a. Pada tahun 1820 tiga utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris yaitu Nathan Ward, Evans
dan Richard Burton dikirim ke Bengkulu untuk menjumpai Raffles. Akhir Raffles
menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke kawasan kediaman suku Batak yang
sedang kafir. Burton dan Ward menuruti ajar Raffles. Mereka pergi ke Utara, awalnnya
mereka bekerja di pesisir, akhir tahun 1824 masuk ke kawasan lebih dalam lagi, yakni
Silindung-wilayah suku Batak Toba. Saat mereka tiba di Silindung, mereka diterima
dengan baik oleh raja setempat, namun perjalanan penginjilan mereka terhenti ketika
terjadi salah memahami dengan warga. Warga salah menafsirkan khotbah penginjil
tersebut yang mengatakan bahwa kerajaan mereka harus melebihi kecil, seperti anak
kecil. Warga tidak suka hal ini, karena itu para penginjil tersebut diusir pada tahun itu
juga.
b. Pada tahun 1834 dua orang Amerika, yaitu Munson dan Lyman yang adalah utusan
gereja Kongregationalis Amerika yang diutus oleh The American Board of
Commissioners for Foreign Mission (ABCFM) di Boston untuk masuk ke Sumatera.
Pada 17 Juni 1834 mereka tiba di Sibolga dan bertempat tinggal tetap beberapa hari di
sana. Pada 23 Juni 1834, mereka berangkat menuju pegunungan Silindung. Dalam
perjalanan, ketika tiba di pinggir Lembah Silindung, pada malam hari 28 Juni 1834,
mereka dihadang, ditangkap, dan dibunuh di tidak jauh Lobu Pining. Pembunuhnya
yaitu Raja Panggalamei, yang adalah Raja di Pintubosi yang tinggal di Singkak. Beliau
membunuh bersama dengan rakyatnya.
c. Pada tahun 1840, seorang ilmuwan warga negara Jerman, Franz Wilhelm Junghuhn
memainkan perjalanan ke kawasan Batak dan akhir menerbitkan karangan tentang suku
Batak. Dalam buku tersebut Junghuhn menasihatkan pemerintah kolonial untuk buka
zending Kristen guna membendung pengaruh Islam di babak utara Pulau Sumatera.
Karangan tersebut sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga Alkitab Nederlandsche
Bijbelgenootschap di Belanda, sampai mereka mengirim seorang berbakat bahasa
bernama H. Neubronner van der Tuuk untuk meneliti bahasa Batak dan untuk
menerjemahkan Alkitab. Van der Tuuk yaitu orang Barat pertama yang memainkan
penelitian ilmiah tentang bahasa Batak, Lampung, Kawi, Bali. Beliau juga orang Eropa
pertama yang menatap Danau Toba dan berjumpa dengan Si Singamangaraja. Beliau
merasa senang berhubungan dan menyambut orang Batak di rumahnya. Van der Tuuk
memberi saran supaya lembaga zending mengutus para penginjil ke Tapanuli, langsung
ke kawasan pedalamannya.
d. Tahun 1857, pekabar Injil G. Van Asselt, utusan dari jemaat kecil di Ermelo, Belanda,
memainkan pelayanan di Tapanuli Selatan. Beliau menembus beberapa pemuda dan
memberi mereka pengajaran Kristiani. Pada 31 Maret 1861, dua orang Batak pertama
dibaptis, yaitu: Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar. Pada tahun yang sama—
tepatnya pada 7 Oktober 1861—diadakan rapat empat pendeta di Sipirok, yang disertai
oleh dua pendeta Jerman, yaitu: Pdt. Heine dan Pdt. Klemmer serta oleh dua pendeta
Belanda, yaitu: Pdt. Betz dan Pdt. Asselt. Mereka memainkan rapat untuk menyerahkan
misi penginjilan kepada Rheinische Missionsgesellschaft. Hari tersebut diasumsikan
menjadi hari berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
5. Nama nama minggu gerejawi