Anda di halaman 1dari 18

GEREJA SATANPAN ROHANI INDONESIA BALI

MAKALAH

OLEH:

RENSIA FILA DELFIA MNIR


NIM: 8621312013

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI INDONESIA BALI


DENPASAR, 5 SEPTEMBER 2022
GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA DENPANSAR

______________________

Makalah ini

Diajukan Kepada Bapak Agus Joko Manteus, M.Th

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Kelulusan Matakuliah

Sejarah Gereja

______________________

Oleh:

Rensia FilaDelfia Mnir

NIM: 8621312013

September 2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

…….. . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB

I. PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Latar Belakang Masalah


Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan

II. GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA BALI . . . . . . . . . .


……………………….. ……. 3

Sejarah Ling Liang World Wide Evangelistic Mission Association


Sejarah GSRI di Indonesia.
Sejarah GSRI di Bali

III. PENUTUP ……………………………………………… 14

Kesimpulan
Saran-Saran

DAFTAR KEPUSTAKAAN

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

Gereja adalah istilah eklesiologis yang digunakan berbagai denominasi

Kristen untuk menyifatkan badan persekutuan umat Kristen yang sejati atau lembaga

asali yang diasaskan Yesus. Gereja mula-mula terbentuk di Yudea, negeri jajahan

Romawi, pada abad pertama tarikh Masehi, berlandaskan ajaran-ajaran Yesus orang

Nazaret, yang pertama kali menghimpun murid. Murid-murid inilah yang kemudian

hari disebut umat Kristen. Menurut Kitab Suci, Yesus mengamanatkan kepada mereka

agar menyebarluaskan ajaran-ajarannya ke seluruh dunia. Bagi sebagian besar umat

Kristen, hari Pentakosta (kejadian sesudah Yesus naik ke surga) adalah hari jadi

Gereja,ditandai turunnya Roh Kudus ke atas murid-murid Yesus yang sedang

berkumpul. Kepemimpinan Gereja berawal dari para rasul.

Karena terlahir dari lingkungan Yahudi zaman Haikal ke-2, sejak awal sejarah

Kekristenan, umat Kristen menerima orang-orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain)

tanpa mewajibkan mereka untuk menerima dan mengamalkan seluruh adat-istiadat

Yahudi. Menurut Hendrikus Benkof dalam bukunya yang berjudul Sejarah Gereja

menjelaskan bahwa,

Mula-mula orang Kristen di Yerusalem belum sadar akan panggilannya terhadap

dunia, tetapi segala aniaya yang diderita dari pihak orang Yahudi menjadi alat

dalam tangan Tuhan untuk mencelikkan mata mereka guna melihat tugasnya,

yakni me nyebarkan Injil kepada semua bangsa. Supaya maksud itu tercapai

perlulah kaum Kristen memisahkan diri dari agama Yahudi. Pemisahan itu mulai

sesudah pembunuhan Stefanus, yang menegaskan bahwa taurat dan korban

agama Yahudi tak berharga lagi oleh kedatangan Kristus.1

1
Hendrikus Benkof, Sejarah Gereja, ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2009), 8,9
2

Kisah Para Rasul 10-15 Dalam agama Yahudi, orang-orang semacam itu

disebut proselit, orang-orang yang takut akan Allah, dan pengamal syariat Nuh.

Beberapa pihak menduga bahwa konflik dengan para pemuka agama Yahudilah yang

dalam waktu singkat mengakibatkan umat Kristen terusir dari rumah-rumah ibadat

Yahudi di Yerusalem.

Sedikit demi sedikit Gereja menyebar ke seluruh dan ke luar wilayah Kekaisaran

Romawi, bahkan tumbuh pesat di kota-kota semisal Yerusalem, Antiokhia, dan Edesa.

Gereja dianiaya pemerintah Romawi lantaran umat Kristen menolak

mempersembahkan kurban kepada dewa-dewi Romawi dan menentang penuhanan

kaisar. Gereja akhirnya dilegalisasi di Kekaisaran Romawi, bahkan dinaikkan

statusnya menjadi Gereja Negara Kekaisaran Romawi pada abad ke-4 oleh

Kaisar Konstantinus Agung dan Kaisar Teodosius I.

Sedari abad ke-2, umat Kristen sudah menyanggah ajaran-ajaran yang mereka

anggap bidat, khususnya ajaran Gnostik dan juga ajaran Montanus. Ignasius dari

Antiokhia pada awal abad ke-2, dan Ireneus pada akhir abad yang sama memandang

persatuan dengan uskup sebagai uji iman Kristen yang benar. Sesudah Gereja

dilegalisasi pada abad ke-4, perdebatan ajaran Arius dengan ajaran

Tritunggal menjadi kontroversi besar, manakala para kaisar silih berganti

menunjukkan keberpihakan kepada salah satunya.

Agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia pada ratus tahun ke-7.

Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada ratus tahun keenam

belas, sehingga terpengaruh pada nasihat Calvinisme dan Lutheran. Katolik

Roma pertama tiba pada tahun 1511 di tanah Aceh, adalah dari Ordo Karmel, dan

1534 di kepulauan Keliruku menempuh orang Portugis yang dikirim untuk


3

eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri

Ordo Yesuit bertugas di kepulauan Keliruku pada tahun 1546 mencapai tahun 1547.

Pada 1960-an belakang suatu peristiwa anti-Komunis dan anti-Konfusianisme banyak

pengikut Komunis dan orang Tionghoa mengklaim diri untuk orang Kristen, akan

tetapi banyak bangsa Tionghoa yang penghabisannya menerima agama Kristen dan

kini mayoritas kalangan muda bangsa Tionghoa adalah umat Kristen. Kristen di

Indonesia lebih bebas sama sekali untuk menjalankan agama mereka dibandingkan

dengan beberapa negara seperti RRC, Malaysia, dan beberapa negara Arab. Di

provinsi Papua dan Sulawesi Utara, Protestan merupakan agama mayoritas. Banyak

populasi orang Kristen juga ditemukan di sekitar danau Toba di Sumatera Utara, Nusa

Tenggara Timur, pedalaman Tana Toraja, dan sebagian wilayah di provinsi Keliruku.

Walaupun Indonesia mayoritas beragama Muslim, para misionaris tetap bebas sama

sekali untuk menyebarkan agama Kristen di Indonesia. Dan banyak sekolah Kristen

yang mengajarkan agama Kristen. Protestan di Indonesia terdiri atas bermacam

denominasi, adalah Huria Kristen Batak Protestan, Gereja Pentakosta, Gereja Tiberias

Indonesia/Gereja Bethel Indonesia, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh , Gereja

Yesus Sejati, Mennonit, Gereja Metodis, Gereja Baptis, Gereja Tabernakel

Indonesia, Gereja Kristen Protestan Simalungun, Gereja Kristen Rejang dan

denominasi lainnya.

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan uraian dalam pendahuluan tersebut di atas, maka adapun latar

belakang masalah penulis memilih judul makalah ini yaitu:

Sejarah Gereja Santapan Rohani Indonesia Bali


Pertama, memberi tahu orang- orang tentang Sejarah Ling Liang

World Wide Evangelistic Mission Association

Kedua, memberitahu setiap orang Sejarah GSRI di Indonesia

Ketiga, memberitahu setiap orang tentang Sejarah GSRI di Bali

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas berdasarkan latar

belakang diatas adalah:

Pertama, Bagaimana memberitahu tahu bahwa ada Sejarah Ling Liang

World Wide Evangelistic Mission Association

Kedua, Bagaimana memberitahu Sejarah GSRI di Indonesia

Ketiga, Bagaimana memberitahu setiap orang tentang Sejarah GSRI di

Bali

Tujuan Masalah

Berdasarkan alasan pemilihan judul makalah tersebut di atas, maka adapun

tujuan penulisan makalah ini adalah:

Pertama, penulis ingin memberitahu bahwa ada Sejarah Ling Liang

World Wide Evangelistic Mission Association

Kedua, Penulis ingin memberitahu setiap orang tentang Sejarah GSRI

di Indonesia

Ketiga, Penulis ingin memberitahu setiap orang tentang Sejarah GSRI

di Bali

4
BAB II

SEJARAH GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA BALI

Sejarah Ling Liang World Wide Evangelistic Mission Association

Rev. Timothy Dzao Zse Kwang lahir di Shanghai pada tahun 1908. “Pdt. DR.

Timothy Dzao Sze Kwang 趙世光牧師, pendiri Ling Liang World-Wide Evangelistic

Mission yang berpusat di Hong Kong.”2 Pada tahun 1925 beliau menghadiri

kebaktian kebangunan rohani, Shanghai Great Revival. Di saat itulah beliau

memutuskan untuk menjawab panggilan Allah untuk melayani secara penuh waktu

dan selanjutnya ia secara aktif terlibat dalam pelayanan penginjilan. Sekitar tahun

1949 ia menjadi penginjil yang paling banyak melakukan perjalanan penginjilan.

Beliau juga menjadi pendeta Tionghoa pertama yang menetapkan misi pelayanan ke

seluruh dunia yang berhulu dari sebuah gereja lokal.

Antara tahun 1936 dan 1938, Rev. Timothy Dzao Zse Kwang menggembalakan

sebuah gereja yang bernama Shanghai Covenant Church. Suatu ketika, setelah

melayani dua kebaktian pengabaran Injil di sebuah pulau di Asia Tenggara, Rev.

Timothy Dzao Zse Kwang merasakan desakan kuat dalam hatinya. “Sekaranglah

waktunya bagi gereja-gereja Tionghoa untuk memberi bagi pemberitaan Injil. Kami

mengharapkan bahwa gereja-gereja Tionghoa dapat mendirikan sebuah badan misi

sebagai wadah bagi sumber daya dan dana yang khusus ditujukan untuk pekerjaan

Allah di ladang misi luar negeri.”

Setelah Perang Pasifik yang ditandai dengan penyerangan Pearl Harbor pada

tanggal 8 Desember 1941, pekerjaan misi di Tiongkok yang sebelumnya menerima

dukungan dari badan misi negara asing menghadapi kesulitan dalam beroperasi.

2
Sistus Online (https://www.facebook.com/102997033080355/photos/pdt-dr-timothy-dzao-sze-kwang-
%E8%B6%99%E4%B8%96%E5%85%89%E7%89%A7%E5%B8%AB-pendiri-ling-liang-world-wide-evangelistic-m/
103009233079135/, 5 September, 2022)

5
Situasi ini memberikan pencerahan bagi Rev. Timothy Dzao Zse Kwang dan rekan-

rekannya untuk lebih serius lagi dalam visinya mendirikan badan misi non-

denominasi sedunia yang berbasis pada gereja di Tionghoa.

Suatu malam pada bulan Juni 1942, Rev. Timothy Dzao Zse Kwang dan 5 orang

rekannya berlutut berdoa di Shanghai, tepatnya di Taman Huang JiaSha. Mereka

kemudian sepakat untuk memberi nama kepada badan misi yang mereka dirikan

dengan nama “Ling Liang Church.” Pada bulan Agustus 1942, Ling Liang Church

memulai kebaktiannya di hari Minggu dengan menggunakan tempat ruang serbaguna

di Sekolah Menengah Atas Xiejin, sedangkan ruang-ruang kelasnya digunakan

sebagai Seminari dan Sekolah Alkitab untuk pendidikan para pendeta. Gereja Ling

Liang di Shanghai ini selanjutnya menjadi gereja induk bagi Ling Liang World-Wide

Evangelistic Mission, yang mulai beroperasi. Cabang-cabang dari gereja induk Ling

Liang kemudian didirikan mulai September 1942 di Nanjing, Hangzhou, dan Suzhou.

Pada bulan Oktober 1942, Gereja Ling Liang di Shanghai dengan giat

mengabarkan Injil kepada 2000-an tahanan Yahudi yang selamat dari penyiksaan

rezim Nazi di bawah kekuasaan Hitler. Orang-orang Yahudi tersebut mengungsi ke

daerah Hongqao. Sejumlah anggota gereja kemudian menawarkan bantuan dana bagi

para pengungsi Yahudi itu. Bahkan dua orang rekan wanita, yaitu Esther Wang dan

Minyuen Lee, memimpin penelaahan Alkitab dalam bahasa Inggris bagi para

pengungsi Yahudi. Rev. Timothy Dzao Zse Kwang sendiri juga melayani kebaktian

hari Minggu di Hongqao, yang diadakan setelah ibadah di gereja Ling Liang

Shanghai. Hal ini terus berlangsung hingga akhir Perang Dunia II pada tahun 1945.

Selama masa itu, Rev. Timothy Dzao Zse Kwang juga menyediakan bantuan dana dan

bantuan lainnya kepada beberapa misionaris asing yang ditahan di Kamp Tahanan

Jepang.

6
Pada tahun 1945, bertepatan dengan berakhirnya perang Sino-Jepang, Ling Liang

World-Wide Evangelistic Mission ditetapkan secara resmi di Shanghai. Tujuan badan

misi ini adalah: “Menjadi pengabar Injil Cina yang dipakai Tuhan sebagai pemberita

Injil di tanah asing, dimulai dari Shanghai (Yerusalem), seluruh daratan Cina (Yudea),

dan negara-negara di Timur Jauh (Samaria), hingga ke seluruh dunia.”

Dengan berdasar pada tujuan ini, Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission

mengerahkan seluruh usahanya untuk peluasan pelayanan Injil dimulai dari gereja

asal Ling Liang di Shanghai dan daerah sekitarnya, menuju kota-kota besar di Selatan,

Utara, dan Barat daratan Cina. Pelayanan itu kemudian dilanjutkan dengan pelayanan

di desa-desa, pendirian sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, panti asuhan, panti

jompo, serta Eastern China Seminary di Suzhou sebagai tempat persiapan hamba

Tuhan sebelum melayani sebagai gembala dan misionaris. Pada musim gugur tahun

1947, Gereja Ling Liang mengangkat Rev. Chuanzhen Lan dan Rev. Moses Chou

sebagai pendeta misionaris. Mereka kemudian diutus ke ladang penginjilan di luar

daratan China. Rev. Lan dan istrinya diutus melayani cabang gereja Ling Liang di

Calcutta, India, sedangkan Rev. Moses Chou ditugaskan melayani di Jakarta,

Indonesia. Kedua hamba Tuhan tersebut melayani jemaat-jemaat Cina yang merantau

keluar Cina maupun masyarakat lokal.

Lepas tahun 1949, Ling Liang World-Wide Mission melakukan ekspansi keluar

dari wilayah Cina dan memulai pelayanan antara lain di Hong Kong, Taiwan, Asia

Tenggara, Jepang, Amerika Utara, Inggris. Pada tahun 1955 Rev. Timothy Dzao Zse

Kwang mendirikan Universitas Kristen Gamaliel di Jakarta, Indonesia. Tahun

berikutnya, pada bulan Februari 1956, ia mendirikan Sekolah Latihan Pengabar Injil

di kota yang sama. Pelayanan pribadi Rev. Timothy Dzao Zse Kwang membawanya

ke berbagai tempat di seluruh dunia. Ia banyak memimpin KKR untuk membawa

7
kebangunan rohani baik bagi gereja-gereja di Cina maupun di negara-negara lain.

Sebagai contoh, antara bulan Mei hingga Juni 1965 ia memimpin lebih dari 200 KKR

di lima kota besar di Korea dan mengabarkan Injil kepada lebih dari setengah juta

penduduk Korea. Ini adalah salah satu dari sekian banyak upaya Rev. Timothy Dzao

Zse Kwang mengabarkan Injil lintas budaya.

Selama beberapa dasawarsa, Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission telah

menggunakan metode penanaman gereja sebagai pendekatan utama dalam pekerjaan

misi. Sebagai contoh, sejak tahun 2003, Torrance Bread of Life Church telah terlibat

dalam Misi Penginjilan Mexico (Mexico Outreach Missions atau Ling Liang para

Mexico) di mana dibentuk pos-pos gereja untuk mengabarkan Injil bagi penduduk

lokal Mexico. Pada saat ini, ada puluhan gereja Ling Liang atau Santapan Rohani

yang tumbuh tersebar di berbagai negara. Gereja-gereja ini kemudian melanjutkan

penanaman gereja baru baik di negara mereka sendiri atau di negara lain.

Inilah bukti sebagaimana dikemukakan Rev. Timothy Dzao Zse Kwang dalam

bukunya “Journey of Missions” volume 2, halaman 87, yaitu bahwa Ling Liang

World-Wide Evangelistic Mission adalah badan misi dan bukan denominasi; para

misionaris bukanlah pekerja yang bergantung pada upah atau bayaran, melainkan

pada iman bahwa Tuhanlah yang akan memberi kecukupan bagi mereka.

Setiap gereja Ling Liang, atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut Gereja

Santapan Rohani, merupakan gereja yang mandiri dan independen dalam hal

keputusan khususnya mengenai kebijakan gereja dan keuangan. Dengan demikian,

walaupun tiap gereja tersebut memiliki keunikan masing-masing dalam hal pelayanan

jemaat, ada kesamaan visi bagi seluruh gereja Ling Liang: membawa misi penginjilan

sesuai dengan amanat agung Tuhan Yesus Kristus. Terpujilah Tuhan!

8
Sejarah GSRI di Indonesia

Sebelum Perang Dunia ke II, Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang berbeban untuk

bekerja di Indonesia. Maka pada tanggal 5 September 1941, beberapa saudara yang

mengasihi Tuhan, antara lain Alm. Ny. Khouw Swan Nio, Alm. Ny. Khouw Hong

Nio, Alm. Ny. Liem A Ten dan Alm. Ny. Tjoa Kim Djoan mempersembahkan sebuah

rumah di Jl. Drossaersweg No. 185, Batavia yang sekarang dikenal dengan nama Jl.

Tamansari 79 Jakarta Barat, untuk digunakan bagi pekerjaan Tuhan. Maka dimulailah

GEREJA SIDANG KRISTUS BATAVIA dan Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang

menjadi Gembala Sidang pertama sekaligus sebagai pendiri gereja tersebut.

Ketika terjadi Perang Dunia ke II, Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang sedang berada

di Shanghai, sehingga ia tidak dapat kembali ke Indonesia, pelayanannya di Batavia

(Jakarta) kemudian diteruskan antara lain oleh Pdt. Lie Beng Tjoan dan Pdt. Jason

Linn. Pada bulan Desember 1942, Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang mulai bekerja di

Shanghai dengan tujuan “Pergi ke seluruh bumi beritakan Injil“, yang kemudian

menjadi motto seluruh Gereja Santapan Rohani Indonesia dan siap melakukan

penginjilan dan mengutus hamba-hamba Tuhan ke Indonesia.

Untuk itulah kemudian Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang mendirikan LING LIANG

WORLD-WIDE EVANGELISTIC MISSION ASSOCIATION (LLWWEMA) yang

berpusat di Hongkong. Gereja Sidang Kristus Batavia yang sudah ada di Batavia

(Jakarta) menjadi objek tempat penginjilannya. Selama tahun 1943, beberapa saudara

dengan pertolongan Pdt. B.L. Ho yang juga membantu pelayanan Pdt. Timothy Dzao

Zse Kwang mendirikan YAYASAN SIDANG KRISTUS BATAVIA yang berdiri

sendiri.Pada tahun 1949, Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission mengutus Pdt.

9
Moses Chow Chu Be dari Shanghai sebagai Missionari pertama ke Indonesia untuk

membantu pelayanan Sidang Kristus Batavia dan bertugas sebagai Gembala Sidang.

Pada tanggal 5 Agustus 1950, melalui persetujuan bersama anggota Pengurus

Yayasan Sidang Kristus Batavia dilakukan perubahan nama Yayasan Sidang Kristus

Batavia menjadi Yayasan Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission. Bangunan

gedung gereja yang berbentuk rumah tinggal dipugar dan dibangun suatu gedung

gereja baru. Pada tanggal 25 Nopember 1950, gedung gereja yang baru

dipersembahkan kepada Tuhan dan tanggal inilah yang sampai sekarang ditetapkan

sebagai tanggal berdirinya GEREJA LING LIANG THANG.

Pdt. Moses Chouw Chu Be menggembalakan Sidang Jemaat Ling Liang Thang

yang kemudian dirubah menjadi GEREJA SANTAPAN ROHANI TAMANSARI.

Tahun 1949 – 1956, dalam masa penggembalaan Pdt. Moses Chouw Chu Be

merupakan periode yang penting bagi perkembangan GEREJA SANTAPAN

ROHANI INDONESIA. Selama periode ini ada beberapa hal penting yakni : Yang

pertama, Terdapat sebagian Jemaat yang kurang fasih berbahasa Indonesia, maka

pada bulan Juli 1951 didirikanlah Pos Kuo Yu yang kini menjadi GEREJA

SANTAPAN ROHANI INDONESIA KARTINI di Jl. Kartini VI No. 2, Jakarta Pusat.

Yang kedua, Tahun 1953, pertama kali GEREJA SANTAPAN ROHANI

INDONESIA TAMANSARI mengutus misionari pertama ke Kalimantan Barat, yaitu

Miss LO SOUW WEN, akan tetapi dalam waktu yang singkat ia dipanggil Tuhan

karena terbunuh dalam suatu peristiwa. Ini adalah darah sahid pertama GEREJA

SANTAPAN ROHANI INDONESIA. Sekarang ini kita bisa saksikan darahnya yang

telah tertumpah tidaklah sia-sia, karena di Singkawang dan sekitarnya nama Tuhan

dipermuliakan dan telah membuahkan GEREJA SANTAPAN ROHANI

INDONESIA di sana. Yang ketiga, Sesuai dengan motto GEREJA SANTAPAN

10
ROHANI INDONESIA, maka pada tahun itu pula dibuka Pengabaran Injil di

Cikampek, Jawa Barat, kemudian di Karawang, Jawa Barat. Pelayanan ini dilayani

oleh Alm Sdr.& Ny. Tan Lie dan Tan Bik Gwan (sekarang berdiam di Australia). Saat

ini telah menjadi GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA CIKAMPEK dan

KARAWANG yang dilayani oleh Pdt. YOHANES EDDY dan GI REBEKAH

LUKAS (istri dari Pdt. Yohanes Eddy). Yang keempat, Dalam usaha untuk memenuhi

rencana jangka panjang, Gereja Santapan Rohani Indonesia membuka Sekolah

Latihan Pengabaran Injil di Kebayoran Baru, Tetapi sayang tidak berapa lama

kemudian ditutup. Dari peristiwa ini kemudian berdirilah GEREJA SANTAPAN

ROHANI INDONESIA KEBAYORAN BARU yang bermula dari kebaktian “chapel”

mahasiswa Sekolah Latihan Pengabaran Injil. Puji syukur kepada Tuhan, meskipun

sudah ditutup selama 20 tahun, tetapi dengan anugerah Tuhan, gedung Sekolah

Latihan Pengabaran Injil ini dikembalikan pada tahun 1979. Kemudian dengan visi

dan tujuan yang sama dilanjutkan melalui INSTITUT MISI ALKITAB

NUSANTARA (IMAN) yang dimulai tahun 1981, yang sekarang dikenal dengan

nama SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA IMAN (STT IMAN) yang juga telah

berbuah. Periode ini merupakan bagian penting GEREJA SANTAPAN ROHANI

INDONESIA TAMANSARI, karena menjadi dasar bagi pelayanan Gereja Santapan

Rohani Indonesia.

Tahun 1956, Pdt. Moses Chow Chu Be berangkat ke Amerika untuk studi dan

Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang kembali melayani di Gereja Santapan Rohani

Indonesia Tamansari dibantu oleh Pdt. Tjung Wie Mie (Pdt. Nehemia Mimery)

selama periode1958-1962. Tanggal 27 Februari 1961, nama LING LIANG THANG

diubah menjadi GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA dan selama periode

1962 – 1971 ini dilayani oleh Pdt. Timothy Lokananta.

11
Sejarah Gereja Santapan Rohani Indonesia Bali

GSRI Denpasar (Gereja Santapan Rohani Indonesia) berdiri tahun 1998, dimulai
dengan persekutuan doa 4 orang di jalan Cokroaminoto gang teratai no. 3, tahun-
tahun berikutnya Tuhan tambahkan jiwa-jiwa baru dan tempat ibadah berpindah
pindah, di jalan Pulau Saelus tahun 1999-2000, di gedung PWI jln. Gatot Subroto
tahun 2001, di gedung gereja Oikomene Dalung sampai tahun 2002. sejak akhir 2002,
pindah ke jalan Angsoka Cargo Permai no. 12 Ubung sampai sekarang, yang di
gembalai oleh Bapak Pdt. Olimpas Sunarya, MA.

GSRI Denpasar menginduk ke GSRI Kebayoran Baru, Jakarta dengan


Pendetanya Bapak Pdt. DR. I Made Mastra, M.Th. Bapak Pdt. Olimpas Sunarya
sendiri ditahbiskan sebagai Pdt tahun 1996 di gereja GPKAI Papua dan diteguhkan di
GSRI Kebayoran Baru tahun 2005. GSRI Denpasar di mandirikan tahun 2013 dengan
jumlah anggota 125 orang. Mulai tahun 2005 GSRI Denpasar merintis pos pi di
Sanggulan, Tabanan dimulai dengan 1 keluarga dengan jumlah 7 orang dan
dimandirikan tahun 2014 dengan jumlah 50 anggota dan Pendeta yang melayani
adalah Bapak Pdt. Dewa Putu Rosten, MA. Kemudian pada tahun 2017 GSRI
Denpasar merintis GSRI pos pi di Meyerga, Moskona Barat, Teluk Bintuni, Papua
Barat dengan jumlah jemaat 21 orang dan hamba Tuhan yang melayani Ev. Johanes
Seofeto, S.Pd. Pada tahun 2019, GSRI Denpasar merintis GSRI pos pi di Negara,
Jembrana, Bali dengan jumlah jemaat 10 orang, dan hamba Tuhan yang melayani
adalah GI. Yosua Lapelelo, S.Pdk, dan pada tahun 2021 GSRI Denpasar juga merintis
pos pi di Nusa Dua ( GWK) yang melayani adalah Abdon Bako,S.Th dengan jumlah
20 jiwa dengan 3 keluarga

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdirinya sebuah gereja bukan karena keinginan orang yang hanya ingin

ada sebuah bangunan itu berdiri. Tetapi berdirinya sebuah gereja adalah

kerinduan dari anak- anak Tuhan atau hamba Tuhan yang ingin tetap selalu

melayani Tuhan dan menjadi wadah untuk orang- orang data bersama- sama

mengenal dan memuji Tuhan.Gereja juga bukan hanya di gambarkan sebagai

sebuah gedung yang berdiri kemudian di lambangkan dengan salib, gereja

sebenarnya adalah kita orang- orang yang sudah menyerahkan diri kita kepada

Tuhan untuk mau setia dalam melayani anak- anak-Nya yang hilang arah.

Saran- Saran

Dari makalah di atas bahwa Gereja Santapan Rohani Indonesia Bali, bisa

di katakan perkembangannya begitu baik. Oleh karena itu saran dari penulis setelah

melakukan penyelidikan dan analisa dari permasalahan yang dibahas dalam makalah

ini maka dengan ini penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

Pertama, Kita sebagai orang yang sudah percaya jadilah sebuah gereja

untuk orang yang ada di sekitar kita

Kedua, Mari sama- sama menjadi orang yang memiliki semangat melayani.

Ketiga, Mendirikan gereja mungkin bagi sebagaian orang adalah hal yang

biasa saja, tapi kita sebagai anak Tuhan. Mari sama- sama memberitahu bahwa

gereja adalah bukan hanya sebuah bangunan saja melaikan simbol bahwa Tuhan

begitu baik dengan kita. Karena berdirinya gereja bukan karena hanya karena

13
kepingin aja, tetapi kerinduaan seorang untuk menunjukkan bahwa Tuhan kita

luar biasa.

14
KEPUSTAKAAN

Buku-Buku

Benkof Hendrikus, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2009

Internet

https://www.facebook.com/102997033080355/photos/pdt-dr-timothy-dzao-sze-
kwang-%E8%B6%99%E4%B8%96%E5%85%89%E7%89%A7%E5%B8%AB-
pendiri-ling-liang-world-wide-evangelistic-m/103009233079135/

https://p2k.unkris.ac.id/en3/1-3073-2962/Kekristenan-Di-Indonesia_70333_p2k-
unkris.html

http://sinodegsri.com/sinode/

https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-agama-kristen-di-indonesia/

Wawancara

Kak Abdon Bako, S.Th ( 6 September 2022, 15.00 pm)

15

Anda mungkin juga menyukai