Anda di halaman 1dari 4

KARYA PEMBARUAN ALLAH

BAB 14
(sumber materi: BPK Gunung Mulia Kelas 10)

PENGANTAR
A. Menyanyi
Aku berubah, sungguh ku berubah
Waktu ku srahkan hidupku
Aku berubah, sungguh ku berubah
Waktu ku srahkan semua
Yang kukasihi kini lenyap
Yang lebih baik aku dapat
Aku berubah, sungguh ku berubah
Waktu kusrahkan semua
B. Bacaan Alkitab
Keluaran 17; Ulangan 30; Matius 12:31-37; Yohanes 3:1-21, Roma 2:17-
29; Roma 12:1-3; Galatia 4:1-11,5:16-26; Efesus 4:17-32; 5:1-21; Kolose
3:5-17
C. Berdoa

URAIAN MATERI

A. Dalam Perjanjian Lama


Allah menggambarkan rencana dan tindakan pembaruan-Nya melalui
bangsa Israel. Berawal dari Kejadian 12 ketika Abraham dipanggil, dipilih
untuk dijadikan bangsa yang besar, meskipun Ishak adalah satu-satunya
anak yang diberikan Allah kepada Abraham dan Sarah. Rencana dan
tindakan ini berjalan terus dan diteguhkan kembali kepada Ishak, Yakub,
dan seluruh keturunan Yakub, yaitu bangsa Israel. Allah memilih secara
khusus bangsa Israel, untuk menyatakan pembaruan dan berkat-Nya bagi
semua manusia dan alam semesta.

Dalam Perjanjian Lama, pembaruan Allah dilakukan berdasarkan


anugerah Allah atas pemenuhan hukum Taurat. Pemilihan bangsa Israel
sebagai umat Allah adalah anugerah dalam sejarah manusia, yang disertai
dengan kesetiaan Allah memelihara kelangsungan hidup bangsa- Nya dan
ketaatan bangsa Israel dalam ikatan perjanjiannya dengan Allah.
Meskipun bangsa Israel seringkali melanggar perjanjian dan berbalik
meninggalkan Allah, sehingga hukuman Allah ditimpakan atas mereka,
gema tentang pembaruan tetap dilakukan Allah atas bangsa-Nya (Mazmur
130:3-4). Tidak hanya sebatas pembaruan sebagai tindakan Allah, tetapi
iman sebagai respons bangsa Israel terhadap anugerah Allah juga terus
mewarnai pergumulan panjang sebuah bangsa (Habakuk 2:4).
Dalam ikatan perjanjian anugerah dengan Allah, bangsa Israel
mendapatkan petunjuk untuk mengadakan upacara pendamaian atas
dosa-dosa mereka agar hubungan dengan Allah dapat dikuduskan
kembali. Hari raya pendamaian dirayakan dengan pemotongan kurban
pendamaian dan dilakukan oleh imam yang mewakili seluruh bangsa
Israel di hadapan Allah. Allah akan berjalan melalui persembahan tersebut
sebagai tanda bahwa Allah menerima kurban pendamaian itu dan
bersedia mengampuni serta membarui kembali hubungan dan semua
berkat bagi bangsa yang telah bertobat.

Allah tidak hanya menghendaki kurban pendamaian, tetapi perubahan


batiniah umat-Nya sehingga upacara pendamaian sesungguhnya tidak
hanya berlangsung sebagai pemenuhan hukum belaka, tetapi merupakan
respons terhadap pembaruan yang dilakukan Allah bagi manusia dan alam
sekitarnya. Ajaran Perjanjian Allah tentang pembaruan yang dilakukan
Allah bagi manusia dan alam menuntun kita kepada nubuatan tentang
Mesias, yaitu Raja yang adil, lemah lembut, dan Hamba yang menderita
(Yesaya 44:17, 53; Daniel 7:13).

Tindakan pembaruan Allah melalui penebusan dipenuhi pertama kali


dalam peristiwa pembuangan dan penyebaran bangsa Israel ke seluruh
bumi. Di kemudian hari akan dikumpulkan sisa-sisa bangsa dan akan
muncul suatu tunas yang kudus (Yesaya 6:13). Tuhan berkata, ”Aku akan
memulihkan kembali umat-Ku Israel” (Amsal 9:14). Tuhan akan
mengumpulkan sisa-sisa Israel menjadi suatu kumpulan besar manusia.
Ia sendiri akan menjadi raja yang berjalan di depan mereka dan akan
menjadi pemimpin mereka. Setelah masa itu, Israel akan mengalami
pembaruan secara spiritual. Tuhan akan mengembalikan hati yang takut
akan Tuhan dalam hati mereka, sehingga mereka tidak akan lagi
berpaling darinya (Yeremia 32:37-40), memberikan mereka hati yang
lembut, roh yang baru, dan Roh Allah akan ada bersama mereka.
Dalam pembaruan ini, Tuhan akan menghapus dosa umat-Nya (Yeremia
32:29). Mereka akan mencari orang lain yang dapat mengajari mereka
tentang Tuhan; Allah akan mengampuni dosa mereka dan tidak akan
mengingatnya lagi. Tuhan akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan
menjadi umat-Nya (Yeremia 31:31-34). Ini menjadi perjanjian
keselamatan yang membarui kehidupan manusia dan alam (Yehezkiel
37:26).

B. Dalam Perjanjian Baru


Perjanjian Baru menjelaskan karya pembaruan Allah yang tidak pernah
terlepas dari kehadiran Yesus Kristus di dalam dunia. Semua peristiwa
dalam kehidupan Yesus Kristus, sejak kelahiran, kehidupan, pelayanan,
penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya, bahkan kenaikan-Nya
kembali ke surga, merupakan penggenapan semua nubuat tentang Mesias
dan seluruh rencana penyelamatan Allah dalam rangka pembaruan
kehidupan manusia dan alam. Lalu, bagaimana Allah melakukan
pembaruan melalui Yesus Kristus?
Alkitab menegaskan bahwa semua manusia telah jatuh ke dalam dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Tidak satu pun manusia dapat
menyelamatkan dirinya dari hukuman kekal adalah konsekuensi bagi
manusia pendosa. Untuk dapat menyelamatkan diri dari hukuman kekal
yang mengerikan, dibutuhkan kurban pendamaian yang dapat
menanggung semua hukuman tersebut. Inilah yang tidak dapat dipenuhi
oleh manusia berdosa. Namun, kasih Allah tidak terbendung oleh
pemberontakan manusia. Ia merelakan Anak Tunggal-Nya menjadi kurban
pendamaian sebab itulah satu-satunya jalan yang dapat ditempuh untuk
mendamaikan manusia dengan diri-Nya (Roma 8:31).
Injil Lukas menggambarkan penderitaan yang harus diterima oleh Tuhan
Yesus. Di Taman Getsemani Ia berdoa kepada Bapa di surga. Ia tahu
persis betapa pahitnya cawan yang harus diterima-Nya, hingga Ia berdoa
dan sangat ketakutan, peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang
bertetesan ke tanah (Lukas 22:44). Tetapi, di akhir doa-Nya, dalam
ketaatan Ia berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini
daripada-Ku; tetapi bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang
terjadi. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya
untuk memberi kekuatan kepada-Nya” (Lukas 22:42-43). Ia menjalani
beberapa kali pemeriksaan dan pengadilan seperti seorang penjahat.
Setelah tidak berhasil menemukan kesalahan, Pilatus menyerahkan Yesus
untuk disesah. Penganiayaan dan penghinaan diterima- Nya tanpa
mengeluh sedikit pun. Dalam keadaan fisik yang sangat lemah Ia masih
mengingatkan orang-orang yang menangisinya, “...janganlah kamu
menangisi Aku .... (Lukas 23:28). Bahkan untuk orang-orang yang telah
menyiksa, menghina dan menyalibkan-Nya, Ia memohon kepada Bapa di
surga, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat” (Lukas 23:34).
Peristiwa penyaliban menempatkan-Nya pada tempat yang paling hina. Ia
digiring dan dihukum mati bersama dua penjahat. Alam turut
menyaksikan saat menjelang kematian Yesus. Tiba-tiba kegelapan
meliputi seluruh daerah dan matahari tidak bersinar. Ketika Yesus berseru
menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Bapa-Nya, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah (Markus 15:37-38). Tirai yang
memisahkan ruang maha kudus dari ruang kudus, terbelah menjadi dua,
tidak ada lagi pembatas yang menghalangi; semua manusia dapat
menghampiri Allah tanpa perantara lain kecuali Yesus Kristus. Dia yang
telah membuka jalan menuju kepada Bapa di surga.
Yesus mati, menanggung semua hukuman dosa manusia, masuk ke
dalam maut dan mengalahkannya sehingga Ia bangkit pada hari yang
ketiga (Matius 28; Markus 16; Lukas 24; Yohanes 20). Kebangkitan-Nya
merupakan kemenangan atas kuasa maut, maka Paulus mengatakan
dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, “Hai maut di manakah
kemenanganmu?

Hai maut, di manakah sengatmu?” (1 Korintus 15:55). Yang paling


ditakuti oleh manusia adalah kematian, tetapi Tuhan Yesus telah
menyelesaikan perkara ini dalam penderitaan-Nya di kayu salib, dalam
kematian dan kebangkitan-Nya.
Penderitaan Yesus di kayu salib menunjukkan bahwa tanpa penumpahan
darah, tidak akan pernah terjadi penyelamatan, tidak akan terjadi
pembaruan kehidupan manusia dan alam. Kematian-Nya adalah
peperangan melawan maut untuk menebus semua tanggungan akibat
dosa (2 Korintus 5:21,1 Yohanes 2:2). Karya penyelamatan Kristus di
kayu salib hingga kebangkitan- Nya memberikan akibat penting bagi
manusia berdosa, yaitu :
1. pengurbanan (sacrifice)', menggantikan manusia berdosa, menanggung
hukuman yang tidak dapat ditanggung oleh manusia berdosa dan
membebaskan manusia dari tuntutan dosa. Allah mengampuni dosa
manusia yang percaya kepada Kristus.
2. pendamaian (propitiation)', jalan pendamaian yang sempurna dan
berkenan kepada Allah (2 Korintus 5:18; Roma 5:11; Kolose 1:20),
mendamaikan permusuhan antara manusia dan Allah.
3. pemulihan (reconciliation); memulihkan hubungan yang telah rusak
karena dosa, memulih¬kan kembali kondisi manusia berdosa agar
dapat diterima kembali dalam persekutuan dengan Allah.
4. penebusan (redemption)', membayar semua dosa manusia, membayar
hukuman yang tidak dapat ditanggung manusia. Allah menganggap
manusia berdosa sebagai manusia yang benar karena berada dalam
tanggungan Kristus yang sempurna.

Karya pembaruan Allah dalam Perjanjian Baru mengurbankan Kristus


(Ibrani 9:15,12:24) sebagai penyelesaian dosa manusia kepada Allah
(Ibrani 9:28), dengan tujuan:
1. mengampuni dosa manusia.
2. menebus manusia dari maut.
3. memulihkan hubungan dengan Allah.
4. membarui kehidupan manusia dan alam.
5. memastikan jaminan kehidupan yang kekal.

Pembaruan ini memastikan bahwa tidak ada satu pun usaha manusia
yang akan berhasil membawanya kembali kepada Allah. Satu-satunya
cara bagi manusia untuk memulihkan hubungan yang rusak akibat dosa
adalah pertobatan dan pembaruan kehidupan di dalam dan melalui
Kristus.

Anda mungkin juga menyukai