Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK PEMBAKARAN BAHAN BAKAR

Disusun oleh :

Rustina Hutabarat
Theresia Siregar
Yesika Gerungan
Rahelina Purba
Irfan Situmeang
Josua Hutagalung

Kelas : XI_MIA 3
KELOMPOK : IV

SMA NEGERI 1 SIPOHOLON


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan karunia -
Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Dampak Pembakaran Bahan
Bakar”.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kami menyadari banyak menemukan kesulitan, terutama
dalam pengumpulan data, yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Namun dengan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan walaupun mungkin jauh dari kesempurnaan, sehingga tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini, baik secara
materi maupun non – materi.
Akhir kata dari kami, semoga penulisan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat baik para
siswa siswi pada khususnya, maupun bagi pembaca pada umumnya.

Sipoholon, 07 Agustus 2022

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Dampak pembakaran terhadap lingkungan
2.1.1 Dampak terhadap udara dan iklim
2.1.2 Dampak terhadap perairan
2.1.3 Dampak terhadap tanah
2.1.4 Dampak terhadap kesehatan
2.1.5 Dampak terhadap ekonomi
2.2 Bahan pencemar yang timbul akibat pembakaran bahan bakar
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan atau dalam industri tidak terbakar
sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon (bahan bakar fosil) membentuk karbon
dioksida dan uap air. Sedangkan pembakaran tak sempurna membentuk karbon monoksida dan uap
air.  Misalnya:

a. Pembakaran sempurna isooktana:

C8H18 (l) +12 ½ O2 (g) –> 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ

b. Pembakaran tak sempurna isooktana:

C8H18 (l) + 8 ½ O2 (g) -> 8 CO (g) + 9 H2O (g) ΔH  = -2924,4 kJ

Sebagaimana terlihat pada contoh di atas, pembakaran tak sempurna menghasilkan lebih
sedikit kalor. Jadi, pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar. kerugian lain dari
pembakaran tak sempurna adalah dihasilkannya gas karbon monoksida (CO), yang bersifat racun.
Oleh karena itu, pembakaran tak sempurna akan mencemari udara.

Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan kebutuhan
energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari
konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang menggunakan
energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa pembakaran energi
fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.

Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah menyebabkan turunnya kualitas udara
sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan. Menurunnya kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar
fosil yang tidak terkendali dan tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya
terpusat di kota-kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian
dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa kendaraan
bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di Jakarta menunjukan
bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar
73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).

Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya udara
dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil
terhadap manusia dan lingkungan:
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Dampak Pembakaran Terhadap Lingkungan


2.1.1 Dampak terhadap udara dan iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu
bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur
dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari
konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk
pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan
mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi asam
nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2
juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat
(H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam
nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun
hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan
normal”), yang dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau
dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya
makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan
(karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2, O3
di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat
menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2
tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan
efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah)
yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan
perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas
bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan
salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan
karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5
ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang
dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton.

2.1.2 Dampak terhadap perairan


Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang
tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya
minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya
pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.

2.1.3 Dampak terhadap tanah

Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan
batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan
terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu diketahui
bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk
pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian atau hutan
selama waktu tertentu.

2.1.4 Dampak terhadap kesehatan

Dampak terhadap kesehatan merupakan dampak lanjutan dari dampak terhadap lingkungan
udara. Tingginya kadar timbal dalam udara perkotaan telah mengakibatkan tingginya kadar timbal
dalam darah.

2.1.5 Dampak terhadap ekonomi

Dampak terhadap ekonomi lebih banyak merupakan dampak turunan terutama dari adanya
dampak terhadap kesehatan. Dampak terhadap ekonomi akan semakin bertambah dengan terjadinya
kemacetan dan tingginya waktu yang dihabiskan dalam perjalanan sehari-hari. Akibat dari tingginya
kemacetan dan waktu yang dihabiskan di perjalanan, maka waktu kerja semakin menurun dan
akibatnya produktivitas juga berkurang.
2.2 Bahan pencemar yang timbul akibat pembakaran bahan bakar

a. Pembakaran Tidak Sempurna

Menghasilkan asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO), partikel karbon (jelaga), dan sisa
bahan bakar (hidroksida).

b. Pengotor dalam Bahan Bakar

Bahan bakar fosil mengandung sedikit belerang yang akan menghasilkan oksida belerang (SO2 atau
SO3).

c. Bahan Aditif (Tambahan) dalam Bahan Bakar

Bensin yang ditambahi tetraethyllead (TEL) yang punya rumus molekul Pb(C2H5)4 akan menghasilkan
partikel timah hitam berupa PbBr2.

 Asap Buang Kendaraan Bermotor

a. Gas Karbon Dioksida (CO2)

Sebenarnya, gas karbon dioksida tidak berbahaya. Tetapi, gas karbon dioksida tergolong gas rumah
kaca, sehingga peningkatan kadar gas karbon dioksida di udara dapat mengakibatkan peningkatan
suhu permukaan bumi yang disebut pemanasan global.

b. Gas Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida tidak berwarna dan berbau, sehingga kehadirannya tidak diketahui. Gas
karbon monoksida bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernapasan, dan
paru-paru. Bila masuk ke dalam darah melalui pernapasan, gas karbon monoksida bereaksi dengan
hemoglobin darah, membentuk karboksihemoglobin(COHb).
CO + Hb → COHb

Hemoglobin seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi oksihemoglobin (O2Hb) dan dibawa ke sel-
sel jaringan tubuh yang memerlukan.
O2 + Hb → O2Hb

Namun, afinitas gas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar 300 kali lebih besar daripada
oksigen. Bahkan hemoglobin yang telah mengikat oksigen dapat diserang oleh gas karbon monoksida.
CO + O2Hb → COHb + O2

Jadi, gas karbon monoksida menghalangi fungsi vital hemoglobin untuk membawa oksigen bagi
tubuh.
Cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida di udara adalah dengan mengurangi penggunaan
kendaraan bermotor dan pemasangan pengubah katalitik pada knalpot.

c. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)

Belerang dioksida yang terhisap pernapasan bereaksi dengan air di dalam saluran pernapasan,
membentuk asam sulfit yang dapat merusak jaringan dan menimbulkan rasa sakit. Bila SO3 terhisap,
yang terbentuk adalah asam sulfat (lebih berbahaya). Oksida belerang dapat larut dalam air hujan
dan menyebabkan terjadi hujan asam.

d. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)

Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa ditandai dengan lambang NOx. Ambang batas
NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx di udara tidak beracun (secara langsung) pada manusia, tetapi
NOx ini bereaksi dengan bahan-bahan pencemar lain dan menimbulkan fenomena asbut (asap-
kabut). Asbut menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan saluran pernapasan,
menjadikan tanaman layu, dan menurunkan kualitas materi.

e. Partikel Timah Hitam

Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga bahan makanan
terkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan gejala keracunan timbel, seperti
sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah, dan depresi. Keracunan yang lebih hebat menyebabkan
kerusakan otak, ginjal, dan hati.

 Pengubah Katalitik

Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap kendaraan bermotor
adalah memasang pengubah katalitik pada knalpot kendaraan. Pengubah katalitik berupa silinder dari
baja tahan karat yang berisi suatu struktur berbentuk sarang lebah yang dilapisi katalis (biasanya
platina). Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik,karbon monoksida bereaksi dengan
nitrogen monoksida membentuk karbondioksida dan gas nitrogen.
katalis
2CO(g) + 2NO(g) → 2CO2(g) + N2(g)

gas-gas racun gas tak beracun

Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon monoksida (jika masih ada) dioksidasi membentuk
karbon dioksida dan uap air.Pengubah katalitik hanya dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan
bensin tanpa timbel.

 Efek Rumah Kaca

Berbagai gas dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, uap air, metana, dan senyawa keluarga CFC,
berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar tampak dan ultraviolet tetapi menahan radiasi
inframerah. Oleh karena itu, sebagian besar dari sinar matahari dapat mencapai permukaan bumi
dan menghangatkan atmosfer dan permukaan bumi. Tetapi radiasi panas yang dipancarkan
permukaan bumi akan terperangkap karena diserap oleh gas-gas rumah kaca.
Efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga suhu permukaan bumi rata-rata 15˚C.
Tanpa karbon dioksida dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan sekitar –
25˚C. Jadi, jelaslah bahwa efek rumah kaca sangat penting dalam menentukan kehidupan di bumi.
Akan tetapi, peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca dapat menyebabkan suhu permukaan bumi
menjadi terlalu tinggi sehingga dapat mneyebabkan berbagai macam kerugian.

 Hujan Asam

Air hujan biasanya sedikit bersifat asam (pH sekitar 5,7). Hal itu terjadi karena air hujan tersebut
melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat dalam udara, membentuk asam karbonat.
CO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)

asam karbonat

Air hujan dengan pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.


a. Penyebab Hujan Asam

SO2(g) + H2O(l) → H2SO3(aq)

asam sulfite

SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)

asam sulfat

2NO2(g) + H2O(l) → HNO2(aq) + HNO3(aq)

asam nitrit asam nitrat


b. Masalah yang Ditimbulkan Hujan Asam

- Kerusakan Hutan

- Kematian Biota Air

- Kerusakan Bangunan

Bahan bangunan sedikit-banyak mengandung kalsuim karbonat. Kalsium karbonat larut dalam asam,
maka dapat bereaksi.
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) → Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)

c. Cara Menangani Hujan Asam

- Menetralkan asam

- Mengurangi emisi SO2

- Mengurangi emisi oksida nitrogen


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, pembakaran bahan bakar ini memiliki banyak sekali dampak negative dibanding dengan
dampak positif. Diantara dampak negative yang akan timbul akibat pembakaran ini adalah dampak
terhadap udara seperti udara yang semakin kotor akibat banyak polutan, sehingga dapat
mengganggu kesehatan manusia, hewan, juga tumbuhan. Kemudian tanah akan semakin asam,
sehingga tumbuhan akan sulit untuk tumbuh, air pun akan tercemar. Atau dapat disimpulkan bahwa
hal tersebut dapat mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup.

Anda mungkin juga menyukai