Anda di halaman 1dari 13

Sejarah GKJ Kebonarum sebagai Media Pembelajaran Diri

Pendahuluan

Kehidupan manusia tidak akan lepas dari sejarah, termasuk di dalamnya sejarah gereja.
Sejarah sebagai tonggak pengingat dari masa lalu untuk memahami masa kini dan menjadi
guru untuk merancang masa mendatang. Kita bisa belajar banyak hal dari sejarah gereja,
antara lain perjuangan para perintis kekristenan, kebijaksanaan mereka, dan keberadaan
gereja sekarang. Oleh karena itu warga gereja masa kini perlu mengetahui dan memahami
titik awal sejarah gerejanya sendiri.

Penulisan sejarah GKJ Kebonarum menggunakan metode pendekatan etnografis. ​Pendekatan


etnografis (berasal dari kata ethos=bangsa/suku bangsa dan graphein=tulisan/uraian) ​adalah
pendekatan yang memusatkan perhatian untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan
bekerjasama melalui fenomena teramati dalam kehidupan sehari-hari. Pelukisan yang
1
sistematik dan analisis suatu konteks budaya dan komunitas setempat . Penulis secara khusus
menekankan pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik adalah studi tentang tanda-tanda
2
(dari kata Yunani ​semeion=​tanda) . Studi yang melihat proses dinamika kehidupan setiap
insan. Semiotik menilik aspek kehidupan budaya dalam ranah komunitas. Komunitas lokal
disoroti di tiap gerak-gerik tindakannya sehari-hari. Sorotannya adalah cara pengungkapan
pesan secara lisan atau tertulis dengan berbagai metode dan bahasa yang bisa menjadikan
banyak makna yang tersurat ataupun tersirat. Pusat dari proses studi ini adalah para pembawa
3
pesan . Studi semiotik membutuhkan kepercayaan, konsentrasi, dan relasi yang terjalin antara
pembawa dan penerima pesan dengan baik dan terkait.

Penulis menyusun sejarah GKJ Kebonarum menggunakan pendekatan tersebut, selain


menggunakan beberapa buku yang mendukung, sehingga diharapkan sejarah yang tersusun
merupakan sejarah nyata, apa yang dialami dan dirasakan, dengan kata lain sejarah jati diri
mereka. Penyusunan sejarah GKJ Kebonarum diawali dengan tumbuhnya benih di tiap
wilayah-wilayah, berikutnya mengenai pendewasaan GKJ Kebonarum secara umum.
Penyusunan sejarah GKJ Kebonarum juga melihat proses pelayanan GKJ Kebonarum,
pelayanan pendeta dan kegiatan pelayanan gereja. Kegiatan pelayanan gereja secara khusus
dalam tulisan ini menyoroti kegiatan diakonia dan kesaksian pelayanan.

I. Benih yang Tumbuh

1
Robert J. Schreiter, C.PP.S., 2001, ​Rancang Bangun Teologi Lokal, ​BPK: Gunung Mulia, p. 24
2
​Ibid​, p. 83
3
​Ibid​, p. 83
1
GKJ Kebonarum berawal dari berbagai persekutuan-persekutuan di lingkup
pelayanan GKJ Klaten. Penulis memaparkan beberapa wilayah persekutuan di
GKJ Klaten yang nantinya menjadi bagian wilayah pelayanan GKJ Kebonarum.

1. Bendogantungan- Sumberejo
4
Pemerintah Hindia Belanda sebelumnya melarang pemberitaan Injil kepada
orang-orang Jawa. Sebab pemberitaan Injil kepada orang Jawa dipandang
menjadi sederajat dengan orang Belanda dan orang Jawa tak akan mau
membayar pajak pada Belanda. Lambat laun ada ijin dari pemerintah Hindia
Belanda dan mengutus Van Andel untuk pemberitaan Injil di wilayah
Surakarta tahun 1910.

5 6
Pdt.Van Andel mengutus Guru Injil Stefanus Arun untuk memberitakan
Injil di wilayah Klaten pada tahun 1916. Beliau inilah yang pertama kali
bertempat tinggal dan mengajar di Bendogantungan. Stefanus Arun yang
7
memang terkenal sebagai guru yang patut diteladani .

Perkembangan kekristenan itu juga didukung dengan dibangunnya rumah sakit


8
di Tegalyoso yang diberi nama ​Dr. Scheurer Hospitaal pada tahun 1927 oleh
Perusahaan Perkebunan Klaten yang disebut ​Klatenche Cultuur Maatschappij.

4
Setelah berakhirnya kekuasaan Inggris, Indonesia dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada mulanya,
pemerintahan ini merupakan pemerintahan kolektif terdiri dari tiga orang, yaitu Flout, Buyskess, dan Van der
Capellen. Mereka berpangkat komisaris jenderal. Pemerintahan kolektif ini bertugas menormalisasikan
keadaan Nusantara saat di bawah kekuasaan Inggris yang lama, ke kondisi yang baru di tangan Belanda dari
tahun 1816-1819. Pada tahun 1919,, kepala pemerintahan Belanda mulai dipegang oleh seorang gubernur
jenderal, yaitu Van der Capellen. Selanjutnya ada pengembangan di bidang ekonomi dan sejarah. Selain itu
muncul gerakan kristenisasi sebagai tugas politik utama,dimana dengan mengutamakan kelembagaan
pendidikan dan kesehatan yang dirasa bidang-bidang tersebut sangat berpengaruh dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Dikutip dari ​www.indonesian-persons.blogspot.com , diunduh pada tanggal 5 Agustus
2016.

5
Van Andel tokoh penting di Solo dimana beliau merupakan tokoh Kristen yang memprakarsai adanya
kekristenan di Solo. Beliau adalah pendeta utusan wilayah Surakarta. Beliau mendirikan rumah sakit, lembaga
pendidikan, dan yayasan di Solo. Van Andel juga seorang pendeta di Solo. Van Andel memiliki pengharapan,
agar daerah di sekitar Solo, seperti Boyolali dan Klaten, juga ada pertumbuhan akan kekristenan.

6
Stefanus Arun menumbuhkembangkan kehidupan masyarakat di Bendogantungan, khususnya dalam
memetakan pertumbuhan kehidupan Kristen. Perawat rumah sakit banyak yang tinggal di daerah
Bendogantungan. Stefanus Arun melihat dengan mudah untuk mewartakan Injil dalam lingkup
Bendogantungan. Saat ini, keturunan dari Stefanus Arun tak diketahui keberadaannya.

7
Hasil wawancara dengan Bapak Bowo Margono pada tanggal 14 Maret 2016.
8
Rumah sakit ini didirikan oleh Dr. J. Gerrit Scheurer dengan nama PETRONELLA ZIENKENHUIS. Rumah Sakit Dr.
Scheurer yang sekarang bernama Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro atau RS Tegalyoso berkaitan dengan
proses RS Bethesda yang diresmikan pada tanggal 20 Mei 1899. RS Bethesda disebut sebagai RS TOELOENG/
PITULUNGAN. Selain RS Bethesda, RS Tegalyoso berkaitan dengan RS di Jebres. Rumah Sakit zending Jebres
yang didirikan pada tahun 1912 oleh Gereja Gereformeerd Delft dan Gereja-gereja Zuid Holland ten Noorden.
Lambat laun, RS Jebres diambil alih oleh pemerintahan Indonesia dan namanya diganti RS Moewardi dan
bertepatan dengan hari pahlawan nasional pada tanggal 10 November 1988.
2
Adanya rumah sakit ini menjadikan banyak juru rawat, karyawan rumah sakit,
dan guru yang bertempat tinggal di Bendogantungan , antara lain Siswa
Diharjo, Kristinah, Sukoco, Kartodimejo, Sastra Supadmo, dan sebagainya.
Tokoh-tokoh yang membawa pengaruh bagi pertumbuhan umat Kristen di
Bendogantungan. Mereka memberikan pelayanan kepada setiap orang yang
membutuhkan pertolongan, baik itu untuk masalah kesehatan atau sebagai
tempat berbagi permasalahan hidup lainnya. Perkembangan kehidupan orang
Kristen bertambah sampai pada peristiwa PKI pada tahun 1965. ​Usai peristiwa
PKI, makin bertambah banyaklah orang-orang yang tergerak untuk masuk
9
dalam agama Kristen .

2. Mayungan dan sekitarnya


Pertama kali Injil Yesus Kristus di Mayungan ditaburkan oleh seorang wanita,
10
Ngadikem Wangsa Taruna . Berawal dari penyakit yang dideritanya dan
dirawat di DSH Tegalyoso. Penyakit yang dideritanya membawa
11
perkembangan lebih baik dan sehat. Setelah sembuh, diminta dokter Bakker
untuk menjadi tukang jahit. Karena komunitas disitu, dia orang pertama yang
menjadi Kristen di daerah Mayungan. Keterbukaan diri dan kesediaan hati
menjadi orang Kristen dengan melihat proses pelayanan yang tulus yang
dilakukan oleh dokter Bakker bagi dirinya.

Perkembangan Kekristenan di Mayungan selanjutnya terjadi karena peran dan


pengaruh Satuan Kredit Profesi (SKP) Kristen, terutama yang mengarah pada
profesi kesehatan di Mayungan. Selain itu, ada keluarga Suharno dan Sriyono
sebagai mantri kesehatan Tegalyoso yang menyelenggarakan Natal dengan
mengundang tetangga.

Seiring berjalannya waktu, kemajuan kekristenan di Mayungan semakin pesat


pada tahun 1965 melalui peristiwa PKI dengan diwarnai berbagai kegiatan
dari anak sampai lansia yang menjadi daya tarik masyarakat.

9
​Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat Islam. Keadaan diperparah dengan
adanya perselisihan anggotanya dan melarang untuk pergerakan perjuangan Indonesia. Banyak anggota yang
keluar. Selanjutnya karya PKI adalah melakukan pemberontakan, pembunuhan massal, dan ingin menguasai
negara. Banyak orang yang kebingungan dengan gerakan PKI. Namun pemerintah tak tinggal diam. Pemerintah
mewajibkan orang untuk memeluk agama supaya tidak dicap PKI. Banyak orang yang ketakutan karena di cap
sebagai anggota PKI. Dalam situasi yang genting masa itu, ada gereja yang menjadi tempat berlindung dan
membantu orang yang tersisih. Tindakan gereja tersebut memberikan jalan dan waktu bagi mereka yang ingin
belajar agama Kristen. Diperoleh dari ​www.apirevolusi.blogspot.co.id​ . Diunduh pada tanggal 8 Agustus 2016.

10
Tidak mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai sosok wanita ini.

11
Dokter Bakker adalah pimpinan Rumah Sakit Dr. Scheurer Hospital atau yang sekarang disebut RS Tegalyoso.
Dimana Bakker berasal dari Belanda, yang notabene RS Tegalyoso kala itu masih di bawah yayasan zending
yang bergerak di bidang kesejahteraan umat masyarakat. (diambil dari ​www.pusatinfocpns.com pada tanggal
28 April 2016).
3
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah adanya persekutuan dengan pujian,
melakukan kunjungan kasih, dan menaruh perhatian bagi orang-orang di
sekitar Mayungan.

3. Krosok dan sekitarnya


Injil bertabur tumbuh kembang di Krosok berawal dari adanya Sekolah Desa
di Balang. Sekolah ini semacam sekolah dasar yang didirikan oleh ​zending
zaman itu. Pada hari Minggu Sekolah Desa mengadakan ‘kegiatan’ untuk
menyanyi, berdoa, mendapat cerita Alkitab dan diberi buku bacaan Kristen
oleh Mardi Raharjo, gurunya. Kegiatan tersebut membuat orang-orang tertarik
belajar, terutama belajar dalam sisi agama Kristen. Orang-orang yang menjadi
Kristen melalui sekolah itu adalah Hadiprayitno, Setyawardoyo,
12
Atmowiryanto, Sihono dan lainnya .

Sekitar tahun 1948-1949 ada perang kedua, banyak orang Kristen yang
13
mengungsi ke Krosok dan tinggal di rumah Martowiryo . Orang-orang
Kristen yang dimaksud dari Gayamprit, napak tilas dari GKJ Klaten. Selain itu
juga ada ketertarikan dari asrama tentara yang dekat dengan daerah Krosok
ini. Mereka memiliki peranan perkembangan kekristenan di Krosok.

Pada tahun 1950 orang Kristen di Krosok dan diperbantukan sebagai guru di
14
sekolah Kristen adalah Atmowiryanto . Sejak saat itu banyak warga Krosok
yang tertarik menjadi orang Kristen. Atmowiryanto mengadakan doa syukur
dan membuat beberapa orang yang hadir tertarik menjadi orang Kristen.

Perkembangan kekristenan di Krosok berkembang pesat seiring dengan


peristiwa PKI tahun 1965. Orang tertarik belajar Kristen melalui kegiatan
penyegaran rohani yang diadakan di Krosok. Pada waktu itu pun, ketika ada
warga gereja yang menikah dengan warga non-gereja, warga non-gereja
12
​ . 4. Hadiprayitno
​Data tokoh didapat berdasarkan Buku ​25 Tahun: Gereja Kristen Jawa Kebonarum Klaten, h
melakukan pengembangan dan perhatian kepada gereja. Sampai juga tanah gereja Krosok merupakan hasil
pemberian beliau. Penulis selama bimbingan menempati rumah salah satu anak beliau yang bernama Joko
Budijanto. Keturunan beliau masih aktif pelayanan di GKJ Kebonarum atau di gereja lainnya sesuai tempat
tinggal anak cucu masing-masing. Demikian pula keturunan Sihono masih aktif kegiatan pelayanan di gereja,
yaitu Kristanto, Sri Woro Setyani, Yusak Wibowo menjadi majelis GKJ Kebonarum, dan lainnya. Keturunan dari
Setyawardoyo juga masih ada di Krosok dan kegiatan di gereja, salah satunya keluarga Joko Sri Wahyuto dan
ada salah seorang yang menjadi majelis GKJ Kebonarum, yaitu Retno Wahyuningsih.

13
​Keturunan Martowiryo masih ada sampai sekarang, salah satunya keluarga Bp. Siswanto. Keluarga tersebut
ambil bagian untuk pelayanan di gereja dan menjadi motor penggerak kegiatan pelayanan di Krosok.

14
​Keturunan Atmowiryanto masih ada di Krosok, salah satunya keluarga Ibu Pairo Diarjo. Atmowiryanto masih
satu rumpun keluarga dari Martowiryo. Atmowiryanto memiliki putra dr. Didik Nugroho yang bertempat
tinggal di Bendogantungan. Keluarga yang ada di Krosok masih aktif pelayanan dan pengembangan untuk
gereja.

4
memiliki keinginan sendiri untuk masuk dalam agama Kristen serta mengajak
seluruh kerabat keluarga besarnya untuk masuk agama Kristen. Itu bukan
karena paksaan atau sekedar mengikuti, tetapi dengan kesediaan diri dan hati
15
secara nyata .

4. Ngrundul dan sekitarnya


16
Benih Injil yang ditabur di Ngrundul dibawa oleh Purwohardiyono , yang
merupakan penduduk asli pertama Ngrundul yang menjadi Kristen. Beliau
menjadi Kristen karena bekerja di rumah sakit Tegalyoso. RS Tegalyoso
memiliki banyak perawat dan karyawan yang beragama Kristen dari daerah
lainnya. Kegiatan penyuluhan kesehatan dengan penuh kasih yang dilakukan
oleh RS Tegalyoso bisa memikat hati tiap orang yang merasa memiliki
keinginan untuk belajar agama Kristen secara intensif. Rumahnya digunakan
untuk kegiatan kerohanian Kristiani. Tanah gereja di Ngrundul saat ini berdiri,
merupakan tanah warisan dari Purwohardiyono.

Agama Kristen di Ngrundul mengalami peningkatan pada tahun 1958.


Peningkatan terjadi karena para pemuda bersekolah di Sekolah Guru Bantu
(SGB) Kristen dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Masehi. Antara lain
17
Sunardi, Sugiyono, Ruslan, Suharni, dan sebagainya . Mereka banyak
melakukan kegiatan Kristen juga memberikan les mata pelajaran yang akan
diuji, Sekolah Minggu dan katekisasi persiapan baptis. Nama-nama tersebut
memiliki gejolak diri untuk memberikan daya semangat kepada yang lain agar
18
memiliki kekuatan iman yang baik . Kegiatan kunjungan, perhatian, dan
mendoakan sebagai faktor utama perkembangan agama Kristen di Ngrundul
dalam tahun-tahun selanjutnya.

5. Pluneng dan sekitarnya


Setelah peristiwa komunis atau PKI tahun 1965, lambat laun orang tertarik
belajar agama Kristen di Pluneng. Karena gereja memberi bantuan dan

15
Hasil wawancara dengan Ibu Surat Tirto Handayani pada tanggal 15 Juni 2016. Ibu Surat menikah secara
Kristiani.
16
Beliau ini masih memiliki rumah dan kebun di belakang gereja Ngrundul. Akan tetapi, rumah itu kosong,
tidak dihuni siapapun. Anak dan cucunya berada di Jakarta dan jarang pulang ke tanah asalnya di Ngrunsul,
Klaten. Sesekali, ada cucunya, Ibu Dewi (yang memang diwarisi rumah kosong di Ngrundul tersebut) pulang
ketika Natal dan tak ada komunikasi lanjut. Banyak yang tidak mengetahui perkembangan keturunan dari Alm.
Purwohardiyono.

17
​Tokoh pendahulu ini masih meneruskan tugas karyanya sampai sekarang di Gereja Ngrundul. Keturunan
Sunardi, Sugiyono, Ruslan, Suharni, dan sebagainya menjadi bagian cikal-bakal di Ngrundul dan mengikuti
kegiatan pelayanan di gereja dengan penuh semangat. Contohnya adalah Sugiyono menjadi pengurus PWK
Klaten, ada anak menantu dari Suharni yang menjadi majelis GKJ Kebonarum yaitu Sarjana, dan sebagainya
dengan ambil bagian talenta masing-masing.
18
Hasil wawancara dengan Bapak Sucipto Cipto Suwarno pada tanggal 15 April 2016.

5
menampung orang-orang akibat gerakan PKI. Orang-orang pertama yang
menjadi Kristen di Pluneng adalah Sukirdo, Sutardi Dwidjosupadmo, Sinom
19
Prapto Wiyono, dan sebagainya . Pada tahun 1967 dibuka katekisasi
persiapan baptis banyak yang mengikutinya. Pemeluk agama kristen
mengalami peningkatan tahun 1968 karena banyak sekolah Kristen. Banyak
20
pemuda menerima sakramen baptis pada tahun 1969 di rumah Brotosutarno .

6. Prayan dan sekitarnya


Injil Yesus Kristus di Prayan dimulai tahun 1962. Berawal dari seorang Guru
21
bernama Ngadilam yang tinggal di Tojayan dan dikunjungi seorang guru SD
bernama Sukidjo di Pokoh. Pada tahun 1963, mereka kebaktian di Somokaton
dan berkenalan dengan Suharno di Banyuaeng. ​Perkenalan tersebut mengarah
untuk mengadakan kegiatan agar mempererat persekutuan dan memikirkan
untuk pembinaan iman dalam pemberitaan Injil di Prayan.

Pada Desember 1963, mereka menyelenggarakan perayaan Natal bagi


anak-anak dan dewasa di Banyuaeng. Kegiatan ini berdampak adanya orang
mau belajar dan masuk Kristen. Pertambahan pesat orang masuk Kristen
adanya wujud pewartaan pelajaran agama Kristen di sekolah dan kegiatan
Sekolah Minggu yang diperjuangkan oleh Ngadilam dan Sukidjo di Pokoh dan
Prayan.

II. Pendewasaan GKJ Kebonarum

Sebelum didewasakan, GKJ Kebonarum menjadi bagian dari GKJ Klaten.


Sumberejo dan Mayungan bagian dari GKJ Klaten blok V. Krosok dan Pluneng
bagian dari blok VIII, Ngrundul blok IX, dan Prayan masuk blok XI. Semakin
lama banyak peningkatan pelayanan gereja menuju ke proses pendewasaan gereja.
Pada persidangan klasis Surakarta Barat diputuskan pendewasaan GKJ
Kebonarum. ​Pada akhirnya pendewasaan GKJ Kebonarum dilaksanakan pada 9

19
​Keturunan dari Sukirdo memilih untuk memeluk agama lain, sehingga tak ada yang meneruskan karya
pendahulunya di Pluneng. Sedangkan keturunan Sutardi Dwijo Supadmo mendukung kegiatan dan
memberikan perhatian pada gereja, yaitu keluarga Surodjo, Pramono, dan sebagainya. Keturunan Sinom
Prapto Wiyono ada yang ambil bagian dalam pelayanan di gereja, seperti Purwanto dan Ngadiyono.
20
Pada mulanya, rumah Pak Brotosutarno menjadi tempat kebaktian di Pluneng. Beliau masih terus melakukan
pelayanan di gereja dan sampai sekarang rumah beliau dipakai untuk kegiatan Sekolah Minggu atau untuk
pertemuan gereja dan umum, juga untuk kegiatan yang membantu kepentingan warga gereja dan
masyarakat.
21
​Bapak Ngadilam ini berasal dari Sentolo, Kulon Progo. Keturunan beliau sekarang menjadi anggota warga GKJ
Gumulan. Catatan selanjutnya mengenai keturunan Sukidjo dan Suharno berkarya di tempat lain dan memeluk
agama lain. Saat ini Bapak Sukidjo tinggal di Jakarta dan menjadi dosen Universitas Indonesia (UI). Beliau juga
yang merintis gagasan supaya gereja menjalankan Gerakan Orang Tua Asuh (GOTA) yang nanti keterangan
selanjutnya dalam kegiatan pelayanan gereja.
6
Juli 1971 di SD Kristen 2 Gudang. Pdt. S. Notodiryo selaku pendeta konsulen dari
GKJ Klaten yang memimpin kebaktian pendewasaan gereja.

III. Sejarah Pelayanan GKJ Kebonarum


Adanya sebuah gereja yang sudah dewasa tak lepas dari peranan orang-orang
yang mendukung dalam pengembangan pelayanannya. Orang-orang yang
dimaksud adalah adanya pendeta, majelis, pengurus komisi/ kepanitiaan dan
jemaat itu sendiri. Dalam bagian ini akan memberikan informasi dan wawasan
mengenai orang-orang yang berproses dan bergumul dalam GKJ Kebonarum serta
bagaimana pengembangan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh gereja untuk
intern dan ekstern gereja.

Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis disini hanya akan menulis salah satu
unsur orang yang ambil bagian dan peranan di GKJ Kebonarum, yaitu pendeta.
Walaupun tak tertulis dan tersirat, penulis sangat menghargai dan bangga dengan
adanya para sesepuh, majelis dan seluruh orang yang turut berkontribusi untuk
proses kelangsungan perjalanan GKJ Kebonarum. Penulis hanya memotret
bagaimana proses kependetaan GKJ Kebonarum sebagai sarana membangun
imajinasi sejarah gereja kita dengan membawa semangat kebersamaan yang
dibangun dari awalnya. Selain mengenai tokoh pendeta, pada bagian ini penulis
mempaparkan beberapa pelayanan di GKJ Kebonarum.

a. Pendeta

1. Pdt. Christian Sutopo, DPS


Setelah proses pendewasaan GKJ Kebonarum dilaksanakan, munculah
pemikiran jemaat untuk memanggil pendeta. Saat itu pada tanggal 9
November 1971 Pdt. Notodiryo dan salah seorang majelis gereja menemui
Christian Sutopo di Pati untuk menyatakan kesediaannya nengikuti proses
pemanggilan pendeta. Selanjutnya, Bp. Christian Sutopo diberi
kesempatan mengenal GKJ Kebonarum dan juga warga jemaat bisa
mengenal beliau. Calon pendeta dan jemaat sama-sama pembelajaran
dimana akhirnya pada tanggal 16 Februari 1972, Christian Sutopo terpilih.

Semenjak itu, ada proses penerimaan dalam sidang klasis Surakarta Barat
tanggal 30-31 Mei 1972 dilanjutkan permohonan ujian peremptoir pada
tanggal 13-14 November 1972 dinyatakan lulus dan layak tahbis. Pada
tanggal 1 Desember 1972, beliau ditahbiskan menjadi pendeta pertama
GKJ Kebonarum.

7
Masa pelayanan Pdt. Christian Sutopo sampai 1 Juli 1976. Waktu itu ada
surat panggilan dari LPK (yang sekarang disebut LPPS) Yogyakarta untuk
menjadi tenaga LPK. Melalui banyak pergumulan dari semua pihak,
majelis menyetujui bahwa Pdt. Christian Sutopo menjadi tenaga LPK di
Yogyakarta pada tanggal 3 Juni 1976. Pergumulan itu akhirnya disetujui
majelis dan jemaat karena konteks pelayanan yang lebih besar, yang bisa
menjadi semangat dalam berkarya pelayanan dalam lingkup lembaga
sinode GKJ, khususnya di LPK Yogyakarta yang menjadi Lembaga
Pembinaan Kader bagi banyak gereja. Meskipun ada yang merasa
kehilangan atau masih ​jatuh cinta ​dengan kehadiran Pdt. Christian Sutopo
dimana masa pelayanannya masih tergolong muda.

2. Pdt. Djimanto Setiadi, S. Th


GKJ Kebonarum merintis pencarian pendeta kembali pada tanggal 10 Juli
1977. GKJ Kebonarum melakukan perkenalan dengan Widyatmo dan
Djimanto Setyadi, keduanya lulusan UKDW Yogyakarta. Setelah ada
masa kotbah untuk praktik pengenalan, maka pada tanggal 9 Oktober 1977
melalukan pemilihan. Dan terpilihlah Djimanto Setyadi sebagai calon
pendeta GKJ Kebonarum. Ada satu bakal calon yang akhirnya berproses di
gereja lain. Tahapan selanjutnya pengadaan pembimbingan dan ujian
peremptoir, kemudian pentahbisan Pdt. Djimanto Setyadi sebagai pendeta
kedua GKJ Kebonarum pada tanggal 8 September 1978. Berbagai proses
suka dan duka boleh dijalani oleh Pdt. Djimanto dengan dinamika dan
berbagai karakteristik jemaat yang ada. Salah satu kunci pelayanan beliau
adalah perkunjungan warga. Pdt. Djimanto merupakan sosok yang hebat
yang melayani berbagai latar belakang yang ada tanpa membedakan.

Selain mengurus seluk beluk kehidupan gereja, khususnya GKJ


Kebonarum, beliau juga aktif dalam kepengurusan klasis dan sinode GKJ.
Bahkan beliau pernah menjadi salah satu utusan delegasi ke Toraja,
Belanda dan Zimbabwe. Selain itu, beliau pernah menjadi guru agama
Kristen di sekolah dan menjadi dosen tidak tetap di STAK Marturia
Yogyakarta. Kesemuanya itu bisa dilakukan dengan persetujuan dan
dukungan dari keluarga dan GKJ Kebonarum. Begitu luar biasanya segala
dedikasi beliau yang sangat banyak jam terbangnya dan bisa mengelola
dengan baik dan bijak. Itu semua juga bimbingan Tuhan Sang Kepala
Gereja. Sampai akan tiba masa emeritus, beliau beserta jajaran majelis
mencari bakal calon pendeta untuk meneruskan pelayanan Pdt. Djimanto.
Sampai pada tanggal 9 Juli 2007 beliau memasuki masa emiritasi
bersamaan penahbisan Pdt. Tri Ratno Wahono.

8
Setelah emiritus, beliau tetap melayani jemaat dan menulis beberapa buku
yang di terbitkan oleh TPKwalau mengalami kondisi fisik yang kurang
sehat. Sampai pada rancanganNya, pada tanggal 5 Februari 2011, Pdt.
Djimanto mendahului untuk pulang ke rumah Bapa di sorga dan
mengakhiri masa tugas pelayanan dan karyanya di dunia ini. Segala pihak
begitu kehilangan beliau secara fisik. Akan tetapi, inspirasi dan teladan
Pdt. Djimanto diteruskan oleh gereja serta perlu ditingkatkan.

3. Pdt. Tri Ratno Wahono, S. Si


Proses pemanggilan Pak Tri Ratno Wahono pada tahun 2004 dengan
perkenalan awal, yaitu dengan praktik berkotbah. Saat itu memang, GKJ
Kebonarum membutuhkan pendeta karena Pdt. Djimanto Setiadi akan
memasuki masa emiritus. Sehingga sudah membutuhkan adanya pendeta
lagi. Ada tujuh orang bakal calon yang diminta praktik kotbah, pak Tri
Ratno Wahono urutan terakhir masa praktik berkotbahnya. Setelah
semuanya menjalani proses, ada beberapa bakal calon yang mengundurkan
diri dan ada yang sudah diminta terlebih dahulu oleh gereja lain.

Pada akhirnya, pemilihan dan penetapan calon pendeta ditujukan kepada


Pak Tri Ratno Wahono. Proses selanjutnya masa orientasi, pembimbingan,
masa vikariat dan sampailah pada proses penahbisan pendeta atas diri Tri
Ratno Wahono yang bertepatan dengan ulang tahun GKJ Kebonarum yang
ke- 36 tahun sekaligus kebaktian emiritasi Pdt. Djimanto Setiyadi pada
tanggal 9 Juli 2007. Sudah hampir sepuluh tahun beliau melayani di GKJ
Kebonarum dan sedang proses penyelesaian studi S2 di UKDW
Yogyakarta.

b. Kehidupan Pelayanan GKJ Kebonarum


Kehidupan pelayanan di GKJ Kebon arum dilihat dari perkembangan jumlah
warga dan karya kesaksian dan diakonianya. ​Pada awal pendewasaan GKJ
Kebonarum hanyalah berkisar 500 orang, hingga sampai tahun ini berjumlah
22
sekitar 3018 orang . Pertambahan warga gereja disertai dengan
pengembangan pelayanan gereja, baik dalam kegiatan maupun dalam
organisasi. Contohnya adalah pengembangan pendidikan PG/ TK Cahaya
Intan, pelayanan diakonia ke dalam maupun ke luar, perubahan desain
organisasi, dan sebagainya.
Berikut dipaparkan mengenai, sejarah singkat perubahan organisasi,
perkembangan pelayanan diakonia, dan pelayanan kesaksian.

22
Data didapat dari catatan statistik kantor gereja, Materi Sidang Majelis Terbuka 2016, h. 10
9
1. Perkembangan organisasi di GKJ Kebonarum
Pada mulanya, pembagian struktur majelis GKJ Kebonarum bukan
berdasarkan bidang-bidang, melainkan hanya disebutkan dalam tiap
komisi sesuai dengan tujuan pencapaiannya. Perubahan model pembagian
ini dimulai sekitar tahun 2000 supaya lebih tertata dalam melakukan
koordinasi yang baik. Sesuai tata gereja Bab IV Pasal 9. 3 mengenai
kepemimpinan GKJ bertujuan untuk memberdayakan segenap warga GKJ,
23
sehingga GKJ dapat melaksanakan tugas panggilannya sebagai gereja .
Perubahan diatas berdampak ada beberapa komisi yang namanya berubah
seperti Komisi Rumah Tangga Gereja yang sebelumnya adalah Komisi
Rumah Tangga Pendeta, Komisi Kesaksian dan Pelayanan menjadi nama
bagian bidang dalam struktur majelis sebagai pendamping untuk kemudian
membuat komisi secara spesifik yang berkaitan dengan Kesaksian dan
Pelayanan gereja. Komisi yang paling baru adalah Komisi Studi dan
Pengembangan yang dibentuk pada tahun 2007.

2. Diakonia
Pelayanan diakonia di GKJ Kebonarum dikerjakan bagi warga gereja
maupun bagi warga masyarakat umum. Pelayanan diakonia bagi warga
gereja antara lain: ​Bantuan untuk warga yang kurang mampu dan bantuan
pendidikan anak dimulai tahun 1987, tanda kasih warga yang sakit dan
keluarga majelis yang baru berjalan pada pertengahan tahun 2016 ini,
usaha modal dan Pengembangan Ekonomi Jemaat dimulai pada tahun
2005, dan pelayanan kedukaan/ pralenan warga dilakukan mulai tahun
1988. Secara khusus, blok 7 yang melakukan Gerakan Orang Tua Asuh
24
(GOTA) yang dimulai tahun 2003 dan masih tetap berjalan sampai
sekarang.

Diakonia bagi masyarakat antara lain: mendirikan Kelompok bermain/ TK


Cahaya Intan, mendukung pelayanan SD Kristen 2 Gudang, membantu
proposal-proposal kemasyarakatan atau gereja lain yang membutuhkan
dana atau daya.

Setiap bulan, GKJ Kebonarum memberikan perhatikan dalam segi dana.


Selain itu, juga sekali waktu para pemerhati dari gereja seperti pengurus
komisi juga melakukan perkunjungan ke sekolah ketika sekolah sedang
berlangsung. Hal itu menjadikan para guru dan murid merasa diperhatikan

23
​ . 15
Sinode GKJ, ​Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, h
24
​Gagasan pengadaan GOTA dirintis oleh tokoh pemula di Prayan, Bapak Sukidjo dan baru dimulai sekitar
tahun 2003. Keberadaan beliau di Jakarta yang selalu memperhatikan dan membantu gereja dalam wujud
dana untuk kegiatan pelayanan di Prayan. Selain Bapak Sukidjo, ada juga Keluarga Bapak Hardi di Banyuaeng
yang memperhatikan untuk GOTA ini. GOTA ini tak hanya untuk warga gereja saja, tetapi juga untuk warga
masyarakat umum yang membutuhkan. GOTA dilakukan bagi anak-anak SD/ SMP/ SMA.
10
25
dan menjadi sukacita. Sehingga menimbulkan daya kinerja dan tugas
kewajiban dengan optimal. Terlebih anak-anak SD Kristen 2 saat ini
memiliki kegiatan baru untuk pengembangan talenta mereka, seperti
26
adanya gamelan dan sinden yang menjadi maskot kegiatan di SD Kristen
2, di samping kegiatan yang lainnya.

GKJ Kebonarum mendirikan KB/ TK Cahaya Intan yang bertempat


27
bersama dalam gedung gereja blok IV Krosok pada tahun 2010. Hal ini
bertujuan untuk mewadahi anak-anak usia balita yang memerlukan
pendidikan secara dini. Para pengurus komisi sekolah melakukan upaya
untuk terus melakukan pengembangan. Terlebih yang menjadi harapan
bersama adalah memiliki gedung sekolah sendiri. Rencana yang terus
diperjuangkan dengan dukungan secara umum dalam doa dan usaha.

3. Kesaksian dan Pelayanan


Pelayanan ini meliputi bantuan air bersih dan pembuatan sumur, yang
dilakukan oleh Komisi Pekabaran Injil (KPI) sejak tahun 1987 sampai
sekarang, salah satunya di daerah Kemalang. Siaran siraman rohani di
Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Klaten yang dimulai tahun 2005.
Program selanjutnya adalah kegiatan pelayanan kesehatan secara umum,
yang dilaksanakan di tiap gereja di GKJ Kebonarum secara bergiliran tiga
bulan sekali dan dimulai pada tahun 2002. Tanggap Bencana dilakukan
secara fakultatif, pada saat gempa dan peristiwa Merapi tahun 2006 dan
2011, bantuan para korban bencana gunung di Kediri dan Medan, bantuan

25
Hasil wawancara dengan Ibu Suprihyem selaku Kepala SD Kristen 2 Gudang. Keterangan tambahan dari
beliau, pemerhati tersebut adalah Pak Slamet Riyadi yang datang setahun tiga kali dan memberikan tambahan
kesejahteraan guru. Pak Momot Indarjo datang setiap minggu sekaligus melatih anak-anak karawitan. Panitia
HRP (Hari Raya Penuaian) dari Blok 1-3 dan Blok 5 memberikan bantuan untuk sekolah serta sebagian dari
warga yang ikut memberikan perhatikan bagi SD Kristen 2 Gudang.
26
​Ada pengadaan perangkat gamelan dan pelatih sebagai pemerhati untuk pengembangan talenta anak mulai
tahun 2015. Perangkat gamelan diberikan oleh donatur di Jakarta dan pelatih gamelan adalah Bapak Momot
Indarjo yang memang ingin membagikan ilmu beliau untuk pengembangan talenta musik anak.

27
Atas dasar resume beberapa Sidang Klasis Klaten Barat dan Sidang Klasis Klaten Timur agar gereja-gereja GKJ
dalam lingkup Klasis Klaten Barat maupun Klasis Klaten Timur mendirikan lembaga pendidikan PAUD (KB/TK).
Karena di Gereja Krosok memiliki ruang sekolah minggu dan tempat parkir yang relatif luas yang bisa untuk
kegiatan belajar-mengajar, maka pada tanggal 8 Juni 2010, kelompok Dasa Warga blok IV Krosok GKJ
Kebonarum mengambil inisiatif mengundang Ketua Majelis GKJ Kebonarum, Alm. Pdt. Djimanto Setiadi, Pdt.
Tri Ratno Wahono, Komisi Kespel GKJ Kebonarum, Kepala TK Kridawita Klaten, dan Pengurus YPK Klaten Bidang
TK untuk membicarakan perintisan berdirinya KB/TK di GKJ Kebonarum. Dari pandangan dan tanggapan
peserta rapat, setelah memperhitungkan potensi dan permasalahannya, maka menyepakati untuk merintis
mendirikan KB/TK di GKJ Kebonarum dan menugaskan kepada Bp. Sugeng Mulyadi untuk menindaklanjuti dan
menjadi ketua komisi KB/TK yang diberi nama KB/TK Cahaya Intan, Bp. Widada menjadi sekretaris dan Ibu
Yulianti Evita menjadi Bendahara, dilanjutkan oleh beberapa anggota yang terdiri dari komisi Kespel GKJ
Kebonarum. Data diperoleh dari ​Maju dan Berkembang Bersama: KB/ TK Cahaya Intan Tahun 2015/2016,
(Klaten:YPK KB/TK Cahaya Intan), h.10-11

11
untuk kebakaran Pastori di GKJ Manisrenggo, dan sebagainya. Perhatian
selanjutnya adalah mengadakan rehabilitasi Rumah Warga yang dilakukan
mulai tahun 2011 sampai sekarang. Kegiatan tambahan yang baru
berlangsung tahun ini adalah Penanaman Pohon sebagai wujud kepekaan
jemaat dalam memelihara alam dengan bijak dan baik, yang diawali dalam
wilayah Pastori 2 di Cinde-Pluneng.

Refleksi Sejarah Pelayanan GKJ Kebonarum

Dari pemaparan diatas di dapati ternyata ada orang-orang yang menjadi motor penggerak
dalam mewujudkan kekristenan bahkan ada rela mempersembahkan tanah untuk pelayanan
gereja. Hal ini menjadi kesaksian awal di GKJ Kebonarum mengenai tugas panggilan gereja
28
dan orang-orang percaya . Gereja tumbuh bersama dengan orang- orang yang rela melayani
dan mempersembahkan hidup dan hartanya.

Belajar pada masa lalu, pelayanan dalam bidang kesehatan dan pendidikan pada masa itu
yang dibutuhkan. Namun sekarang pelayanan dalam bidang itu sudah banyak dilakukan pihak
lain. Sejarah mengajarkan bahwa peran gereja nyata pada saat melayani hal yang dibutuhkan
masyarakat pada masanya. Oleh karena itu inovasi masa lalu harus menjadi sumber pelajaran
bagi pelayanan sekarang dan masa depan: Pelayanan apa saja yg dibutuhkan masyarakat yang
belum ada pada masa sekarang dan nanti, itulah yang harus mulai dirintis oleh Gereja.
Kalaupun masih menganggap pelayanan pendidikan dan kesehatan, hendaknya bukan yang
sama dengan yang sudah ada, namun perlu dipikirkan yang jauh lebih maju dan menjawab
kebutuhan masa depan, supaya gereja juga menjadi sarana dalam mengemban dan
29
melaksanakan fungsinya dalam karya penyelamatan Allah .

Sejarah gereja tak lepas dari adanya peristiwa politik khususnya PKI. Gereja menampung
orang tersisih atau korban politik. Gereja mempedulikan kehidupan politik tanpa mempunyai
30
ambisi untuk memperoleh kekuasaan . Oleh karena itu, gereja sekarang dan ke depan
hendaknya menaruh perhatian dalam kehidupan politik untuk memberikan kontribusi positif
dengan dasar pemahaman yang harus dipegang sebagai orang Kristiani dalam menjalani
31
kehidupan bernegara .

Kesimpulan dan Penutup

Belajar dari sejarah GKJ Kebonarum, gereja tumbuh oleh karena peran orang yang rela
melayani, bentuk pelayanan yang menjawab kebutuhan masyarakat pada masanya
(pelayanan yang inovatif), serta menjadi tempat menolong orang-orang yang tersisihkan.

28
Bdk Sinode GKJ, Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005, p. 31 (Isi tugas panggilan gereja dan
orang-orang percaya adalah bersaksi tentang penyelamatan Allah kepada mereka yang belum mendengarnya
dan memelihara keselamatan orang-orang yang telah diselamatkan. Melalui salah satu isi PPA GKJ mengenai
tugas panggilan gereja tersebut sesuai dengan kenyataan sejarah GKJ Kebonarum yang bisa menjadi bagian
dalam tugas panggilan gereja yang diharapkan tersebut).
29
Bdk Sinode GKJ, Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005, p. 33
30
Sinode GKJ, Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005, p. 73
31
Bdk Sinode GKJ, Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005, p. 73
12
Ketiga hal tersebut menjadi titik semangat GKJ Kebonarum untuk membawa gereja yang
berdaya guna dalam memberikan pemberdayaan dan pengkaderan bagi semua pihak.

Harapan yang bisa diwujudnyatakan dalam kerangka kehidupan sekarang dan proses
mendatang adalah setiap orang (Gereja) sadar akan tanggung jawabnya menjadi bagian dari
tubuh Kristus yang bisa menjadi motor penggerak atau motivator untuk rencana-rencana
kegiatan kesaksian dan diakonia yang terbuka dan bertumbuh. Salah satunya adalah
memberikan peran untuk bisa regenerasi atau mengkader orang-orang yang baru dengan
dibimbing dari awal sampai terjun pelayanan secara menyeluruh. Hal sederhana yang
seringkali diabaikan oleh kebanyakan Gereja. Melalui hal sederhana tersebut, bisa
menjadikan daya kepekaan diri dalam membuat kreativitas penuh ekspresi, prestasi, dan
inovasi dalam berbagai sisi kehidupan.

Penulis mengingat akan sebuah lagu dari Kidung Jemaat 257: 1 yang demikian:

Gereja bukanlah gedungnya dan bukan pula menaranya,

Bukalah pintunya, lihat di dalamnya, Gereja adalah orangnya.

Aku Gereja, kau pun Gereja, Kita sama-sama Gereja,

Dan mengikut Yesus, di seluruh dunia, Kita sama-sama Gereja.

Semoga dalam setiap kata lagu tersebut membawa makna kesegaran bagi kita dalam
mewujudnyatakan gereja yang bertumbuh dan bertambah pesat sesuai karakter jati diri yang
32
mewarnai sekelilingnya . Gereja yang sadar akan setiap orang percaya yang dipanggil Allah
dalam menjalankan tugas karyanya di dunia ini.

32
Bdk Sinode GKJ, Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005, p. 29
13

Anda mungkin juga menyukai