SEJARAH
Menelusuri sejarah kekristenan GKJ di Jeruklegi dapat dibedakan dalam empat periode
yaitu: 1) Penginjilan sebelum tahun 1965 yang dimulai oleh bapak Temu Hadiwardoyo;
2) Penginjilan pasca peristiwa 1965 di Tritih Lor (pasren) yang dimulai oleh bapak
Anggono dari GKJ Cilacap; 3) Menjadi gereja dewasa bersama pepanthan Gumilir; 4)
GKJ Jeruklegi “Margi Rahayu” sebagai gereja mandiri. Berikut ini narasi singkatnya:
3
Harnadi, Benih Yang Tumbuh Gereja Kristen Cilacap Utara, dalam: Buku Kenangan Pendewasaan GKJ Cilacap
Utara, (Cilacap: GKJ Cilacap Utara, 1997), h. 6
4
Ibid
melayani yaitu Pdt. Soepardjo Wignjosardjono, S.Th. beserta beberapa jemaat GKJ
Cilacap yang aktif melayani di Jeruklegi. Selain pembinaan iman melalui panyuraos
Kitab Suci dan perkunjungan rutin, beliau juga menggunakan metode PEJ “Nggaduh
Kambing”, pinjaman. DI pihak jemaat, selain bapak Anggono ada juga bapak sukidjo,
bapak Paulus yang mendampingi dalam kegiatan pembinaan iman, beserta saudari Rumi
Rachmawati yang mendampingi pembinaan anak-anak.
Pada masa selanjutnya, selain didampingi majelis dan pendeta aktif GKJ Cilacap
(Pdt. Hadisoebroto, S.Th), mulai banyak jemaat Jeruklegi sendiri yang aktif dalam
pekabaran Injil. Keterbatasan tidak pernah menjadi halangan mereka, keterbatasan selalu
memunculkan hal-hal lain sebagai kekuatan bagi pekabaran Injil. Salah satu warga
jemaat Jeruklegi yang aktif terlibat dalam pekabaran injil yaitu:
a. Bapak Yosafat Dimin dengan pendekatan budaya (karawitan, ketoprak). Beliau
banyak menggunakan ajaran-ajaran Alkitab maupun Kidung dalam gending
karawitan maupun macapat. Hal ini menarik minat Pdt. Christian Sutopo seorang
pimpinan PPIP Universitas Kristen Duta Wacana, yang lalu menghadiahkan
seperangkat gamelan kepada gereja. Selain pendekatan budaya beliau menggunakan
pendekatan kemasyarakatan (kelompok penderes tigaswala, pertukangan,
perkunjungan terhadap orang-orang non Kristen).
b. Bapak Naftali Diran Suwardi yang tergerak untuk melayani anak-anak sekolah
minggu sejak tahun 1970an sampai 2011.