Anda di halaman 1dari 18

ABSTRAK

Peranan gereja sangat penting untuk memberikan bimbingan kepada remaja


Kristen dalam kehidupan multikultur.Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana peran gereja dalam memberi bimbingan kepada remaja
saat ini. Gereja harus dapat menempatkan diri secara tepat dalam perannya dalam
pelayanan dan pembinaan untuk menolong anggota jemaat yang bermasalah. Peran
gereja dijalankan oleh gembala/pendeta, pembina rohani dan pengurus gereja.
Penulisan karya ilmiah ini mengunakan metode kualitatif dan teknik
pengumpulan data melalui :jurnal dan internet, Alkitab, buku-buku, majalah, diktat,
renungan,buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas XII, dan artikel-
artikel lainnya yang sehubungan dengan penulisan karya ilmiah ini.
Hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa peran
gereja tidak maksimal dan tidak ada pelayanan khusus dalam membimbing remaja
dalam kehidupan multikultur. Seharusnya gereja berperan dalam menjadikan
adanya hukum kasih menjadi suatu landasan dan pedoman dalam diri remaja
Kristen,bergaul kepada semua orang dan jangan sampai ada perselisihan diantara
perbedaan latar belakang seseorang.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Umumnya gereja-gereja di Indonesia adalah gereja multikultur, yaitu gereja


yang dibangun di tengah jemaat yang terdiri dari berbagai suku, budaya, adat
istiadat, kebiasaan maupun geografis yang berbeda. Gereja di Indonesia adalah
gereja yang terbuka terhadap keberagaman. Di kalangan umat Kristen, nampaknya
multikultur bukanlah masalah yang harus dipertentangkan. Kecuali dalam
hubungan antarumat bergama, sebagian umat Kristen masih dipengaruhi oleh
fanatisme sempit dan prasangka. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh pengalaman
konflik, kekerasan, dan sebagainya. Dalam hubungan internal jemaat kristen,
perbedaan budaya, adat istiadat, dan geografis bukan hanya diterima namun juga
diakomodir. Hampir semua gereja mengadaptasi budaya dalam liturgi dan
perayaan-perayaan gerejawi.

a) Pengertian Gereja
1) Menurut Wikipedia Kata Church dalam Bahasa Inggris
berhubungan dengan kata kirk dalam Bahasa Skotlandia dan kirche
dalam Bahasa Jerman. Semua istilah ini berasal dari kata Yunani
kuriakon. Bentuk ajektif netral dari kurios ("Lord"), berarti "dari
Tuhan". Istilah church juga diterjemahkan dari kata Yunani
ekklesia, yang berasal dari kata ek, berarti "keluar dari," dan kaleo
yang berarti " memanggil." Jadi gereja adalah "suatu kelompok
yang dipanggil keluar."
2) Menurut dari kelompok kami Gereja adalah tempat berkumpulnya
umat Kristen untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan.
3) Gereja yang universal adalah gereja atau himpunan yang tidak
dibedakan oleh dominasi,suku,bangsa dan bahasa yang berbeda
,persekutuan umatnya yang tidak kelihatan ,tak memiliki
organisasi formal yang mengikat seluruh anngotanya kecuali
kepercayaan kepada Tuhan Yesus Kristus
b) Fungsi Gereja
1) Fungsi Liturgi / Ibadah
Merupakan fungsi gereja dalam mengadakan suatu susunan ibadat
yang melibatkan umat dan pelayan Tuhan seperti imam, misdinaar,
prodiakon, dan sebagaianya.
2) Fungsi Pewartaan / Kerygma
Merupakan fungsi gereja mewartakan berbagai kabar sukacita
tentang penebusan dosan dan keselamatan manusia lewat
pengorbanan Yesus di kayu salib.
3) Fungsi Pelayanan / Diakonia
Merupakan fungsi gereja juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial
yang dapat membantu banyak orang atas dasar cinta kasih dengan
mengutamakan mereka yang tersingkir, miskin dan terlantar.
4) Fungsi Persekutuan / Koinonia
Merupakan fungsi gereja disatukan sebagai saudara dalam cinta
kasih bapa dan dalam roh kudus sehingga terjalin hubungan yang
intim baik manusia dengan Tuhan maupun dengan sesamanya.
5) Fungsi Kesaksian / Marturia
Merupakan fugsi gereja sebagai saksi Kristus untuk
menyelamatkan banyak orang lewat kesaksia-kesaksian.
c) Tujuan Gereja
1) Sebagai tempat berkumpul dan bersekutu para orang percaya
2) Memberikan pengajaran yang sesuai dengan ajaran Yesus melalui
alkitab
3) Sebagai tempat melakukan pemecahan roti atau perjamuan kudus
4) Untuk tempat orang percaya berdoa dan menjalankan ibadah
d) Pengertian Remaja
1) Menurut Hurlock remaja berasal dari kata latin adolensence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence
mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik.
2) Menurut Monks,dkk masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat
transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status
dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
3) Menurut Sri Rumini & Siti Sundari masa remaja adalah peralihan
dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
4) Menurut dari kelompok kami masa remaja adalah masa dimana
belum menemukan jati diri sesungguhnya dan melakukan hal-hal
yang belum diketahuinya.
e) Pengertian Multikultural
1) Menurut Azra Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat
yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala
kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia,
suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta
kebiasaan .
2) Menurut Azyumardi “Multikulturalisme” pada dasarnya adalah
pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam
berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan
terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat
juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian
diwujudkan dalam kesadaran politik .
3) Menurut A. Rifai Harahap Multikulturalisme mencakup gagasan,
cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh
masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya,
agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk
mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan
mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan
tersebut.
4) Menurut dari kelompok kami multikultural adalah keberagaman
ras suku,agama,kebudayaan,dan adat istiadat.
f) Tujuan
Untuk mengetahui peran gereja dalam membimbing remaja kristen dalam
kehidupan multikultural.
g) Rumusan Masalah
1.Bagaimana multikulturisme dalam Alkitab ?
2.Bagaimana hubungan Gereja dengan Multikulturisme ?
3.Bagaimana peran gereja dalam membimbing remaja dalam kehidupan
multikultur?

BAB II
PEMBAHASAN
a) Bagaimana Multikulturalisme dalam Alkitab?
Perjanjian Lama mencatat sejarah perjalanan umat Israel sebagai umat
pilihan yang dalam kehidupan mereka bergaul dan berjumpa dengan bangsabangsa
lain yang memiliki budaya dan agama berbeda. Hal itu nampak dalam hubungan
antara bangsa Israel dengan bangsa-bangsa yang ada di Kanaan yang menimbulkan
berbagai pengaruh. Bangsa Israel berhadapan dengan kemajemukan budaya bangsa
di sekitarnya. Namun ketika bangsa Israel bersosialisasi dengan bangsa di
sekeliling, mereka tidak selektif. Akibatnya, budaya-budaya bangsa sekitarnya
yang negatif membawa bangsa Israel pada penyembahan berhala.
Begitu pula di zaman Perjanjian Baru, melalui pengalaman dijajah oleh
bangsa lain, Israel pun harus bergaul dan hidup bersama bangsa-bangsa lain.
Misalnya, Bangsa Persia, Yunani dan Romawi. Pada zaman Tuhan Yesus, Dia
membawa pemikiran baru tentang pentingnya inklusivisme. Yesus tidak menutup
diri dari kemajemukan kebudayaan. Yesus tidak memandang latar belakang
budaya, suku maupun ras, Ia berkenan menerima semua orang dalam pergaulan
multikultural. Ketika seorang perempuan Kanaan hendak meminta tolong (Matius
15:21-28) dan seorang Perwira Roma meminta kesembuhan (Lukas 7:1-10), Yesus
menjawab akan kebutuhan mereka dan menolong mereka. Ini menunjukkan bahwa
Yesus sendiri menghargai keberagaman dan perbedaan budaya.
Dalam Kitab Kisah Para Rasul 2:41-47 orang-orang yang berasal dari
berbagai daerah dan budaya yang berbeda mendengarkan khotbah Petrus. Pada
waktu itu ada tiga ribu orang bertobat, serta menjadi model gereja pertama. Dalam
perkembangan selanjutnya, perbedaan bangsa dan budaya menyebabkan
perselisihan, yaitu antara jemaat yang berbudaya Yunani dan Yahudi. Perbedaan
budaya antara Yahudi dan Yunani menimbulkan banyak persoalan dalam beberapa
jemaat, seperti di Roma, Korintus, yang menimbulkan perpecahan dan perselisihan
mengenai kebiasaan-kebiasaan jemaat (1 Korintus 11). Namun, Paulus
menegaskan bahwa sekarang tidak ada lagi orang Yunani atau Yahudi, tidak ada
orang bersunat maupun tidak bersunat, tidak ada budak atau orang merdeka.
Semua orang sama di hadapan Allah, semua menjadi satu jemaat dimana
kepalanya adalah Yesus Kristus.
Hope S.Antone menulis bahwa dalam Alkitab ditandai oleh kemajemukan
atau keanekaragaman budaya dan agama . Saat Abraham dipanggil di tanah Haran
masyarakat amat beragam dan tiap suku memiliki pemahaman terhadap
“Allahnya” sendiri. Demikian pula di tanah Kanaan di tempat dimana Abraham
dan Sara hidup sebagai pendatang.
Menurut Hope di tanah Kanaan setiap suku memiliki pandangannya sendiri
terhadap yang ilahi. Di tengah situasi seperti itulah Abraham dan Sara dan bangsa
Israel membangun kepercayaannya terhadap Allah yang mereka sembah. Dalam
konteks tersebut Yesus juga ditandai oleh keberagaman, Yesus tumbuh dalam
tradisi iman komunitas-Nya. Dalam tradisi agama Yahudi sendiri. Di zaman
setelah Yesus, kekristenan tumbuh dan berakar dalam budaya Yahudi dan Yunani
helenis. Pemaparan tersebut telah memberikan gambaran bahwa multikultur bukan
merupakan kenyataan abad kini atau baru ada di zaman kini. Multikultur adalah
kenyataan yang sudah ada sejak dulu. Allah menciptakan manusia dalam
keberagaman dan menganugerahkan hikmat dan kemampuan untuk saling
beradaptasi membangun kehidupan.
b) Gereja Kristen di Indonesia adalah Gereja Multikultur
Konsep masyarakat multikultural dan multikulturalisme secara subtantif
tidaklah terlalu baru di Indonesia. Jejaknya dapat ditemukan di Indonesia, melalui
prinsip negara ber-Bhinneka Tunggal Ika yang mencerminkan bahwa Indonesia
adalah masyarakat multikultural tetapi masih terintregrasi dalam persatuan .
Bagi gereja-gereja di barat, mutltikulturalisme harus melalui perjuangan
berat karena masyarakat barat pada mulanya adalah masyarakat monokultur,
mereka memiliki budaya yang mirip atau dapat dikatakan sama. Di sisi lain, era
kolonialisme menyebabkan bangsa-bangsa barat bersikap eksklusif terhadap
budaya, adat istiadat, kebiasaan bahkan kekuasaan. Akibatnya bangsa-bangsa di
luar mereka dipandang rendah. Pemahaman seperti itu turut mempengaruhi kondisi
gereja, ketika agama Kristen dan Katolik disiarkan di Indonesia, segala hal yang
berkaitan dengan budaya setempat dipandang kafir dan rendah. Bahkan namanama
orang pun diganti menjadi nama “barat” ketika dibaptis menjadi Kristen maupun
Katolik. Orang-orang Indonesia yang telah memeluk agama Kristen dan Katolik
harus meninggalkan praktik budaya mereka. Umat Kristiani menjadi “imitasi”
barat. Namun, situasi tersebut mulai berubah seiring dengan perkembangan dunia
ketika pemikiran masyarakat mulai berubah. Umumnya orang mulai menyadari
pentingnya membangun iman di tengah realitas budaya setempat. Sebelum
kekristenan datang ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah hidup dalam
kenyataan multikultur dimana kebiasaan gotong royong atau kerja sama
antarmanusia dan kelompok masyarakat yang berbeda menjadi bagian dari prinsip
hidup.
Multikulturalisme adalah cara pandang yang menjadi ideologi yang harus
diperjuangkan dan diwujudkan. Mengapa harus diperjuangkan? Karena sejarah
mencatat terjadi dominasi antarmanusia, suku, bangsa, budaya maupun geografis.
Hal itu melanggar hak asasi manusia dan demokrasi. Pada pelajaran mengenai
HAM kamu telah belajar bahwa manusia diciptakan Allah sebagai makhluk
bermartabat yang bebas dan merdeka. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang
dapat merendahkan dan menolak keberadaan sesame karena alasan perbedaan latar
belakang. Dalam kehidupan bergereja, acuan utama bagi multikulturalisme adalah
ajaran Alkitab mengenai hukum kasih. Nampaknya bukan kebetulan ketika
peristiwa turunnya Roh Kudus yang kita kenal sebagai “Pentakosta” terjadi di
tengah masyarakat berbagai bangsa yang tengah berkumpul. Jauh sebelum itu,
dalam Perjanjian Lama pun Allah menegaskan bahwa panggilan Abraham akan
menyebabkan seluruh bangsa di muka bumi diberkati. Dalam Perjaanjian Baru
janji itu dipenuhi melalui Yesus Kristus.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur, demikian pula gereja-
gereja di Indonesia umumnya dibangun berdasarkan latar belakang suku, budaya,
dan geografis yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan fakta bahwa gereja-gereja
di Indonesia mewujudkan mulktikulturalisme meskipun masih ada banyak
tantangan yang harus dihadapi seperti berikut:
(1) Gereja-gereja di Indonesia memiliki anggota yang terbuka dari segi suku,
budaya, bahasa, daerah asal maupun kebangsaan.
(2) Gereja-gereja di Indonesia juga mengadopsi beberapa unsur budaya local yang
di masukkan kedalam liturgi ibadah. Mulai dari lagu, musik ataupun berbagai
kebiasaan dan prinsip hidup lokal dapat diadaptasi dalam rangka memperkaya
pemahaman iman Kristen. Misalnya, mengenai persaudaraan yang rukun dalam
budaya masyarakat suku yang dapat dikembangkan dalam rangka membangun
kebersamaan dalam jemaat sebagaimana ditulis dalam Kitab Kisah Para Rasul.
(3) Berbagai pelayanan gereja ditujukan bagi masyarakat secara umum tanpa
memandang daerah asal, budaya, adat istiadat, kelas sosial, dan agama. Tingkat
kesadaran gereja dalam partisipasi di tengah masyarakat cukup signifikan.
(4) Banyak gereja yang kini melakukan studi-studi kebudayaan untuk menggali
kembali unsur-unsur budaya yang terancam hilang dari masyarakatnya. Misalnya
di NTT ada sebuah lembaga yang bekerja sama dengan gereja melakukan
penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa daerah di hampir seluruh daerah
yang ada di NTT.
(5) Gereja-gereja di Indonesia membangun dialog dan kerja sama dengan umat
beragama lain, khususnya di bidang kemanusiaan dan keadilan. Ada tim advokasi
hukum, ada pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan bagi semua orang
tanpa memandang perbedaan, latar belakang budaya maupun agama, serta
kebangsaan maupun kelas sosial.
c) Belajar dari Yesus
Yesus menjadikan multikultur sebagai wacana perjumpaan antarmanusia yang
dapat bergaul dan bekerja sama dalam kasih. Mengenai sikap Yesus, kita dapat
mencatat beberapa pokok pikiran dari Hope S.Antone dalam kaitannya dengan
multikulturalisme. Antara lain:
1. Kesetiaan Yesus ditujukan kepada Allah bukan kepada lembaga maupun praktik
agama yang sudah turun temurun dilaksanakan. Konsekuensi dari sikap itu adalah
Ia mengasihi manusia tanpa kecuali. Kemanusiaan, keadilan dan perdamaian amat
penting bagi-Nya. Itulah cara Yesus memperlihatkan kesetiaan-Nya kepada Allah.
Sikap ini menyebabkan Ia tidak disukai oleh kaum Farisi dan ahli Taurat yang
begitu setia kepada lembaga agamanya melebihi Allah sendiri. Mereka
mempraktikkan tradisi dan hukum agama secara turun-temurun namun lupa untuk
mewujudkan hukum itu dalam kehidupan nyata sebagai umat Allah. Kritik-kritik
Yesus amat keras ditujukan pada mereka. Praktik agama dan ajarannya bukan
hanya dipelajari, dihafal, dan diwujudkan dalam penyembahan namun terutama
harus diwujudkan dalam kehidupan dengan sesama. Itulah sebabnya Kitab Amos
(Kitab Amos 5) menulis bahwa Allah menolak ibadah dan persembahan Israel
karena mereka tidak mempraktikkan kebenaran dan keadilan dalam hidupnya.
Ibadah formal, praktik agama itu penting namun harus berjalan bersama-sama
dengan sikap hidup. Ajaran agama harus dipraktikkan dalam kehidupan nyata.
2. Kasih dan solidaritas Yesus ditujukan bagi semua orang tanpa kecuali, orang
dari berbagai suku, tradisi, budaya bahkan yang tidak mengenal Allah yang
disembah-Nya pun ditolong oleh-Nya. Itulah wujud kesetiaan Yesus pada Allah.
3. Yesus memperkenalkan visi baru mengenai komunitas baru di bawah
pemerintahan Allah. Sebuah komunitas yang melampaui berbagai perbedaan latar
belakang. Sebuah komunitas yang memiliki hubunganhubungan yang baru dimana
tidak ada laki-laki maupun perempuan, budak ataupun orang merdeka, orang
Yahudi maupun Yunani semua orang sama di hadapan Allah dan memiliki tempat
yang sangat penting dalam komunitas baru yang terbentuk karena kedatangan
Yesus.
4. Kita juga belajar dari Yesus bahwa walaupun identitas pribadi, rasial, suku,
kelas sosial maupun keagamaan merupakan kenyataan sosiologis, namun yang
lebih penting adalah bagaimana dalam segala perbedaan yang ada, umat manusia
memuliakan Allah dengan melakukan kehendak-Nya.
5. Melakukan kehendak Allah dapat dilakukan dalam kemitraan dengan orang lain,
baik itu sesama orang Kristen maupun orang lain yang berbeda suku, bangsa,
budaya, adat istiadat, bahasa, kebiasaan, status sosial, maupun agama. Tidak ada
seorang manusia pun yang mampu melakukan berbagai hal sendirian. Dalam
segala aspek kehidupan kita membutuhkan orang lain untuk saling mengisi dan
saling membantu.
d) Beberapa Tantangan yang Dihadapi Gereja dalam Mewujudkan
Multikulturalisme
Berikut tantangan gereja yang sering dihadapi dalam mewujudkan
multikulturalisme.
1. Di kalangan gereja tertentu warisan kolonial yang bersifat anti budaya lokal
masih mempengaruhi gereja dalam mewujudkan multikulturalisme. Oleh karena
itu, dibutuhkan waktu dan pencerahan untuk mengubah pola pikir atau pandangan
gereja-gereja seperti itu.
2. Berbagai prasangka yang terus dibangun terhadap orang-orang dari kalangan
suku, budaya dan daerah tertentu.
3. Individualistik. Berbagai tantangan dan beban hidup yang berat menyebabkan
banyak orang lebih mementingkan kepentingan diri sendirimaupun kelompok.
Akibatnya kepentingan orang lain maupun kelompok lain tidak penting lagi.
Namun, pada sisi lain, masyarakat masa kini yang mengglobal memiliki satu ikatan
solidaritas yang diikat oleh media sosial, misalnya twitter, facebook, instagram dan
lain-lain. Masyarakat dunia akan cepat memberi reaksi dan simpati terhadap
peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang dimuat di Youtube ataupun media sosial
lain.
e) Peran Gereja dalam membimbing remaja Kristen dalam kehidupan
Multikultural
Peran Gereja dalam membimbing remaja Kristen dalam kehidupan Multikultural
yaitu sebagai berikut :
1) Marguru Malua / Katekisasi Sidi / Naik Sidi
Yaitu mempersiapkan diri menjadi Kristen yang dewasa, medewasakan iman
melalui alkitab. Dan diajak untuk mengenal jalan keselamatan yaitu Yesus Kristus.
Katakhein yaitu pelajaran memberitakan / memberitahukan dan mengajak
kepada orang-orang yang mau menerima, mendengar dan mengakui iman Kristen
Arti kata Katekhein lebih ditekankan pada mengajar bukan dalam arti
intelektualistis tetapi lebih kepada arti praktis, yaitu mengajar atau membimbing
seseorang, supaya ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya.
Katekumen yaitu pelakunya
Katekisasi atau Katekese berasal dari kata kerja bahasa Yunani Κατεχειν
(katekhein), yang berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi
pengajaran.
Katekisasi yang dilakukan gereja adalah kegiatan pengajaran yang penting
tentang iman juga merupakan pembentukan iman dari peserta katekisasi (katekisan
atau calon warga sidi jemaat), sehingga melalui katekisasi warga gereja dilengkapi
untuk mengenal dan percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus sehingga sanggup
menghayati, mentaati dan melaksanakan imannya dalam keluarga, gereja dan
masyarakat
Tujuan Katekisasi Sidi :
1. Mendewasakan iman, kita dituntut supaya semakin bertumbuh dan
matang dalam iman
2. Memperkenalkan Allah Tri Tunggal
3. Memperkenalkan kita sebagai status anggota gereja dengan apa tanggung
jawab kita
4. Mengarahkan kita hidup dalam kasih, kasih kepada Allah dan kepada
sesama umat manusia
5. Agar kita mengena l dosa, supaya kita menghindari dosa agar menuju
pertobatan
6. Dibimbing agar kita mau belajar dan hidup dalam firman Tuhan
7. Agar iman semakin matang yang didorong oleh hati nurani
2) Sakramen HKBP
Sakramen adalah saluran anugerah Allah atau saluran kasih karunia Allah.
Sakramen adalah perjanjian anugerah atau perjanjian kasih karunia Allah tentang
keselamatan manusia. Sakramen menjadi saluran sukacita bagi setiap orang untuk
memasuki suatu perjanjian keselamatan dengan Allah. Oleh karena itu maka
perjanjian keselamatan itu harus senantiasa diterima, dijalani dan dilaksanakan
dengan penuh kesetiaan dan penuh ucapan syukur maupun sukacita. Maksudnya
ialah bahwa setiap orang yang telah menerima baptisan dan perjamuan kudus akan
melihat sakramen sebagai perjanjian yang menyelamatkan, pernyataan kesetiaan
dan pengakuan iman dari setiap orang kepada Kristus yang mengasihi manusia.
Namun harus tetap diingat bahwa keselamatan bukanlah mutlak melalui
sakramen. Keselamatan adalah melalui iman di dalam Yesus Kristus (bnd. Yoh.
5:24 ; 6:29 ; 3:36 ; Kis. 16:31). Kuasa dari sakramen tidak terletak pada unsur-
unsur yang digunakan (air, roti atau anggur), tetapi pada Allah yang menjadi fokus
dari tanda-tanda itu. Kuasanya tidak tergantung pada karakter dari pada iman yang
melaksanakannya, tetapi pada integritas Allah, sebab sakramen tidak pernah
dimaksudkan untuk berdiri sendiri tanpa disertai dengan Firman Tuhan. Firman
dan ketentuan atau perintah-perintah Allah dalam sakramen tersebutlah yang
membuat sakramen ada dan benar.Sakramen juga ada macamnya yaitu sakramen
baptisan kudus dan sakramen perjamuan kudus.

f) Mendampingi dan Menuntun Generasi Muda Memahami Panggilan-


Nya.

Para pakar pendidikan selalu mengingatkan bahwa, para remaja dan pemuda
sesungguhnya memiliki vitalitas untuk bertumbuh dan berkembang baik secara
fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual, sehingga tugas pelayanan gereja
yang dibutuhkan adalah mendampingi dan menuntun generasi muda memahami
panggilannya di tengah-tengah arus zaman. Artinya, metode pembinaan
konvensional yang bersifat indoktrinal dan feodaltistik sudah waktunya dibaharui
dengan metode pendampingan partisipatif, dimana remaja dan pemuda gereja
dituntun untuk memahami panggilan Tuhan secara khusus kepada setiap orang
(bnd. 1 Korintus 12:11).

Gereja harus belajar dari Abraham dalam pembinaan remaja dan pemuda
gereja, dimana pertanyaan-pertanyaan sosio religi yang berkecamuk di dalam hati
dan pikiran para remaja/pemuda harus dijawab bukan dengan mengandalkan
hikmat dunia, melainkan dengan hikmat Allah. Sehingga setiap remaja/pemuda
benar-benar menjadi orang percaya yang turut ambil bagian secara aktif dalam
pembangunan Kerajaan Allah. Ishak akhirnya tiba pada ketaatan tanpa syarat
dalam melakukan kehendak Allah setelah menemukan jawaban dalam perjalanan
bersama (pendampingan partisipatif) ayahnya menuju Bukit Moria, tempat di mana
mereka beribadah memuji dan memuliakan Tuhan (bnd. Kejadian 22:1-19).
BAB III

PENUTUP DAN SARAN

a) Kesimpulan

Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan


pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun
kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap
adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada
dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya,
kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Multikulturalisme bukan
sekadar pandangan hidup melainkan cita-cita yang harus diperjuangkan
demi terwujudnya keadilan dan perdamaian bagi umat manusia. Semua
manusia dari berbagai latar belakang ras, suku, bangsa, budaya, kelas
sosial, geografis dan agama terpanggil untuk proaktif mewujudkan
kehidupan multikulturalisme. Remaja sebagai kelompok masyarakat
yang sedang bertumbuh menuju dewasa memiliki tanggung jawab untuk
mewujudkan kehidupan multikulturalisme. Perjuangan itu merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari iman kepada Allah di dalam Yesus
Kristus.

b) Saran
Makalah atau tulisan ini merupakan hasil karya tersendiri yang
kualitasnya sendiri masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena penulis
memberikan keterbukaan kritikan dan saran kepada pembaca agar dapat
mengembangkan tulisan ini, sehingga kelak bisa berguna bagi pembaca
lainnya,
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Peran Gereja dalam Membimbing Remaja Kristen dalam Kehidupan
Multikultural tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang……………………………………………………………..1
B. Tujuan Makalah……………………………………………………………2
C. Rumusan Masalah………………………………………………………….3

BAB II

Pembahasan

A. Bagaimana Multikulturalisme dalam Alkitab?...............................................6


B. Gereja Kristen di Indonesia adalah Gereja Multikultur……………………7
C. Belajar dari Yesus…………………………………………………………..9
D. Beberapa Tantangan yang Dihadapi Gereja dalam Mewujudkan
Multikulturalisme…………………………………………………………..11
E. Peran Gereja dalam membimbing remaja Kristen dalam kehidupan
Multikultural……………………………………………………………….13
F. Mendampingi dan Menuntun Generasi Muda Memahami Panggilan-Nya...13

BAB III

A. Kesimpulan…………………………………………………………………15
B. Saran………………………………………………………………………..15
MAKALAH
PERAN GEREJA DALAM MEMBERIKAN BIMBINGAN
KEPADA REMAJA KRISTEN DALAM KEHIDUPAN MULTIKULTUR

Kelompok I
Nama Anggota :
 Beston Herison Manurung
 Bob Fedrik Silalahi
 Eflin Elianora Betaria Pasaribu
 Jhonny Kristian Panjaitan
Kelas : XII.IPA.1
Mata Pelajaran : Agama Kristen

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai