Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

MERINGKAS AKHIR ZAMAN

OLEH:

NAMA : YUSTUS MLASMENE


NIM : 22021014
PRODI : PAK
SEMESTER : IV
MK : DOKMATIKA ESKATOLOGI

DOSEN PEMBIMBING Dr. RICKY DONALD MONTANG, S.Th

UNIVERSITAS KRISTEN PAPUA (UKiP)


SORONG
2024
A. Pengertian Gereja

Gereja berasal dari bahasa Portugis, yakni igreja. Selain itu, gereja juga berasal dari bahasa

Yunani, yakni ekklêsia yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata

kaleo=memanggil). Jadi, ekklesia berarti persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari

kegelapan datang kepada terang Allah yang ajaib.

Menurut buku Bahan Pelajaran Katekisasi terbitan Majelis Sinode GPIB (2004), pengertian

gereja berkembang dan dapat dibedakan dari beberapa segi, berikut penjelasannya.

1. Segi Objektif

Gereja dilihat sebagai tempat manusia dengan keselamatan yang diberikan Allah kepada

manusia melalui Yesus Kristus.

2. Segi Subjektif

Persekutuan orang-orang yang percaya dan ingin beribadah kepada Allah. Gereja tidak

hanya sebagai tempat di mana manusia mendengarkan dan menerima firman Tuhan tetapi

juga tempat di mana manusia menjawab dan mengerti panggilan Allah.

3. Segi Apostoler dan Segi Ekstravert

Gereja tidak hanya sebagai jembatan antara Allah dengan orang-orang percaya tetapi juga

jembatan antara Allah dengan manusia.

B. Tugas Gereja

Gereja mempunyai 3 tugas atau yang lebih dikenal dengan tritugas panggilan gereja,

berikut penjelasannya.

1. Bersekutu (Koinonia)

Persekutuan (koinonia) memainkan peran penting dalam gereja. Inti dari persekutuan

adalah untuk mendorong rasa komunitas dan kesatuan di antara orang-orang percaya.

1
Gereja adalah sebuah wadah di mana orang percaya bersekutu, membangun hubungan satu

sama lain untuk dapat saling mengenal, mendukung, berbagi, dan belajar. Lewat

persekutuan, tiap individu juga dapat memperdalam hubungan dengan Tuhan Yesus.

Bagian Alkitab yang menyoroti nilai persekutuan terdapat dalam 1 Korintus 12:12-27.

Rasul Paulus memberi ilustrasi jika gereja diibaratkan tubuh. Setiap anggota memiliki

fungsinya masing-masing, namun tetap satu kesatuan. Sekecil apapun anggota tubuh, tetap

berperan untuk melengkapi dan punya nilai tersendiri.

2. Bersaksi (Marturia)

Bersaksi merujuk pada fungsi dari memberikan kesaksian mengenai kebenaran Injil. Dalam

perjanjian baru, istilah marturia sering digunakan untuk menggambarkan peranan orang

percaya dalam membagikan iman mereka dan memberikan kesaksian mengenai karya

penyelamatan Tuhan Yesus.

Panggilan untuk mewartakan Injil melalui bersaksi merupakan fungsi penting gereja.

Karena melalui kesaksian bisa menyelamatkan lebih banyak jiwa. Hal ini pun dipertegas

dalam amanat Agung Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20:

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama

Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah

Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada

akhir zaman."

3. Melayani (Diakonia)

Gereja adalah wakil Tuhan untuk menyatakan kasih dan kebaikan-Nya kepada dunia.

Dalam perjanjian baru, istilah diakonia sering digunakan untuk menggambarkan peranan

orang percaya dalam melayani orang lain.

Salah satu contoh mengenai hal ini terdapat di 1 Petrus 4:10-11:

"Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap

orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada seorang yang

2
berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada

orang yang melayani, baiklah ia melakukan dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah,

supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya

kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin."

C. Sejarah Gereja Indonesia

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang “sejarah”, yaitu: (1) Sejarah

adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan

peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau); dan (2) Sejarah adalah pengetahuan atau

uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang

lampau. Jadi, berdasarkan definisi ini, belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta masa

lampau (peristiwa-kejadian itu sendiri) dan usaha menguraikan fakta/peristiwa tersebut.

Kata “gereja” berasal dari kata dalam bahasa Portugis igreja, yang berasal dari kata

Yunani ekklesia yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama dipanggil oleh

Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan turunnya Roh

Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi rasul, artinya “mereka yang diutus” untuk

memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja.

Kata "Indonesia" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti Hindia dan

kata dalam bahasa Yunani nesos yang berarti pulau. Jadi, kata Indonesia berarti wilayah Hindia

kepulauan, atau kepulauan yang berada di Samudera Hindia, yang menunjukkan bahwa nama ini

terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat. Sejak tahun 1900, nama Indonesia

menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis

Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik.

Jadi, Sejarah Gereja Indonesia dapat didefinisikan sebagai kisah tentang aktifitas

misionaris (misi) dan respon orang-orang di Nusantara terhadap panggilan Yesus Kristus

3
melalui pemberitaan Injil oleh para misionaris (Nestorian di Barus, Gereja Katolik dari Eropa,

Zending dari Belanda, dan Negara-negara lain), yang bermisi ke Nusantara pada abad ke 7 – 21.

Belajar Sejarah Gereja Indonesia akan bermakna bagi kita untuk melihat dan mengimani

karya Allah Tritunggal pada masa lampau di Nusantara dalam diri orang-orang pilihan-Nya

(misionaris dan penerima Injil). Dengan kata lain belajar mengenal Allah melalui sejarah umat-

Nya serta melihat respon orang-orang pilihan-Nya pada masa lampau di Nusantara. Dengan

demikian kita akan dapat menghargai para utusan Injil (dari berbagai denominasi) yang mula-

mula walaupun mereka melakukan kekeliruan di beberapa tempat di Indonesia, namun rela

meneladani perkara-perkara yang baik dari kehidupan dan pelayanan mereka pada masa lampau

serta dapat menerima berbagai denominasi gereja dengan berbagai kekurangan yang mungkin

ada pada denominasi tersebut.

D. Periodisasi Sejarah Gereja Indonesia

Periodisasi berarti usaha membagi-bagi masa sejarah gereja itu atas periode (batas-batas

waktu) tertentu. Cara pembagian periode itu ada bermacam-macam; ada yang membaginya dari

segi perkembangan atau perluasan gereja itu; ada yang membaginya dari segi pertumbuhan

organisasi atau kepemimpinan gereja itu sendiri. Dr. Th. Mueller Krueger dalam bukunya:

Sejarah Gereja di Indonesia, membuat periodisasi sejarah gereja-gereja di Indonesia, bertolak

dari segi: siapa yang datang menyebarkan Injil itu. Dengan demikian dia membuat periodisasi

Sejarah Gereja di Indonesia sebagai berikut:

1. 1520-1605 : Zaman misi Katolik Roma

2. 1605-1800 : Zaman zending VOC

3. 1800-1940 : Zaman zending oleh lembaga-lembaga PI dari Eropa

Th. Van den End, dalam bukunya Ragi Carita 1, menggunakan periodisasi yang

berdasarkan beberapa segi sejarah gereja yang digabung, sehingga dengan demikian dia

membagi sejarah gereja di Indonesia atas dua zaman besar, yakni:

4
1. Tahun 1522-1800: Pada periode ini negara (Portugis dan VOC) memainkan peranan

penting dalam perluasan dan pemerintahan gereja. Di pihak lain PI diselenggarakan

oleh suatu lembaga gereja dan membawa serta bentuk ibadah dan ajaran yang

berlaku dalam gereja itu. Pendekatan terhadap agama dan kebudayaan yang mereka

temukan di Indonesia bersifat negatif semata-mata. Dan orang-orang Indonesia tidak

ikut serta dalam kepemimpinan gereja; organisasi gereja bersifat hierarkis dan

dipimpin oleh orang-orang Barat.

2. Tahun 1800-1940an yang kemudian dibagi atas beberapa sub-periode yakni: tahun

1800-1860; tahun 1860-1920; dan 1920-1940an. Pembagian ini didasarkan atas

faktor perluasan, faktor pola berfikir para zending (misionaris), faktor peranan

orang-orang Indonesia dalam kehidupan gerejani dan faktor perkembangan di

bidang politis. Faktor-faktor ini berlaku bagi sejarah gereja di Indonesia dilihat

sebagai satu kesatuan.

Akan tetapi sebelum kehadiran Gereja Katolik di Nusantara, sudah didahului dengan

kedatangan Gereja Nestorian dari Persia di Barus Sumatera Utara. Untuk mengakomodasi fakta

ini dalam studi Sejarah Gereja, Dr. Fridolin Ukur menetapkan periodisasi Sejarah Gereja

Indonesia sebagai berikut:

1. Pra Sejarah Gereja di Indonesia (tahun 645-1930/1935). Masa ini dibagi dalam

beberapa periode:

a. Kedatangan kelompok Kristen Nestorian yang berpusat di Mesopotamia Hilir

(Irak) ke Sumatera yang terjadi antara tahun 645-1500.

b. Kedatangan Gereja Katolik di Indonesia antara tahun 1511-1666.

c. Tersebarnya Kristen Protestan ke Indonesia antara tahun 1605-1910. Yang

terbagi dalam dua tahap:

i. Zaman Calvinis VOC (1605-1800)

ii. Zaman Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda (1800-1930/1935)

5
d. Lahirnya Gereja-gereja Suku/Gereja Daerah dan Gerakan Pentakosta di

Indonesia.

2. Sejarah Gereja di Indonesia tahun 1930-kini. Babak ini dibagi lagi dalam beberapa

periode:

a. Gereja dan Pergerakan Nasionalisme (1930-1941)

b. Gereja di Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)

c. Gereja di Masa Perang Kemerdekaan RI (1945-1950)

d. Gereja yang bertumbuh/tinggal landas (1950-kini)

Periodisasi yang akan dipakai dalam makalah ini adalah periodisasi yang diajukan oleh

Dr. Muller Kruger karena jelas pembagiannya berdasar siapa yang menyebarkan Injil di

Indonesia. Dan sebagai tambahan adalah bagaimana akhirnya penyebaran Injil itu berkembang

di Indonesia.

E. Tokoh Sejarah Gereja

Berikut ini beberapa tokoh Reformasi Gereja:

1. John Calvin

John Calvin memisahkan diri dari Gereja Katolik usai terjadi kekerasan pada Protestanisme di

Prancis. Ia kemudian menyebarkan ajaran yang disebut Calvinisme. Ajaran tersebut berkembang

ke semua Eropa sehingga menyebabkan pergolakan politik.

2. Henry VIII

Tokoh Reformasi Gereja berikutnya adalah Henry VIII yang merupakan raja Inggris. Gerakan

Reformasi Gereja yang dilakukan Henry VIII ditandai pendirian Gereja Anglikan atas penolakan

terhadap supremasi Paus atas gereja-gereja di Inggris.

3. Martin Luther

6
Martin Luther adalah pelopor dari gerakan Reformasi Gereja. Sebelumnya, Luther adalah pastor

dan profesor di Universitas Wittenberg, Jerman. Luter berpendapat bahwa semua orang yang

memeluk Katolik berhak membaca Alkitab maka ia menerjemahkan Alkitab ke Bahasa Jerman.

4. Ulrich Zwingli

Tokoh Reformasi Gereja berikutnya adalah Ulrich Zwingli. Beliau adalah pastor asal Swiss

yang mengadakan Reformasi Gereja pada 1523. Zwingli tidak setuju dengan tradisi puasa,

mencatat korupsi dalam hierarki gereja, sampai melarang musik kebaktian.

Latar Belakang Reformasi Gereja

Reformasi Gereja terjadi akibat berbagai faktor, yaitu:

1. Tumbuh Peran Negara

Selama Abad Pertengahan, pemerintah dibayang-bayangi kekuasaan gereja. Dengan kata lain,

pada Abad Pertengahan gereja membawahi banyak kerajaan Eropa. Namun, pada abad 14 mulai

tumbuh keinginan dari berbagai negara untuk memiliki pemerintah ang independen.

2. Gereja Dipandang Melakukan Penyimpangan

Pada agama Katolik terdapat indulgensi atau pengampunan dosa. Pada masa tersebut, gereja

melakukan jual beli surat pengampunan dosa. Hal tersebut dianggap tidak sesuai dengan ajaran

gereja.

3. Berkembangnya Tradisi Intelektual

Antara abad 14 sampai 15, mulai muncul ketidakpuasan terhadap gereja dari internal gereja itu

sendiri. Contonya yaitu Jan Hus dan John Wycliffe yang merupakan pendeta.

Anda mungkin juga menyukai