Anda di halaman 1dari 8

Nama: Rahelia Tirani Banten

Nirm: 2020229335

Kelas: C Teologi

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Ekklesiologi Gereja Toraja

Pengarang : Dr. Nico Syukur Dister OFM

Tahun Terbit : 2019

Penerbit : Institut Teologi Gereja Toraja

Jumlah Halaman : 60 halaman

A. Pengantar Isi Buku

Ekklesia berasal dari kata: eks dan kaleo, yang berarti: Persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar

dari dunia ini ke dalam persekutuan dengan Tuhan dan persekutuan dalam Tuhan. Rasul Paulus bahkan

mempopulerkan terminologi ekklesia dari bahasa sosial menjadi bahasa teologis, dengan mempergunakan

ekklesia tou Theou (orang yang dipanggil keluar menjadi milik Tuhan atau umat Allah yang dipanggil untuk

bersekutu. Jadi, gereja adalah milik Allah, terpanggil bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk suatu

tugas tertentu yang Allah embankan kepadanya. Istilah lain untuk gereja dalam bahasa Yunani adalah

kuriake (yang seakar dengan kata kurios), yang mengartikan milik Kurios, milik Tuhan. Eklesiologi adalah

teori teologis tentang gereja atau teologi gereja. Jadi eklesiologi merupakan teologi yang mau mempelajari

hidup beriman secara sistematis dan metodis. Jika eklesiologi dirumuskan berdasarkan pemahaman teologis

yang mendalam, maka yang dimaksudkan adalah pemahaman teologis-alkitabiah yang digali dari dalam

Alkitab sebagai Firman Allah (PL dan PB).

B. Isi Buku

Segala sesuatu dalam Alam Semesta lahir dari karya Allah Tritunggal. Perjanjian Lama mempersaksikan

bahwa Allah mencipta bersama Firman-Nya dan Roh Kudus. Begitu juga Perjanjian Baru meneruskan

ungkapan-ungkapan ini, yang memperkenalkan Allah sebagai Bapa, Anak (Yesus Kristus), dan Roh Kudus.

Yesus yang adalah Firman Allah adalah tidak diciptakan. Sebab Firman bukan ciptaan, karena justru olehNya
Allah telah menciptakan segala sesuatu (Kej. 1:3, Mzm. 33:6; Yoh. 1:3, 1Kor. 8:6). Firman adalah kekal, seperti

disebutkan dalam Injil. Allah hanya satu, tetapi Ia menyatakan diri-Nya di dalam tiga oknum melalui

pekerjaan masing-masing: Bapa Pencipta dan Pemelihara, Anak Penyelamat dan Roh Kudus Pembimbing.

Ketritunggalan Allah tetap merupakan rahasia ilahi. Allah yang benar dan maha kuasa adalah Allah yang

tidak dapat didefenisikan secara tuntas dan sempurna oleh manusia ciptaan Allah. Batas defenisi manusia

atas Allah adalah sejauh yang Allah sendiri nyatakan. Alkitab mempersaksikan hakikat Allah adalah kasih.

Karena itu Ketritunggalan Allah adalah Ketritunggalan Kasih. Allah adalah “Tiga Kasih” dalam identitas

yang berbeda menyatakan hubungan yang satu dan tidak terpisahkan (Tritunggal).

Pemanggilan dan pemilihan Allah bagi orang Toraja (bangsa Toraja) pada masa lampau, merupakan

pemanggilan dan pemilihan yang sama maknanya dengan pemanggilan dan pemilihan Allah pada

bangsa-bangsa tertentu di muka bumi. Allah menyatakan pemanggilan dan pemilihan bagi orang Toraja

melalui pemberitaan Injil oleh Gereja Protestan Indonesia (Indische Kerk) dan lembaga penginjilan

Gereformeerde Zendingsbond (GZB) dari Negeri Bleanda. Panggilan khusus pelayanan Gereja Toraja

adalah masyarakat Toraja dengan budaya dan bahasanya yang khas, supaya kemuliaan Kristus

dinyatakan juga dengan corak Toraja. Sebagai gereja yang dipanggil dan dipilih Allah, Gereja Toraja

berkomitmen dalam visinya untuk mewujudkan Gereja Toraja yang memuliakan Tuhan, memberitakan

kebaikanNya, menjadi berkat bagi manusia dan dunia sehingga mewujudkan damai sejahtera bagi semua.

Gereja Toraja menghayati makna dirinya dalam konteks kebudayaan Toraja. Penghayatan itu nyata dalam

mengartikan kata jemaat/gereja sebagai kombongan dan mengartikan kalimat persekutuan orang kudus

dalam rumusan Pengakuan Iman Rasuli dengan istilah kombongan masallo’. Kombongan memiliki makna

yang sama dengan kata koinonia dalam Alkitab.

Misi gereja (misio ecclesiae) bagi dunia adalah alasan dibalik misi Allah (misio Dei) bertindak bagi

dunia melalui misi Kristus (misio Christie). Gereja dipanggil bukan untuk dirinya sendiri tetapi melakukan

rencana Ilahi untuk mentranformasi dunia dengan memproklamirkan Injil kepada semua orang dalam kata

dan perbuatan (Mrk. 16:15). Kisah gereja perdana memperlihatkan bahwa tantangan paling utama yang

dihadapi gereja adalah bagaimana memberitakan Injil Yesus Kristus bagi beragam konteks, budaya, dan

bahasa pendengar. Misi Gereja berdasarkan perintah Yesus (tugas suruhan), yaitu melanjutkan tugas Rasuli,

berdiri atas iman para rasul dan meneruskan misi para rasul, Allah menginginkan gereja menjadi persekutuan

yang bersaksi dan memproklamirkan KerajaanNya dengan mengundang semua orang dari segala bangsa

untuk juga memiliki iman yang menyelamatkan.


Tanggung jawab terhadap alam semesta adalah bagian yang tak terpisahkan dalam misi gereja.

Diakonia adalah bentuk konkret pelayanan Gereja Toraja sebagai institusi untuk memelihara, menolong, dan

menyejahterakan anggota jemaat dan sesama manusia yang lemah dan berkekurangan serta berusaha

membendung dan mencegah sebab-sebab kesengsaraan dan kemelaratan manusia. Diakonia dikategotikan

dalam tiga bentuk, yaitu Diakonia Karitatif, Diakonia Reformatif, dan Diakonia Transformatif. Pada kaum

miskin terdapat orang-orang yang lebih miskin dan menderita atau konkretnya disebut sebagai kaum yang

termiskin dari yang miskin. Pada kaum miskin terdapat orang-orang yang lebih miskin dan menderita atau

konkretnya disebut sebagai kaum yang termiskin dari yang miskin. Kuasa di dunia ini bukanlah sesuatu yang

terpisah dari wilayah kekuasaan Yesus Kristus, namun pada dirinya menjadi suatu manifestasi kekuasaan

Sang Raja segala Raja. Dalam hal ini, pemerintah mempunyai kuasa, wewenang, otoritas dalam menetapkan

dan menerapkan aturan (pedang) sebagai alat memimpin, memerintah, dan melayani masyarakat dalam

pembangunan kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, kedamaian, dan keadilan bagi

seluruh makhluk. Namun pemerintah harus senantiasa berada di bawah terang dan kritik Firman Allah, dan

gereja dalam hal bertanggungjawab memerankan fungsi kenabiannya. Sistem politik Indonesia yang menjadi

konteks Gereja Toraja adalah sistem politik demokratis. Dalam konteks demikian, Gereja Toraja dapat melihat

demokrasi sebagai anugrah Tuhan bagi masyarakat Indonesia yang pluralistik. Demokrasi, meski bukan satu-

satunya jalan, adalah sebuah prinsip universal yang mengandung nilai alkitabiah. Gereja terpanggil untuk

membina warganya melihat politik sebagai bidang misi Gereja, sehingga gereja dapat memilih sikap dan arah

politik yang benar, baik dan tepat, sesuai dengan Firman Allah. Budaya adalah dinamis dan terus

berkembang. Tetapi, dalam setiap kebudayaan dari sesuatu suku atau bangsa selalu terkandung nilai-nila

luhur, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: nilai-nilai magis-religius, nilai-nilai hukum, nilai-nilai pola

kehidupan, nilainilai etika, dan nilai-nilai hubungan sosial kemasyarakatan. Berpedoman kepada pemahaman

akan nilai-nilai budaya yang sedemikian itulah gereja dapat melakukan transformasi (pembaharuan)

kebudayaan. Secara khusus Untuk Toraja, ketegasan sikap Gereja Toraja untuk mengambil Peran Pandu

Budaya lahir dilakukan melalyui proses interpretasi (penafsiran) terhadap kebudayaan Toraja, dalam bentuk:

ritus-ritus, pemali-pemali, bahkan kearifan lokal, yang merupakan warisan dari agama asli orang Toraja, Aluk

Sanda Pitunna. Selain terus mengajar warga gereja untuk memperhatikan pendidikan, Gereja Toraja sebagai

lembaga perlu terus melakukan peningkatan kualitas proses belajar dan mengajar di semua lembaga

pendidikan yang dikelolanya. Gereja Toraja harus mampu memajukan pelayanan dan pengelolaan kesehatan

di lembaga rumah sakit yang dimilikinya. Gereja Toraja juga harus mendorong pemerintah untuk memajukan

pengelolaan dan pelayanan kesehatan di lembaga rumah sakit milik pemerintah. Gereja Toraja hidup dalam
tiga lingkaran,: lingkaran primordial (keluarga, kampung, daerah, suku, agama; lingkaran kebangsaan (warga

negara); dan lingkaran kemanusiaan universal (dunia). Dan Gereja Toraja meyakini bahwa semua lingkaran

itu dilingkupi oleh Lingkaran Kerajaan Allah. Gereja Toraja harus terus menerus memberikan bimbingan

moral, etik, dan spiritual bagi warganya yang berkecimpung dalam pengembangan dan penerapan IPTEK,

agar hal itu dilakukan demi untuk kesejahteraan umat manusia. Gereja Toraja terpanggil untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, terutama generasi muda, secara merata dan menyeluruh dalam rangka

menyongsong dan menyukseskan program nasional bangsa Indonesia dalam era tinggal landas, yang akan

ditandai dengan pengembangan dan penerapan IPTEK di dalam seluruh bidang kehidupan masyarakat dan

bangsa Indonesia. Revolusi industri generasi keempat (4.0) ditandai dengan kemunculan superkomputer,

robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik, dan perkembangan neuroteknologi yang

memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak, maka Gereja Toraja harus terlibat

didalamnya untuk berubah dan berpartisipasi didalamnya untuk mengembangkan pengetahuan dan skil.

Gereja Toraja perlu mengangkat falsafah kebudayaan Toraja, to sangserekan untuk menunjang tanggung

jawabnya dalam berekonomi. Falsafah sangserekan adalah nilai luhur kebudayaan Toraja yang menempatkan

makhluk hidup dalam kesejajaran: lolo tau, lolo tanana, lolo patuan dan tidak dikenal prinsip

antroposentrisme. Bekerja dan berusaha untuk menjadi sukses dan kaya dengan nilai kejujuran menjadi pesan

iman Kristen. Demikian juga pesan yang diusung falsafah hidup orang Toraja, bahwa Kesuksesan dan

kekayaan dapat diperoleh melalui proses kerja keras dan logika bertahap dalam proses. Ugahari atau

keugaharian adalah kehidupan dalam kesederhanaan atau kesahajaan, sekalipun dalam kondisi kepemilikan

harta yang banyak. Jadi hidup ugahari adalah pilihan hidup sederhana, tidak boros, dan tidak serakah

menggunakan apa yang dimiliki, Kearifan budaya Toraja mendukung hidup keugaharian. Hidup dengan

kecukupan nyata dalam bentuk uangkapan-ungkapan bijaksana dan menjadi etika mengkonsumsi. Gereja

terdiri dari beragam orang dengan keunikan masing-masing, diantranya ada anak-anak, remaja, dewasa,

orang tua, lansia, bahkan kaum disable. Gereja perlu mewadahi mereka dengan fasilitas yang menjadikan

mereka tersambut dan terterima di gereja serta dapat merasakan pelayanan dan mengambil peran dalam

pelayanan. Yang dibutuhkan dari gereja terhadap kaum disable pertama-tama adalah pandangan yang benar

tentang keberadaan mereka. Manusia diciptakan berdasarkan gambar Allah. Untuk menjadi gambar Allah

tidak berarti harus mandiri dan kuat. Diskriminasi gender dapat berlaku juga bagi kuam laki-laki, tetapi

secara umum banyak terjadi bagi kaum perempuan. Namun demikian, harus diakui bahwa kaum perempuan

seringkali mengalami pelecehan, kekerasan, dan perlakuan sebagai komoditi. Penting untuk ditegaskan

pertama-tama bahwa Gereja Toraja menolak perkawinan di luar laki-laki dan perempuan, sebagaimana yang
ditetapkan Allah dalam Alkitab bahkan dalam kebudayaan Toraja. Tetapi Gereja Toraja juga menolak

diskriminasi terhadap kaum LGBTIQ dan ini merupakan perbuatan yang tidak baik atau berbuat dosa.

Oikumenisme bukan soal lembaga atau organisasi saja, tetapi oikumenisme justru harus tampak dalam

hubungan kehidupan kemasyarakat yang konkret. Dan gereja sebagai alat Allah dapat dipercaya bila misinya

menjangkau dunia. Konsep Trinitas menyediakan kemungkinan untuk menghubungkan ajaran Kristen

dengan seluruh ciptaan, termasuk agama-agama lain.

Panggilan Gereja Toraja untuk membangun relasi harmonis dengan ciptaan yang lain berdasr pada

kisah Allah mencipta langit dan bumi dan segala isinya. Allah menciptakan langit dan bumi dan segala

isisnya dengan sempurna dan menempatkan semua itu di dalam relasi yang harmonis dan saling

menghidupi. Gereja, khususnya Gereja Toraja, turut terpanggil dalam mengembangkan hubungan

persahabatan antar bangsa, budaya, dan bahasa, selain sebagai kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat

untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi mereka. Bagi Gereja Toraja, pengembangan hubungan

persahabatan antar bangsa, budaya, dan bahasa itu dilaksanakan dalam terang pelaksanaan misi gereja untuk

memberitakan Injil kepada seluruh makhluk di seluruh dunia (Mrk. 16:15). Selain dasar iman Kristen,

sesungguhnya budaya Toraja juga menyediakan kearifan lokal yang dihidupi masyarakat Toraja yang dapat

menolong terciptanya dialog dengan orang lain secara nyata.Pemahaman tentang Trinitas adalah satu-satunya

cara untuk tiba pada konsep persekutuan seluruh manusia. Penekanan pemahanan persekutuan bukanlah

secara rasional tetapi secara relasional. Otentisitas pribadi bukanlah kebebasan dari yang lain tetapi kebebasan

untuk yang lain. Melalui persekutuan di dalam Allah Tritunggal, setiap orang di luar gereja juga dijangkau

dan dilayani untuk mengenal Kristus dan mengasihiNya.

Jabatan am orang percaya adalah penjabaran dari jabatan Kristus yang dikaruniakan kepada setiap

orang yang percaya kepadaNya sebagai Juruselamatnya. Jabatan yang dimaksud adalah raja, imam, dan nabi.

Ketiga peranan Kristus tersebut merupakan fungsi ilahi yang memungkinkan tersampaikannya firman Allah

kepada dunia, subsitusi dan penebusan dosa manusia, serta pemerintahan Allah yang absolut. Imam harus

memisahkan dirinya dan mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Allah, secara spesifik pelayanan dalam

konteks Bait Allah. Imam harus siap untuk hidup secara berbeda dengan orang-orang lain secara umum.

Imam juga harus sadar dan peka akan keberdosaan masyarakat. Nabi harus sangat sensitif dalam

membedakan suara Tuhan dengan suara hati, pikirannya sendiri. Ketika pesan dari Tuhan sudah jelas, nabi

harus berani memberitakan pesan itu dengan tegas dan setia tanpa ditambah ataupun dikurangi, tidak peduli

seberapa keras atau buruk pesan tersebut, dan tidak peduli kepada siapa pesan itu harus dinyatakan (baik
kepada imam, ahli Taurat, tua-tua, panglima, bahkan raja sekalipun). Jabatan raja memiliki keunikan dalam

menjalankan keadilan dan melakukan pengelolaan, baik itu mengelola pemerintahan, masyarakat, militer,

maupun sumber daya alam. Ketika aspek-aspek tersebut dikelola dengan baik, akan tercapai kesejahteraan

dalam masyarakat, misalnya dalam pemerintahan Daud dan masa-masa awal pemerintahan Salomo.

Keanggota gereja Toraja terdiri dari Anggota Baptis, Sidi, dan Calon Baptis. Anggota sidi yaitu

anggota jemaat yang telah melakukan pengakuan iman sendiri di hadapan Tuhan di tengah-tengah ibadah

jemaat, yaitu orang yang dibaptis dewasa dan atau dibaptis kecil tetapi telah menerima peneguhan sidi.

Anggota Baptis adalah anak anggota jemaat yang telah dibaptis tetapi belum disidi. Anggota Calon Baptis

yaitu anak anggota jemaat yang belum dibaptis dan orang dewasa yang mau mengikuti iman kristen serta

sudah mengaku di hadapan jemaat atau Majelis Gereja, tetapi belum dibaptis. llah sendiri menginginkan

adanya pelayan-pelayan dalam gerejaNya, oleh karena Allah tidak hadir secara tampak dalam gereja. Gereja

sebagai umat Allah terdiri dari para pemimpin dan jemaat. Hal itu pun telah dicontohkan dalam Alkitab,

yaitu Yesus memilih murid-murid untuk memimpin misi proklamasi Kerajaan Allah. Otoritas para pelayan

dalam gereja hanya bisa dipahami secara tepat dalam terang otoritas Yesus sebagai Kepala Gereja, yang

mengosongkan dirinya, rela disalib dan mati di kayu salib (Flp. 2:7–8), dan teladan Otoritas kita sendiri adalah

Yesus Kristus. Setiap pelayan harus melakukan pelayanan baik secara personal, kolegial, maupun komunal.

Pelayanan harus personal oleh karena kehadiran Kristus dapat menjadi paling efektif ditujukan kepada

seorang yang diutusnya untuk memproklamirkan Injil dan memanggil komunitas untuk melayani Allah di

dalam kesatuan hidup dan kesaksian. Pelayanan harus kolegial oleh karena para pelayan membagi tugas

secara bersama-sama dalam melayani komunitas. Dan pelayanan harus komunal oleh karena dimensi

komunal persekutuan memiliki hubungan yang intim antara para pelayan yang diurapai dengan komunitas.

Keberadaan pendeta di dalam Gereja Toraja, terjadi melalui proses penyiapan, yaitu masa Proponen.

Proponen adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi telogi secara formal dan sedang

menjalani pendidikan kependetaan Gereja Toraja, memperoleh kesempatan dalam jemaat untuk mewujudkan

karunia Tuhan yang ada padanya melalui khotbah, pelayanan, dan hidupan di tengah-tengah jemaat, serta

sedang menunggu keputusan untuk dipanggil memangku jabatan pendeta. Tugas pendeta, Penatua, dan

Diaken hampir sama den mereka tetap melayani untuk Tuhan dengan tugas dn tanggung jawab mereka

untuk Tuhan dan bagi jemaat di tempat itu. Gereja Toraja dua jenis tugas Pendeta Gereja Toraja, Yaitu:

Pendeta Jemaat, Pendeta Tugas Khusus. Pendeta Jemaat adalah Pendeta yang melayani di jemaat Gereja

Toraja tertentu dalam kurun waktu tertentu. Pendeta Tugas Khusus adalah pendeta yang melayani dalam

suatu bidang pelayanan tertentu berdasarkan penugasan dari Gereja Toraja, dan diutus dalam suatu ibadah
oleh Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja. Jabatan pelayan gerejawi harus pertama-tama dipahami sebagai

panggilan dari Allah bagi kepentingan gereja, yaitu agar gereja dapat terus melangsungkan kehidupannya

dan melaksanakan misinya dalam kerangka rencana dan misi Allah. Gereja Toraja menetapkan bahwa jabatan

pendeta berlaku seumur hidup (life-time) dan pendeta melakukan pelayanannya secara penuh waktu. Jabatan

penatua dan diaken melekat pada diri penatua dan diaken setelah melalui mekanisme proses pemilihan

penatua dan diaken Gereja Toraja dan sampai pada peneguhan dalam ibadah jemaat. Setiap warga Gereja

Toraja mempunyai hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam kehidupan gereja, yaitu persekutuan

(koinonia), kesaksian (martyria), pelayanan (diakonia), pemberitaan Injil (kerygma), beribadah (leiturgia),

pengajaran (didache), konseling(pastoral), dan penatalayanan (oikonomia). Klasifikasi ini merupakan

panggilan yang saling terkait satu dengan yang lain dan tidak berhubungan dengan penataan secara

struktural. Pada hakekatnya, liturgi tidak bisa dilihat hanya sebatas hal-hal praktis mengenai ibadah misalnya,

urutan akta dalam ibadah atau lembaran tata ibadah. Dalam sistem kepercayaan asli Toraja, Aluk Sanda

Pitunna, tidak ada konsep tempat sentral untuk beribadah, serupa kuil, bait Allah atau Gereja. Tempat

melaksanakan ritus adalah alam dan di sekeliling kehidupan manusia, seperti: sawah, pohon, sungai, kuburan

alam/patane, dan Tongkonan. embinaan warga gereja meliputi manusia seutuhnya. Pembinaan warga gereja

dilaksanakan baik secara umum maupun secara kategorial. Pembinaan warga gereja dialamatkan kepada

warga Gereja Toraja dan diselenggarakan oleh Majelis Gereja dan dilaksanakan oleh seluruh anggota jemaat,

pengurus/pelayan organisasi intra gerejawi, dan lembaga-lembaga pembinaan lainnya yang ditetapkan oleh

Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja. Pembinaan yang paling utama terjadi dalam keluarga. Pemuridan adalah

sebuah proses perjalanan yang dilakukan secara konsisten, yang membawa orang-orang bertumbuh menjadi

serupa dengan Kristus. Dibutuhkan peran serta seluruh anggota gereja untuk menjadikan seorang percaya

menjadi seorang murid Kristus. Amanat Agung Kristus merupakan pekerjaan Roh Kudus melalui GerejaNya.

Pemuridan adalah sebuah proses yang dibangun dengan pemahaman bahwa kita bertumbuh sembari

menolong orang lain untuk bertumbuh. Ini merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus-menerus.

Kapanpun gereja berkumpul untuk mengambil keputusan, maka selalu dibutuhkan seseorang untuk

mengumpulkan dan memimpin pertemuan menjadi lebih baik dan teratur. Kepemimpinan itu selalu

dimaksudkan untuk membawa gereja Tuhan hidup di dalam kasih dan kebenaran. Tugas kepemimpinan

dalam gereja adalah untuk memelihara integritas gereja lokal, memberi suara bagi yang tidak dapat berbicara,

dan untuk memperkuat kesatuan di dalam keberagaman. Organisiasi Intra Gerejawi adalah organisasi yang

bersifat kategorial untuk mengembangkan dan mendayagunakan anggota jemaat sebagai perwujudan tugas

imamat am orang percaya dalam rangka pembangunan tubuh Kristus. Orgasasi Intra Gerejawi dibentuk pada
lingkup Jemaat, Klasis, dan Sinode, untuk mengkoordinasi pengembangan dan pendayagunaan potensi

anggota OIG.

Anda mungkin juga menyukai