi faktor-faktor pertumbuhan yang lain.

Secara umum, hasil tanaman dipengaruhi oleh proses-proses penting seperti

fotosintesis dan respirasi 3 yang sangat tergantung dengan kondisi CO2 di udara.

Perubahan terhadap kosentrasi CO2 udara akan berpengaruh terhadap proses-proses

tersebut sebagai suatu bentuk adaptasi tanaman.

Berbagai penelitian untuk menunjukkan bahwa respon terhadap peningkatan

kosentrasi CO2 udara terjadi mulai dari perubahan anatomi hingga proses fisiologis

tanaman. Luas daun kacang tanah meningkat ketika ditanam pada kandungan CO2

yang tinggi (800μ mol) pada suhu 25/15 derajat celcius dibandingkan dengan

tanaman yang ditanam pada lingkungan dengan kandungan CO2 sebesar 400μ mol,

namun demikian kondisi tersebut tidak terjadi pada suhu yang lebih tinggi

(Pilumwong et. al., 2007).


a. Fotosintesis

Hasil tanaman sangat tergantung dari proses fotosintesis. Beberapa tanaman

mengalami perubahan biokimia sebagai tanggapan atas peningkatan CO2. Jika CO2

di permukaan daun dikurangi, mencapai suatu titik dimana CO2 yang diserap

tanaman sama dengan yang dihasilkannya, maka titik ini disebut CO2 compensation

point (titik kompensasi CO2).

b. Respirasi

Terdapat asumsi bahwa peningkatan CO2 di atmosfer akan menurunkan

pengambilan O2 oleh tanaman, namun demikian sebuah penelitian dengan enam ratus

kali pengukuran pada sembilan jenis tanaman yang dilakukan di Illinois terhadap

peningkatan kosentrasi CO2 dalam jangka waktu yang panjang menunjukkan tidak

adanya penurunan pengambilan O2 respirasi tanaman (Davey et al., 2004). Penurunan

konduktansi stomata yang terjadi pada kosentrasi elevated CO2 hanya merupakan

adaptasi sementara namun tidak terjadi dalam jangka panjang. Selain itu pada

beberapa penelitian tidak terjadi perubahan pada karakteristik stomata. Respirasi tidak

mengalami perubahan pada kosentrasi CO2 yang ditingkatkan hingga dua kali lipat

dari kondisi normal (Tjasyono, 1986)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:


1. Masalah utama yang mempengaruhi produksi pada pabrik gula pasir yaitu

penerapan teknologi off farm (pasca panen), impor gula yang semakin tinggi dan

harga gula dipasar domestic yang tidak stabil.

2. Terdapat 5 elemen utama yang dapat mempengaruhi upaya peningkatakn produksi

gula, yang sering dikenal dengan 5M yaitu: man, mechine, money, method,

material.

3. Proses pembuatan gula pada umumnya terdiri atas beberapa tahap, yaitu:

penggilingan, pemurnian, evaporasi, ristalisaki, puteran, dan penyelesaian dan

pengemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Bantacut, T., 2013, Pengembangan Pabrik Gula Mini untuk Mencapai Swasembada
Gula, Pangan, 19(2): 245-256.

Tembang, D., 2014, Proses Produksi Gula Super High Sugar di PG. Madukismo
Bantul, Universitas Katolik Soegijapranata: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai