Anda di halaman 1dari 6

PEMBAWA DAMAI SEJAHTERA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Pada KD 4 ini kita belajar tentang kehidupan sebagai pembawa damai dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam pertemuan pertama ini kita akan belajar mengenai arti dan makna damai
sejahtera menurut Alkitab. Dan pada pertemuan berikutnya kita akan belajar tentang bagaimana
hidup dalam damai sejahtera dan yang terakhir tentang bagaimana menjadi pembawa damai
sejahtera.
Pertemuan 1

Damai Sejahtera Menurut Alkitab


Asal kata damai sejahtera
Kata syalom dalam bahasa Ibrani biasanya diterjemahkan menjadi ”damai” atau ”damai
sejahtera”. Dalam bahasa Yunani, bahasa yang digunakan dalam penulisan Perjanjian Baru,
kata ini diterjemahkan menjadi eirene. Kata syalom atau “damai sejahtera” sering
dipergunakan untuk memberikan salam kepada sesama. Dalam bahasa Ibrani orang
mengucapkan syalom aleikhem, yang artinya “damai sejahtera bagimu”. Ucapan ini dijawab
dengan kata-kata aleikhem syalom. Kata ini mirip sekali dengan kata “salam alaikum” atau
“assalamu alaikum” dan “wa alaikum salam” dalam bahasa Arab, bukan? Kita tidak perlu
heran. Bahasa Arab memang berasal dari rumpun yang sama dengan bahasa Ibrani – seperti
halnya bahasa Tagalog dengan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab kata syalom
diterjemahkan menjadi salam, kata yang sama yang dipergunakan dalam bahasa Indonesia
yang sangat diperkaya oleh kosakata dari bahasa Arab karena pengaruh agama Islam. Kata ini
dapat kita bandingkan dengan salam Horas! di kalangan masyar akat Batak; Ya’ahowu! di
masyarakat Nias.

Makna lain dari kata syalom:

Alkitab menerjemahkan kata “syalom” menjadi “damai sejahtera”. Bukan semata-mata


“damai” saja, meskipun kata syalom itu sendiri memang berarti “damai” atau “perdamaian”.
Arti kata “syalom” memang jauh lebih luas daripada sekadar “damai” saja. Berikut ini adalah
sejumlah kata dan konsep yang digunakan untuk menerjemahkan kata “syalom”, sehingga kita
dapat membayangkan kekayaan makna yang dikandungnya.
a) Persahabatan
Syalom antara sahabat berkaitan dengan hubungan yang akrab (Zakharia 6:13). Dalam
Mazmur 28:3 orang diingatkan akan sahabat yang mulutnya manis, tetapi niatnya jahat:
“Janganlah menyeret aku bersama-sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang
melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya penuh
kejahatan.” Kata “ramah” di sini merujuk kepada ucapan yang penuh syalom.
b) Kesejahteraan
Kata syalom juga berarti kesejahteraan yang menyeluruh, termasuk kesehatan dan
kemakmuran yang semuanya berasal dari Tuhan. Hal ini dapat kita temukan dalam 2 Raja-
raja 4:26 ketika hamba Elisa bertanya kepada perempuan Sunem dalam cerita ini,
“Selamatkah engkau, selamatkah suamimu, selamatkah anak itu?” Dalam bahasa aslinya,
bahasa Ibrani, pertanyaan ini berbunyi, “Apakah engkau memiliki damai [sejahtera]?”
Maksud pertanyaan ini mirip dengan menanyakan kesejahteraan orang lain seperti dalam
pertanyaan, “Apa kabar?” Maksudnya tentu bukan hanya sekadar menanyakan berita
tentang orang yang dimaksudkan, melainkan menanyakan keberadaan menyeluruh orang
tersebut.
c) Keamanan
Dalam Hakim-hakim 11:31, Yefta mengucapkan nazarnya bahwa bila ia kembali dari
medan perang “dengan selamat” (dengan aman, dalam syalom), maka makhluk pertama
yang keluar dari pintu rumahnya untuk menemuinya akan dipersembahkannya kepada
Tuhan sebagai korban bakaran.
d) Keselamatan
Akhirnya kata syalom juga digunakan dalam kaitan dengan “keselamatan”. Dalam Yesaya
57:19 dikatakan, “Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi
mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat – fi rman Tuhan – Aku akan menyembuhkan
dia!” Berita “damai sejahtera” yang diberitakan berkaitan erat dengan kesembuhan yang
Tuhan janjikan. Keselamatan yang utuh dapat dilihat dari penggunaan kata “damai
sejahtera” dalam hubungannya dengan “keadilan” (Yesaya 60:17) atau seperti dalam
Mazmur 85:11 yang menyatakan “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai
sejahtera akan bercium-ciuman.”
Hubungan antara keselamatan dan perdamaian menjadi lebih jelas lagi apabila kita melihat
bagaimana Perjanjian Baru memaknai karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan
Yesus,
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi
“dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah
mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu
perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum
Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya
menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai
sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah
oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan
memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan damai sejahtera
kepada mereka yang “dekat”, karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh
beroleh jalan masuk kepada Bapa. (Efesus 2: 13 – 18)
Kesimpulan:
• Damai sejahtera berasal dari kata syalom dan eirene, yang berarti damai sejahtera.
• Damai sejahtera dalam kata syalom mengandung makna yang sangat luas, bukan hanya
tentang keadaan damai tidak adanya peperangan, namun syalom mengandung juga makna
persahabatan, kesejahteraan, keamanan dan keselamatan.

Pertemuan 2

Hidup Di Dalam Damai Sejahtera


Sebelum berperan sebagai pembawa damai sejahtera dalam hidupnya, setiap orang perlu untuk
memiliki damai sejahtera itu sendiri di dalam dirinya. Sehingga perlu beberapa langkah supaya
seseorang memiliki damai sejahtera itu.
a. Berdamai dengan Tuhan
Sebagai akibat dari dosa manusia, maka ia menjadi kehilangan kemuliaan Tuhan. Keadaan
manusia yang hidup dalam dosa itulah yang mewarnai kehidupan di bumi sebagaimana dikatakan
oleh Paulus dalam Roma 3:23 “Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah”
Kehidupan seperti inilah kehidupan tanpa damai sejahtera karena hubungannya dengan
Tuhan menjadi rusak karena dosa. Sehingga manusia butuh untuk berdamai dengan Tuhan.
Namun demikian manusia tidak dapat berdamai dengan Tuhan tanpa adanya perantara, dan
karena begitu besarnya kasih Tuhan akan dunia ini sehingga Dia sendirilah yang berinisiatif untuk
menjadi perantara bagi manusia dalam memperoleh damai sejahtera itu, yaitu melalui Yesus
Kristus.
Melalui pengorbanan Yesuslah manusia memperolah jalan untuk berdamai dengan Tuhan.
Dan yang diperlukan manusia adalah menerima Yesus untuk menjadi pendamai yang
memulihkan hubungan manusia dengan Tuhan.
Seperti yang ditulis oleh Paulus dalam Roma 8:5-6
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari
daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan
daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.”
b. Berdamai dengan dirinya sendiri
Pernahkah kita merasa bahwa dosa kita terlalu besar, terlalu banyak sehingga mustahil
bagi Tuhan untuk mengampuni kita? Hati gelisah, pikiran kacau, terus dihantui dengan rasa
bersalah dan diganggu oleh suara hati nurani yang selalu mengingatkan akan dosa yang telah
diperbuat. Manusia perlu berdamai dengan dirinya sendiri sehingga tidak lagi terganggu dengan
hal seperti itu dan memiliki damai sejahtera. Berdamai dengan diri sendiri adalah memaafkan
diri sendiri setelah sebelumnya mohon pengampunan kepada Tuhan dan berdamai denganNya.
Berdamai dengan diri sendiri bukan menyangkal rasa bersalah tanpa penyesalan, tetapi
mengakui semua perasaan dan penyesalan itu di hadapan Tuhan, sehingga tidak ada lagi bayang-
bayang ketakutan. Tidak ada dosa yang tidak diampuni dan tidak ada seorangpun yang ditolak
oleh Tuhan ketika memohon pengampunanNya.

c. Berdamai dengan sesamanya


Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Jika kasih Tuhan sebesar itu kepada kita, tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk tidak
mengampuni sesamanya yang bersalah kepadanya. Kita tidak akan dapat menjadi pembawa
damai sejahtera bagi orang lain jika kita masih menyimpan kepahitan terhadap orang lain.

Kesimpulan:
• Menjadi pembawa damai bagi sekeliling kita diperlukan sebuah kondisi damai.
• Kita perlu berdamai dengan Tuhan terlebih dahulu, perlu dibebaskan dari dosa sehingga
hubungan kita dengan Tuhan menjadi baik.
• Kita perlu berdamai dengan diri sendiri, yaitu tidak lagi terintimidasi oleh dosa.
• Kita juga perlu untuk berdamai dengan sesama. Karena jika dengan sesame kita masih
ada sekat maka kita tak akan bisa menjangkau mereka untuk menjad pembawa damai di
antara mereka.
Pertemuan 3
Berperan Sebagai Pembawa Damai Sejahtera
Perdamaian dan juga kasih adalah tindakan, bukan kata benda. Artinya, untuk mewujudkan
perdamaian dan kasih, kita perlu melakukan langkah-langkah konkret dalam kehidupan kita.
Seluruh perbuatan dan gaya hidup kita mestilah mencerminkan perdamaian dan kasih, sehingga
keduanya dapat terwujud dalam masyarakat kita, di bumi kita.

Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjadi pembawa damai sejahtera
bagi sekitar:

A. Inisiator Perdamaian
Menjadi pembawa damai sejahtera berarti bersedia menjadi inisiator bagi hadirnya
damai sejahtera atau dengan kata lain, menjadi pencipta damai sejahtera di manapun
berada. Seperti yang tertulis dalam Amanat Agung (Matius 28:19), “Pergi dan
jadikanlah semua bangsa murid-Ku……..” Ayat itu mengandung makna bahwa kita
harus berinisiatif dan proaktif untuk pergi dan menjalankan amanat, menjadi orang yang
berinisiatif terlebih dahulu melakukan sebelum orang lain yang melakukannya.
Sikap proaktif seorang murid yang membawa damai sejahtera dapat diwujudkan dengan
cara menunjukkan kasih Kristus setiap saat dalam situasi apapun agar orang lain turut
merasakannya.

B. Menjadi Garam dan Terang Dunia


Garam adalah barang yang sudah sangat familiar dan selalu ada dalam kehidupan kita
sehari-hari, terutama garam dapur yang tidak akan pernah ditinggalkan dalam membuat
masakan bagi orang Indonesia. Garam memiliki banyak sekali fungsi baik yang
menunjang kehidupan sehari-hari manusia, antara lain untuk:
• Melezatkan masakan
• Mengawetkan (misalnya ikan asin adalah ikan yang diawetkan dengan cara
diasinkan)
• Sebagai antiseptik (bisa untuk berkumur orang yang sakit gigi)
• Melindungi (mengusir ular dengan cara menaburkan garam supaya ular tidak lagi
mendekat)
Itulah beberapa fungsi baik dari garam, hal ini mengandung makna rohani bahwa hidup
menajdi garam dunia adalah hidup sebagai pembawa pengaruh baik bagi lingkungannya.

Sedangkan terang selain fungsi utamanya untuk menerangi, juga memiliki fungsi untuk
mengetahui arah yang benar atau sebagai penunjuk arah. Terang bersifat mutlak, tidak
dapat dihalangi dan tidak dapat difungsikan sebagian saja.
Identitas orang percaya sebagai terang dunia mengandung makna:
• Memiliki pola hidup yang etis, lenih bermoral, lebih menyenangkan, bukan hanya
secara lahiriah tetapi juga batiniah.
• Menerangi semua tempat, semua aspek kehidupan tanpa terkecuali.
• Menjadi panduan, contoh, teladan dalam hal kebenaran untuk meniadakan
kejahatan dan penunjuk arah agar tidak tersesat.

Menjadi terang dan garam dunia berarti hidup yang diperlihatkan kepada sesama
melalui kesucian hati. Hidup bersama orang lain dalam ketulusan, memberikan
pengaruh baik yang memperbaiki kualitas kehidupan orang di sekitarnya dan
menunjukkan sikap adil, tidak pilih-pilih teman dan keterbukaan hidup dengan
menyatakan kebenaran.

C. Tugas Mendamaikan

Hidup dalam keadaan tidak berdamai adalah paling tidak menyenangkan. Dan kitapun
menjadi seteru Allah ketika kita masih memendam kepahitan dan tidak berdamai dengan orang
lain. Karena itu, jangan berlarut-larut dengan berbagai persoalan dan memelihara rasa sakit hati.

Berdamai dengan orang lain kadang sulit. Manusia sering kali berkeras hati sehingga tidak
bersedia mengampuni. Mendamaikan orang lain adalah tugas semua orang. Apabila kita
mengetahui teman atau saudara kita yang belum berdamai kita dapat mendamaikannya dengan
memohon hikmat dari Tuhan.

Kesimpulan:

• Hidup sebagai pembawa damai sejahtera merupakan salah satu bagian dari tugas kita
sebagai orang percaya.
• Tidak menunggu orang lain untuk melakukannya, maka seharusnya kita memulai lebih
dulu, proaktif untuk memulainya.
• Menjadi garam dan terang dunia adalah dengan ketulusan memberikan pengaruh baik bagi
lingkungan sekitarnya.
• Proaktif menjadi pendamai bagi lingkungan sekitar kita jika kita mengetahui orang-orang
di dekat kita belum berdamai.

Anda mungkin juga menyukai