Anda di halaman 1dari 5

GKJ JERUKLEGI “MARGI RAHAYU” DALAM BINGKAI

SEJARAH

Menelusuri sejarah kekristenan GKJ di Jeruklegi dapat dibedakan dalam empat periode
yaitu: 1) Penginjilan sebelum tahun 1965 yang dimulai oleh bapak Temu Hadiwardoyo;
2) Penginjilan pasca peristiwa 1965 di Tritih Lor (pasren) yang dimulai oleh bapak
Anggono dari GKJ Cilacap; 3) Menjadi gereja dewasa bersama pepanthan Gumilir; 4)
GKJ Jeruklegi “Margi Rahayu” sebagai gereja mandiri. Berikut ini narasi singkatnya:

1. Penginjilan Sebelum Tahun 1965


Berdasarkan data yang telah ditulis maupun berdasarkan cerita lisan, keberadaan
Kekristenan GKJ di Jeruklegi di mulai sejak hadirnya seorang tenaga kesehatan bernama
Temu Hadiwardoyo di Jeruklegi pada tahun 1948. Bapak Temu Hadi Wardoyo berasal
dari Yogyakarta. Bapaknya bernama Wonokaryo berasal dari daerah Tayiban yang
kemudian pindah ke daerah Nglacang - Purworejo, sementara nama ibunya tidak ada
yang tahu dengan pasti. Bapak Temu Hadiwardoyo dilahirkan pada bulan Juli 1922.
Asal mula nama Temu Hadiwardoyo dikaitkan dengan peristiwa ditemukannya ia di
bawah pohon pisang (ada kepercayaan tertentu dalam masyarakat Jawa dimana seorang
anak harus dibuang sebagai syarat, nanti akan diambil atau ditemukan oleh sanak
keluarganya).
Perannya sebagai tenaga kesehatan memungkinkan Bapak temu Hadiwardoyo
berjumpa dengan semua golongan masyarakat. Kesempatan ini ternyata juga digunakan
untuk mewartakan Injil. Ada berbagai macam metode Pekabaran Injil yang ia gunakan,
salah satunya melalui media selebaran atau buku berjudul “Sabda Rahayu” bergambar
burung merpati yang senantiasa ia taruh di klinik.1 Selain itu ia juga mewartakan Injil
melalui pendekatan sosial kepada masyarakat. Bapak Temu Hadiwardoyo dikenal
sebagai orang yang hidup bermasyarakatnya sangat baik, bukan saja bergaul dengan
orang-orang terpandang yang memiliki kedudukan (salah satu keluarga yang awal-awal
masuk Kristen adalah keluarga seorang carik di daerah Brebeg), tetapi juga bergaul
secara baik dengan orang-orang kecil bahkan yang tersisih dan dianggap sampah di
masyarakat (penjudi, pemabok, dll). Metode Pekabaran Injil ini membuahkan orang-
orang Kristen mula-mula di Jeruklegi (cikal bakal). Setelah melalui katekisasi selama
kurang lebih satu tahun maka pada tahun 1951 mereka dibaptis yaitu:2
1. Sastro Dimedjo (suami dan istri) dan Sanisem (anaknya)
2. Parto Sentono (suami dan istri) dan anak-anaknya (Robiati, Waluya, Sumarsono dan
Tri)
3. Saeran (suami dan istri) dan anak-anaknya (Ngademi, Suparlan, Suparti, Turahmi
dan Muji Nastiti)
4. Sanardja (suami dan istri)
5. Santio (suami dan istri)
6. Tono (suami dan istri)
7. Reksa Dikromo (mbah Ciwek, suami dan istri)
8. Natan
1
Berdasarkan cerita seorang non-Kristen yaitu Bapak Sutar. Meskipun bukan seorang Kristen,Bapak Sutar ini
sangat terbuka terhadap orang-orang Kristen. Ia sering terlibat di dalam kegiatan gereja sejak masa kanak-
kanak (diajak oleh Mbah Sansudi). Cerita ini berdasarkan pengalamannya saat kecil sering bermain di Klinik
dan membaca selebaran tersebut.
2
Berdasarkan data sejarah yang ditulis dalam buku kenangan pendewasaan GKJ Cilacap Utara dan hasil
wawancara lisan dengan berbagai sumber saksi sejarah mula-mula)
9. Bu Siti dan putranya
10. Bu Sri
11. Ibu Nawijaya (kakak dari Parto Sentono)
12. Mbah Gabuh (seorang janda sepuh)
13. Mbah Wir (seorang janda sepuh)
14. Mbah Sis (seorang janda sepuh)
Adanya orang-orang Kristen di Jeruklegi mendapat perhatian dari GKJ
Kawunganten yang menetapkan Jeruklegi masuk dalam wilayah pelayanannya. Saat itu
pendeta yang melayani ialah Pdt. Dwidjosoeprapto. Selain kebaktian minggu, ada
kegiatan panyuraos Kitab Suci (Bible Kring, Ngaji), kegiatan hari besar Natal dan
Paskah yang biasanya dihadiri dan dimeriahkan oleh Kodim 405.
Sekitar tahun 1958-1959 keadaan politik dan sosial diramaikan dengan hadirnya
kelompok DI – TI (Darul Islam). Kelompok ini sering melakukan tindakan anarkis
menjarah harta benda warga dan tak jarang membunuh korban-korban jarahannya.
Gangguan DI-TI menjadi salah satu alasan Bapak Temu Hadiwardoyo dipindah ke
daerah Cilacap kota pada tahun 1958 dan pindah lagi ke Adipala pada tahun 1963.

2. Penginjilan Pasca Peristiwa 1965


Sepeninggalan bapak Temu Hadiwardoyo pindah ke Cilacap dan Adipala,
informasi tentang perkembangan gereja sangat minim. Perkembangan gereja terjadi
setelah peristiwa tahun 1965. Seorang Guru bernama bapak Anggono dari Cilacap
melakukan penginjilan sehingga banyak orang di daerah Pasren mulai masuk Kristen,
diantaranya yang disebutkan namanya Sanwiardjo, Laman, Sanasmin, Arsamadi,
Martasim, Mulyadi. Ada juga warga yang menjadi Kristen di baptis dewasa karena akan
menikah dengan pemudi gereja yaitu diantaranya Kasiwan Kartomihardjo, Gempar dan
Dwidjo Nilam yang masing-masing menikahi Ngademi, Robiati dan Sanisem. Dalam
sejarah yang tercatat, ada sekitar 30an orang yang dibaptis pada tahun 1966. 3 Pada masa
ini jemaat yang terlibat dalam pelayanan menggantikan keberadaan bapak temu
Hadiwardoyo ialah bapak Sanardja, bapak Sastro Dimedjo dan bapak Parto Sentono.
Masa-masa inilah yang menjadi tonggak pertumbuhan dan perkembangan GKJ di
Jeruklegi.
Mempertimbangkan jarak GKJ Kawunganten dan pepanthan Jeruklegi yang
lumayan jauh sehingga seringkali menghambat pelayanan majelis, sementara
pertumbuhan pepanthan Jeruklegi semakin berkembang, maka pada tahun 1969
diputuskan untuk memberikan pepanthan Jeruklegi menjadi bagian dari wilayah
pelayanan GKJ Cilacap.
Pepanthan Jeruklegi telah memiliki tempat ibadah yang sederhana ukuran 3 x 7
meter, lantai tanah, dinding papan dan beratapkan ilalang yang lalu diganti dengan atap
genting atas bantuan yang diberikan oleh Pdt. Soeparno selaku pejabat Deputat Klasis
GKJ Banyumas Selatan. Tempat ibadah mula-mula berdiri di atas tanah yang kini
menjadi Bangunan Bank BRI (sebelah pasar Jeruklegi). Atas dasar pertimbangan yang
menguntungkan kedua belah pihak pada tahun 1972 tanah gereja ditukar dengan tanah
milik bapak Warto (Ibu Sukinah) (tempat gedung gereja yang sekarang) yang lebih luas
dari tanah sebelumnya.4 Pada masa tahun 1970an ini perkembangan pepanthan Jeruklegi
semakin pesat. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran serta pendeta yang saat itu

3
Harnadi, Benih Yang Tumbuh Gereja Kristen Cilacap Utara, dalam: Buku Kenangan Pendewasaan GKJ Cilacap
Utara, (Cilacap: GKJ Cilacap Utara, 1997), h. 6
4
Ibid
melayani yaitu Pdt. Soepardjo Wignjosardjono, S.Th. beserta beberapa jemaat GKJ
Cilacap yang aktif melayani di Jeruklegi. Selain pembinaan iman melalui panyuraos
Kitab Suci dan perkunjungan rutin, beliau juga menggunakan metode PEJ “Nggaduh
Kambing”, pinjaman. DI pihak jemaat, selain bapak Anggono ada juga bapak sukidjo,
bapak Paulus yang mendampingi dalam kegiatan pembinaan iman, beserta saudari Rumi
Rachmawati yang mendampingi pembinaan anak-anak.
Pada masa selanjutnya, selain didampingi majelis dan pendeta aktif GKJ Cilacap
(Pdt. Hadisoebroto, S.Th), mulai banyak jemaat Jeruklegi sendiri yang aktif dalam
pekabaran Injil. Keterbatasan tidak pernah menjadi halangan mereka, keterbatasan selalu
memunculkan hal-hal lain sebagai kekuatan bagi pekabaran Injil. Salah satu warga
jemaat Jeruklegi yang aktif terlibat dalam pekabaran injil yaitu:
a. Bapak Yosafat Dimin dengan pendekatan budaya (karawitan, ketoprak). Beliau
banyak menggunakan ajaran-ajaran Alkitab maupun Kidung dalam gending
karawitan maupun macapat. Hal ini menarik minat Pdt. Christian Sutopo seorang
pimpinan PPIP Universitas Kristen Duta Wacana, yang lalu menghadiahkan
seperangkat gamelan kepada gereja. Selain pendekatan budaya beliau menggunakan
pendekatan kemasyarakatan (kelompok penderes tigaswala, pertukangan,
perkunjungan terhadap orang-orang non Kristen).
b. Bapak Naftali Diran Suwardi yang tergerak untuk melayani anak-anak sekolah
minggu sejak tahun 1970an sampai 2011.

3. Menjadi Gereja Dewasa Bersama Pepanthan Gumilir


Pada tahun 1991 telah dimulai pembangunan gedung gereja yang baru (yang
berdiri sekarang ini). Mempertimbangkan semakin berkembangnya jumlah jemaat dan
keterbatasan pelayanan dari pendeta dan majelis induk GKJ Cilacap akibat jarak yang
jauh, maka pada tanggal 1 Maret 1995 Majelis GKJ Cilacap menunjuk bapak Yosafat
Dimin sebagai pelayan khusus (pembina) di Pepanthan Jeruklegi. Pada tahun
sebelumnya ada ide dari Pepanthan Gumilir tentang pendewasaan pepanthan tersebut.
Secara kemandirian dana memang pepanthan Gumilir telah mampu menjadi gereja
dewasa, namun jumlah jemaatnya masih kurang. Selain itu jarak pepanthan Jeruklegi
lebih dekat dengan pepanthan Gumilir daripada jaraknya ke induk Cilacap.
Pertimbangan-pertimbangan inilah yang mendasari keputusan untuk mendewasakan
kedua pepanthan menjadi satu gereja dewasa.
Rencana pendewasaan kedua pepanthan ini menjadi satu gereja telah di mulai
pada tanggal 8 September 1994 dalam rapat Majelis GKJ Cilacap dengan membentuk
panitia persiapan pendewasaan Pepanthan Jeruklegi dan Pepanthan Gumilir. Selanjutnya
panitia melakukan persiapan-persiapan guna pendewasaan kedua pepanthan. Materi-
materi yang disiapkan diusulkan ke sidang ke-68 Klasis Banyumas Selatan di Bandung. 5
Menindaklanjuti usulan GKJ Cilacap tentang pendewasaan kedua pepanthan menjadi
satu gereja dewasa tersebut Deputat Keesaan Klasis Banyumas melakukan visitasi dalam
dua tahap yaitu visitasi tahap 1 tanggal 14 November 1995 dan visitasi tahap 2 tanggal
04 Juni 1996.6 Dalam visitasi ini disampaikan tiga hal pokok yang perlu dipergumulkan
oleh gereja induk GKJ Cilacap dan kedua pepanthan yang akan dewasa yaitu:7
1. Jemaat yang dewasa mempunyai kewajiban yang berat
5
Eni Wahyuningsih, Pemberdayaan Warga Jemaat Adiyuswa dari Intragenerasi Menuju Intergenerasi”,
(Cilacap: GKJ Cilacap Utara, 2016), h. 14
6
Harnadi, Benih Yang Tumbuh..., h. 8
7
Eni, Pemberdayaan..., h. 15
2. Adanya perbedaan yang agak tajam dalam faktor-faktor geografis,
sosiologis dan ekonomis antara kedua pepanthan
3. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh apabila jemaat baru ini
akan memanggil pendeta.
Setelah melewati proses-proses persiapan menjadi gereja mandiri sidang ke-69 Klasis
Banyumas Selatan di GKJ Sidareja menyetujui usulan GKJ Cilacap untuk
mendewasakan kedua pepanthannya menjadi satu gereja mandiri. Ibadah peresmian
pendewasaan kedua pepanthan menjadi satu gereja mandiri dilakukan pada tanggal 9
April 1997 bertempat di pepanthan Jeruklegi.8 Setelah menjadi gereja dewasa GKJ
Cilacap Utara memiliki dua gedung yaitu Gedung 1 di wilayah kecamatan Cilacap Utara
dan Gedung 2 di wilayah kecamatan Jeruklegi.
Memantapkan langkah sebagai gereja dewasa mendorong GKJ Cilacap Utara
untuk memperlengkapi diri dengan kehadiran seorang Pendeta yang melayani penuh
waktu. Oleh sebab itu pada tahun 2000 dimulailah proses pemanggilan pendeta. Proses
pemanggilan pendeta ini bermuara pada ditahbiskannya Pdt. Semuel Adhi Nugroho,
S.Si. pada tanggal 14 Desember 2002. Setelah melayani GKJ Cilacap Utara selama ± 10
tahun Pdt. Semuel Adhi Nugroho, S.Si. melakukan alih pelayanan ke GKJ Gunturgeni
(diteguhkan pada tanggal 5 November 2013). Dengan demikian GKJ Cilacap Utara tidak
lagi didampingi pendeta penuh waktu.

4. GKJ Jeruklegi “Margi Rahayu” sebagai Gereja Mandiri


Ada keinginan untuk pembiakan GKJ Cilacap Utara menjadi dua gereja mandiri.
Hal ini didasari oleh beberapa faktor yaitu konteks kedua gedung yang sangat berbeda
dan semakin berkembangnya gedung 2 GKJ Cilacap Utara. Rencana pembiakan ini
dimasukkan ke dalam materi sidang ke-86 Klasis Banyumas Selatan tahun 2012 di GKJ
Bangsa. Sidang menyambut baik usulan ini dengan melakukan pendampingan terhadap
persiapannya.9 Setelah melakukan persiapan-persiapan termasuk proses pembelajaran
sebagai gereja mandiri, pembangunan Pastori Jeruklegi, maka persidangan ke-88 Klasis
Banyumas Selatan tahun 2014 di GKJ Bangkal memutuskan menyetujui pembiakan GKJ
Cilacap Utara menjadi GKJ Cilacap Utara dan GKJ Jeruklegi “Margi Rahayu”. Ibadah
pembiakan dilaksanakan pada tanggal 11 April 2014 di GKJ Jeruklegi “Margi Rahayu”10.
Tidak menunggu lama setelah berbiak dari GKJ Cilacap Utara, jemaat GKJ
Jeruklegi “Margi Rahayu” memiliki krenteg untuk segera memiliki pendeta sendiri. Atas
dasar usulan jemaat ini, maka dibentuklah panitia pemanggilan pendeta. Didampingi oleh
Pdt. Yosafat Ari Wibowo, S.Si.,M.Min sebagai pendeta konsulen, majelis dan jemaat
berjalan bersama memulai proses pemanggilan pendeta. Setelah melalui tiga kali proses
penjajakan perkenalan melalui pelayanan khotbah, akhirnya pada tanggal 13 April 2015
diputuskan untuk melanjutkan proses pemanggilan pendeta atas diri Sdr. Udin Firman
Hidayat,S.Si.Teol. Mengingat yang bersangkutan masih menyelesaikan skripsinya, maka
masa orientasi selama tiga bulan baru dapat dilaksanakan per 1 September 2015- 30
Nopember 2015. Selanjutnya pemilihan calon pendeta dilaksanakan pada tanggal 6
Desember 2015. Kemudian hasil pemilihan ini ditindaklanjuti dengan menetapkan dan
memanggil yang bersangkutan sebagai calon pendeta terpilih GKJ Jeruklegi “Margi
Rahayu”. Penjemputan terhadap yang bersangkutan dilaksanakan pada tanggal 8
Februari 2016. Pembimbingan calon pendeta di mulai sejak tanggal 3 April 2016.
8
Ibid
9
Ibid
10
Ibid
Hingga akhirnya pada tanggal 20 Januari 2017 dalam persidangan klasis ke-91 GKJ
Klasis Banyumas Selatan di GKJ Jeruklegi “Margi Rahayu”, C.Pdt. Udin Firman
Hidayat, S.Si.Teol. dinyatakan layak tahbis menjadi pendeta dan memasuki masa
vikariat. Dengan ditahbiskannya Vikaris Udin Firman Hidayat, S.Si.Teol pada hari ini
Jumat, 16 Februari 2018 maka lengkaplah keberadaan GKJ Jeruklegi “Margi Rahayu”
sebagai gereja dewasa dan mandiri. Pdt. Udin Firman Hidayat, S.Si.Teol telah resmi
menjadi pendeta pertama bagi GKJ Jeruklegi “Margi Rahayu”.

Anda mungkin juga menyukai