Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Gereja umum

NOMENSEN

DOSEN PENGAMPU:

Bernat Sitorus, M.Th

NIDN: 0125057202

DISUSUN OLEH:

Septa Hutagalung/2310263, Theresia Pandiangan/2310264, Yoel


Tambunan/2310265, Zella Marbun/2310266, Rahel
Siahaan/2210216, Kamrol Sidauruk/2210

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA METHODIST


INDONESIA

BANDAR BARU

2023/2024

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Amanat Agung (Mat 28:19-20) pada saat Tuhan Yesus kembali k surga,
Dia memerintahkan untuk murid-muridNya memberitakan Injil. Dan amanat
Agung tersebut juga masih berlaku untuk kita sebagai orang percaya. Namun,
ketika dilihat masih banyak wilayah-wilayah yang belum dijangkau oleh Injil,
terlebih lagi saat mendengar pembahasan tentang jendela 10/40, kawasan
tersebut merupakan kawasan dimana orang-orang yang menjadi bagian suku
terabaikan. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah kemanakah utusan ?
Atau dimanakah orang yang melaksanakan amanat Agung?

Dalam memberitakan Injil memang banyak resiko yang harus ditanggung


oleh para misionaris dan kemungkinan besar hal itulah yang membuat
sebagian besar orang takut untuk memberitakan Injil, sehingga lebih memilih
untuk berdiam diri dan cukup menyimpan kabar baik untuk dirinya sendiri.
Dengan demikian, perlu untuk kita membahas tentang tokoh-tokoh misi yang
menjadikan kehidupannya bersejarah bagi orang lain pada saat pemberitaan
Injil yang dilakukannya disuatu tempat. Sehingga dengan pengalaman yang
orang lain alami dapat memberi motivasi di dalam diri kita dan menambah
semangat untuk berpartisipasi dalam pemberitaan Injil. 1

Pada masa kecinya, Nommensen pernah mendengarkan suatu cerita


tentang misionaris yang disampaikan oleh gurunya yang bernama Callisen,
sejak saat itu dia mulai tertarik dengan suatu peristiwa yang ada di dalam
cerita tersebut, yaitu tentang perjuangan untuk membebaskan keterbelakangan,
perbudakan pada anak-anak miskin. Karena latar belakang keluarga ini adalah
keluarga yang sederhana maka sejak umur 8 tahun, Nommensen sudah
mencari nafkah dengan menggembalakan domba milik orang lain pada saat
musim panas, dan pada saat musim dingin ia bersekolah
1
J.T. Nommensen. Ompu i Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974),
9

ii
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kehidupan Nommensen

Secara umum Nommensen dikenal sebagai seorang tokoh pengabar Injil


berkebangsaan Jerman yang terkenal di Indonesia. Karena buah dari kerja
kerasnya adalah berdirinya sebuah gereja terbesar di wilayah suku bangsa Batak
Toba. Yaitu Gereja yang bernama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Dari
berbagai sumber yang membahas tentang seorang tokoh yang bernama
Nommensen memberikan gambaran bahwa kehidupan tokoh ini menjalani
kehidupan yang sederhana bahkan dapat dikatakan miskin di desa tempat tinggal
mereka. Ingwer Ludwig Nommensen lahir tanggal 6 Februari 1834, di
Nortdstrand, pulau kecil di pantai perbatasan Denmark dan Jerman2.

Nommensen merupakan anak pertama dan lelaki satu-satunya dari empat


orang bersaudara, ayahnya Peter dan ibunya Anna. Pada masa kecinya,
Nommensen pernah mendengarkan suatu cerita tentang misionaris yang
disampaikan oleh gurunya yang bernama Callisen, sejak saat itu dia mulai tertarik
dengan suatu peristiwa yang ada di dalam cerita tersebut, yaitu tentang perjuangan
untuk membebaskan keterbelakangan, perbudakan pada anak-anak miskin. Karena
latar belakang keluarga ini adalah keluarga yang sederhana maka sejak umur 8
tahun, Nommensen sudah mencari nafkah dengan menggembalakan domba milik
orang lain pada saat musim panas, dan pada saat musim dingin ia bersekolah 3.
Pada umur 10 tahun ia menjadi buruh tani.

Tahun 1846 pada umur 12 tahun kedua kakinya sakit parah karena
kecelakaan kereta kuda pulang dari sekolah. Selama setahun lebih tidak dapat
berjalan, kakinya hampir diamputasi. Dia berjanji kepada Tuhan bahwa akan
menjadi misionar apabila kedua kakinya sembuh kembali. Dia akan pergi jauh

2
F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia,1987), 198
3
J.T. Nommensen. Ompu i Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1974), 9

ii
untuk membebaskan anak-anak miskin yang budak karena hutang orang tuanya,
dia akan memberitakan Firman Tuhan kepada orang

orang yang sangat terbelakang sebagaimana sering diceritakan gurunya


Callisen yang sangat dikaguminya4. Tahun 1847 Kedua kakinya sembuh secara
ajaib, sehingga dia bisa dia berjalan seperti dulunya sebelum mengalami
kecelakaan. Dia kembali ke sekolah pada musin winter (musim dingin) karena
pada musin summer dia akan menjadi gembala domba untuk menerima upahan
karena orang tuanya sangat miskin.

Sosok Nommensen merupakan sosok yang memiliki keberanian,


kesungguhan, ketulusan dan jiwa petualangan. Nommensen adalah seorang tokoh
yang dibesarkan di budaya Barat, namun dia berani mengambil keputusan untuk
mendatangi budaya yang berbeda, yaitu Tanah Batak. Berbekal sebagai seorang
theolog muda, menerima tantangan untuk mendedikasikan ilmu, iman dan
pengabdiannya bagi Bangsa Batak. yang hanya diketahui dari buku literatur yang
terbatas dan dengar-dengaran dari sumber-sumber yang belum tentu teruji
kemampuannya dalam menggambarkan sifat, sikap dan alam Batak. Dalam hal ini
kita perlu melihat kembali kebelakang ke tahun 1861, pada saat ia ditahbiskan
menjadi pendeta.

Dan sesudahnya ia berangkat menuju Sumatera dan tiba pada bulan Mei
1862 di Padang, dalam segala keterbatasannya, tanpa kecanggihan transportasi
dan alat komunikasi. Terbukti, untuk tiba di tempat yang akan ditujunya
menghabiskan waktu 142 hari, yang saat ini dapat kita tempuh hanya 11 jam
kurang lebih. Perbedaan budaya, bahasa dan agama tidak menyurutkan niatnya
untuk memulai “pengabdian” di tengah perlawanan dan ancaman Bangsa Batak
yang belum terbiasa menerima kehadiran orang yang berlainan bahasa, pola
hidup, warna kulit dan mata serta rambutnya.

Kesungguhan dan keteguhan Nommensen, terbukti mampu memenangkan


penolakan besar Bangsa Batak yang berbuah pada dimulainya era baru bagi
kehidupan sosial dan spritual, hingga berimplikasi luas pada tatanan mayoritas

4
Th. van den End, Ragi Carita 2. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1993). 175

ii
Batak. Ia memulai pekerjaannya di Barus. Ia mulai belajar bahasa Batak dan
bahasa Melayu, yang cepat sekali dapat dikuasainya. Dengan demikian dia mulai
mengadakan kontak-kontak dengan orang-orang Batak, terutama dengan raja-raja.
Ia tidak jemu mengadakan

perjalanan keliling untuk menciptakan hubungan pergaulan yang baik,


serta mempelajari adat-istiadat Batak dan mempergunakannya untuk mempererat
pergaulan. Seiring berjalannya waktu, Nommensen meminta izin untuk masuk ke
pedalaman tetapi dilarang oleh pemerintah setempat, dikarenakan daerah tersebut
sangat berbahaya bagi seorang asing. Namun Nommensen tidak takut dengan apa
yang dikatakan oleh mereka, melainkan ia tetap memilih Silindung sebagai tempat
tinggal barunya. Saat dia berada didaerah tersebut, ia mendapat gangguan yang
hebat, namun ia tidak putus asa. Ia berhasil mengumpulkan jemaatnya yang
pertama di Huta Dame (Kampung Damai).

Tahun 1873 ia mendirikan sebuah gedung gereja, sekolah, dan rumahnya


sendiri di Pearaja. Sampai sekarang Pearaja menjadi pusat HKBP. Dengan
berbagai peristiwa yang Nommensen alami menunjukkan bahwa pekerjaan
Nommensen diberkati Tuhan, sehingga Injil makin meluas. Kemudian dia pindah
tempat tinggal ke kampung Sigumpar pada tahun 1891, dan ia tinggal di sana
sampai dia meninggal.

Nommensen memberitakan Injil di tanah Batak dengan berbagai macam


cara. Dalam pendekatannya kepada orang Batak, ia masih mengijinkan mereka
mempraktekkan budaya mereka selama itu tidak bertentangan dengan Injil. Ini
berarti bagi Nommensen tidak ada masalah orang Batak mempraktekkan adat, tapi
harus tanpa dibarengi penyembahan kepada nenek moyang. Kadang, ia
mengijinkan perayaan-perayaan tradisional, namun mengubah isinya menjadi
penyembahan terhadap Tuhan Allah. Ia menunjukkan pemahaman yang positif
terhadap adat Batak, dengan mengujinya di dalam terang Hukum Musa dan tetap
memelihara apa yang tidak bertentangan dengan semangat Injil 5. Inilah alasan
banyak pemimpin Batak yang menjadi Kristen. Strategi Nommensen benar-benar

5
Lehmann, A Biographical Study of Ingwer Ludwig Nommensen,( New York : UNITED
KINGDOM, 1996) 322.

ii
efektif memenangkan orang Batak bagi kekristenan. Selain itu Ia juga
menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru (PB) ke dalam bahasa Toba dan
menerbitkan cerita-cerita Batak. Ia juga berusaha untuk memperbaiki pertanian,
peternakan, meminjamkan modal, menebus hamba-hamba dari tuan-tuannya, serta
membuka sekolah-sekolah dan balai-balai pengobatan. Dalam pekerjaan
pengabaran Injil, ia menyadari perlunya mengikutsertakan orang-orang Batak.

Amanat Agung (Mat 28:19-20) pada saat Tuhan Yesus kembali k surga,
Dia memerintahkan untuk murid-muridNya memberitakan Injil. Dan amanat
Agung tersebut juga masih berlaku untuk kita sebagai orang percaya. Namun,
ketika dilihat masih banyak wilayah-wilayah yang belum dijangkau oleh Injil,
terlebih lagi saat mendengar pembahasan tentang jendela 10/40, kawasan
tersebut merupakan kawasan dimana orang-orang yang menjadi bagian suku
terabaikan. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah kemanakah utusan ?
Atau dimanakah orang yang melaksanakan amanat Agung?

Dalam memberitakan Injil memang banyak resiko yang harus ditanggung


oleh para misionaris dan kemungkinan besar hal itulah yang membuat
sebagian besar orang takut untuk memberitakan Injil, sehingga lebih memilih
untuk berdiam diri dan cukup menyimpan kabar baik untuk dirinya sendiri.
Dengan demikian, perlu untuk kita membahas tentang tokoh-tokoh misi yang
menjadikan kehidupannya bersejarah bagi orang lain pada saat pemberitaan
Injil yang dilakukannya disuatu tempat. Sehingga dengan pengalaman yang
orang lain alami dapat memberi motivasi di dalam diri kita dan menambah
semangat untuk berpartisipasi dalam pemberitaan Injil. 6

Pada masa kecinya, Nommensen pernah mendengarkan suatu cerita


tentang misionaris yang disampaikan oleh gurunya yang bernama Callisen,
sejak saat itu dia mulai tertarik dengan suatu peristiwa yang ada di dalam
cerita tersebut, yaitu tentang perjuangan untuk membebaskan keterbelakangan,
perbudakan pada anak-anak miskin. Karena latar belakang keluarga ini adalah
keluarga yang sederhana maka sejak umur 8 tahun, Nommensen sudah
6
J.T. Nommensen. Ompu i Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974),
9

ii
mencari nafkah dengan menggembalakan domba milik orang lain pada saat
musim panas, dan pada saat musim dingin ia bersekolah

Maka dari itu, dibukalah sekolah penginjil yang menghasilkan penginjil-


penginjil Batak. Juga untuk kebutuhan guru-guru sekolah, dia membuka
pendidikan guru. Karena kecakapan dan jasa-jasanya dalam pekerjaan penginjilan,
maka pimpinan RMG mengangkatnya menjadi Ephorus pada tahun 1881.7

2.2 Alasan tertarik melakukan misi

a. Pada masa kecilnya Nommensen mendengar cerita tentang perjuangan


misionaris dari gurunya yang bernama Callisen, dari cerita-cerita yang ia
dengarkan memunculkan ketertarikkannya kepada profesi sebagai seorang
misionaris.
b. Pada suatu hari Nommensen mengalami kecelakaan dan mengakibatkan
luka parah di bagian kakinya dan hampir diamputasi. Namun suatu ketika
dia membaca Yohanes 16:23-26, yaitu tentang kata-kata Tuhan Yesus
bahwa siapa yang meminta kepada Bapa di Surga, maka Bapa akan
mengabulkannya. Nommensen bertanya kepada ibunya, apakah perkataan
Yesus itu masih berlaku atau tidak. Ibunya meyakinkannya bahwa
perkataan itu masih berlaku. Ia mengajak ibunya untuk berdoa bersama-
sama. Nommensen meminta kesembuhan dan dengan janji, jikalau ia
sembuh maka ia akan pergi memberitakan Injil.
c. Tahun 1859 4 orang Misionar Rheinische Mission German (RMG)
Barmen serta 3 orang isteri misionaris terbunuh, berita itu semakin
menggugah hati Ingwer Ludwig Nommensen untuk pergi ke daerah
pelbegu(agama asal suku Batak sebelum kedatangan Islam dan Kristen ke
tanah Batak, dianut oleh masyarakat Mandailing, Angkola, Karo dan
Pakpak).8

7
F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia,1987), 198
8
Lehmann, A Biographical Study of Ingwer Ludwig Nommensen,( New York : UNITED
KINGDOM, 1996) 322.

ii
Ludwig Ingwer Nommensen (di daerah Batak dikenal sebagai
Ingwer Ludwig Nommensen atau I.L. Nommensen; lahir di
Nordstrand, Denmark (kini Jerman), 6 Februari 1834 – meninggal di
Sigumpar, Toba Samosir, 23 Mei 1918 pada umur 84 tahun) adalah
seorang penyebar agama Kristen Protestan di antara suku Batak,
Sumatera Utara. yang berasal dari Jerman, tetapi lebih dikenal di
Indonesia. Hasil dari pekerjaannya ialah berdirinya sebuah gereja
terbesar di tengah-tengah suku bangsa Batak Toba yaitu Huria Kristen
Batak Protestan (HKBP).

Masa Kecil Nomensen

Origenes (185-253) adalah seorang apologet Kristen, ekseget


Kitab Suci dan teolog. Dia lahir di Alexandria dari keluarga kristen
yang memberikannya pendidikan Kitab Suci dan ilmu-ilmu lainnya.
Penganiayaan di Alexandria mengakibatkan kematian ayahnya, saat
dia belum berumur 17 tahun. Saat berumur 18 tahun, dia belajar
banyak tentang pendidikan kristiani. Ketika sekolah-sekolah
berkembang, dia memasukinya dan mengembangkan berbagai
pengetahuan sekaligus kedisiplinan.9

Kehidupan Origenes erat dengan bidang pendidikan. Sebagai


seorang pendidik, garis hidupnya dapat dibagi ke dalam dua bagian.
Pertama, Origenes sebagai kepada sekolah di Alexandria pada tahun
203-231. Dia memperoleh murid-murid bahkan dari kaum heretik dan
sekolah-sekolah filsuf Pagan. Dia mengajar dialektika, fisika,
matematika, geometri, astronomi, filsafat dan teologi spekulatif. Pada
216, dia diminta oleh Uskup dari Kaisarea untuk memberikah khotbah
dan penjelasan Kitab Suci kepada para imam sekalipun Origenes
bukanlah imam. Namun superiornya, Demetrius dari Alexandria,
menyalahkan Origenes karena tindakannya tersebut. Origenes disuruh
kembali ke Alexandria. Demetrius kemudian memanggil sinode yang

9
Gerald H. Anderson (ed.), Biographical Dictionary of Christian Missions
(USA: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 2003), hlm. 507.

ii
mengekskomunikasi Origenes dari Gereja di Alexandria. Setelah
kematian Demetrius pada 232, Origenes berniat kembali ke
Alexandria, namun penggantinya, Heraklas, mengulangi
ekskomunikasi yang serupa.10

Tahun 231 Origenes meninggalkan Alexandria menuju


Kaisarea. Dari sini dimulailah periode kedua hidupnya. Uskup
Kaisarea menugaskan Origenes untuk membentuk sebuah sekolah
teologi di Kaisarea. Di sana Origenes mengabdikan hidupnya selama
hampir dua puluh tahun. Gregorius menulis bahwa Origenes menyuruh
semua muridnya untuk membaca semua karya filsuf-filsuf kuno,
kecuali mereka yang menyangkal keberadaan Tuhan dan
penyelenggaraan Ilahi. Di sana pula ia mengembangkan tulisan-
tulisannya. Karena penganiayaan Decian tahun 250 dia dipenjara dan
sangat menderita. Dia meninggal di Tyre pada 253M di umur ke-69
karena sakit.11

Origenes adalah perintis dari berbagai ajaran misi. Karya-karyanya


sangat fenomenal dan menuai banyak kontroversi. Namun itu bukan
berarti dia bukanlah seorang Kristen. Di awal karya teologisnya dia
menekankan bahwa hanya satu yang pantas untuk diterima sebagai
kebenaran yakni yang berasal dari Gereja dan Tradisi apostolik. 12
Sekalipun ada banyak kontribusinya bagi Gereja, dia tetap diumumkan
sebagai heretik oleh Gereja dan tidak pernah menjadi santo.13

Kunjungan pertama ke Tarutung dilakukan pada 11 November


1863. Pada kunjungan pertama ini, Nommensen diterima oleh Ompu
Pasang (Ompu Tunggul) kemudian tinggal di rumahnya yang daerahnya
masuk dalam kekuasaan Raja Pontas Lumban Tobing. Dari sini Secara
umum Nommensen dikenal sebagai seorang tokoh pengabar Injil
berkebangsaan Jerman yang terkenal di Indonesia. Karena buah dari kerja

10
Johannes Guasten, Patrology: Volume II ( USA: Spectrum, 1952), hlm. 38-39.
11
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
12
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
13
Th. van den End, Ragi Carita 2. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1993). 175

ii
kerasnya adalah berdirinya sebuah gereja terbesar di wilayah suku bangsa
Batak Toba. Yaitu Gereja yang bernama Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP). Dari berbagai sumber yang membahas tentang seorang tokoh
yang bernama Nommensen memberikan gambaran bahwa kehidupan
tokoh ini menjalani kehidupan yang sederhana bahkan dapat dikatakan
miskin di desa tempat tinggal mereka. Ingwer Ludwig Nommensen lahir
tanggal 6 Februari 1834, di Nortdstrand, pulau kecil di pantai perbatasan
Denmark dan Jerman14.

Nommensen merupakan anak pertama dan lelaki satu-satunya dari


empat orang bersaudara, ayahnya Peter dan ibunya Anna. Pada masa
kecinya, Nommensen pernah mendengarkan suatu cerita tentang
misionaris yang disampaikan oleh gurunya yang bernama Callisen, sejak
saat itu dia mulai tertarik dengan suatu peristiwa yang ada di dalam cerita
tersebut, yaitu tentang perjuangan untuk membebaskan keterbelakangan,
perbudakan pada anak-anak miskin. Karena latar belakang keluarga ini
adalah keluarga yang sederhana maka sejak umur 8 tahun, Nommensen
sudah mencari nafkah dengan menggembalakan domba milik orang lain
pada saat musim panas, dan pada saat musim dingin ia bersekolah 15. Pada
umur 10 tahun ia menjadi buruh tani. .16

Selama hidupnya Origenes membuat banyak tulisan. Namun


karya-karyanya banyak yang hilang. Karya-karyanya yang tersisa
sekarang kebanyakan tidak lagi berbahasa Yunani seperti aslinya,
melainkan dalam terjemahan Latin. Jerome, yang menggunakan
karyanya, menyebut jumlahnya dua ribu. Epiphano memperkirakan
tulisan-tulisannya berjumlah enam ribu. Kini banyak orang hanya
mengetahui jumlah tulisannya sebanyak delapan ratus. Tampaknya
Origenes tidak berniat untuk mempublikasikan karya-karyanya.17
14
F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia,1987), 198
15
J.T. Nommensen. Ompu i Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1974), 9
16
J.T. Nommensen. Ompu i Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974),
9
17
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.

ii
Tulisan-tulisan Origenes dapat dibagi menjadi lima bagian
yakni kritik teks, karya-karya eksegetis, karya-karya apologetis, tulisan
dogmatis dan tulisan-tulisan praktis.18 Kritik teks menyangkut uraian
kritis atas Kitab Suci. Karyanya dalam bagian ini adalah Hexapla yang
berisi komentar atas Kitab Suci Perjanjian Lama. 19 Karya-karya
eksegetis adalah eksegese ilmiah yang mengomentari semua Kitab
Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagian kedua ini terbagi
menjadi beberapa tulisan, yakni: scholia, khotbah dan komentar.

Menyetujuinya tanpa diadakan penelitian terlebih dahulu.


Gereja-gereja di Palestina, Arabia, Fu- nisia dan Akhaya menolak
keputusan tersebut. Origenes menunjukkan kebesaran yang

luar biasa dalam menghadapi lawan-lawannya. la menyatakan


sikapnya kepada lawan-lawan nya melalui ungkapan sebagai berikut,
"Kita ha rua mengasihi mereka, me bukan membenci reka berdua bagi
mereka, bakan mengutak me reka karena kita harus menjadi berkat
bagi me reka dan bukannya kutuk."

Pendidikan dan misi

Origunes diundang oleh Uskup Theoetitus suntuk pindah ke


Kaisarea. Di sini ia membuka sekolah filsafat dan sekolah teologi.
Pecahnya penghambatan di bawah Kasar Maximus Thrax
menyebabkan Origenes pindah ke Kapadokia dan dari sana ke Yunani
dan kembali lagi Kaisarea.

Sementara itu di Aleksandria terjadi per uhahan yang baru. Kini


yang menjadi uskup di sana adalah Dionysius, bekas murid Origerina.
Dionysius mengundang Origenes kembali ke Aleksandria untuk
memimpin sekolah kateketik i sana. Namun, muncul penghambatan
Decius dan Origenes ditangkap serta dipenjarakan. Mes kipun ia

18
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-74.
19
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-45.

ii
dibebaskan kemudian tatkala Decius mati, tubuhnya sudah sangat
lemah akibat peng aninyaan yang dideritanya selama dalam penja ra.
Tak lama kemudian Origenes meninggal pada tahun 254 dan
dikuburkan di Tirus. Dalam bidang ilmu toologi, Origenes men

catat beberapa prestasi yang gemilang. Dalam ekaegesis


(tafsiran Alkitalo ia dipandang sebagai bapa metode penafsiran
alegoris. la memandang hahwa Alkitab sebagai suatu organisme yang
hidup, yang terdiri dari tiga unsur yang mem berikan jawaban kepada
tubuh, jiwa dan roh, Ayat-ayat Alkitab mempunyai tiga arti, yaitu
harfiah, etis, dan mistis. Pemakaian penafsiran alegoris yang
berlebihan menyebabkan ia jatuh ka dalam kasalahan.

Origenalah yang pertama kali berusaha untuk menyusun secara


sistematis ilmiah selu rah ajaran Kristen yang ang dituangkannya
dalam karya besarnya, yaitu Peri Archoon (Mengenai152 yang Pokok-
pokok). Inilah buku dogmatika per tama dalam Gereja Lama.
Karyanya ini terdiri dari empat buku yang is tulis selama berada di
Aleksandria. Buku pertama membahas Trinitas Buku kedua membahas
pokok-pokok pencipta an, inkarnasi, kebangkitan dan penghukuman
Buku ketiga membahas pokok-pokok kubebasan Buku keempat
membahas pokok-pokok Alkitab dan suatu rekapitulasi mengenai
Trinitas20

Jasanya sangat besar dalam bidang studi kritik teks. Dialah orang
pertama yang meng usahakan suatu perbandingan naskah-maskah Alkitah.
Karya yang agung itu dinamakan Hexa plo karena terdiri dari enam kolom.
Kolom per tama dan kedua memuat naskah asli, yaitu Ibra ni dan Yunani,
kokım ketiga dan seterusnya ma sing-masing memuat naskah terjemahan
Septu aginta, Aquilla, Summachus dan Theodotion. Karyanya menjadi
sumbangan besar hagi pene litian naskah-naskah Alkitab oleh para ahli bi
blika pada zaman sekarang iniKematian Nommensen meninggal pada
tanggal 23 Mei 1918, pada umur 84 tahun.[1] Nommensen kemudian

20
Bella, Julius I. "Dogma Pastor Tyrrell." Sejarah Gereja , jilid. 8, tidak. 4, 1939, hlm.316–341

ii
dimakamkan di Sigumpar, di tengah-tengah suku Batak, setelah bekerja
demi suku ini selama 57 tahun lamanya. Strategi misi yang dikembangkan
Nommensen ialah mengubah strategi penginjilan awal yang menekankan
konversi perorangan dengan mengembangkan strategi yang menekankan
konversi kelompok baik keluarga (mencakup keseluruhan anggota
keluarga sebagai satu kesatuan) maupun keseluruhan komunitas kepada
iman Kristen.[2] Untuk mewujudkan hal itu, Nommensen membuka pos
penginjilan (Missionsstation) baru (termasuk sekolah) dengan tujuan
menjalin hubungan baik dengan pemuka raja-raja setempat.[7] Para raja
inilah yang menentukan berhasil atau

Kematian

Nommensen meninggal pada tanggal 23 Mei 1918, pada umur 84


tahun. Nommensen kemudian dimakamkan di Sigumpar, di tengah-tengah
suku Batak, setelah bekerja demi suku ini selama 57 tahun lamanya.

21

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Penutup

“Hati Allah bagi dunia” menunjukkan bahwa Allah menginginkan semua


orang mendengarkan Injil. Namun tidak banyak orang yang bersedia untuk
menjadi alat Tuhan dalam pemberitaan Kabar Baik karena banyak resiko atau
konsekuensi yang harus ditanggung. Tetapi dalam pembahasan Nommensen
mengingatkan kembali bahwa resiko yang akan dialami oleh pemberita Injil tidak
dapat menjadi alasan untuk kita tidak bersedia berpartisipasi dalam pekabaran
Injil, sebab Nommensen sendiri telah mengalami penyertaan Tuhan yang luar
biasa pada saat dia mengambil keputusan menjadi misionaris di tanah Batak.
21
F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia,1987), 198

ii
Teladan Nommensen bagi kehidupan masa kini adalah sebagai berikut:

a. Sejak masa kecil dia mulai bekerja keras dan hidup mandiri
b. Berkomitmen dengan Tuhan
c. Berani mengambil keputusan yang tepat meskipun resikonya berat
d. Mampu mengubah pola pikir masyarakat Batak
e. Mampu menyesuaikan diri(kontekstual) dengan adat-istiadat daerah Batak
f. Menciptakan kemajuan di tanah Batak baik dari segi spiritual maupun
social.

Setelah mengetahui semangat seorang tokoh yang bernama Nommensen


dalam melakukan misi tanpa terpengaruh oleh resiko yang dialaminya merupakan
suatu teladan yang perlu ditiru dan membangkitkan semangat kita untuk terus
berpartisipasi mengabarkan Injil bukti kita adalah orang yang percaya kepada
Allah. Melakukan pemberitaan Injil bukanlah melihat masalah yang akan dialami
melainkan melihat kemuliaan Allah dinyatakan di dalam setiap hidup kita.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Gerald H. (ed.). Biographical Dictionary of Christian Missions. USA:


Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 2003.

Guasten, Johannes. Patrology: Volume II. USA: Spectrum, 1952.

O’ Mearn, John J. Origen: Prayer, Exhortation to Martyrdom. New York:


Newman Press, 1953.

Trigg, Joseph Wilson. Origen. London: SCM Press LTd, 1983.


Georg Huntemann. (1993). The Other Bonhoeffer: An Evangelical
Reassessment of Dietrich Bonhoeffer. Grand Rapids: Baker.
Harun Hadiwijono. (1993). Teologi Reformatis Abad Ke-20. Jakarta: BPK
Gunug Mulia.

Hourly . (2019). Dietrich Bonhoeffer: A Life from Beginning to End


(Biographies of Christians). Chicago: Independently published.

Jared C. Wilson. (2019). The Imperfect Disciple. Jakarta: Perkantas.

ii
John W. De Grucy. (2006). Agama Kristen dan Demokrasi. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Larry L. Rasmussen. (2010). Kmonunits Bumi: Etika Bumi, Jakarta: BPK


Gunung Mulia.

Mariana Febriana Lere Dawa. (2016). Mengenal Secara Singkat Teologi


Kontenporer. Malang: Media Nusa Creative.

Martin E. Mary. (2011). Letters and Papers from Prison. New Jersey:
PrincetonUP .

Susan Bergman. (2008). Para Martir. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Tony Lane. (1930. Runtuh Pijar. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Vivienne Blackburn. (2004). Dietrich Bonhoeffer and Simone Weil: A


Study in Christian Responsiveness. USA: Die Deutsche Bibliothek.

W. De Gruchy,. (1999). The Cambridge Companion to Dietrich


Bonhoeffer. Cambridge: Cambridge University Press.

ii

Anda mungkin juga menyukai