Disusun oleh :
Rustina Hutabarat
Theresia Siregar
Yesika Gerungan
Rahelina Purba
Irfan Situmeang
Josua Hutagalung
Kelas : XI_MIA 3
KELOMPOK : IV
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan karunia -
Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Dampak Pembakaran Bahan
Bakar”.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kami menyadari banyak menemukan kesulitan, terutama
dalam pengumpulan data, yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Namun dengan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan walaupun mungkin jauh dari kesempurnaan, sehingga tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini, baik secara
materi maupun non – materi.
Akhir kata dari kami, semoga penulisan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat baik para
siswa siswi pada khususnya, maupun bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Dampak pembakaran terhadap lingkungan
2.1.1 Dampak terhadap udara dan iklim
2.1.2 Dampak terhadap perairan
2.1.3 Dampak terhadap tanah
2.1.4 Dampak terhadap kesehatan
2.1.5 Dampak terhadap ekonomi
2.2 Bahan pencemar yang timbul akibat pembakaran bahan bakar
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
C8H18 (l) +12 ½ O2 (g) –> 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ
Sebagaimana terlihat pada contoh di atas, pembakaran tak sempurna menghasilkan lebih
sedikit kalor. Jadi, pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar. kerugian lain dari
pembakaran tak sempurna adalah dihasilkannya gas karbon monoksida (CO), yang bersifat racun.
Oleh karena itu, pembakaran tak sempurna akan mencemari udara.
Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan kebutuhan
energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari
konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang menggunakan
energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa pembakaran energi
fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.
Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah menyebabkan turunnya kualitas udara
sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan. Menurunnya kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar
fosil yang tidak terkendali dan tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya
terpusat di kota-kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian
dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa kendaraan
bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di Jakarta menunjukan
bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar
73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).
Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya udara
dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil
terhadap manusia dan lingkungan:
BAB 2
PEMBAHASAN
Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan
batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan
terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu diketahui
bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk
pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian atau hutan
selama waktu tertentu.
Dampak terhadap kesehatan merupakan dampak lanjutan dari dampak terhadap lingkungan
udara. Tingginya kadar timbal dalam udara perkotaan telah mengakibatkan tingginya kadar timbal
dalam darah.
Dampak terhadap ekonomi lebih banyak merupakan dampak turunan terutama dari adanya
dampak terhadap kesehatan. Dampak terhadap ekonomi akan semakin bertambah dengan terjadinya
kemacetan dan tingginya waktu yang dihabiskan dalam perjalanan sehari-hari. Akibat dari tingginya
kemacetan dan waktu yang dihabiskan di perjalanan, maka waktu kerja semakin menurun dan
akibatnya produktivitas juga berkurang.
2.2 Bahan pencemar yang timbul akibat pembakaran bahan bakar
Menghasilkan asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO), partikel karbon (jelaga), dan sisa
bahan bakar (hidroksida).
Bahan bakar fosil mengandung sedikit belerang yang akan menghasilkan oksida belerang (SO2 atau
SO3).
Bensin yang ditambahi tetraethyllead (TEL) yang punya rumus molekul Pb(C2H5)4 akan menghasilkan
partikel timah hitam berupa PbBr2.
Sebenarnya, gas karbon dioksida tidak berbahaya. Tetapi, gas karbon dioksida tergolong gas rumah
kaca, sehingga peningkatan kadar gas karbon dioksida di udara dapat mengakibatkan peningkatan
suhu permukaan bumi yang disebut pemanasan global.
Gas karbon monoksida tidak berwarna dan berbau, sehingga kehadirannya tidak diketahui. Gas
karbon monoksida bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernapasan, dan
paru-paru. Bila masuk ke dalam darah melalui pernapasan, gas karbon monoksida bereaksi dengan
hemoglobin darah, membentuk karboksihemoglobin(COHb).
CO + Hb → COHb
Hemoglobin seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi oksihemoglobin (O2Hb) dan dibawa ke sel-
sel jaringan tubuh yang memerlukan.
O2 + Hb → O2Hb
Namun, afinitas gas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar 300 kali lebih besar daripada
oksigen. Bahkan hemoglobin yang telah mengikat oksigen dapat diserang oleh gas karbon monoksida.
CO + O2Hb → COHb + O2
Jadi, gas karbon monoksida menghalangi fungsi vital hemoglobin untuk membawa oksigen bagi
tubuh.
Cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida di udara adalah dengan mengurangi penggunaan
kendaraan bermotor dan pemasangan pengubah katalitik pada knalpot.
Belerang dioksida yang terhisap pernapasan bereaksi dengan air di dalam saluran pernapasan,
membentuk asam sulfit yang dapat merusak jaringan dan menimbulkan rasa sakit. Bila SO3 terhisap,
yang terbentuk adalah asam sulfat (lebih berbahaya). Oksida belerang dapat larut dalam air hujan
dan menyebabkan terjadi hujan asam.
Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa ditandai dengan lambang NOx. Ambang batas
NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx di udara tidak beracun (secara langsung) pada manusia, tetapi
NOx ini bereaksi dengan bahan-bahan pencemar lain dan menimbulkan fenomena asbut (asap-
kabut). Asbut menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan saluran pernapasan,
menjadikan tanaman layu, dan menurunkan kualitas materi.
Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga bahan makanan
terkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan gejala keracunan timbel, seperti
sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah, dan depresi. Keracunan yang lebih hebat menyebabkan
kerusakan otak, ginjal, dan hati.
Pengubah Katalitik
Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap kendaraan bermotor
adalah memasang pengubah katalitik pada knalpot kendaraan. Pengubah katalitik berupa silinder dari
baja tahan karat yang berisi suatu struktur berbentuk sarang lebah yang dilapisi katalis (biasanya
platina). Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik,karbon monoksida bereaksi dengan
nitrogen monoksida membentuk karbondioksida dan gas nitrogen.
katalis
2CO(g) + 2NO(g) → 2CO2(g) + N2(g)
Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon monoksida (jika masih ada) dioksidasi membentuk
karbon dioksida dan uap air.Pengubah katalitik hanya dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan
bensin tanpa timbel.
Berbagai gas dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, uap air, metana, dan senyawa keluarga CFC,
berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar tampak dan ultraviolet tetapi menahan radiasi
inframerah. Oleh karena itu, sebagian besar dari sinar matahari dapat mencapai permukaan bumi
dan menghangatkan atmosfer dan permukaan bumi. Tetapi radiasi panas yang dipancarkan
permukaan bumi akan terperangkap karena diserap oleh gas-gas rumah kaca.
Efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga suhu permukaan bumi rata-rata 15˚C.
Tanpa karbon dioksida dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan sekitar –
25˚C. Jadi, jelaslah bahwa efek rumah kaca sangat penting dalam menentukan kehidupan di bumi.
Akan tetapi, peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca dapat menyebabkan suhu permukaan bumi
menjadi terlalu tinggi sehingga dapat mneyebabkan berbagai macam kerugian.
Hujan Asam
Air hujan biasanya sedikit bersifat asam (pH sekitar 5,7). Hal itu terjadi karena air hujan tersebut
melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat dalam udara, membentuk asam karbonat.
CO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)
asam karbonat
asam sulfite
asam sulfat
- Kerusakan Hutan
- Kerusakan Bangunan
Bahan bangunan sedikit-banyak mengandung kalsuim karbonat. Kalsium karbonat larut dalam asam,
maka dapat bereaksi.
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) → Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
- Menetralkan asam
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, pembakaran bahan bakar ini memiliki banyak sekali dampak negative dibanding dengan
dampak positif. Diantara dampak negative yang akan timbul akibat pembakaran ini adalah dampak
terhadap udara seperti udara yang semakin kotor akibat banyak polutan, sehingga dapat
mengganggu kesehatan manusia, hewan, juga tumbuhan. Kemudian tanah akan semakin asam,
sehingga tumbuhan akan sulit untuk tumbuh, air pun akan tercemar. Atau dapat disimpulkan bahwa
hal tersebut dapat mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup.