Anda di halaman 1dari 5

atau pargodungan (stasi zending dan sekaligus huria).

Jemaat-jemaat tersebut sejak awal


sudah diarahkan akan membentuk sebuah gereja-zending yang kelak menjadi sebuah gereja
yang mandiri dari RMG.

2. Daftar Distrik HKBP


Gereja HKBP saat ini memiliki 32 distrik, yaitu pembagian administratif kewilayahan
gerejawi dalam struktur organisasi HKBP yang tersebar di hampir seluruh provinsi Indonesia
dan beberapa negara asing. Tiap distrik dipimpin oleh seorang pendeta dengan jabatan
Praeses dan menaungi sejumlah ressort.

No Distrik Praeses Jumlah


Ressort

1 Tabagsel - Sumbar Pdt. Ebsan Hutabarat 17

2 Silindung Pdt. Hasudungan Manalu 43

3 Humbang Pdt. Daminna Lumbansiantar 29

4 Toba Pdt. Julson Pasaribu 33

5 Sumatera Timur Pdt. Maurixon Silitonga 49

6 Dairi Pdt. Sampur Manullang 31

7 Samosir Pdt. Rein Justin Gultom 22

8 DKI Jakarta Pdt. Bernard Manik 53

9 Sibolga - Tapteng - Nias Pdt. Donda Simanjuntak 28

10 Medan - Aceh Pdt. Henri Napitupulu 66

11 Toba Hasundutan Pdt. Same Siahaan 9

12 Tanah Alas Pdt. Gunawan Panjaitan 8

13 Asahan - Labuhanbatu Pdt. Winner Sitorus 25

14 Tebing Tinggi Pdt. Sikpan K. Sihombing 25

15 Sumatera Bagian Selatan Pdt. Oloan Nainggolan 25

16 Humbang Habinsaran Pdt. Darna Lumbantobing 27


17 Indonesia Bagian Timur Pdt. Abednego Sitompul 15

18 Jabartengdiy Pdt. Pahala Sitorus 20

19 Bekasi Pdt. Mangatur Jeremia 20


Manurung
20 Kepulauan Riau Pdt. Renova Jhonny Sitorus 19

21 Banten Pdt. Juniaster Hutauruk 10

22 Riau Pdt. Hantus Hutapea 44

23 Binjai - Langkat Pdt. Hercules Sihotang 16

24 Tanah Jawa Pdt. Gading Simamora 11

25 Jambi Pdt. Hardi Bontor 11


Lumbantobing
26 Labuhanbatu Pdt. Dobes Manullang 22

27 Borneo Pdt. Mangido Tua Pandiangan 10

28 Deboskab Pdt. Nekson Simanjuntak 21

29 Deli Serdang Pdt. Horas Yun Morgan Purba 13

30 Riau Pesisir Pdt. Sarlen Lumbantobing 21

31 Medan Utara Pdt. Suwandi Sinambela 14

32 Lampung Pdt. Samuel Sitompul 9

33 Distrik Persiapan Barus Raya - 9

3. Sejarah doktor IL. Nomensen

- Lahir 6 Februari 1834


Nordstrand, Kadipaten
Schleswig, Denmark
(sekarang Jerman)
- Meninggal 23 Mei 1918 (umur 84)
Sigumpar, Toba,
Bataklanden, Keresidenan
Tapanuli, Hindia Belanda
- Makam Makam Misionaris Dr.
I.L. Nommensen,
Sigumpar, Toba, Sumatra
Utara
- Pekerjaan Pendeta
- Dikenal karena Misionaris RMG di Tanah
Batak
Ludwig Ingwer Nommensen (1834—1918) tiba di Padang pada tahun 1862. Beliau
bertempat tinggal tetap di Barus beberapa saat untuk mempelajari bahasa dan adat Batak dan
Melayu. Beliau tiba menempuh badan Misi Rheinische Missionsgesellschaft. Kemudian, pada
tahun 1864, beliau masuk ke dearah Silindung, mula-mula di Huta Dame, akhir di Pearaja
(kini menjadi kantor pusat HKBP). Dalam menyampaikan Injil, Nommensen dibantu oleh
Raja Pontas Lumban Tobing (Raja Batak Pertama yang dibaptis) untuk mengantarnya dari
Barus ke Silindung dengan catatan tertulis bahwa beliau tidak bertanggung jawab atas
keselamatannya. Pada awal mulanya Nommensen tidak diterima baik oleh warga, karena
mereka takut kena bala karena menerima orang lain yang tidak memelihara adat. Pada satu
saat, disediakan pesta nenek moyang Siatas Barita, biasanya disembelih korban. Saat itu,
sesudah kerasukan roh, Sibaso (pengantara orang-orang halus) menyuruh orang banyak untuk
membunuh Nommensen sebagai korban, yang pada saat itu hadir di situ. Dalam acinya seperti
ini, Nommensen hadir ke permukaan dan bercakap kepada orang banyak.Menghadapi acinya
yang menekan, Nommensen tetap ramah dan lemah lembut, sampai lama-kelamaan membuat
orang merasa enggan dan malu berbuat tidak baik padanya. Pada satu malam ketika para raja
aci di rumahnya sampai larut malam dan tertidur lelap, Nommensen mengambil selimut dan
menutupi badan mereka, sampai pagi hari mereka terbangun dan merasa malu, melihat jasa
Nommensen. Sikap penolakan raja Batak ini disebabkan kekhwatiran bahwa Nommensen
yaitu perintisan dari pihak Belanda.
Strategi misinya:
Strategi misi yang dikembangkan oleh Nommensen adalah mengubah strategi
penginjilan, yang awalnya menekankan konversi perorangan menjadi konversi kelompok
Untuk mewujudkan hal itu, Nommensen membuka pos-pos penginjilan baru, termasuk
sekolah, dengan tujuan menjalin hubungan baik dengan raja-raja setempat. Keputusan para
raja ini sangat menentukan berhasil atau tidaknya upaya penginjilan karena mereka
merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di tengah-tengah masyarakatnya.

4. Misionaris yang datang sebelum nomensen

a. Pada tahun 1820 tiga utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris yaitu Nathan Ward, Evans
dan Richard Burton dikirim ke Bengkulu untuk menjumpai Raffles. Akhir Raffles
menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke kawasan kediaman suku Batak yang
sedang kafir. Burton dan Ward menuruti ajar Raffles. Mereka pergi ke Utara, awalnnya
mereka bekerja di pesisir, akhir tahun 1824 masuk ke kawasan lebih dalam lagi, yakni
Silindung-wilayah suku Batak Toba. Saat mereka tiba di Silindung, mereka diterima
dengan baik oleh raja setempat, namun perjalanan penginjilan mereka terhenti ketika
terjadi salah memahami dengan warga. Warga salah menafsirkan khotbah penginjil
tersebut yang mengatakan bahwa kerajaan mereka harus melebihi kecil, seperti anak
kecil. Warga tidak suka hal ini, karena itu para penginjil tersebut diusir pada tahun itu
juga.

b. Pada tahun 1834 dua orang Amerika, yaitu Munson dan Lyman yang adalah utusan
gereja Kongregationalis Amerika yang diutus oleh The American Board of
Commissioners for Foreign Mission (ABCFM) di Boston untuk masuk ke Sumatera.
Pada 17 Juni 1834 mereka tiba di Sibolga dan bertempat tinggal tetap beberapa hari di
sana. Pada 23 Juni 1834, mereka berangkat menuju pegunungan Silindung. Dalam
perjalanan, ketika tiba di pinggir Lembah Silindung, pada malam hari 28 Juni 1834,
mereka dihadang, ditangkap, dan dibunuh di tidak jauh Lobu Pining. Pembunuhnya
yaitu Raja Panggalamei, yang adalah Raja di Pintubosi yang tinggal di Singkak. Beliau
membunuh bersama dengan rakyatnya.

c. Pada tahun 1840, seorang ilmuwan warga negara Jerman, Franz Wilhelm Junghuhn
memainkan perjalanan ke kawasan Batak dan akhir menerbitkan karangan tentang suku
Batak. Dalam buku tersebut Junghuhn menasihatkan pemerintah kolonial untuk buka
zending Kristen guna membendung pengaruh Islam di babak utara Pulau Sumatera.
Karangan tersebut sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga Alkitab Nederlandsche
Bijbelgenootschap di Belanda, sampai mereka mengirim seorang berbakat bahasa
bernama H. Neubronner van der Tuuk untuk meneliti bahasa Batak dan untuk
menerjemahkan Alkitab. Van der Tuuk yaitu orang Barat pertama yang memainkan
penelitian ilmiah tentang bahasa Batak, Lampung, Kawi, Bali. Beliau juga orang Eropa
pertama yang menatap Danau Toba dan berjumpa dengan Si Singamangaraja. Beliau
merasa senang berhubungan dan menyambut orang Batak di rumahnya. Van der Tuuk
memberi saran supaya lembaga zending mengutus para penginjil ke Tapanuli, langsung
ke kawasan pedalamannya.

d. Tahun 1857, pekabar Injil G. Van Asselt, utusan dari jemaat kecil di Ermelo, Belanda,
memainkan pelayanan di Tapanuli Selatan. Beliau menembus beberapa pemuda dan
memberi mereka pengajaran Kristiani. Pada 31 Maret 1861, dua orang Batak pertama
dibaptis, yaitu: Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar. Pada tahun yang sama—
tepatnya pada 7 Oktober 1861—diadakan rapat empat pendeta di Sipirok, yang disertai
oleh dua pendeta Jerman, yaitu: Pdt. Heine dan Pdt. Klemmer serta oleh dua pendeta
Belanda, yaitu: Pdt. Betz dan Pdt. Asselt. Mereka memainkan rapat untuk menyerahkan
misi penginjilan kepada Rheinische Missionsgesellschaft. Hari tersebut diasumsikan
menjadi hari berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
5. Nama nama minggu gerejawi

Anda mungkin juga menyukai